Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Joseph Fourier adalah salah seorang yang mempelajari proses perpindahan
panas secara konduksi. Pada tahun 1822, Joseph Fourier telah merumuskan
hukumnya yang berkenaan dengan konduksi.
Tinjauan terhadap peristiwa konduktif dapat diambil dengan berbagai
macam cara (yang pada prinsipnya berakar dari hokum Fourier), mulai dari subjek
yang sederhana yaitu hanya sebatang logam (composite bar). Banyak factor yang
mempengaruhi peristiwa konduksi. Diantaranya pengaruh luas penampang yang
berbeda, pengaruh geometri, pengaruh permukaan kontak, pengaruh adanya
insulasi dan lain-lainnya.
Kesulitan dalam membuktikan penerapan hokum Fourier untuk berbagai
variasi kondisi percobaan ini. Oleh karena itu, pada percobaan ini diatur
sedemikian rupa, yakni dilakukan dalam empat tipe percobaan yang tentu saja
dengan menggunakan umus-rumus yang berbeda dan dengan asunsi-asumsi yang
sesuai.
1.2.

Tujuan
1.

Untuk mengetahui penerapan hukum Fourier untuk konduksi linier


sepanjang logam.

2.

Untuk mengetahui perubahan geometris (cross sectional area) pada profil


temperatur sepanjang konduktor panas.

3.

Menghitung panas konduksi untuk system radial dan membandingkannya


dengan Q supply.

4.
1.3.

Untuk menghitung Termal Konduktivitas.


Permasalahan

Bagimana mengetahui pengaruh perubahan cross sectional area pada profil


temperatur dan termasuk untuk menghitung koefisien perpindahan panas overall
untuk masing-masing sistem konduksi.

1.4.

Manfaat
Melalui percobaan ini kita diharapkan agar dapat mengetahui penerapan

konduktivitas panas pada peralatan Heat Exchanger dan penerapannya dipabrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termal konduktivitas adalah proses untuk memindahkan energi dari bagian
yang panas kebagian yang dingin dari substansi oleh interaksi molekular. Dalam
fluida, pertukaran energi utamanya dengan tabrakan langsung. Pada solid,
mekanisme utama adalah vibrasi molecular. Konduktor listrik yang baik juga
merupakan konduktor panas yang baik pula.
2.1. Steady State Heat Transfer
Perpindahan panas dalam bentuk kalor dapat terjadi diberbagai tipe proses
baik secara kimia maupun fisika. Perpindahan panas sering terjadi dalam berbagai
unit operasi. Seperti lumber or foods, alkohol distillation, burning of fuel, dan
evaporasi. Perpindahan panas terjadi dikarenakan perbedaan temperatur driving
force dan aliran panas dari daerah temperatur panas ke temperatur yang rendah.
2.2. Sifat-sifat Perpindahan Kalor
Bila dua buah benda yang suhunya berbeda berada dalam kontak termal,
maka kalor akan mengalir dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya
lebih rendah. Aliran netto selalu berlangsung menurut arah penurunan suhu.
Perpindahan panas dapat terjadi oleh satu atau lebih dasar mekanisme
perpindahan panas, yaitu :
1. Konduksi
Dalam konduksi, panas dapat dikonduksi melalui solid, liquid, dan
gas. Panas dikonduksi oleh perpindahan energi gerak molekul-molekul
yang berdekatan. Dalam gas hotter molekul, yang mana memiliki energi
kinetik yang lebih besar memberi energinya ke molekul terdekat yang
berada pada level terendah. perpindahan jenis ini hadir dalam beberapa
tingkat pada semua solid, gas, atau liquid yang mana berada pada
temperatur gradien tertentu. Dalam konduksi, energi juga dapat
dipindahkan oleh elektron bebas, yang mana juga cukup penting pada
metalik solid. Contoh dari perpindahan panas secara konduksi yaitu
perpindahan panas melalui dinding heat exchangers atau sebuah

