: Ny. E
Umur
: 60 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
MRS Tanggal
: 3 Desember 2015
Penderita mengalami penyakit ini, untuk yang kedua kalinya, serangan pertama 15
tahun yang lalu, serangan kedua adalah yang sekarang.
Status Internus
Kesadaran
: E1M1V1
Jantung
: Bj 1 dan Bj 2 normal
Gizi
: cukup
Paru
: Vesikuler,normal
Suhu Badan
Hepar
: tidak teraba
Nadi
: 90x/menit
Lien
: tidak teraba
Pernapasan
: 22x/menit
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Genetalia
: tidak diperiksa
Berat Badan
: 45 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
Status Psikiatrikus
Sikap
: tidak ada
Ekspresi Muka
: tidak ada
Perhatian
: tidak ada
Kontak Psikis
: tidak ada
B. Status Neurologis
1. Kepala
Bentuk : brachiochepali
Ukuran : normal
Simetris : simetris
2. Leher
Sikap
: lurus
Deformitas
: tidak ada
Torticollis
: negatif
Tumor
: tidak ada
Pembuluh darah
: tidak ada
C. Syaraf-syaraf Otak
1. N. Olfaktorius
Kanan
Kiri
Anosmia
Parosmia
tidak dinilai
2. N. Optikus
Visus
tidak dinilai
Campus Visi
Anopsia
tidak dinilai
tidak dinilai
Hemianopsia
tidak dinilai
tidak dinilai
Fundus Oculi
-
Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Kiri
Diplopia
Celah mata
Ptosis
Strabismus
Exophtalmus
Enophtalmus
Deviation conjugae
Pupil
-
Bentuknya
bulat
bulat
Besarnya
3 mm
3 mm
Isokori/anisokor
Midriasis/miosis
Refleks cahaya
isokor
tidak ada
tidak ada
- Langsung
ada
ada
- Konsensuil
ada
ada
- Akomodasi
ada
ada
Argyl Robertson
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
4. N.Trigeminus
Motorik
-
Menggigit
Trismus
Refleks kornea
Sensorik
-
Dahi
Pipi
Dagu
Kanan
Kiri
5. N.Facialis
Motorik
Mengerutkan dahi
Menutup mata
: positif
Menunjukkan gigi
Bentuk Muka
- Istirahat
- Berbicara/bersiul :
Sensorik
2/3 depan lidah
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
- Chvosteks sign
6. N. Cochlearis
Kanan
Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Kanan
Kiri
Arcus pharingeus
Uvula
Gangguan menelan
Suara serak/sengau
Denyut jantung
normal
Refleks
-
Muntah
Batuk
Okulokardiak :
Sinus karotikus:
Sensorik
-
8. N. Accessorius
Kiri
Mengangkat bahu
Memutar kepala
9. Hypoglossus
Kanan
Kiri
Menjulurkan lidah
Fasikulasi
Atrofi papil
tidak ada
Disartria
D. COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: tidak ada
Lordosis
: tidak ada
Gibbus
: tidak ada
Deformitas
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Meningocele
: tidak ada
Hematoma
: tidak ada
Nyeri ketok
: tidak ada
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
kenyal
normal
meningkat
normal
Refleks fisiologis
-
Biceps
Triceps
meningkat
normal
Periost radius
meningkat
normal
Periost ulna
meningkat
normal
Refleks patologis
-
Hoffman Ttromner
negatif
Trofik
eutrofik
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
meningkat
normal
Klonus
-
Paha
negatif
negatif
Kaki
negatif
negatif
Refleks fisiologis
-
KPR
meningkat
normal
APR
meningkat
normal
Refleks patologis
-
