Prosto
Prosto
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
2,3
2.1.3
lepasan
merupakan
jenis
perawatan
prostodontik
yang
maksilofasial
merupakan
jenis
perawatan
protodontik
yang
yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Perawatan
Prostodontik
Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya tiga pihak,
yaitu dokter gigi yang membuat diagnosa, persiapan rencana perawatan dan
melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang melakukan prosedur laboratorium
dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima
keterbatasan gigitiruan.8 Prosedur klinis dan prosedur laboratoris merupakan faktor
2.2 Aplikasi
2.2.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo, aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan
masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan
mendemonstrasikan.14,15
2.2.2 Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik oleh Dokter Gigi
Hasil penelitian Mendez (1985) dan Singh dkk (2011), menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara prosedur yang diajarkan di fakultas, dan
prosedur yang benar-benar dipraktikkan.11,12 Sebagian besar dokter gigi tidak
mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa pendidikan dan lebih
mengikuti prosedur singkat dan sesuai kenyamanan mereka sendiri untuk melakukan
perawatan prostodontik.11 Clark dkk (2001) melaporkan bahwa dokter gigi di
Amerika Serikat dan di negara lain biasanya tidak menggunakan teknik restoratif
tertentu yang telah dipelajari di fakultas, terdapat teknik alternatif yang sesuai untuk
masing-masing kasus yang mereka rawat. Sementara mahasiswa kedokteran gigi
menggunakan teknik yang telah diajarkan, kebanyakan dokter gigi lebih memilih
untuk tidak menggunakannya atau memilih teknik yang berbeda yang mereka pelajari
dari luar universitas.13 Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka sebagian besar
dokter gigi tidak mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa
pendidikan.11-13
2.3 Prosedur Perawatan Prostodontik
Perawatan prostodontik melibatkan banyak prosedur terpisah yang saling
berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya. Dalam hal ini, prosedur
klinis dilaksanakan oleh dokter gigi terhadap pasien di ruang praktik. Setiap prosedur
perawatan yang diaplikasikan, telah banyak dijelaskan di dalam berbagai buku dan
telah diajarkan di dalam kurikulum oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran gigi
untuk memandu dokter gigi dalam melakukan perawatan prostodontik secara
optimal.9-13 Apabila salah satu prosedur yang dilakukan kurang tepat, maka gigitiruan
yang dihasilkan
tidak
akan
memuaskan,
baik
bagi
pemakainya maupun
operatornya.1,8
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, oleh sebab itu, sebagai bahan acuan
prosedur perawatan prostodontik disesuaikan dengan kurikulum yang diajarkan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang meliputi:
2.3.1
Proses perawatan gigitiruan penuh yang harus dilakukan oleh dokter gigi
terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
2.3.1.1 Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu diaplikasikan pada pasien yang akan membuat
gigitiruan penuh untuk membantu dalam menetapkan diagnosa dan rencana
perawatan, meliputi: 1,4,5
A. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon
dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien lebih
lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang keadaan sosial-ekonomi pasien. 1,4,5
B. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi
yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat
diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat kunjungan pertama
pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan
lebih lanjut, baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih, pemeriksaan
objektif maupun berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut.
Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti
diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta
obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena
akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan. 1,4,5
C. Sikap Mental Pasien
Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan sikap
mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu philosophic,
indifferent, critical dan skeptical. Sikap mental pasien merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien. Dokter gigi harus
mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan dilakukan perawatan. Untuk
mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus melakukan perawatan
dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap empati terhadap pasien untuk
mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.1
D. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan,
misalnya
mengenai
pencabutan
terakhir
gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah
gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada
sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat
dimulainya pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi lain
seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya
mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga mulut
yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien. 1,4,5
Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan untuk
menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting untuk
dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan utama yang
diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada gigitiruannya yang baru. 1,4
E. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat
istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan kemungkinan kebiasaan
terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti mengangkat gigitiruan rahang bawah
dengan lidah. 1,4
(a)
Gambar 1.
(b)
Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah 6
pada saat gigitiruan dikeluarkan dari rongga mulut meliputi kebersihan gigitiruan,
bentuk umum, posisi gigi, oklusi, dan keausan gigitiruan. Kemudian dilakukan
pemeriksaan gigitiruan di dalam rongga mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border
extension, freeway space, dimensi vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta posisi gigi dan
hubungannya terhadap lidah, pipi dan bibir, sebelum melakukan penilaian stabilitas
dan retensi. 1,4
Keinginan dan harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat sebaiknya
harus diketahui pada saat kunjungan pertama. Harus disadari oleh pasien maupun
dokter gigi bahwa gigitiruan yang akan dibuat harus dapat menciptakan fungsi rongga
mulut dan keharmonisan hubungan dengan struktur rongga mulut lainnya serta
jaringan sekitarnya.1
3. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa hal.