refrigerator, perlakuan panas pada steel forgings, pendinginan tanah


sepanjang musim dingin dan lain-lain. Pada solid, mekanisme yang utama
adalah vibrasi molekular.
Perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut,
yaitu :
a. Melalui pemanasan salah satu ujung zat
Ini menyebabkan partikel-pertikel pada ujung itu bergetar lebih
cepat dan suhunya naik atau energi kinetiknya bertambah. Partikelpartikel yang memiliki energi kinetik lebih besar ini akan memberikan
sebagian energinya kepada partikel-partikel tetangganya melalui
tumbukan sehingga partikel tetangga tersebut memiliki energi kinetik
yang lebih besar. Selanjutnya, partikel-partikel ini akan memberikan
sebagian energi kinetiknya ke partikel-partikel tetangga berikutnya.
Demikian seterusnya sampai kalor mencapai ujung dingin (bagian
yang tidak dipanasi). Perpindahan panas dengan cara ini berlangsung
lambat karena diperlukan beda suhu yang tinggi diantara kedua ujung
untuk memindahkan lebih banyak kalor.
b. Melalui elektron-elektron bebas
Dalam logam kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas
yang terdapat dalam struktur atom logam. Elektron bebas ini mudah
berpindah sehingga pertambahan energi dapat dengan cepat diberikan
ke elektron-elektron lain yang letaknya berjauhan melalui peristiwa
tumbukan. Dengan cara ini kalor dapat berpindah dengan lebih cepat.
2. Konveksi
Bila arus atau partikel-partikel makroskopik fluida melintas suatu
permukaan tertentu, seperti umpamanya bidang batas atau volume kendali,
arus itu akan ikut membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi ini
disebut aliran konveksi kalor atau singkatnya konveksi. Oleh karena konveksi
itu merupakan suatu fenomena makroskopik, ia hanya berlangsung bila ada
gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat
gerakan melawan gaya gesekan.

Konveksi sangat erat kaitannya dengan mekanika fluida. Bahkan secara


termodinamik, konveksi itu dianggap bukan sebagai aliran kalor, tetapi
sebagai fluks entalpi. Contoh konveksi ialah perpindahan entalpi oleh
pusaran-pusaran aliran turbulen dan oleh arus udara panas yang mengalir
melintas dan menjauhi radiator (pemanas) biasa.
3. Radiasi
Radiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan energi melalui
ruang oleh gelombang-gelombang elektromagnetik. Jika radiasi berlangsung
melalui ruang kosong, ia tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentukbentuk lain energi, dan ia tidak pula akan terbelok dari lintasannya. Tetapi,
sebaliknya bila terdapat zat pada lintasannya, radiasi itu akan mengalami
transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan absorpsi (diserap). Hanya
energi yang diserap itu saja yang muncul sebagai kalor, dan transformasi itu
bersifat kuantitatif.
Sebagai contoh, kuarsa lebur akan meneruskan hampir semua radiasi yang
menimpanya: permukaan buram, mengkilap atau cermin memantulkan
sebagian besar radiasi yang jatuh padanya. Sedangkan, permukaan hitam atau
yang tidak mengkilap akan menyerap kebanyakan radiasi yang diterimanya,
dan mengubah energi yang diserapnya itu secara kuantitatif menjadi kalor.
Perpindahan panas pada suatu medium, tidak mungkin terjadi hanya
dengan cara konduksi, tetapi juga terjadi secara konveksi. Hal ini terjadi karena
sifat molekul, atom ataupun elektron bebas yang selalu bergerak. Jadi apabila
suatu bahan dipanasi maka akan terjadi perpindahan panas secara konduksi dan
konveksi dari ujung yang dipanasi ke ujung yang lebih kecil temperaturnya. Profil
perpindahan panas pada medium tersebut akan mengakibatkan adanya fluks
panas.
Termal konduktivitas adalah proses untuk memindahkan energi dari bagian
yang panas kebagian yang dingin dari substansi oleh interaksi molecular. Dalam
fluida, pertukaran energi utamanya dengan tabrakan langsung. Pada solid,
mekanisme utama adalah vibrasi molekular. Konduktor listrik yang baik juga
merupakan konduktor panas yang baik pula.