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rossolimo
Mendel Bechterew
Atas
Tengah
Bawah
SENSORIS
Lipat nasolabialis
tertinggal mengot ke
kanan
Gerakan : tidak
ada
Kekuatan : 0
Tonus :
meningkat pada
lengan kanan
Gerakan : tidak
ada
Kekuatan : 0
Tonus :
meningkat pada
lengan kanan
Kanan
Kiri
Kaku kuduk
negatif (-)
Kernig
negatif (-)
Lasseque
negatif (-)
Brudzinsky
-
Neck
negatif (-)
Cheek
negatif (-)
Symphisis
negatif (-)
Leg I
negatif (-)
Leg II
negatif (-)
Ataxia
: tidak diperiksa
Romberg
: tidak diperiksa
Hemiplegic
: tidak diperiksa
Dysmetri
Scissor
: tidak diperiksa
- jari-jari
: tidak ada
Propulsion
: tidak diperiksa
Histeric
: tidak diperiksa
Limping
: tidak diperiksa
Steppage
: tidak diperiksa
H. GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Athetosis
: tidak ada
Ballismus
: tidak ada
Dystoni
: tidak ada
Myocloni
: tidak ada
I. FUNGSI VEGETATIF
10
Miksi
Defekasi
Ereksi
J. FUNGSI LUHUR
Afasia motorik
Afasia sensorik
Apraksia
Agrafia
Alexia
Afasia nominal
LABORATORIUM (4/12/2015)
DARAH
PEMERIKSAAN
Hb
Leukosit
Trombosit
Ht
GDS
Trigliserid
Kolesterol total
HDL
LDL
Ureum
Creatinine
Uric Acid
HASIL
12,8
14.000
342.000
41
80
118
157
44
86
62
1,35
2,88
SATUAN
g/dl
/uL
/uL
%
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
NILAI NORMAL
P=12-14 g/dl
5.000-10.000 /uL
150.000-400.000/uL
37-43%
<180
<200
<200
>50
<130
20-40
0.6-1.1
3,4-7
URINE
: tidak diperiksa
FAECES
: tidak diperiksa
LIQUOR CEREBROSPINALIS
: tidak diperiksa
PEMERIKSAAN KHUSUS
11
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
Arteriography
: tidak diperiksa
Electrocardiography
: tidak diperiksa
Pneumography
: tidak diperiksa
Lain-lain (CT-Scan)
(9 Desember 2015)
1.2. RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita dirawat dibagian saraf RSUD Palembang BARI karena penurunan
kesadaran sejak 30 jam SMRS.
Sejak 2 hari SMRS, saat penderita setelah pulang berjualan gado-gado tibatiba mengalami kelemahan pada tungkai dan lengan kanan yang kemudian disertai
penurunan kesadaran. Saat serangan terjadi penderita tidak mengalami sakit kepala,
tidak ada mual dan muntah, tidak ada kejang dan gangguan rasa pada sisi yang
lemah. Saat serangan penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar dan disertai
sesak nafas. Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan sama berat. Seharihari penderita menggunakan tangan kanan. Penderita tidak dapat mengungkapkan isi
pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran
orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut
penderita sedikit mengot dan ada pelo.
Riwayat darah tinggi ada sejak 15 tahun yang lalu namun tidak kontrol teratur.
Riwayat kencing manis disangkal, penyakit jantung disangkal. Riwayat trauma
disangkal. Riwayat merokok tidak ada. Riwayat stroke 15 tahun yang lalu ada.
12
Penderita mengalami penyakit ini, untuk yang kedua kalinya, serangan pertama 15
tahun yang lalu, serangan kedua adalah yang sekarang.