Pada saat melakukan pencetakan model diagnostik, sensitivitas pasien terhadap
prosedur yang dilakukan di rongga mulut, koordinasi aktifitas lidah dan faktor-faktor
lain yang penting untuk penegakan diagnosa dapat diketahui lebih dini. Apabila
masih terdapat gigi asli pada kedua rahang dan masih dapat dioklusikan, maka model
diagnostik dapat dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat
dicatat. Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan
rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1
4. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan
radiografik
pada
prinsipnya
penting
dilakukan
untuk
Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing wax pada tuberositas dan
vestibulum bukal untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak dengan jaringan,
melindungi jaringan perifer dari kekerasan tepi sendok cetak dan sebagai pembatas
bagi bahan cetak alginat agar tidak mengalir jauh dari jaringan yang akan dicetak.
Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau perubahan bentuk terhadap
jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi serta permukaan
gigitiruan.1,20
Gambar 3.
Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis adalah alginat
(irreversible hidrocolloid) karena harga yang ekonomis, mudah untuk digunakan dan
mempunyai viskositas yang tinggi. 20
Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung gigitiruan
dan perifer. Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus
labial, bukal dan tuberositas serta mencakup hamular notch dan vibrating line pada
bagian posterior. Pada cetakan rahang bawah harus meliputi kedalaman fungsional
dari sulkus labial, bukal dan lingual serta mencakup retromolar pads dan fossa
retromylohyoid di bagian posterior. 1,4,5,20
(a)
Gambar 4.
(b)
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk
mendapatkan studi model dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis. 1,20
2.3.1.3 Pencetakan Fisiologis
Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model kerja
untuk pembuatan basis gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan sendok cetak
fisiologis yang dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi.20
(a)
Gambar 5.
(b)
Sendok cetak fisiologis untuk (a) Rahang atas dan (b) Rahang bawah20
a. Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses
pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur
pembatas gigitiruan yang lebih akurat.20
Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak
fisiologis, antara lain modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan
polyether. Green stick compound merupakan bahan yang paling bagus digunakan
karena memiliki beberapa keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan
kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border molding, karena
kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankan
bentuknya bila dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2-3 mm)
pada tepi sendok cetak, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan
setelah pengerasan serta menghasilkan detail jaringan secara halus. Bahan ini juga
memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan distorsi ketika dikeluarkan dari daerah
undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta menimbulkan aspirasi. 20
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding
berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak
dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus dicetak.1,4 Apabila
menggunakan green stick compound sebagai bahan border molding, secara bertahap
compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan sedikit hingga
mencapai suhu kerja sekitar 49oC (120oF) sampai 60oC (140oF), kemudian
dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border
molding dilakukan secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian
vestibulum labial, daerah posterior palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari
rahang bawah.20
(a)
(b)
Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada sendok cetak
fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. (a) Rahang atas
(b) Rahang bawah 20
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6
pada daerah median palatine raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari
palatum durum untuk sendok cetak rahang atas, serta di tengah-tengah daerah
alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang bawah. Lubang-lubang ini
dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih, memberikan
retensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah
perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis.1,4,20
b. Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik mukokompresi.