Persamaan yang berlaku untuk aliran panas konduksi, pertama kali


dinyatakan fourier, sebagai berikut :
Aliran panas konduksi Luaspermukandinding

perbedaansuhu
tebaldindi ng

Konstanta kesebandingan dimiliki oleh setiap material. Dalam bentuk


matematiknya dengan menganggap bahwa temperatur bervariasi dalam arah x
yang dinotasikan dengan :

qx

dQ
dt

qx kA

dalam area x

...............................................................(1)

dT
dx ...............................................................(2)

atau
q"x

qx
dT
k
Ax
dx ..................................................................(3)

Hukum Fourier untuk heat konduksi ini sesuai untuk seluruh jenis solid,
liquid, dan gas. Koefisien k adalah sifat transport dari suatu material dan disebut
"
thermal conductivity, q q A sesuai untuk beberapa analisa. Kuantitas Ax

adalah luas permukaan normal untuk arah x. jika T (x,y,z) adalah suatu fungsi
multidimensi, hukum Fourier menjadi suatu vector :
T
T
T
q" iq "x jq"x kq"x k i
j
k

y
z
x
....................................(4)
atau

q" kT (5)
Bila bahan/material adalah isontropis maka konduktivitasnya tidak
bervariasi terhadap arah x. catatan bahwa tanda negatif pada persamaan Fourier
diatas diperoleh dari hukum II Termodinamika untuk meyakinkan bahwa laju

panas positif dalam arah penurunan temperatur (dari daerah panas kedaerah
dingin).
Gradien suhu (temperatur gradien) yang terdapat dalam suatu bahan
homogen akan menyebabkan perpindahan energi didalam medium itu, yang
lajunya dapat dihitung dengan :
q x kA

T
.................................................(6)

dimana T ialah gradien suhu dalam arah normal (tegak lurus) terhadap
bidang A. konduktivitas termal k ialah suatu konstanta (tetapan) yang ditentukan
dari eksperimen dengan medium itu. Satuan k adalah Btu/hr.ft.oF atau W/m.K.
Jika profil suhu didalam medium itu bersifat linier, maka gradien suhu itu
(merupakan turunan parsial) dapat diganti dengan :
T T2 T1

x x2 x1
.....................................................(7)
Sifat linier seperti ini selalu ditemukan pada medium homogen yang
mempunyai k tertentu dalam perpindahan kalor benda itu termasuk titik-titik pada
permukaan benda.
Jika suhu berubah terhadap waktu, tentulah ada energi yang menumpuk
atau dikeluarkan dari benda itu. Laju penumpukan energi itu adalah :

qmenumpuk mCp

T
x .........................................................................(8)

dimana m adalah hasil kali volume V dan densitas .


Dari proses ini,pemisahan variable dan diintegrasi persamaan Fourier
dimana arah gardien ialah x menghasilkan :
x2

T2

x1

T1

q dx kA dT

..............................................................................(9)

atau
q kA

T2 T1
T
kA
x2 x1
x ...................................................................(10)

Persamaan ini dapat disusun kembali sehingga menghasilkan :


q

T2 T1 beda potensial termal

x
tahanan termal
kA
..................................................(11)

Perhatikan bahwa tahan terhadap aliran kalor berbanding lurus dengan


tebal bahan, tetapi berbanding terbalik dengan konduktivitas termal bahan dan
berbanding terbalik dengan luas yang tegak lurus terhadap arah perpindahan kalor.
Dalam keadaan steady, laju perpindahan kalor yang masuk melalui
permukaan kiri sama dengan yang keluar dari muka kanan. Maka :
q

T1 T2
x kA ................................................................................(12)

dan
q

T1 T3
xb kbA ..................................................................................(13)

Kedua persamaan ini memberikan :


q

T1 T3
x xb

kA kbA .............................................................................(14)

Kedua persamaan diatas menggambarkan analogi antara perpindahan kalor


konduksi dan aliran arus listrik, dan analogi ini berakar pada kesamaan antara
hukum Fourier dan hukum Ohm. Hukum fourier dapat dengan mudah dinyatakan
sebagai :
Aliran kalor konduksi

beda suhu menyeluruh


jumlah semua tahanan termal ...................(15)

Peristiwa Konduksi Untuk Sistem Radial.