PEMERIKSAAN
Status Praesens
Kesadaran
: E1M1V1
Suhu Badan
: 38,0C
Nadi
: 90 x/m
Pernapasan
: 22 x/m
TD
: 140/80 mmHg
Pemeriksaan motorik
LENGAN
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
kenyal
normal
Refleks fisiologis
-
Biceps
meningkat
normal
Triceps
meningkat
normal
Periost radius
meningkat
normal
Periost ulna
meningkat
normal
Refleks patologis
-
Hoffman Ttromner
negatif
Trofik
eutrofi
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
13
Kekuatan
Tonus
kenyal
normal
Klonus
-
Paha
Kaki
Refleks fisiologis
-
KPR
meningkat
normal
APR
meningkat
normal
Refleks patologis
-
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rossolimo
Mendel Bechterew
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK
DIAGNOSA TOPIK
PENGOBATAN
Perawatan
Bed rest
14
Medikamentosa
IVFD Nacl gtt 20 x/mnt (500cc/12jam)
O2 nasal 3L
Citikoline 2 x 500 mg iv
Ranitidin 2 x 1 amp iv
Paracetamol 3x500 mg
Aspilet 2 x 80 mg
Neurodex 1 x 1 tab
Cateterisasi urin
Pasang NGT
PROGNOSA
Quo ad Vitam
: ad malam
Quo ad Functionam
: ad malam
FOLLOW UP
Tanggal / Pkl
6 Desember
2015
06.00 WIB
Perjalanan Penyakit
Instruksi / Rencana Therapy
S: penurunan kesadaran (+), demam (+) -IVFD Nacl gtt xx/mnt (500 cc/12
O: GCS: E1M1V1
jam)
TD: 150/100mmHg, N: 90x/mnt,
15
RR:32x/m, T:39,0
- O2 nasal 3L
- Diet cairan 1700 kkal
Pemeriksaan motorik:
- Citikoline 2 x 500 mg iv
Gerakan: belum dapat dinilai
Kekuatan: belum dapat dinilai
Tonus: lengan dan tungkai
meningkat
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
kanan - Paracetamol 3x500 mg
- Aspilet 2 x 80 mg
Refleks fisiologis:
Biceps: pada lengan kanan meningkat
- Neurodex 1 x 1 tab
- Cateterisasi urin
- Pasang NGT
observasi
tanda
vital
dan
kesadaran
:Capsula
Tanggal /
Pkl
7 Desember
2015
06.00 WIB
Perjalanan Penyakit
16
- O2 nasal 3L
Pemeriksaan motorik:
- Citikoline 2 x 500 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
- Paracetamol 3x500 mg
Refleks fisiologis:
Biceps: pada lengan kanan meningkat
Triceps: pada lengan kanan meningkat
p.radii: pada lengan kanan meningkat
p.ulna: pada lengan kanan meningkat
KPR: pada tungkai kanan meningkat
APR: pada tungkai kanan meningkat
- Aspilet 2 x 80 mg
- Neurodex 1 x 1 tab
- Cateterisasi urin
- Pasang NGT
- observasi tanda vital dan
kesadaran
Refleks Patologis:
Babinsky: positif
Chaddok: positif
A: DIAGNOSA KLINIK
: Hemiparese
: Capsula interna
: Hemorragic
cerebri
Tanggal / Pkl
Perjalanan Penyakit
Instruksi / Rencana
Therapy
- IVFD Manitol 3x
125 cc
17
-IVFD
Pemeriksaan motorik:
Nacl
gtt
jam)
- O2 nasal 3L
- Diet cairan 1700
Refleks fisiologis:
Biceps: pada lengan kanan meningkat
Triceps: pada lengan kanan meningkat
p.radii: pada lengan kanan meningkat
p.ulna: pada lengan kanan meningkat
KPR: pada tungkai kanan meningkat
APR: pada tungkai kanan meningkat
kkal
- Citikoline 2 x 500
mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
iv
- Paracetamol 3x500
mg
Refleks Patologis:
- Aspilet 2 x 80 mg
Babinsky: positif
- Neurodex 1 x 1 tab
Chaddok: positif
- Cateterisasi urin
- Pasang NGT
A: DIAGNOSA KLINIK
: Hemiparese dextra +
observasi
tanda
Tanggal / Pkl
Perjalanan Penyakit
Instruksi / Rencana
Therapy
-IVFD Nacl
Pemeriksaan motorik:
gtt
18
IVFD
Manitol
3x125 cc
- O2 nasal 3L
- Diet cairan 1700
Refleks fisiologis:
Biceps: pada lengan kanan meningkat
kkal
- Citikoline 2 x 500
mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
iv
- Paracetamol 3x500
mg
Refleks Patologis:
- Aspilet 2 x 80 mg
- Neurodex 1 x 1 tab
Babinsky: positif
Chaddok: positif
A: DIAGNOSA KLINIK
- Cateterisasi urin
: Hemiparese dextra +
- Pasang NGT
: Capsula interna
observasi
tanda
Pasien Plus
1.3 DISKUSI
A. Diagnosis Banding Klinis
Hemiparese Dextra tipe Spastik
LMN (Perifer)
UMN (Central)
Flaksid
Hipotonus
Spastik
Hipertonus
gejala
Hipertonus
19
Hiporeflexi
Hiperreflexi
Hiperrefleksi
Refleks patologis (-)
Refleks patologis (+)
Refleks patologis (+)
Atrofi otot (+)
Atrofi otot (-)
Atrofi otot (-)
Jadi tipe kelemahan yang di alami penderita adalah tipe spastic
Gejala parese N. VII sentral
Pada penderita ditemukan gejala
Otot dahi tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian atas tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian bawah lumpuh
Tidak ada
Otot mimik di daerah pipi dan dagu lumpuh
Ada
Jadi, penderita mengalami parese N. VII dextra sentral
2. DIAGNOSA TOPIK
Diagnosa banding topik
1. Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
3. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra
berat
tungkai sama berat
Jadi, pada pasien ini lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
Gejala
Defisit motorik
Afasia motorik murni pada
hemisferium dominan
Jadi, lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra dapat disingkirkan
20
tungkai kanan
Kelemahan pada lengan dan tungkai
Afasia motorik
Tidak ada Afasia motorik
Jadi, kemungkinan lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra dapat
disingkirkan
Kesimpulan diagnosa Topik : Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
3. DIAGNOSA ETIOLOGI
Diagnosa banding etiologi :
1. Emboli cerebri
2. Thrombosis cerebri
3. Haemorrhagic cerebri
1. Emboli cerebri
Gejalanya
Pada pasien ditemukan
Kehilangan kesadaran < 30 menit
Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat aktivitas
Terjadi setelah berjualan gado-gado
Ada atrial fibrilasi
Tidak ada atrial fibrilasi
Jadi, kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan
2. Trombosis cerebri
Gejalanya
Pada pasien ditemukan
Tidak ada kehilangan kesadaran
Ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat istirahat
Terjadi setelah berjualan gado-gado