Jaringan lunak di rongga mulut harus dalam keadaan sehat diistirahatkan terlebih
dahulu sebelum membuat cetakan fisiologis. Untuk itu, pasien harus melepas
gigitiruannya minimal 24 jam sebelum pencetakan fisiologis.1
Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik untuk
gigitiruan penuh yaitu bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis serta penempatan
yang tepat dari sendok cetak fisiologis pada jaringan pendukung gigitiruan penuh di
rongga mulut.1
2.3.1.4 Penentuan Basis Gigitiruan dan Oklusal Rim
Basis gigitiruan dan oklusal rim berfungsi untuk membangun kontur wajah,
membantu dalam pemilihan gigi, membangun dan mempertahankan dimensi vertikal
oklusi selama pencatatan hubungan rahang, membuat catatan interoklusal, sebagai
panduan pada penyusunan anasir gigitiruan, sebagai panduan untuk penanaman
model kerja kembali (remounting) pada artikulator setelah pasang percobaan dan
sebagai cetakan wax-up untuk permukaan eksternal gigitiruan penuh.20
a. Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada model
kerja dan pada rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada model, menutupi
seluruh jaringan pendukung lengkung rahang, estetik dan nyaman bagi pasien. Resin
akrilik swapolimerisasi merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai basis
gigitiruan ini karena memiliki kekuatan, kekakuan dan adaptasi yang baik pada model
kerja dan di dalam mulut.1,4,5,17,20
Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar mudah
memisahkan basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis yang berkontak
dengan bibir, pipi dan lidah harus halus dan dipoles untuk memberi kenyamanan bagi
pasien saat memakai gigitiruan. Basis gigitiruan pada daerah puncak linggir alveolar,
lereng labial dan lereng bukal harus tipis untuk memperoleh ruangan bagi
penyusunan anasir gigitiruan.1,20
b. Oklusal Rim
Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena mudah
dimanipulasi di laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh kontur rongga
mulut yang tepat, estetik, dapat dibentuk sesuai ukuran dan bentuk gigi serta nyaman
bagi pasien.20
Oklusal rim diletakkan di atas linggir yang sebelumnya dibuat basis gigitiruan
dan dengan lembut ditekan sampai oklusal rim sejajar dengan basis pada model. Rim
direkatkan dengan basis dan seluruh daerah yang kosong pada labial dan lingual
ditambahkan dengan wax, kemudian oklusal rim dihaluskan.20
Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting, harus sama
dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas pada daerah
anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan frenulum labial dan sekitar
12 mm dari basis di daerah tuberositas. Lebar labio-lingual sekitar 8-10 mm di
posterior, dan 6-8 mm pada regio anterior. Tinggi oklusal rim pada rahang bawah
sekitar 18 mm, sedangkan tinggi bagian posterior tidak melebihi setengah tinggi
retromolar pad, lebar 3 mm ke arah bukal sedangkan ke arah lingual lebar tidak
melebihi perluasan medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim pada labial
dari kaninus ke kaninus sekitar 15o untuk memberikan dukungan bibir yang
memadai.20
(a)
(b)
Gambar 8. Ukuran dan bentuk basis dan oklusal rim.(a)rahang atas (b)rahang bawah20
Oklusal rim yang dipasang dalam mulut pasien harus tampak normal, dengan
persyaratan yaitu:
Ekstra Oral:
1) Sulcus nasolabial, sulcus mentolabial, commisura bibir dan filtrum pasien
harus mendapat dukungan yang baik dari oklusal rim. Jika tidak ada
dukungan, maka sulcus nasolabial, sulcus mento labial dan filtrum menjadi
rata serta commisura kendor, namun jika dukungan berlebihan sulcus
nasolabial, sulcus mentolabial berubah bentuk dan dangkal, filtrum akan
hilang alurnya dan commisura berubah ke arah lateral.
2) Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung atau cekung bila oklusal rim
berada dalam mulut. Oklusal rim yang baik harus mendukung bibir dan pipi
serta otot-otot ekspresi wajah secara normal.1,4,5,17,20
Intra Oral:
1) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas sejajar garis interpupil mata jika
dilihat dari depan dan sejajar garis alanasi-tragus (Campers line) apabila
dilihat dari arah lateral yang diukur dengan occlusal guide plane.
2) Pada posisi istirahat fisiologis dan bibir pasien dalam keadaan rileks, bidang
oklusal dari oklusal rim rahang atas terlihat kira-kira 2 mm dibawah bibir atas.
3) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas dan rahang bawah harus
berkontak rapat jika dioklusikan
4) Garis median pada oklusal rim harus sesuai dengan garis median pasien.
5) Garis kaninus akan membuat garis lurus jika ditarik dari pupil mata ke
sudut mulut.1,4,5,17,20
Setelah oklusal rim memenuhi persyaratan, selanjutnya dapat dilakukan
pengukuran dimensi vertikal dan relasi sentrik. 1,4,5,17,20
2.3.1.5 Penentuan Hubungan Rahang
Hubungan rahang didefinisikan sebagai suatu keadaan hubungan rahang
bawah terhadap rahang atas dan dinyatakan dengan hubungan rahang dalam arah
vertikal dan hubungan rahang dalam arah horizontal. Kedua hubungan rahang ini
saling mempengaruhi satu sama lain.17
Hubungan rahang dalam arah vertikal disebut juga dengan dimensi vertikal.
