: HAMDAN MUHAMMAD
NPM
: 1102013120
Karsinoma Invasif
NOS
Intraduktal
Duktal
Inflamatif
Meduler, NOS
Meduler dengan stroma limfoid
Musinosum
Papiler (predominan pola
mikropapiler)
Tubular
Lobular
Penyakit Paget dan infiltratif
Undifferentiated
Sel skuamosa
Adenoid kistik
Sekretoar
Kribriform
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya.
Sistem gradasi histologist yang direkomendasikan adalah menurut The Nottingham
Combined Histologic Grade (menurut Elston-Ellis yang merupakan modifikasi dari BloomRichardson). Gradasinya adalah sebagai berikut:
G1
G2
G3
T0
Tis
Karsinoma in situ.
Tis
(DCIS)
Tis
(LCIS
Tis
(Paget)
T1
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
T4c
T4d
Mastitis karsinomatosa.
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
pN0
ukuran tidak lebih dari 0.2 mm, yang biasanya hanya terdeteksi
dengan pewarnaan imunohistokimia (IHC) atau metode molekuler
lainnya tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu
menunjukkan adanya aktifitas keganasan seperti proliferasi atau
reaksi stromal.
pN0 (i -)
pN0 (i +)
pN0 (mol
-)
pN0 (mol
+)
Catatan:
RT-PCR: reverse transcriptase / polymerase chain reaction.
pN1
Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria interna
(klinis negatif*) secara mikroskopis yang terdeteksi dengan diseksi
sentinel node.
pN1mic
pN1a
pN1b
pN1c
Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna secara
mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara klinis negatif
(jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila yang positif, maka kgb
mamaria interna diklasifikasikan sebagai pN3b untuk
menunjukkan peningkatan besarnya tumor)
pN2
pN3
pN3b
pN3c
Catatan: * Yang dimaksud dengan tidak terdeteksi secara klinis atau klinis
negatif adalah tidak terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoskintigrafi) atau
dengan pemeriksaan fisik.
M = metastasis jauh
Tabel 8. Klasifikasi Berdasarkan Metastasis
M
Metastasis Jauh
MX
M0
M1
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium 1
T1*
N0
M0
Stadium IIA
T0
N1
M0
T1*
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stadium IIIC
Tiap T
N3
M0
Stadium IV
Tiap T
Tiap N
M1
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
e. patofisiologi
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun :Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun: Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi precancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi: Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane
sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.Waktu antara fase ke 3 dan ke 4
berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun :Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran
ke tempat-tempat lain bertambah.
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1.Tahap Inisiasi
Terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,
yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam
sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen, bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan
2.Tahap Promosi
Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
3.Tahap Progresi/ metastase
f. manifestasi klinis
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu.
1. Erosi atau eksema puting susu :Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul
borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
4. Keluarnya cairan (Nipple discharge) :Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari
puting susu secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal
apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.
Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan
encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,
berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain
air susu.
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih
tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara
anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Nipple discharge
Retraksi nipple dan sejak kapan
Krusta pada areola
Kelainan kulit: dimpling, peau dorange, ulserasi, venektasi
Perubahan warna kulit
Benjolan ketiak
Edema lengan
b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis
Nyeri tulang (vertebra, femur)
Rasa penuh di ulu hati
Batuk
Sesak
c. Faktor-faktor risiko
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama
Punya anak atau tidak
Riwayat menyusukan
Riwayat menstruasi
o Usia ketika menstruasi pertama
o Keteraturan siklus menstruasi
o Usia ketika menopause
Riwayat pemakaian obat hormonal
Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain
Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
Riwayat radiasi dinding dada
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :Pada status generalis harus dicantumkan performance status pasien.