Jadi, kemungkinan etiologi thrombosis cerebri dapat disingkirkan
3. Haemorrhagic cerebri
Gejalanya
21
lalu
Jadi, kemungkinan etiologi haemorrhagic cerebri belum dapat disingkirkan
Kesimpulan diagnose etiologi : Haemorrhagic cerebri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi
22
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar
100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari berat
tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata digunakan oleh
otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak mampu menyimpan
nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari pasokan aliran darah, yang secara
kontinyu membawa oksigen dan nutrisi. Pada dasarnya otak terdiri dari tiga
bagian besar dengan fungsi tertentu yaitu:1
a. Otak besar
Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan fungsi
intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas informasi sensori
( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar ditemukan beberapa
lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus temporalis, dan lobus
oksipitalis.
b. Otak kecil
Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi gerakan dan
keseimbangan.
c. Batang otak
Berhubungan dengan tulang belakang, mengendalikan berbagai fungsi
tubuh termasuk koordinasi gerakan mata, menjaga keseimbangan, serta mengatur
pernafasan dan tekanan darah. Batang otak terdiri dari, otak tengah, pons dan
medula oblongata (Lanny sustrani, syamsir alam, iwan hadi, 2003 ).
Saraf cranial dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
c. Nervus okulomotoris
23
e. Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah
cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak
besar.sarafnya yaitu:
Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum,
batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris ) mensarafi otototot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit
daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinyasebagai saraf
penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya
mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini
terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala
fungsinya sebagai mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari
pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
24
i. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah,
saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus vagus
Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf
motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster
intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen. fungsinya
sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus
trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini
terdapat di dalam sumsum penyambung.
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna, setelah
memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak, sistem
ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus
temporalis.1
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri
basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri
25
posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus
temporalis.1
Tiga pasang arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan
otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil
menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabangcabang arteri serebri lainya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada
sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral,
yaitu:
Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri
serebri
media
kanan
dan
kiri,
arteri
komunikans
anterior
(yang
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah
orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri
maksilaris eksterna.
2.2. Fisiologi
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan
bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3
faktor. Dua faktor yang paling penting adalah tekanan untuk memompa darah
dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah
otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas darah dan
koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).1
Dari faktor pertama, yang terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor
jantung, darah, pembuluh darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh
darah otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan
26
berdilatasi bila tekanan darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol
otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak (yang berfungsi normal
bila tekanan sistolik antara 50-150 mmHg).1
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di
antaranya seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap
diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2yang naik, PO2 yang turun, serta
suasana jaringan yang asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi, sebaliknya
bila tekanan darah parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka
terjadi vasokonstriksi.1
Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan
koagulobilitas yang besar juga memudahkan terjadinya trombosis, aliran darah
lambat, akibat ADO menurun.1
2.3. Stroke
A. Definisi Stroke
Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai suatu istilah gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menyebabkan kematian tanpa ditemukannya penyebab lain daripada gangguan
pembuluh darah (vaskuler).2
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi.3
Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi diotak secara akut
sesuai dengan teritorial vaskuler. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
