Anda di halaman 1dari 4

Catatan Lapangan VI

Hari/Tanggal
Waktu
Lokasi
Informan
Subjek
Peneliti

: Jumat , 25 April 2014


: Pukul 17.15 18.50
: Jalan Akses UI No.34, Kelapa Dua
: Mas Otto (Pemilik Bakmi Ceker Gongseng)
: Pendalaman & penambahan informasi-informasi sebelumnya
: Ulfa Zavira (1206266523)

Pengamatan lapangan keenam di Bakmi Ceker Gongseng dilakukan pada hari Jumat,
25 April 2014 pukul 17.15 - 18.50. Pengataman lapangan kali ini kembali saya lakukan pada
hari Jumat, seperti pengamatan-pengamatan pada sebelumnya. Seperti biasa, setelah aktivitas
perkuliahan saya selesai, saya kembali ke tempat kost dan melakukan pengamatan terlebih
dahulu sebelum pulang ke rumah saya. Sore itu, suasana di Bakmi Ceker Gongseng dan
sekitarnya terlihat lebih sepi dari biasanya. Mobil berwarna abu-abu yang biasa Mas Otto
kendarai pun tidak terparkir di tempat biasanya. Saya tetap mencoba masuk ke dalam Bakmi
Ceker Gongseng untuk melihat apakah Mas Otto ada di tempat atau tidak. Saat saya masuk
ke tempat itu, suasananya sangat lah sepi. Tidak ada satu pun pelanggan, hanya terlihat 2
karyawan laki-laki yang sedang mengobrol di bagian belakang restoran. Saya pun bertanya
kepada karyawan tersebut apakah Mas Otto ada di tempat atau tidak. Mereka pun menjawab
bahwa Mas Otto masih dalam perjalanan, tetapi sebentar lagi akan sampai. Saya memutuskan
untuk memesan makanan terlebih dahulu sambil menunggu Mas Otto datang. Saya memesan
Bakmi Yamin Ceker seharga Rp 10.000 dan Ice Tea seharga Rp 3.000.
Setelah menunggu selama kuranglebih 20 menit, Mas Otto akhirnya datang. Mas Otto
langsung masuk kedalam dan menghampiri kedua karyawannya yang ada disana.
Karyawannya pun menunjuk saya dan memberitahu Mas Otto bahwa saya telah
menunggunya untuk mewawancarainya. Mas Otto pun langsung menghampiri meja saya dan
duduk di depan saya. Pada pengamatan yang keenam ini, saya hanya berencana akan
menanyakan beberapa hal untuk mendalami dan menambah informasi yang telah saya
dapatkan pada pengamatan sebelum-sebelumnya. Kebetulan Mas Otto merupakan seseorang
yang sangat terbuka kepada orang lain dan tipikal orang yang suka bercerita. Setiap kali saya
datang, selalu banyak informasi yang saya dapatkan darinya. Oleh karena itu, melalui kelima
pengamatan sebelumnya, saya sudah mendapatkan informasi yang cukup banyak mengenai
dirinya dan usaha Bakmi Ceker Gongseng yang dimilikinya.