Gambar dibawah ini menunjukkan dinding satu lapis, berbentuk silinder,
terbuat dari bahan homogen dengan konduktivitas termal tetap dan suhu
permukaan dalam dab suhu permukaan luar seragam. Pada jari-jari tertentu luas
yang tegak lurusterhadap aliran kalor konduksi radial adalah 2rL, dimana L

adalah panjang silinder. Dengan menuliskan nilai ini kedalam persamaan fourier
dan mengintegrasikannya dengan q konstan, didapat :
T2 T1

q
r
ln 2
2kL r1

2kL T1 T2
T
ln 2
T1

........................................................................(16)

Konduksi panas terdapat pula terjadi pada batang-batang bersusun


(composite bar). Untuk aliran steady sepanjang batang, dimana Q yang dialirkan
sama besar, maka hukum Fourier menjadi :
Q
T THI
T TCi
T T
k H HS
k S HI
kC Ci CS
A
XH
XS
XC
..................................(17)
atau secara overall :

Q
U THS TCS
A
...........................................................................(18)
dimana :
1
X
X
X
H S C
U
kH
kS
kC .......................................................................(19)
U adalah koefisien heat transfer overall untuk composite wall dan I/U adalah
resistansi overall untuk aliran panas.

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan.
a. Alat yang digunakan :
-

power supply

Stavolt

Radial module

Kabel

Cooling water

b. Bahan yang digunakan :


-

Air pendingin (cooling water)

Material sample (kuningan besar (A), kuningan kecil (B), stainless steel
(C), dan sistem radial).

3.2. Prosedur Percobaan.


1.

Rangkailah peralatan seperti pada gambar alat.

2.

Hidupkan power supply.

3.

Atur watt meter sesuai yang dikehendaki (untuk linier dan radial).

4. Catat waktu temperatur masuk air pendingin seketika setelah power supply
dihidupkan.
5. Catatlah harga temperatur yang terbaca T1, T2, sampai T9 (untuk sistem
linier) dan T1, T2, T3, T7, T8, T9 (untuk sistem radial). Apabila harga watt
meter stabil seperti yang dikehendaki.
6. Lakukan langkah 1 5 terhadap masing-masing jenis logam A, B, C untuk
setiap variasi sistem.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA.
A.HASIL PENGAMATAN
SISTEM LINIER
Material
Kuningan
Besar

Tin

T1

T2

T3

T4

T5

T6

T7

T8

T9

30

30

90

87.5

85

65.5

39

37.5

35

32.5

30

30

30

92.5

90

87.5

67.5

44

42.5

32.5

30

27.5

30

30

87.5

85

82.5

65

41.5

40

31.5

29

26.5

T7

T8

T9

Kuningan
kecil
Stainless
Steel

SISTEM RADIAL
Tin

30

T1

30

T2

42.5

40

T3
37.5

T4

T5

T6

Data Ukuran Material


- Kuningan Besar : d = 25 mm = 25. 10-3
- Kuningan kecil : d = 13 mm = 13. 10-3
- Stainless Steel

: d = 25 mm = 25. 10-3

- x = 10 mm
Sistem Radial
-

Ro = 10 mm = 10-2

RL = 50 mm = 5.10-2 m

x = 30 mm = 3. 10-2 m

B. PENGOLAHAN DATA
1.

Mencari harga k setiap logam :

35

32.5

30

a.

Sistem linier

qx
AT

Kuningan Besar (D = 25 mm = 2,5 . 10-2 m)


A = (/4) D2 = /4 (2,5 . 10-2)2 = 4,91 . 10-4 m2

Untuk q = 30 W

T4 = 65.5 K

Til

(T3 T4 ) (85 65.5)

75.25 K
2
2

(30W )(0,01m)
62.67W / m 2 K
4
2
(4,91x10 m )(75.25 65.5) K

k1

k2

(30W )(0,01m)
23.06W / m 2 K
(4,91x10 4 m 2 )(65.5 39) K

k3

(30W )(0,01m)
407.33W / m 2 K
4 2
(4,91x10 m )(39 37.5) K

Ti 2

(T6 T7 ) (39 37.5)

36.25K
2
2

k4

(30W )(0,01m)
488.8W / m 2 K
(4,91x10 4 m 2 )(37.5 36.25) K

km k

k1 k2 k3 k 4 62.67 23.06 407.33 488.8

245.47W / m 2 K
4
4

Kuningan Kecil (D = 13 mm = 1,3 . 10-2 m)