stroke :4
1. Menimbulkan kelainan saraf yang sifatnya mendadak.
2. Kelainan saraf yang ada harus sesuai dengan daerah atau bagian mana dari
otak yang terganggu. Dengan manifestasi timbulnya gejala seperti defisit
motorik, defisit sensorik dan kesukaran dalam berbahasa.
B. Etiologi
27
karotis
atau
vertebralis,
vaskulitis
sistem
saraf
pusat,
kondisi
28
dikasur.
Bahkan
diprediksikan
tahun
2020,
jika
tidak
ada
penanggulangan stroke yang lebih baik, maka jumlah penderita stroke pada tahun
2020 diprediksikan akan meningkat dua kali lipat.7
29
D. Klasifikasi
30
4. Stoke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis
yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.
c. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler8,9
1. Sistem karotis
Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
Sensorik : hemihipestesia kontralateral, parestesia
Gangguan visual : hemianopsia homonym kontralateral, amourosis
fugax
Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
2. Sistem vertebrobasiler
Motorik : hemiparese alternan, disartria
Sensorik : hemihipestesia alternan, parestesia
Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
E. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke secara umum terdiri dari fakor yang bisa
dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan.3
Tabel 1. Faktor Risiko Stroke
F. Patofisiologi Stroke
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa
oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang
31
2.
3.
4.
Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri seperti pada arterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan.
Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah.
Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium
Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subarachnoid.4
Dengan adanya aterotrombosisi atau emboli artinya memutuskan aliran
darah ke otak (cerebral blood flow/CBF). Dalam keadaan fisiologis jumlah darah
yang mengalir ke otak (Cerebral Blood Flow) ialah 50-60 ml per 100 gram
jaringan otak per menit. Jadi jumlah darah untuk seluruh otak, yang kira-kira
beratnya antara 1200-1400 gram, adalah 700-840 ml per menit.8
Tekanan perfusi
CBF =
Resistensi intrakranial
Nilai normal dari Cerebral Blood Flow adalah 50-60 ml/100 gram
jaringan otak/menit. Jika nilai CBF < 30 ml/100mg/menit iskemia, sedangkan
jika nilai dari CBF <10 ml/100mg/ menit akan kekurangan oksigen proses
fosfolirasi oksidatif terhambat produksi ATP akan menurun pompa Na K
ase tidak akan berfungsi depolarisasi membrane se saraf pembukaan kanal
ion Ca kenaikan influx Ca secara cepat gangguan homeostasis ca
merupakan signaling yang mengaktivasi berbagai enzim memicu proses
biokimia yang beesifat eksitotoksik kematian sel saraf (nekrosis maupun
32
33
dapat juga disebabkan oleh trauma, malformasi vaskuler, penggunaan obatobatan seperti amfetamin dan kokain. Biasanya mengenai usia antara 50-80
tahun. Serangan seringkali terjadi mendadak dan pada siang hari saat beraktivitas
dan ketika dalam keadaan emosi atau marah. Tingkat mortalitas mencapai 44%
setelah 30 hari terjadinya serangan bahkan dapat meningkat menjadi 100% jika
pasien dalam keadaan koma.