Mas Otto mengawali wawancara dengan menceritakan kembali kisah-kisahnya dahulu


sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka Bakmi Ceker Gongseng. Dahulu, Mas Otto
kuliah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia jurusan Teknik Elektro. Setelah ia lulus dari
FTUI, ia pernah melamar pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya di salah satu perusaan
multinasional yang sangat terkenal. Ia pun diterima dan bekerja disana. Lama kelamaan ia
merasa jenuh dan mulai berpikir bahwa itu bukan bidangnya. Ia lebih tertarik untuk berbisnis
atau membuka usaha dibandingkan kerja kantoran. Mas Otto mengatakan bahwa ia sedikit
berbeda dari fresh graduate pada umumnya.
Biasanya fresh graduate itu idealis, cuma mau kerja di bidangnya doang. Kuliahnya
misalkan teknik, ya cuma mau kerja di bidang teknik. Tapi menurut saya biasanya orang
kayak gitu suka hancur, karena mereka idealis dan oportunis. Orang idealis sama realistis
tuh kalo realistis lebih menyesuaikan keadaan. Kalo orang idealis dan udah settle, dia pasti
nutup mata. Kalo ada badai dia gak bisa survive.
Dari perkataan Mas Otto diatas, saya dapat semakin menangkap bahwa Mas Otto
merupakan tipe orang yang tidak idealis. Ia merupakan orang yang realistis dan dapat
menyesuaikan dengan keadaan. Ia suka mencoba hal baru dan menghadapi tantangan baru. Ia
berpikiran bahwa dengan membuka usaha, ia dapat lebih belajar bagaimana untuk survive
dalam kehidupan yang semakin berat. Kehidupan tentunya semakin lama akan semakin berat
dan dipenuhi tantangan, salah satunya dalam bidang ekonomi. Untuk dapat bertahan hidup,
tentunya ia harus menghasilkan pendapatan yang banyak untuk menghidupi ia dan
keluarganya. Mas Otto pun ingin merealisasikan mimpinya untuk menjadi wirausaha yang
sukses, walaupun ia tahu hal itu tidak akan mudah dan tentunya ia harus melewati tantangantangannya untuk mencapainya.
Mas Otto juga bercerita bahwa orang yang masih kuliah dan sudah bekerja itu sangat
lah berbeda. Menurutnya, orang kuliah itu pintar dan banyak sekali ilmunya, tetapi ketika
praktik mayoritas bingung karena belum ada pengalaman. Jadi mereka hanya belajar teori
dan tau ilmunya saja bagaimana, tapi belum mengetahui bagaimana praktik sebenarnya.
Sedangkan kalau orang yang sudah bekerja, mereka sudah mengalami sendiri bagaimana
praktiknya di lapangan. Mereka merasakan bagaimana susahnya bekerja. Kalau orang sudah
bekerja pasti mereka akan bmerasakan bahwa ilmu yang mereka dapatkan selama berkuliah
itu belum seberapa, hanya konsepnya saja. Praktik bekerja sesungguhnya adalah bagaimana
kita dapat menerapkan ilmu-ilmu tersebut dalam pekerjaannya.
Mas Otto pernah mengalami kegagalan dalam membuka usaha. Dahulu, ia pernah
berjualan soto kwali di daerah Cibubur, Jakarta. Usaha tersebut dinamai Soto Kwali

Keprambon. Keprambon merupakan salah satu nama wilayah di Solo. Mas Otto
menceritakan bahwa di Solo, soto kwali tersebut dijual seharga Rp 10.000 dan harga itu
termasuk mahal. Namun, walaupun harga tersebut mahal tapi pasti habis di siang hari karena
rasanya enak. Ia pun berpikir untuk memperkenalkan soto kwali tersebut di Jakarta. Ia merasa
bahwa jika ia sukses memperkenalkan soto kuali dari Solo tersebut di Jakarta, maka ia akan
sangat bangga. Sebelum akhirnya membuka usaha soto kwali, ia sempat membuat tester
untuk memperkenalkan soto kwalinya. Orang-orang pun berkata bahwa rasanya enak. Mas
Otto akhirnya memberanikan diri untuk membuka usaha Soto Kwali Keprambon di daerah
Cibubur. Ia membuka soto kwali tersebut setelah ia membuka Angkringan Panjerwengi. Saat
menjalani usaha tersebut, soto kwali miliknya tidak terlalu diminati. Ia berpikiran bahwa
makanan itu merupakan hal baru bagi orang Jakarta, yang mengetahui soto kwali tersebut
hanya lah orang-orang Jawa. Dari kegagalan tersebut, Mas Otto pun belajar satu hal, bahwa
mencari uang itu sangat susah.
Karena aku ngerasain sendiri susahnya cari duit, jadi ga tega ngeluarin duit.
Makan pecel lele Rp 9.000 aja jadi gak tega. Kalo kerja kantoran kan jajan berapapun ga
ngerasa ga tega. Tapi kalo buka usaha sendiri, pasti ga tega deh. Kalo mau makan jadi
mikir, dagangan gue aja ga laku, masa gue jajan. Gitu.. Kata Mas Otto
Usaha Soto Kwali Keprambon tersebut hanya bertahan selama 5 bulan. Ia mengalami
kerugian sekitar Rp 10.000.000. Mas Otto pun cukup terpukul dan akhirnya Mas Otto pun
dengan berat hati mengakui kalau ia gagal. Teman-temannya pun mengatakan bahwa ia
gagal, dan itu sangat membuat ia sakit hati. Ia merasakan sendiri bagaimana susahnya
menjalani hidup. Tapi Mas Otto tidak putus asa, ia menanamkan pada pikirannya bahwa
selama orang tidak pernah mengalami kegagalan, maka ia juga tidak akan berhasil. Jadi,
kalau mau berhasil, pasti akan gagal dulu. Mas Otto sangat bersyukur bahwa ia mengalami
kegagalan ketika awal dia membuka usaha, bukan ketika ia sudah sukses. Karena
menurutnya, jika gagal ketika sudah sukses akan lebih menyakitkan jika dibandingkan ketika
baru memulai usaha. Dari kegagalan tersebut, ia pun belajar bagaimana agar bisa sukses. Mas
Otto pun memberikan sedikit perumpaan tentang kesuksesan, yaitu :
Kalo mau nangkep ikan paus, ikan pausnya harus gede. Makanya ini berani nyewa
di Akses UI, padahal biayanya gede. Selagi masih muda, kapan lagi nyoba-nyoba. Sukses itu
dimulai dari hal-hal kecil, kalo mau sukses harus berani nyoba dulu. Jelas Mas Otto
Sejak awal, Mas Otto memliki sebuah impian dalam usahanya. Ia ingin sekali dapat
menjual semua makanan khas Solo di Jakarta. Ia sangat ingin membuka daerah tempat
jajanan, semacam Chinatown yang isinya adalah semua makanan Solo. Jika hal itu dapat

