Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SIFAT TERMAL
OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
Drs. HUFRI, M.Si.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SIFAT TERMAL
Teori Klasik
Menurut fisika klasik, getaran atomatom zat padat dapat dipandang sebagai
ene
Dengan:
x = simpangan osilator
frekuensi
sudut
getaran osilator .
Untuk osilator harmonik satu dimensi yang mempunyai dua derajad bebas
mempunyai energi ratarata :
(1)
dari hasil (2) ini terlihat bahwa menurut model fisika klasik, kapasitas panas zat padat
tidak bergantung suhu dan berharga 3R. Hal ini sesuai dengan hukum DulongPetit
yang hanya berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu rendah jelas teori ini
tidak berlaku.
2.
Teori Einstein
Dalam model ini, atomatom dianggap sebagai osilatorosilator bebas yang bergetar
tanpa terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya. Energi osilator dirumuskan secara
kuantum (berdasarkan teori kuantum) yang berharga diskrit :
(3)
dengan :
= h/2
h tetapan Planck.
Gambar 1.
Spektrum
energi
osilator satu
dimensi
menurut teori
kuantum.
Pada keseimbangan termal, energi ratarata osilator dinyatakan oleh :
(4
)
3.
Teori Debye
Dalam model Einstein, atomatom dianggap bergetar secara terisolasi dari atom di
sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena gerakan atom akan
saling berinteraksi dengan atomatom lainnya. Seperti dalam kasus penjalaran
gelombang mekanik dalam zat padat, oleh karena rambatan gelombang tersebut atomatom akan bergerak kolektif. Frekuensi getaran atom bervariasi dari =0 sampai
dengan =D. Batas frekuensi D disebut frekuensi potong Debye.
Menurut model Debye ini, energi total getaran atom pada kisi diberikan oleh ungkapan
(7)
()
adalah energi ratarata osilator seperti pada model Einstein sedangkan g () adalah
rapat keadaan. Dalam selang frekuensi antara = 0 dan = D, g() memenuhi :
(8)
Jumlah modal getaran sama dengan jumlah 1 mol osilator tigadimensi, yang dalam
kurva pada
gambar 2.13 ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi potong D dapat ditentukan
dengan cara memasukkan persamaan (2.19.) ke dalam persamaan (2.52.), yang
memberikan :
(9
Pada suhu tinggi (T>>D), batas atas integral ( D/T) sangat kecil, demikian juga
variabel x. Sebagai pendekatan dapat diambil : ex 1 + x
sehingga integral yang bersangkutan menghasilkan :
(b)
Sesuai dengan hukum DulongPetit, sehingga pada suhu tinggi model ini cocok
dengan hasil eksperimen. Pada
suhu
rendah
(T<< D),
batas
integral
pada
persamaan menuju tak berhingga dan integral tersebut menghasilkan 44/15. Dengan
demikian
B. Konduktivitas Termal
Konduktivitas atau keterhantaran termal (k) adalah suatu besaran intensif ynag
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah
suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi
termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
rendah.
Laju perambatan panas pada padatan ditentukan oleh konduktivitas termal dan
gradien temperatur . Jika didefenisikan q sebagai jumlah kalori yang melewati satu
satuan luas (A) per satuan waktu ke arah x maka
Tanda minus menunjukkan bahwa aliran panas berjalan dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah.
Pada temperatur kamar, metal memiliki konkoduktivitas thermal yang baik dan
konduktivitas listrik yang baik pula karena transfer panas pada metal berlangsung
karena peran elektron-bebas. Pada material dengan ikatan ion ataupun ikatan kovalen,
di mana elektron kurang dapat bergerak bebas, transfer panas berlangsung melalui
phonon. Walaupun phonon bergerak dengan kecepatan suara, namun
phonon
memberikan konduktivitas panas yang jauh di bawah yang diharapkan. Hal ini
disebabkan karena dalam pergerakannya phonon selalu berbenturan sesamanya dan
juga berbenturan dengan ketidak-sempurnaan kristal. Sementara itu dalam polimer
perpindahan panas terjadi melalui rotasi, vibrasi, dan translasi molekul.
Konduktivitas thermal dalam kristal tunggal tergantung dari arah kristalografis.
Dalam rekayasa praktis, yang disebut konduktivitas thermal merupakan nilai rata- rata
konduktivitas dari padatan polikristal yang tersusun secara acak. Tabel.1 memuat
konduktivitas panas beberapa macam material.
Tabel 1. untuk beberapa material pada 300K
Material
cal/(cm secK)
L=(volt/2
Al
0,53
2,2
Cu
0,94
2,23
Fe
0,19
2,47
Ag
1,00
2.31
C (intan)
1,5
Ge
0,14
dT
dT
lx
vxt
dx
dx
Untuk
phonon
dengan v konstan
1
dT
jv Cv l
3
dx
Resistivitas Termal
Resistivitas () adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus listrik
yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus. Semakin besar
resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk
menimbulkan sebuah kerapatan arus.