oftalmika
maka
dapat
menyebabkan
gangguan
pada
otot-otot
34
obstruksi pembuluh darah karena adanya bekuan darah), emboli, tekanan perfusi
sistemik yang menurun misalnya keadaan syok, dan terjadinya trombosis
pembuluh darah vena, terutama mengenai arteri karotis kranial meliputi cabang
terminal dan arteri karotis interna, arteri basilaris dan arteri serebri media, dan
arteri serebri posterior. Selain itu, iskemia serebral juga akan diikuti oleh respon
inflamasi yang hebat yang melibatkan infiltrasi granulosit, limfosit T dan
makrofag pada area iskemik dan sekitarnya. Pada kasus stroke jenis ini terdapat
hubungan yang bermakna antara peningkatan neutrofil dengan luas infark,
sehingga dapat disimpulkan neutrofil sebagai indikator yang memperburuk
keadaan. Stroke non hemoragik dibagi lagi menjadi :6
a. Stroke Trombosis
35
Gambar 6. Stroke
Stroke
Emboli
emboli
adalah
suatu
gangguan neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, dimana
terjadi secara mendadak atau cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah fokal di otak yang dapat menjadi lebih berat akibat suatu emboli dan
sering mengenai usia muda dengan tingkat mortalitas 7-10 %. 6 Stroke emboli
diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat (misalnya stroke arteria
vertebralis) atau asal embolus. Asal stroke emboli dapat suatu arteri distal atau
jantung (stroke kardioembolik).4 Pada stroke jenis ini, embolus dapat berasal dari
tempat lain didalam tubuh, dimana 90% emboli berasal dari jantung. Hal tersebut
dikarenakan aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga emboli yang
lepas dari ventrikel kiri akan disebarkan melalui aliran darah ke arteri karotis
komunis kiri dan arteri brakhiosefalika. Selain itu, jaringan otak sangat sensitif
terhadap obstruksi aliran darah, sehingga emboli yang berukuran 1 mm sudah
dapat menimbulkan gangguan neurologis yang berat.6 Stroke emboli juga bisa
disebabkan trombus yang terlepas dari arteri yang arterosklerosis dan beluserasi,
gumpalan trombosit karena fibrilasi atrium, timbunan lemak, sel kanker ataupun
infeksi bakteri. Dengan adanya aterosklerosis yang merupakan kombinasi dari
perubahan tunika intima dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun
deposit kalsium maka perubahan-perubahan hemodinamik sistemik (aritmia
jantung, hipotensi, hipertensi) dan kimia darah (polisitemia, hiperviskositas)
dapat menimbulkan iskemik dan infark serebri regional. 8 Pada saat aliran darah
36
lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan. Untuk pembuluh darah
kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis yang mengakibatkan
mikroinfark.
G. Gejala dan Tanda
Jenis patologi (hemoragik atau nonhemoragik)
Tidak muntah,
Emboli
Muntah
Kaku duduk
37
Gangguan Kesadaran
Perdarahan retina
Kejang-kejang
b. Lesi di kapsula
Lebih luas dan mengenai daerah kontra lateral dari letak lesi.
Mengenai saraf kepala sesisi dengan letak lesi (III-IV otak tengah),
(V,VI,VII, di pons), (IX, X, XI, XII di medula)
Gangguan sensorik
38
H. Diagnosis Stroke
Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis melalui
pemeriksaan fisik-neurologi. Sedangkan untuk membedakan jenis stroke dapat
dilakukan dengan sistem skor dan CT-scan.6
1. Anamnesis
Anamnesis yang cermat memberikan informasi untuk menentukan
gambaran stroke yang dinamakan transcient ischemic attack, completed
stroke dan sebagainya. Hal yang perlu diketahui melalui anamnesis adalah
peristilahan orang awam dalam mengemukakan keluhan yang merupakan
manifestasi stroke antara lain hemiparesis, hemiparestesi, afasia, disatria, dan
hemianopsia.
2. Pemeriksaan fisik neurologi
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan fisik-neurologi seperti
tingkat kesadaran, ketangkasan gerakan, kekuatan otot, tonus otot, refleks
tendon, refleks patologis, dan fungsi saraf kranial.
3. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis dapat mencakup segi-segi etiologi, lokalisasi, dan
pathogenesis. Gejala-gejala neurologis serta tanda-tanda fisik diagnosis
merupakan manifestasi suatu jenis vaskular yang bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Oleh karena itu, setiap
jenis lesi vaskular menimbulkan suatu sindrom. Maka diagnosis klinis dapat
dibuat berdasarkan pengenalan sindrom-sindrom dan riwayat perkembangan
stroke.
Siriraj Stroke Score (SSS)
Rumus = (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri
kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) (3 x petanda ateroma) 12
Der
derajat kesadaran
Vomitus
0 = Tidak ada
39
1= Ada
Nyeri kepala
0 = Tidak ada
1= Ada
Tekanan diastolik
mmHg
Ateroma
0 = Tidak ada
1 = Salah satu atau lebih : diabetes, angina,
penyakit pembuluh darah
Skor > 1
: Stroke hemoragik
Skor < -1
b.
c.