A = (/4) D2 = /4 (1,3 . 10-2)2 = 1,327 . 10-4 m2

Untuk q = 30 W

T4 = 67.5 K

Til

(T3 T4 ) (87.5 67.5)

77.5 K
2
2

(30W )(0,01m)
226.07W / m 2 K
(1,327 x10 4 m 2 )(77.5 67.5) K

k1

k2

(30W )(0,01m)
96.2W / m 2 K
4 2
(1,327 x10 m )(67.5 44) K

k3

(30W )(0,01m)
1507.16W / m 2 K
4
2
(1,327 x10 m )( 44 42.5) K

Ti 2

(T6 T7 ) (42.5 32.5)

37.5 K
2
2

k4

(30W )( 0,01m)
452.15W / m 2 K
(1,327 x10 4 m 2 )( 44 37.5) K

km k

k1 k2 k3 k 4 226.07 96.2 1502.16 452.15

570.4W / m 2 K
4
4

Stailess Steel (D = 25 mm = 2,5 . 10-2 m)


A = (/4) D2 = /4 (2,5 . 10-2)2 = 4,91 . 10-4 m2

Untuk q = 30 W

T4 = 65 K

Til
k1

(T3 T4 ) (82.5 65)

73.75 K
2
2

(30W )( 0,01m)
69.831W / m 2 K
4 2
(4,91x10 m )( 73.75 65) K

k2

(30W )(0,01m)
26W / m 2 K
4
2
(4,91x10 m )(65 41.5) K

k3

(30W )(0,01m)
407.33W / m 2 K
4 2
(4,91x10 m )( 41.5 40) K

Ti 2

(T6 T7 ) (40 31.5)

35.75 K
2
2

k4

(30W )(0,01m)
106.26W / m 2 K
4
2
(4,91x10 m )( 41.5 35.75) K

km k

k1 k 2 k3 k4 69.83 26 407.33 106.26

152.34W / m 2 K
4
4

b. Sistem Radial
q

2LkT
R
ln t
Ro

Rt

Ro

q ln

2LT

Dimana : Ro = 10 mm = 0,01 m
Rt = 50 mm = 0,05 m
L = 10 mm = 0,01 m
- Untuk q = 30 W
T4 = 36.85 K diambil dari grafik plot T Vs x

Til

(T3 T4 ) (37.5 36.85)

37.18 K
2
2

0,05

0,01
k1
2329.82W / m 2 K
2 (0,01)(37.18 36.85) K
(30W ) ln

0,05

0,01
k2
118.83W / m 2 K
2 (0,01)(36.85 36.2) K
(30W ) ln

0,05

0,01
k3
1281.4W / m 2 K
2 (0,01)(36.2 35.6) K
(30W ) ln

(T6 T7 ) (35.6 35)

35.3K
2
2
0,05
(30W ) ln

0,01
k4
2562.8W / m 2 K
2 (0,01)(35.6 35.30 K

Ti 2

km k

k1 k 2 k3 k4 2329.82 1182.83 1281.4 2562.8

1839.21W / m 2 K
4
4

Jenis Material

Q(W)

k (W/moK)

1. Sisten Linier
a.Kuningan Besar
(A=4,91 x 10-4 m2)
b.
Kuningan
Kecil
(A=1,327 x 10-4 m2)
c.Stainless Steel
(A=4,91 x 10-4 m2)

30

245.47

30

570.40

30

152.36

30

1839.21

2. Sistem Radial

2. Mencari Harga Q secara Teori


A. Sistem Linier

Q
Dimana :

kAT
x
T = Ti1 Ti2
x = 10 mm = 0,01 m

Kuningan Besar (A = 4,91 x 10-4 m2)


Untuk k = 245.47 W/moK dan T = 75.25-36.25 = 39 K

(245.47 W / mo K )( 4,91x10 4 m 2 )(39 K)


Q
470.05 W
0,01 m

Kuningan Kecil (A = 1,33 x 10-4 m2)


Untuk k = 570.4 W/moK dan T = 77.5 37.5 = 40 K

(570.4 W / mo K )(1,33 x10 4 m 2 )( 40K)