Dimensi vertikal sering diartikan sebagai tinggi wajah vertikal yang ditentukan oleh
besarnya ruang antar rahang. Terdapat dua keadaan dimensi vertikal yaitu dimensi
vertikal oklusi dan dimensi vertikal istirahat fisiologis, sehingga dalam mulut terdapat
selisih ruang dari kedua dimensi vertikal tersebut yang dikenal sebagai jarak
interoklusal (free way space) yang dalam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm.
Sedangkan hubungan rahang dalam arah horizontal yang sering dikenal dengan relasi
sentrik, merupakan hubungan horizontal maksilomandibular ketika rahang bawah
dalam posisi paling posterior.17
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi vertikal dan
relasi sentrik pada pasien edentulus, namun pengukuran sering dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa metode sehingga mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat. Ketidaktepatan dalam menentukan hubungan rahang baik dimensi
vertikal maupun relasi sentrik akan menyebabkan berbagai keluhan dari pasien
diantaranya gangguan fungsi pengunyahan, bicara, estetik dan mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung gigitiruan penuh serta akan mempengaruhi sendi
temporomandibular.17,20
oklusal rim tidak boleh berkontak pada daerah distal. Kemudian oklusal rim
dikembalikan pada model kerja dan ditanam pada artikulator.1,4
2.3.1.6 Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Penuh
Warna mempunyai 4 sifat yaitu hue, chroma, value dan translusens yang
seluruhnya terlibat dalam pemilihan gigi.1
a. Hue, yaitu warna khas yang dihasilkan oleh gelombang cahaya tertentu yang
jatuh pada retina. Merupakan warna itu sendiri, seperti biru, merah, hijau dan
kuning.
b. Saturasi (Chroma) ialah jumlah warna per unit area dari suatu obyek.
Misalnya beberapa gigi tampak lebih kuning dari yang lain. Warna dasarnya
mungkin sama, tetapi ada sesuatu yang lain pada beberapa gigi dibandingkan
yang lain.
c. Kecemerlangan(Value) ialah terang atau gelapnya sesuatu obyek. Variasi
dalam kecemerlangan dihasilkan oleh pengenceran warna (hue) dengan putih
atau hitam
d. Kebeningan (translusens) ialah sifat suatu obyek yang memungkinkan cahaya
menembus melaluinya tetapi tidak memberikan bayangan yang dapat
dibedakan.
Pemilihan warna anasir gigitiruan akan mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan perawatan. Pada umumnya pemilihan warna dapat disesuaikan dengan
umur, warna kulit, rambut atau pupil serta jenis kelamin pasien.1 Untuk memilih
warna gigi yang sesuai bagi pasien biasanya digunakan pedoman warna gigi (shade
guide).20
Gambar 10.
laboratorium untuk proses selanjutnya, jika dokter gigi dan pasien telah puas dan
sepakat terhadap penilaian gigitiruan yang telah dilakukan.1,4,5,17,20
2.3.1.8 Remounting dan Selective Grinding
Prosedur flasking, packing dan processing resin akrilik dapat menghasilkan
perubahan dimensi yang menyebabkan hubungan oklusi yang tidak harmonis dan
peninggian dimensi vertikal oklusal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh: 1,4,5,20
1. Perubahan dimensi wax ketika penanaman kuvet (flasking)
2. Anasir gigitiruan yang tertekan ke dalam bahan tanam akibat pengepresan
sewaktu pengisian akrilik.
3. Pemasangan bagian-bagian kuvet yang tidak tepat
4. Sisa akrilik yang berlebih karena adonan resin akrilik terlalu elastis atau
pengepresan yang kurang pada saat pengisian akrilik
5. Perubahan thermis pada saat polimerisasi resin akrilik
Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali gigitiruan ke
artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis
dari gigitiruan yang baru selesai diproses. Biasanya incisal guidance pin dari
artikulator tidak berkontak dengan incisal guidance table dan gigitiruan harus
digrinding untuk memperbaiki dataran bidang oklusi.1,5
Selective grinding merupakan pengasahan permukaan oklusal gigitiruan pada
tempat-tempat tertentu untuk memastikan bahwa oklusi sentrik gigitiruan tepat
dengan hubungan rahang sentrik dan juga gigitiruan harus dalam kontak eksentrik
yang seimbang pada semua sisi. Merupakan salah satu tahap terpenting untuk
mencapai oklusi seimbang dari gigitiruan. Oklusi yang seimbang memastikan bahwa
tekanan akan jatuh merata disetiap bagian lengkung rahang sehingga kestabilitan
gigitiruan dapat dipertahankan ketika rahang bawah berada pada posisi sentrik
maupun eksentrik.1,4,5,17,20
2.3.1.9 Pemasangan Gigitiruan Penuh
Prosedur pemasangan gigitiruan harus dijadwalkan karena memerlukan waktu
yang cukup untuk melakukan pemasangan gigitiruan dan konsultasi untuk menjawab
setiap
pertanyaan
dan
kekhawatiran
pasien.