40
ke otak.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah,
kekentalan darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang
e.
f.
I.
Penatalaksanaan Stroke
Penatalaksanaan stroke menurut PERDOSSI, 2007 yaitu sebagai berikut.1
a. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan
jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan
cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam
H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks,
darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis
gas darah.
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap
tenang.
41
b. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor- faktor etiologik maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi
kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan
keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
Stroke iskemik
Terapi umum
Letakkan kepala pasien 30
tidur setiap 2 jam , mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya bebaskan jalan nafas beri oksigen 1-2 liter/ menit sampi
didapatkan hasil gas analisis darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung
kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 15002000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik;
jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui
selang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus
dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan
sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure
(MAP) 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit),
atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan
tekanan
darah
maksimal
adalah
20%,
dan
obat
yang
42
43
mmHg, dan volume hema- toma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril
iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung
diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhi-bitor pompa proton;
komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan
antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien
yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3
cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan
tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium
(nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma
knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM).
C. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,
terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan
penyakit yang panjang, di-butuhkan penatalaksanaan khusus intensif
pasca
44
Penatalaksanaan komplikasi,
J.
Prevensi sekunder
Pencegahan
Sebenarnya stroke dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (modifiable). Namun, jika
anda memiliki faktor risiko stroke yang dapat diubah, sebaiknya anda seharusnya
memeriksa (control) kesehatan ke pusat-pusat kesehatan atau menjalani beberapa
skrining untuk mendiagnosis dini. Pencegahan yang lain dengan menggunakan
obat-obatan terutama untuk mencegah stroke non hemoragik. Obat-obatan yang
dapat digunakan adalah aspirin. Bahkan di USA, penggunaan aspirin
direkomendasikan untuk mencegah terjadinya trombus yang bisa mempermudah
terjadinya stroke embolik. Namun, penggunaan aspirin harus hati-hati agar tidak
terjadi perdarahan serebral. Dosis yang dianjurkan adalah 80-160 mg/ hari.14
K. Komplikasi Stroke
Fase Akut9
- Neurologis: stroke susulan, edema otak, infrk berdarah, hidrosefalus
- Non Neurologis: hipertensi/ hiperglikemia reaktif, edema paru,
gangguan jantung, infeksi, gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Fase Lanjut9
- Neurologis: gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis: kontraktur, dekubitus, infeksi, depresi
L. Prognosis
Tergantung pada jumlah faktor risiko yang ada pada tiap penderita. Berat
ringannya outcome stroke dapat dihitung dengan menggunakan NIHSS score.
45
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Misbach, J dan Wendra Ali. 2001. Stroke in Indonesia:A first large prospective
hospital-based study of acute stroke in 28 hospitals in Indonesia.Journal of
clinical Neuroscience 5(3):245-249, (Http://www.sciencedirect.com, Diakses
tanggal 6 Desember 2014 ).
6.
Elida, Septika Lena. 2010. Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Hipertensi Dan
Jenisnya Dengan Jenis Stroke Di RSUP Mohammad Hoesin Palembang Periode
46
Yayasan Stroke Indonesia. 2009. Tahun 2020 Penderita Stroke Meningkat 2 Kali,
(Http://www.yastroki.com, Diakses tanggal 6 Desember 2014).
8.
9.
10. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis Dasar: Gangguan Peredaran Darah
Otak. GMUP. Yogyakarta, Indonesia. Hal 59-60.
11. Wiebers, David O, dkk. 2006. Handbook of Stroke Second Edition .Hal 305-308.
12. Dahlan M. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I : Trombosis Arterial
Tungkai Akut. Dalam. (edisi ke-4). IPD FK UI. Jakarta, Indonesia.
13. Corwin, E. J. 2000. Stroke dalam buku saku patofisiologi. Endah P (editor).
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, hal. 181-182.
14. Fernando, Leo. 2010. Faktor-Faktor Risiko, Angka Kejadian Dan Gambaran
Klinis Stroke Pada Pasien Rawat Inap Bagian Saraf Rumah Sakit Mohammad
Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2009 - 30 Juni 2009. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Dokter Umum UNSRI
47