tercapai, ia akan merasakan kebanggaan tersendiri, dimana ia dapat melihat sederet makanan
khas daerahnya di jual di Jakarta dan menjadi terkenal di kalangan masyarakat Jakarta.
Dalam menjalankan usaha, Mas Otto sendiri merupakan tipe orang yang cuek.
Maksud dari cuek adalah ia tidak terlalu memperdulikan kompetitor. Ia tahu bahwa dalam
berbisnis, tentunya banyak sekali kompetitor, tapi ia merasa bodo amat dengan kompetitor. Ia
berkata bahwa jika ada kompetitor, maka ia mempelajari usaha kompetitor tersebut bisa
ramai pelanggan. Kalau restoran ramai pelanggan, pasti karena makanannya enak dan
pelayanannya baik. Dari situ lah ia belajar dan dapat menemukan konsep strategi usahanya
sendiri. ia juga belajar mengenai budaya-budaya di Indonesia, jadi dapat mengetahui
makanan yang orang-orang sukai. Contohnya, makanan Bali itu pedas-pedas, kalau makanan
Jawa itu manis-manis.
Mas Otto juga mengatakan bahwa manusia itu memiliki 2 kekuatan, yaitu pikiran dan
perasaan. Walaupun pikiran kita tidak kuat, jika kita menggunakan perasaan maka akan
menjadi kuat. Sejak dahulu, Mas Otto hanya kuat pada salah satunya, yaitu pikiran saja.
Sekarang ia merasa sudah cukup sukses, namun jika dilihat dari sisi perasaan, ia merupakaan
orang yang jahat. Menurutnya, jika seseorang hanya memilih salah satu dari dua kekuatan
tersebut, maka hanya akan kuat di salah satu juga. Jika hanya mengutamakan pikiran, maka
seseorang bisa sukses tapi tidak memiliki teman. Itu lah yang ia namakan dengan
pengorbanan. Ia juga bercerita, bahwa saat bersekolah ia termasuk anak yang pintar. Nilai
Mas Otto merupakan yang paling tinggi, tetapi ia tidak peduli pada teman-temannya. Ketika
kuliah, ia juga tidak memiliki banyak teman karena ia tidak peka terhadap orang lain.
Perasaan Mas Otto sangat lah tertutup. Mas Otto beranggapan bahwa yang berperan atas
kesuksesan kita adalah kita sendiri, bukan orang lain.
Di saat orang lain tidur, kita susah sendiri. Jadi ya emang aku lebih ngutamain
pikiran, dan aku yakin akhirnya pasti sukses. Dari situ juga aku belajar, kalo apa yang kita
petik itu adalah yang kita tanam. Kata Mas Otto
Walaupun ia dahulu tidak begitu mementingkan perasaan, bukan berarti ia sangat
menutup perasaannya. Ia bukan termasuk orang yang jahat dan pelit kepada orang lain.
Selama ia menjalankan usaha, banyak sekaliyang bertanya kepadanya mengenai cara
membuka usaha yang baik dan bagaimana strateginya. Mas Otto pun dengan senang hati
menceritakan pengalamannya dan strategi usahanya. Ia senang berbagi dan membantu orang
lain, karena menurut dia hal tersebut tidak merugikannya.

Anda mungkin juga menyukai