Status Lokalis : Payudara kanan dan kiri harus diperiksa. Deskripsi massa tumor mencakup:
lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor, serta terfiksasi
atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, otot pektoralis, dan dinding dada. Perhatikan
apakah terdapat perubahan warna kulit menjadi kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit,
peau dorange, dan ulserasi. Puting dievaluasi untuk mencari adanya retraksi, erosi, krusta,
atau discharge. Selain pemeriksaan payudara, harus dilakukan pula pemeriksaan kelenjar
getah bening regional dan pemeriksaan pada daerah-daerah yang dicurigai metastasis ( paru,
tulang, hepar, dan otak). Kelenjar getah bening yang diperiksa adalah aksila, infraklavikula,
dan supraklavikula. Tentukan jumlah, ukuran, dan konsistensi kgb, serta nilai apakah kgb
terfiksir satu sama lain atau terfiksir dengan jaringan sekitar.
Inspeksi :Inspeksi dilakukan dalam tiga posisi: (1) kedua lengan pasien berada pada sisi
tubuh pasien; (2) kedua lengan diangkat lurus ke atas; (3) kedua tangan diletakkan pada
panggul. Ketiga posisi ini memperlihatkan kondisi payudara dengan dan tanpa kontraksi otot
pektoralis. Yang harus dicatat pada inspeksi adalah simetrisitas, ukuran, dan bentuk payudara,
adanya edema (peau dorange), retraksi putting atau kulit, dan eritema. Dengan kedua lengan
diangkat lurus ke depan dalam posisi duduk, pasien membungkuk ke depan untuk melihat
adanya retrakasi kulit.
Palpasi :Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara harus dipalpasi dengan seksama.
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien dalam posisi supinasi paling baik dilakukan dengan
sanggahan bantal pada hemmitoraks ipsilateral. Pemeriksa melakukan palpasi lembut dari sisi
ipsilateral dan mencakup seluruh kuadran payudara. Pemeriksa melakukan palpasi
menggunakan sisi palmar jari untuk menghindari pergerakan yang terlalu kuat. Payudara
dapat dicupped atau molded untuk memeriksa adanya retraksi. Kemudian dilakukan
pencarian limfadenopati secara sistematis. Stabilisasi bahu dengan menyangga lengan atas
dan siku. Dengan palpasi lembut, seluruh limfadenopati aksila diperiksa. Dilakukan pula
palpasi yang hati-hati pada KGB supraklavikula dan parasternal. Diagram payudara dan KGB
regional berguna untuk mencatat lokasi, ukuran, konsistensi, bentuk, mobilitas, fiksasi, dan
karakteristik lain massa payudara.
Pemeriksaan Penunjang
Tabel 10. Pemeriksaan Radiodiagnostik Kanker Payudara
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau klinis sangat
Pemeriksaan FNAB dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas.
Namun pemeriksaan ini belum merupakan gold standard. Bila pasien mampu, dianjurkan
untuk dilakukan pemeriksaan Triple Diagnostic.
.Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan teknik potong beku dan/atau parafin. Bahan
pemeriksaan histopatologi diambil melalui:
Core Biopsy
Biopsi eksisional untuk tumor berukuran < 3 cm
Biopsi insisional untuk tumor:
o Operabel dengan ukuran > 3 cm sebelum operasi definitif
o Inoperabel
Spesimen mastektomi diserta dengan pemeriksaan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia: ER, PR, c-erB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53
(situasional)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis.
h. penatalaksanaan
Kanker Payudara Stadium 0
Pada stadium 0 dapat dilakukan breast conserving surgery (BCS) atau mastektomi simple.
Pemilihan terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin dan lokasinya
didasarkan pada hasil pemeriksaan pencitraan. Indikasi BCS adalah bila ukuran tumor 3 cm
dan pasien ingin mempertahankan payudaranya. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk dilakukan BCS, yaitu sebagai berikut.
BCS
Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang
difus (luas)
Tumor tidak multipel
Belum pernah terapi radiasi di dada
terapi hormonal
Kemoterapi neoajuvan ditambah dengan operasi ditambah dengan kemoterapi
ditambah dengan radiasi ditambah dengan terapi hormonal.
Terapi hormonal:
Obat antiestrogen
Tamoksifen. Adalah penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan
dengan reseptor estrogen secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor
sehingga berefek terapi. Efek samping thrombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan
lain lain.
Inhibitor aromatase
Obat inhibitor aromatase menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau
mengurangi perubahan androgen menjadi estrogen. Jenis inhibitor dewasa ini yang di pakai
adalah generasi ketiga, meliputi golongan nonsterois anastrozol, letrozol, dan golongan
steroid aksemestan. Efek sampingnya berupa osteolisis.