Tidak cukup hanya dengan membatasi the mean free path, tetapi harus ada
pembangunan sebuah lokasi kesetimbangan thermal dari distribusi phonon.
Tabrakan phonon dengan ikatan Kristal tidak akan membuat kesetimbangan
thermal, karena tumbukan tidak merubah energy phonon secara individual. Ini dapat
ditandai ulang dengan proses tabrakan 3 phonon.
Keterangan gambar
Di sini akan menjadi sebuah net flux phonon mengarah right end Kristal. Jika
hanya proses N terjadi, momentum tumbukan flux phonon tidak berubah.
Proses Umpklapp
Tiga phonon penting diproses menyebabkan resitivitas panas tidak dalam bentuk
K1+K2 = K3 + G
Dimana G adalah vektor reciprocal lattice . proses ini ditemukan oleh pierls , yang
dikenal dengan umklapp proses. Kita bisa menyebutnya G untuk semua momentum
konservatif dalam kristal. Kita ambil contoh dari proses interaksi gelombang dalam
kristal yang total vektor gelombangnya berubah sampai mendekati nol .
daerah pertama dengan tambahan G . A tumbukkan dari dua fonon dengan hasil yang
negatif dari kx dapat dilakukan dengan proses umklapp (G tidak sama dengan 0)
membuat ponon positif kv .
Proses umklapp juga disebut U proses. Proses tumbukkan dengan G = 0 disebut
normal proses atau N proses . Pada temperatur tinggi T > semua fonon sedang
tereksitasi karena semua tumbukan lenting sempurna akan mengalami proses U
dengan bantuan momentum tinggi yang terjadi dalam tumbukan.
Dalam keadaan ini kita dapat memperkirakan resistivitas termal tanpa perbedaan
secara tinjauan partikel antara proses N dan U , dengan anggapan awal tentang efect
non linear kita dapat memperkirakannya untuk mendapatkan hambatan termal kisi
sebanding dengan T pada temperatur tinggi.
Proses tumbukkan dengan G = 0 disebut normal proses atau N proses . Pada
temperatur tinggi T > semua fonon sedang tereksitasi karena
K bT maks
semua tumbukan lenting sempurna akan mengalami proses U dengan bantuan
momentum tinggi yang terjadi dalam tumbukan.
Dalam keadaan ini kita dapat memperkirakan resistivitas termal tanpa perbedaan
secara tinjauan partikel antara proses N dan U , dengan anggapan awal tentang efect
non linear kita dapat memperkirakannya untuk mendapatkan hambatan termal kisi
sebanding dengan T pada temperatur tinggi.
Energi dari fonon K1,K2, cocok untuk terjadinya umklapp jika saat K b ,
karena baik fonon 1 ataupun 2 harus mempunyai gelombang vektor kisaran G
sehingga tumbukkan bisa mungkin terjadi.
Jika kedua fonon mempunyai K rendah , sehingga energinyapun rendah, tidak
mungkin tumbukan antara mereka gelombang vektornya keluar dari daerah
pertama.Proses umklapp yang energinya konservatif , hanya cukup untuk proses
normal.
Pada temperature rendah bilangan fonon yang memenuhi dari energi tinggi K b
memerlukan harga expetasi extrem sebagai exp(-/2T) , menurut faktor boltzman.
bentuk eksponensial cocok dengan hasil eksperimen.
Kesimpulannya , fonon bebas pada saat memasuki (42) itu adalah saat bebas
untuk tumbukkan umklapp diantara fonon dan tidak untuk semua fonon
Gambar
Imperfeksi
Efek geometri sangat penting untuk free path. Kita menganggap bahwa bagian
kecil dari kristal dibatasi oleh massa isotopic terdapat dalam elemen kimia alami, kima
pemurnian, ketidaksempurnaan pola-pola geometris dari molekul-molekul, dan
struktur benda tak berbentuk.
Pada temperatur rendah, rata-rata dari free path l menjadi sebanding dengan lebar
spesimen uji, sehingga nilai dari l tersebut dibatasi oleh lebar spesimen uji, dan
konduktivitas termalnya menjadi fungsi dari dimensi spesimen.
Efek ini ditemukan oleh De Haaz dan Biermasz. Penurunan yang tajam pada
konduktivitas termal dari kristal pada temperatur rendah dikarenakan oleh efek
ukuran.
Di temperatur rendah, proses umklapp menjadi tidak efektif dalam membatasi
konduktifitas termal, dan efek ukurannya menjadi dominan seperti yang ditunjukkan
pada gambar18. Dapat kita perkirakan free path ponon akan menjadi konstan, dengan
diameter D spesimen, dapat kita lihat
K Cv D
Kristal
memiliki
dielektrik
konduktivitas