Pasien
diinstruksikan
untuk
dan
penyakit
periodontal,
pemulihan
gigi
pasien,
pemulihan
dan
anatomis
dilakukan
sebelum
preparasi
mulut
dengan
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone dan dilakukan
trimming untuk mendapatkan model studi.6
2.3.2.3 Pencetakan Fisiologis
Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi untuk
mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan fisiologis adalah
gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung rahang Klas I dan Klas II
Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi atau
visible light cured resin akrilik.3,6
a. Sendok Cetak Fisiologis
Buat outline pada model rahang atas dan bawah sesuai dengan batas sendok
cetak fisiologis. Setelah itu selembar baseplate wax dilapiskan pada model di atas
permukaan linggir edentulus dan daerah palatal dan 2 lembar baseplate wax
dilapiskan di atas gigi-geligi yang berfungsi sebagai spacer. Wax spacer harus 2 mm
lebih pendek dari outline sendok cetak yang telah ditentukan pada daerah tidak
bergigi dan 1 mm lebih pendek pada daerah bergigi untuk proses border molding.
Wax spacer tidak menutupi daerah posterior palatal seal pada rahang atas dan buccal
shelf pada rahang bawah, sehingga sendok cetak fisiologis yang dihasilkan akan
berkontak dengan mukosa daerah tersebut yang berfungsi sebagai pedoman untuk
menempatkan sendok cetak pada posisi yang benar di rongga mulut. Buka bagian
incissal edge pada gigi insisivus sentral sebagai stopper pada bagian anterior.2,3,5
(a)
Gambar 11.
(b)
(a)
Gambar 12.
(b)
(a)
Gambar 13.
(b)
b. Border Molding
Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk membentuk
tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan,
dengan menggunakan green stick compound dan wax spacer masih berada pada
sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung.3
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan
dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 8
berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan dilakukan
pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.3
Gambar 14. Sendok cetak fisiologis yang telah selesai dibuat. Terdapat lubang pada
permukaan sendok cetak fisiologis 2
c. Teknik Mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan selektif antara gigi dan jaringan
pendukung:6
1. Teknik mukokompresi: jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan kea rah mukosa di bawahnya. Bahan cetak
yang digunakan adalah bahan cetak silikon dan polyether.
2. Teknik mukostatis: jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang
sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada
keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa. Bahan
cetak yang digunakan adalah irreversible hidrokolloid.
Teknik pencetakan ganda umumnya dilakukan pada pencetakan fisiologis,
dengan mengkombinasikan teknik mukokompresi saat melakukan pencetakan
pertama untuk menghasilkan cetakan yang akurat pada daerah linggir tidak bergigi
dan pencetakan kedua dengan teknik mukostatis pada daerah bergigi.6
Bentuk anatomis gigi dan jaringan pada lengkung rahang kehilangan sebagian
gigi harus tercetak secara akurat. Hal ini sangat diperlukan agar GTSL dapat didesain
sesuai dengan arah pasang dan arah lepas serta dukungan, stabilitas dan retensi yang
berasal dari gigi penyangga lebih tepat dan akurat.5,6
2.3.2.3 Penentuan Hubungan Rahang
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi
vertikal dan relasi sentrik pada kehilangan gigi sebagian yang sangat bergantung pada
gigi geligi dan jaringan yang masih tersisa.2,3,20
a. Penentuan Dimensi Vertikal
Apabila terdapat cukup banyak gigi antagonis berkontak yang dapat
menunjukkan hubungan rahang yang sebenarnya dan rentang daerah tak bergigi
cukup pendek, maka dimensi vertikal dapat ditentukan dengan cara mengatupkan
model rahang atas dan rahang bawah hingga mencapai oklusi kemudian difiksasi
dengan sticky wax sampai pemasangan pada artikulator selesai dilakukan.2,3,20
Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi antagonis
tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut, maka dalam
keadaan ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan menggunakan bahan
pencatat interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste dan wafer bite wax.2,3,20
dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim ditempatkan pada daerah
yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan untuk menutup rahangnya dalam
hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi
vertikal yang tepat. Setelah dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali
pada model kerja. Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja
telah sesuai dengan yang diperoleh di dalam mulut.2,3,20
Gambar 16.
Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi anterior pada
kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan GTSL rahang bawah,
maka prosedur penentuan hubungan rahang yang dilakukan sama seperti penentuan
hubungan rahang pada GTP dan dengan menggunakan basis dan oklusal rim.3,20
b. Penentuan Relasi Sentrik
Hubungan horizontal rahang (relasi sentrik atau oklusi sentrik) yang akan
menjadi patokan untuk restorasi yang akan dibuat, sebaiknya ditetapkan selama
proses diagnosa dan rencana perawatan. Hal ini dilakukan setelah preparasi mulut dan
penyesuaian oklusi gigi asli selesai dilaksanakan. Dengan demikian, pada saat
penentuan hubungan rahang, akan dijumpai salah satu keadaan berikut ini:3,20
1) Relasi sentrik bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam
hubungan relasi sentrik.
2) Relasi sentrik tidak bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan dibuat dalam
hubungan oklusi sentrik.
3) Gigi posterior tidak berkontak, restorasi akan dibuat dalam hubungan relasi
sentrik.
4) Tidak terdapat gigi posterior pada salah satu atau kedua rahang dan gigitiruan
akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya relasi
sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas dan rahang
bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan gigi. Sebaliknya pada
kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak memiliki oklusal stop lagi,
harus dibuat basis dan oklusal rim untuk memperoleh hubungan rahang atas dan
rahang bawah. Hubungan ini kemudian dipindahkan ke artikulator.3,20
Adaptasi dasar gigitiruan terhadap model kerja harus baik terutama pada GTSL
kerangka logam.3,5,20
Untuk GTSL akrilik, prosedur pasang percobaan biasanya dilakukan dalam
bentuk wax. Pemeriksaan yang dilakukan pasang percobaan wax ini meliputi adaptasi
dan kecekatan dari basis dan komponen-komponen gigitiruan, retensi dan stabilisasi,
oklusi, dimensi vertikal oklusal, posisi gigi, artikulasi, estetik dan permukaan
poles.3,5,20
Bila gigitiruan dari kerangka logam, pemeriksaan yang dilakukan meliputi
retensi dan stabilisasi, kemudian perlu diperhatikan kontak antara kerangka logam
terhadap jaringan lunak rongga mulut maupun tepi gigi penyangga dan hubungan
antara konektor plat dengan gigi antagonis. Pemeriksaan ini dilaksanakan sebelum
pemasangan sadel dan anasir gigitiruannya untuk memudahkan pemeriksaan
kecekatan antara retainer dengan permukaan gigi penyangga dan memudahkan
penyesuaian kerangka logam bila perlu dilakukan. Pada kasus yang memakai
kerangka logam pada kedua rahangnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oklusi
gigi yang masih ada, setelah itu pemeriksaan gigitiruan harus dilakukan satu persatu
secara terpisah, kemudian oklusi dan artikulasi diperiksa setelah kedua gigitiruan
berada pada rongga mulut.5
Bila akan dilakukan modifikasi, pekerjaan ini biasanya dikirim ke
laboratorium dan perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pasien apabila
terdapat perubahan-perubahan yang akan dilakukan mengenai posisi, bentuk, ukuran
maupun warna gigi. Apabila telah memenuhi aspek estetik dan oklusi, wax gigitiruan
dikirim kembali ke laboratorium untuk proses selanjutya.5
2.3.2.7 Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada
permukaan yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus
bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa
serta tumpukan plak. Pemeriksaan juga dilakukan pada komponen gigitiruan meliputi
konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila tajam dapat melukai jaringan rmulut.20
Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan atau
paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigitiruan dengan
memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan gigitiruan jangan
sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam
mulut, dilakukan pemeriksaan terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik
dan kecekatan serta ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras
maupun lunak rongga mulut.3,5,20
Edukasi kepada pasien sangat penting dilakukan mengenai cara memasang
dan melepas serta merawat gigitiruan yang dipakainya, cara menjaga kesehatan mulut
serta gigi yang masih ada dan gangguan yang mungkin timbul akibat pemakaian
gigitiruan. Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah
pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut.20
2.3.2.7 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan. Perlu
ditanyakan kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan,
kemudian lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat
ulserasi atau eritema serta oklusi dengan articulating paper.5
Pasien juga perlu diberitahu bahwa setelah pemakaian beberapa waktu,
gigitiruan pasti mengalami perubahan begitu pula bagian tertentu dari jaringan rongga
mulut pasien sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam
setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan lanjut yang mungkin timbul seperti
karies maupun penyakit periodontal.5,20
2.3.3
pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut meliputi
perawatan yang pernah dilakukan khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan
prostodontik sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat.
Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan
gigitiruan.23,24
Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan
pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi asimetris wajah, bentuk
bibir, sendi temporomandibular dan otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan intra oral
dilakukan untuk mengevaluasi kondisi jaringan lunak rongga mulut, gigi dan struktur
pendukung. Pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut meliputi lidah, dasar mulut,
vestibulum, pipi, palatum keras dan palatum lunak. Pemeriksaan terhadap gigi
meliputi gigi yang hilang, oral hygiene, warna gigi, oklusi gigi, kontak premature,
kondisi gigi yang tinggal apakah terdapat karies, restorasi, mobility, elongasi,
malformasi, atrisi, fraktur dan vitalitas gigi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
kondisi ginggiva dan perlekatan jaringan periodonsium. Seluruh hasil pemeriksaan
klinis dituliskan pada dental chart.23,24
Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur tulang
alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar gigi
penyangga, evaluasi tebal dinding pelindung pulpa, memeriksa adanya lesi karies,
sisa akar gigi, gigi terpendam, resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan
periapikal, serta mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan baik tambalan
maupun perawatan saluran akar.23
Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap mungkin
mencakup perawatan pendahuluan dan penentuan desain perawatan yang akan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien mencakup penentuan gigi penyangga dan
menentukan desain GTC.5,23,24
2.3.3.2 Pencetakan Anatomis
Gambar 17. Salah satu contoh Shade guide pada pemilihan warna GTC 26
Gambar 18. Contoh Colour communication form pada pemilihan warna GTC 25
2.3.3.4 Preparasi Gigi Penyangga
Preparasi gigi adalah suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan jaringan
permukaan gigi yang akan menjadi penyangga gigitiruan cekat dengan tujuan untuk,
menyediakan tempat bagi bahan retainer atau mahkota, memungkinkan pembentukan
retainer sesuai bentuk anatomi gigi asli, menghilangkan daerah undercut,
mendapatkan arah pasang gigitiruan cekat, membangun bentuk retensi dan
menghilangkan jaringan yang rusak oleh karies jika ada.5,23
Untuk mendapatkan hasil preparasi yang ideal, maka dokter gigi harus
mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip preparasi yang benar. Prinsip dasar
preparasi gigi penyangga dilandasi oleh berbagai pertimbangan utama, antara lain
pertimbangan mekanis, biologis dan estetik. Pertimbangan mekanis berhubungan
dengan integritas dan daya tahan restorasi. Kemudian pertimbangan biologis
berhubungan dengan kesehatan jaringan rongga mulut. Sedangkan pertimbangan
estetik yang berhubungan dengan penampilan pasien.23
jaringan
gigi
pada
daerah
proksimal
bertujuan
untuk
preparasi pada dinding proksimal tidak boleh membentuk undercut karena dapat
menghalangi arah pemasangan gigitiruan cekat. Ketebalan preparasi berbeda sesuai
dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer. 23,24
c. Pengasahan permukaan fasial/ lingual
Pengasahan pada dinding fasial dan lingual berguna untuk menyediakan
tempat bagi ketebalan yang cukup dari material restorasi agar dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya overcontour. Pengambilan jaringan dilakukan seperti pada
proses reduksi dinding-dinding proksimal. 23,24
d. Pembulatan sudut-sudut preparasi dan pembentukan akhiran servikal
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan
pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang
tajam akan menimbulkan tegangan (stress) pada restorasi dan sulit dalam
pemasangan gigitiruan cekat. Akhiran servikal preparasi (finishing line) harus
mempunyai bentuk yang jelas tergantung pada kondisi gigi penyangga dan material
gigitiruan cekat yang digunakan. Akhiran servikal ini berguna untuk menghindari
terjadinya kegagalan restorasi akibat tidak rapatnya kontak antara restorasi gigitiruan
cekat dengan akhiran servikal. Akhiran servikal preparasi dapat berbentuk feather
edge, chisel edge, bevel, chamfer, shoulder atau shoulder bevel. 23,24
Gambar 20. Bentuk akhiran servikal preparasi: (a) knife edge, (b) bevel,
(c) chamfer, (d) shoulder, (e) shoulder bevel. 26
e. Pembuatan grooves, pinholes dan boxes
terutama pada gigi anterior. Syarat restorasi sementara yang optimal, harus memenuhi
beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu faktor biologis, mekanikal dan
estetik.23,24
harus
dilapisi
dengan
resin
autopolimerisasi
sebelum
dilakukan
penyemenan. Restorasi sementara yang dibuat sendiri oleh dokter gigi diruang
praktik terutama untuk restorasi beberapa gigi yang terbuat dari berbagai jenis resin
dengan metode langsung maupun metode tidak langsung.23
(a)
(b)
Gambar 22. Restorasi sementara buatan pabrik yang terbuat dari bahan
(a)polycarbonate dan (b) nickel-chromium 27
1) Keakuratan
gigitiruan
cekat
dapat
diperiksa,
apabila
diperlukan
plak terutama di sekitar pontik dan konektor dengan menggunakan alat pembersih
rongga mulut tambahan seperti dental floss untuk mencegah penumpukan plak di
bawah pontik.23
2.3.3.11 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Cekat
Pemeriksaan dijadwalkan satu atau dua minggu setelah pemasangan gigitiruan
cekat untuk mengevaluasi prosedur oral hygiene telah dilakukan secara benar oleh
pasien, mengevaluasi fungsi, oklusi, kenyamanan gigitiruan, dan memastikan tidak
terdapat sisa semen pada sulkus ginggiva yang mungkin tidak terdeteksi sebelumnya.
Pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah pemeriksaan pertama untuk
memastikan bahwa tidak ada koreksi lebih lanjut yang diperlukan.5
Pemeriksaan berkala sebaiknya dijadwalkan dalam interval waktu 6 bulan dan
pemeriksaan radiografik dilakukan 1 tahun setelah pemasangan gigitiruan cekat untuk
mengevaluasi kondisi apikal gigi penyangga dan selanjutnya pemeriksaan radiografik
secara rutin setiap 4 tahun untuk mendeteksi kematian pulpa dan infeksi apikal gigi
penyangga.5
2.4.4 Permasalahan
yang
Dihadapi
oleh
Dokter
Gigi
Selama
prostodontik yang diberi nama dental mechanics. Hal ini berbahaya karena hasil
yang tidak memuaskan ini menunjukkan bahwa tekniker dapat melakukan pelayanan
prostodontik yang lebih baik, yang kenyataannya dokter gigi dapat melakukan
perawatan yang lebih baik apabila memiliki waktu yang cukup.15 Kontak waktu yang
memadai
dengan
pasien
sangat
penting untuk
mengembangkan
keahlian,
Perawatan Prostodontik
Tujuan
Memperbaiki
Kesehatan
Umum
Memperbaiki
Estetik
Memperbaiki
Fungsi:
Mastikasi
Fonetik
Protesa
Maksilofasial
Merestorasi &
memelihara
kesehatan gigi
dan jaringan
rongga mulut
Gigitiruan
Lepasan
GTP
GTSL
Syarat
Keberhasilan Perawatan
Jenis
Gigitiruan
Cekat
Mahkota
Implan
Retensi
Pasien
Persentase Perawatan
Oklusi
Prosedur
Laboratoris
Jembatan
Diagnosa
Tekniker
gigi
Dokter gigi
Rencana
Perawatan
Prosedur Klinis
Stabilitas
Dukungan
Estetik
Tidak
Sakit
9.
10.
11.
Prosedur Diagnostik
Pencetakan anatomis
Border molding
Pencetakan fisiologis
Basis dan Oklusal rim
Penentuan hubungan rahang
Pemilihan warna anasir
gigitiruan
Pemasangan kembali gigitiruan
penuh ke artikulator
(remounting)
Pasang percobaan gigitiruan
penuh
Pemasangan gigitiruan penuh
Pemeriksaan pasca pemasangan
gigitiruan penuh
Gigitiruan Cekat
1. Prosedur Diagnostik
2. Pencetakan anatomis
3. Border molding (untuk kasus
free end)
4. Pencetakan fisiologis
5. Penentuan hubungan rahang
6. Pemilihan warna anasir
gigitiruan
7. Pasang percobaan gigitiruan
8. Pemasangan gigitiruan sebagian
lepasan
9. Pemeriksaan pasca pemasangan
gigitiruan sebagian lepasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Prosedur Diagnostik
Pencetakan anatomis
Pemilihan warna gigitiruan
Preparasi gigi penyangga
Retraksi gingiva
Pencetakan fisiologis
Restorasi sementara
Pasang percobaan gigitiruan
Pemasangan sementara gigitiruan
cekat
10. Pemasangan tetap gigitiruan cekat
11. Pemeriksaan pasca pemasangan
gigitiruan cekat