Obat sejenis LH-RH (lutening hormone releasing hormone) :Obat yang di pakai
dewasa ini adalah goserelin, efeknya menghambat sekresi gonadotropin, menghambat
Terapi biologis
Overekspresi oncogen berperan penting dalam tombul dan berlembangnya tumor, antibody
monoclonal yang di hasilkan melalui teknik transgenic dapat menghambat perkembangan
tumor. Herseptin berefek nyata terhadap ca mamae dengan overekspresi gen cerB-2 (HER-2).
Herseptin adalah suatu antibody monoclonal hasil teknologi transgenic yang berefek anti
protein HER-2 secara langsung.
Terapi bedah
Mastektomi radikal: Pada tahun 1890 Halsted merancang oprasi radikal kanker
mamae, reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3cm dari tumor, seluruh kalanjar
mamae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan jaringan limfatik dan lemak
Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar :Secara umum ini di sebut
dengan operasi konservasi mamae (BCT). Biasanya di buat insisi dua terpisah di
mamae dan aksila. Mastektomi ini bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar
mamae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor di temapt
irisan.
Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel : Kelanjar limfe sentinel
adalah terminal pertama metastasi limfogen dari karsinoma mamae, saat oprasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe, di biopsy,
bila patologik negative maka oprasi di hentikan, bila positif maka dilakukan diseksi
kelenjar limfe aksilar.
Hari 1-2
o Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan
daerah yang dioperasi.
o Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.
o Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometrik.
o Latihan relaksasi otot leher dan toraks.
o Aktif mobilisasi.
Hari 3-5
o Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap).
o Latihan relaksasi.
o Aktif dalam sehari-hari di mana sisi operasi tidak dibebani.
Hari 6 dan seterusnya
o Bebas gerakan
o Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk
mencegah atau menghilangkan timbulnya limfedema.
Follow Up
Tabel 11. Follow Up Pasien Pascaoperasi
Jenis Tindakan
Waktu
Kontrol
Tahun 1 dan 2
Tiap 2 bulan
Tiap 3 bulan
Tiap 6 bulan
Pemeriksaan Fisik
Foto Toraks
Tiap 6 bulan
Marker
Mamografi Kontralateral
Bone Scanning
i. pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara ini
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara,
tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement
survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
j. komplikasi
o Tamponade jantung
o Efusi pleura
o Sindroma vena kava superior
o Sindroma penekanan tulang belakang
o Sindroma hiperkalemik
k. prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:
a. Stadium kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium
Angka
kelangsungan
hidup 5 tahun
0
100%
I
98%
IIA
88%
IIB
76%
IIIA
56%
IIIB
49%
IV
16%
b. Tipe histopatologi
CIS (Carsinoma in situ) mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan invasif
c. Reseptor hormone
Kanker yang memiliki reseptor (+) dengan hormone memiliki prognosis lebih baik
L.O. II Sikap dalam mengahadapi penyakit yang berat (tawakal dan taubat)
KEMATIAN PASTI DATANG
Katakanlah bahwasannya kematian itu, yang kamu lari dari padanya, sesungguhnya ia
pasti akan menemui kamu juga, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Tuhan) yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Ia khabarkan kepada kamu apa-apa yang telah
kamu kerjakan.(QS. Al-Jumuah):
Dimana saja kamu berada kematian itu pasti akan menemui kamu,walaupun kamu berada
di mahligai-mahligai yang amat kokoh. (Qs An-Nisa: 78)
1.
2.
1.
2.
bertawakal kepada Allah untuk meraih tujuan itu dinilai sebagai ibadah dan hal itu
merupakan sumber berkembangnya kemaslahatan agama dan dunianya. Adapun jenis yang
kedua maka tujuan yang hendak digapai adalah ibadah maka tidak ada cela sedikitpun
padanya karena ia merupakan permintaan tolong kepada Allah untuk menggapai sesuatu
yang diridhai-Nya. Oleh sebab itu pelaku tawakal jenis kedua ini adalah orang yang benarbenar merealisasikan makna Iyyaaka nabudu wa iyyaaka nastaiin (lihat Hushul alMamul, hal. 84)
Tobat nasuha
Allah mengajarkan kita cara bertobat sebagaimana tercantum dalam Alquran, "Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami,
niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. al A'raaf [7] :23).