303.45 W
0,01 m

Stailess Steel (A = 4,91 x 10-4 m2)


Untuk k = 152.36 W/moK dan T = 73.75-35.75 = 38 K

(152.36 W / mo K )( 4,91x104 m 2 )(38 K)


284.27 W
0,01 m

B. Sistem Radial
Q

2 L k T
R
ln 1
Ro

Dimana : L = 10 mm = 0,01 m
Untuk k = 1839.21 W/moK dan T = 37.180 35.3 = 1,88 K
2 (0,01 m)(1839.21W / mo K )(1,88 K )
Q
134.92 W
0,05
ln

0,01

C. Tabel Hubungan k dan Q


Jenis Material
1. Sistem Linier

T = Til Ti2

k (W/moK)

Q (W)

39

245.47

470.05

40

570.4

303.45

38

152.36

284.27

1.88

1839.21

134.92

a. Kuningan besar
(A = 4,91 x 10-4m2)
b. Kuningan Kecil
(A = 1,33 x 10-4m2)
c. Stainless Steel
(A = 4,91 x 10-4m2)
2. Sistem Radial
3. Persen Kesalahan Harga Q
% Kesalahan

Kuningan Besar
- Q Praktek = 30 W

Q Teori Q Pr aktek
x 100%
QTeori

% Kesalahan

470.05 W 30 W
x 100 % 93.62 %
470.05 W

Kuningan Kecil
- Q Praktek = 30 W
% Kesalahan

303.45 W 30 W
x 100 % 90.11 %
303.45 W

Stainless Steel
- Q Praktek = 30 W
% Kesalahan

284.27 30W
x 100 % 89.45 %
284.27 W

BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan heat conduction ini kita mempelajari tentang perpindahan
panas dari suatu material lain secara konduksi. Percobaan heat conduction ini
dilakukan dengan dua cara yaitu cara linear dan cara radial.
Pada percobaan linear yang dihitung adalah laju perpindahan panas secara
linear sepanjang batang logam. Material logam yang digunakan terdiri dari
kunngan besar, kuningan kecil dan stainless steel. Adanya faktor faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya laju perpindahan panas yaitu antara lain luas
penampang, panjang penampang dan juga jenis bahan.
Pada percobaan secara radial kita mengetahui profil temperatur secara
radial, sehingga kita bisa menghitung laju perpindahan panas. Harga T1 lebih
besar dari T2 dan seterusnya sampai T9 yang disebabkan oleh adanya aliran panas
dari heater ke arah cooler melalui material logam.
Untuk harga Q dihitung untuk tiap beda temperatur dari percobaan.
Ternyata harga Q yang didapatkan dari perhitungan jauh lebih besar dari harga Q
yang disupply.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perubahan luas
penampang, tebal penampang dan jenis bahan terhadap profil temperatur

sepanjang konduktor panas. Ternyata semua hal tersebut memberi pengaruh yang
cukup besar dari perhitungan laju pepindahan panas, dimana pada teori, luas
penampang tidaklah mempengaruhi hasil perhitungan laju perpindahan panas.
Pada percobaan heat conduction ini tidak dilakukan percobaan dikarenakan
alatnya rusak, dan untuk datanya didapatkan dari perkiraan yang didasarkan pada
percobaan percobaan sebelumnya yang diperkirakan sesuai dengan teori yang
berlaku.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Faktor faktor yang mempengaruhi laju perpindahan panas yaitu luas
penampang, panjang penampang dan jenis bahan.
2. Semakin besar luas penampangnya maka semakin besar pula laju
perpindahan panas.
3. Semakin panjang penampangnya maka semakin kecil laju perpindahan
panas.
4. Perbedaan temperatur pada setiap bahan menunjukkan konduktivitas
masing masing bahan tersebut.

SARAN
Dikarenakan pada percobaan ini tidak dilakukannya percobaan dikarenakan
alat heat conductionnya rusak, maka diharapkan adanya perbaikan alat sehingga
dapat dilakukan percobaan sebagaimana mestinya, atau dapat juga dengan
mengganti percobaan lain yang ada alatnya yang kira-kira fungsinya sama dengan
alat heat conduction.

Anda mungkin juga menyukai