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga..." (Q.S. Ali
Imran [3]:133).
Ciri-ciri tobat nasuha.
1. Menyesal.
Adanya penyesalan setelah melumuri diri dengan dosa dan kenistaan; adanya penyesalan
setelah berbicara kotor; penyesalan ketika mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika
menyakiti orang, adalah sikap-sikap yang menunjukkan adanya kecenderungan tobat
nasuha. Orang yang tidak menyesal, tidak termasuk tobat. Orang yang bangga pada dosadosa yang pernah dilakukannya, menunjukkan bahwa dia belum sungguh-sungguh
bertobat.
2. Memohon ampun kepada Allah.
Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan dengan cara mengucapkan istigfar
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Adam as dan Nabi Yunus as di dalam Alquran. Di
samping itu, memohon ampun harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang
paling dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-sungguh dalam tobatnya.
Begitu pula dengan ungkapan sedih, derai air mata, dan menggigilnya perasaan adalah
ekspresi dari penyesalan yang mendalam.
3. Gigih untuk tidak mengulangi.
Bukan sekadar tidak berbuat dosa, berpikir ke arah sana saja tidak boleh. Memang, kita
dikaruniai kecenderungan untuk berbuat hal-hal yang negatif. Akan tetapi, bukan berarti
harus dituruti. Namun, untuk dihindari, karena itulah yang akan membuat kita
mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Ciri tobat yang diterima.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab "Muqasysyafatul Qulub", ada beberapa ciri yang
menunjukkan tobat seseorang diterima, di antaranya:
1. Orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terjaga dari perbuatan maksiat. Hal itu
terjadi karena dia lebih bisa menahan diri. Dia seolah-olah mempunyai rem yang pakem.
Rem ini seakan membuat dirinya terhalang dari perbuatan dosa.
2. Orang yang tobatnya diterima, hatinya selalu lapang dan gembira. Dia merasakannya
baik dalam keadaan sendiri maupun ramai. Hati orang ini dihibur oleh Allah sehingga
jernih dan lapang.
3. Dia selalu bergaul dengan orang-orang saleh dan mencari lingkungan yang baik pula.
Orang yang sudah bertobat, namun masih kembali ke lingkungan yang tidak baik berarti
dia belum sungguh-sungguh melakukan tobat. Lain halnya jika ia kembali ke lingkungan
yang sama dengan niat untuk mengubah lingkungan itu. Mencari lingkungan yang baik
adalah salah satu bagian yang akan membuat agama kita terpelihara.
4. Kualitas amalnya semakin meningkat. Selain menahan diri dari perbuatan maksiat, dia
juga semakin meningkatkan kualitas salatnya, saumnya istikamah, malamnya dihidupkan
dengan tahajud, dan sedekahnya terus meningkat. Inilah ciri orang yang tobatnya diterima.
5. Dia senantiasa menjaga lidahnya. Dia juga sangat serius dalam menata amal-amalnya.
Semakin hari, kualitas amalnya semakin terus bergerak ke arah yang lebih baik. Dia
memiliki kualitas pengendalian lisan dan pikiran dengan baik. Ingatannya selalu kembali
kepada Allah. Hal itu dia lakukan secara maksimal sehingga cinta dan kerinduannya
kepada Allah semakin menggebu.
Jadi, kalau saat ini kita masih senang melakukan maksiat; mulut kita sering menyakiti,
tidak memilih pergaulan yang lebih terpelihara, hati selalu resah dan gelisah terhadap
urusan dunia, jarang mengingat Allah, dan kualitas amal merosot, itu bisa jadi berarti,
tobat kita baru sekadar tobat "sambal", artinya kita menyesal, tetapi hanya sekadar
penyesalan yang emosional; belum sampai pada derajat takut kepada Allah.
Na'udzubillahimindzalik.