Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANC (Antenatal Care)


1. Pengertian ANC
Antenatal Care adalah perawatan yang diberikan pada ibu selama
masa kehamilan, dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Sarwono, 2008).
2. Tujuan ANC
Menurut Kusmiyati, 2008 Tujuan ANC dibagi menjadi dua yaitu:
a. Tujuan umum
Adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan
anak selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu
dan anak yang sehat.
b. Tujuan khusus adalah:
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan
proses persalinan.
2) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun
obstetrik selama kehamilan.

3) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan


menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologis dan sosial.
3. Kunjungan Antenatal
Bidan sedikitnya memberikan 4 kali pelayanan Antenatal selama
masa hamil. Pelayanan meliputi anamnese dan pemantauan ibu dan janin
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga
harus mengenal kehamilan berisiko tinggi atau adanya kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual
(PMS) dan infeksi HIV/AIDS, memberikan pelayanan imunisasi konseling
dan penyuluhan kesehatan. Bidan juga harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu
mengambil

tindakan

yang

diperlukan

dan

melakukan

rujukan

(Mufdlilah, 2010).
Secara operasional, untuk pelayanan antenatal dikenal dengan
adanya standar pelayanan dan pemantauan antenatal. Pelayanan antenatal
merupakan salah satu kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak,
pelayanan ini dilaksanakan oleh bidan di Poliklinik, BPM dan Rumah
Sakit, pelayanan antenatal juga dapat dilaksanakan pada waktu
pelaksanaan posyandu, ditempat praktik dokter, dirumah bersalin atau
Puskesmas.

Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Departemen


Kesehatan RI (2003) meliputi :
a. Memberikan pelayanan pada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III
untuk memantau keadaaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga
dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara
cepat dan tepat.
b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) secara teratur mempunyai arti klinis
penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat
badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi (Mufdlilah,
2009). Pertambahan berat badan hanya sedikit menghasilkan rata rata
berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi, pertambahan berat
badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator
pertumbuhan

janin

dalam

rahim.

Berdasarkan

pengamatan

pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat


badannya sebelum hamil. Pertambahan adalah kira kira 20% dari
berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk,1997), jika berat
badan tidak bertambah, Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm menunjukan
ibu mengalami kurang gizi.
c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus
dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini

10

terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi,


protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas
atas. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan
lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan
terjadinya oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah dan
tekanan diastolik yang mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami
kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak waktu 1
jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi mempunyai 3 dari
2 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi, maka akan
berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu faktor utama
penyebab terjadinya kematian maternal (Saefudin, 2000).
d. Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi
secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intra uterin, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang
ketiganya

dapat

mempengaruhi

terjadinya

kematian

maternal

(Mufdlilah, 2010). Pengukuran TFU dilakukan dengan menggunakan


cara Mc Donal untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian
dilakukan penghitungan tafsiran berat janin dengan rumus (TFU dalam
cm) n x 155 grm. Bila kepala di atas atau pada spina ishiadica maka
n = 12. Bila kepala dibawah spina isciadica maka n = 11 (Kusmiyati,
2008).

11

e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui


usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan
janin tunggal atau kembar dan mendengarkan denyut jantung janin
untuk menentukan asuhan selanjutnya.
f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2
kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari
terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
g. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada
kehamilan 30 minggu. Saat ini anemia dalam kandungan ditetapkan
kadar Hb <11 gr% pada trimester I dan III atau Hb < 10,5 gr% pada
trimester II, Hb < gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 zat besi
perhari, rujuk ibu hamil untuk pengobatan selanjutnya, dengan Hb
rendah harus diberi suplemen zat besi dan penyuluhan gizi
(Mufdlilah, 2010).
h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap
hari, ingatkan ibu hamil tidak meminumnya dengan teh dan kopi,
suami/

keluarga

hendaknya

selalu

dilibatkan

selama

ibu

mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan bahwa tablet zat besi telah
diminum.
i. Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa)
pemeiksaan penyakit penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil,
perawatan payudara, gizi ibu selam hamil, tanda tanda bahaya

12

selama kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat
segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan
mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh
minat, beri nasehat dan rujuk bila diperlukan.
k. Bicarakan tentang persalinan pada ibu hamil, suami/ keluarga pada
trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk
merujuk.
l. Tersedianya alat pelayanan kehamilan dan mencatat semua temuan
pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), standar pelayanan
antenatal ada 6:
1) Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Pemantauan dan pelayanan antenatal
Bidan memberikan pelayanan sedikitnya 4x pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu
dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS /

13

infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan


penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan
oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
3) Palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta
bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah
janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan

melakukan

tindakan

pencegahan,

penemuan,

penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6) Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan

14

bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana


yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik-baik,
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila
tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
Pemeriksaan Antenatal menurut Mufdlilah (2009), meliputi :
a. Pemeriksaan Pertama Antenatal Care
1) Tujuan
a) Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan.
b) Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
c) Menentukan status kesehatan ibu dan janin.
d) Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada atau
tidaknya faktor risiko kehamilan.
e) Menentukan rencana pemeriksaan/ penatalaksanaan selanjutnya
2) Anamnesis
a) Identitas pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan
dan tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman
antara 20-35 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi
kehamilan diluar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan
psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi.
Usia muda juga menjadi faktor kehamilan risiko tinggi untuk

15

kemungkinan

adanya

komplikasi

obstetrik

seperti

preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus.


b) Keluhan utama
Sadar / tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata
ingin periksa hamil, atau ada keluhan / masalah lain yang
dirasakan.
c) Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada / tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada
amenarche, kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid
biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan
usia kehamilan menstruasi dan memperkirakan saat persalinan
menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3+ x +1 mgg), untuk
siklus 28 + x hari. Ditanyakan apakah sudah pernah periksa
kehamilan ini sebelumnya atau belum, jika sudah berarti ini
bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk
data dasar inisial pemeriksaan. Apakah ada keluhan yang
dirasakan / masalah dari sistem organ lain, baik yang
berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun
tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat

penyakit

sistemik

lain

yang

mungkin

mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan (penyakit


jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat alergi

16

makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada / tidaknya riwayat


operasi

umum

lainnya

maupun

operasi

kandungan

(miomektomi, sectio cesarean dan sebagainya).


e) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan
sebagainya.
f) Riwayat khusus obstetrik ginekologi.
Adakah riwayat kehamilan/persalinan / abortus sebelumnya
(dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus),
berapa jumlah anak hidup. Ada / tidaknya masalah pada
kehamilan / persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat
bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya. Penolong
persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka
persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika
masih ingat. Riwayat menarche siklus haid, ada / tidak nyeri
haid atau gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan
lainnya. Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah /
tidak.
g) Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan,

kebiasaan,

kehidupan

sehari-hari

tingkat

ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga


dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang

17

timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah yaitu ibu


hamil akan Kekurangan Energi dan Protein (KEK). Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita hamil
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya
merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan
ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004).
a) Sosial Budaya
Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
hamil meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya
merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan
ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status generalis / pemeriksaan umum.
a) Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi / kooperatif.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan), tinggi /
berat badan. Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi
< 145cm, berat badan >75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan
yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik

untuk memprediksi

sirkulasi plasenta). Kepala ada / tidaknya nyeri kepala (anaemic


headache nyeri frontal, hypersentive / tension headache nyeri
suboksipital berdenyut). Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera

18

ikterik / tidak. Mulut / telinga, hidung tenggorokan (THT) ada


tanda radang / tidak, lender, perdarahan gusi, gigi geligi. Paru /
jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi umum.
Ekstremitas dipriksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises,
simetri (kecurigaan polio, mungkin terhadap kelainan bentuk
panggul). Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus
dimasukkan

menjadi

masalah

dan

direncanakan

penatalaksanaannya.
2) Status obstetric / pemeriksaan khusus obtetrik
a) Abdomen
Infeksi : membesar / tidak (pada kehamilan muda pembesaran
abdomen mugkin belum nyata).
Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda
dilakukan dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan
ukuran uterus - pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat
diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri
dengan tepi atas simfisis os pubis. Pemeriksaan palpasi
Leopold dilakukan dengan sistematika:
(1) Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin
yang difundus dengan kedua telapak tangan.

19

(2) Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kirikanan, jari

kearah kepala pasien, mencari sisi bagian

besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin bagian


keras bulat (kepala) janin.
(3) Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak
dibawah (diatas simfisis) sementara tangan lainnya
menahan fundus untuk fiksasi.
(4) Leopold IV
Kedua tangan menekan bagia bawah uterus dari
kiri-kanan, jari kearah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian
terbawah janin dan menentukan apakah bagian tersebut
sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya
dinyatakan dengan satuan x/5) jika memungkinkan dalam
palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun
kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada
kehamilan

aterm,

perkiraan

berat

janin

dapat

menggunmakan rumus cara Johnson Tausac yaitu: tinngi


fundus (cm) - (12/13/14)x155gram). Auskultasi: dengan
stetoskop kayu laenec atau alat dopler yang ditempelkan di
daerah punggung janin, dihitung frekuensi satu menit.

20

Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal


adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama
satu menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal
adalah 120-160 denyut permenit. Takhikardi menunjukkan
adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada
janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukan
kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal
distres / gawat janin).
b) Genetalia eksterna
Inspeksi luar : Keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda
radang, luka, perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia
dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih
jelas. Inspeksi dalam menggunakan speculum (inspeculo): labia
dipisahkan dengan kedua jari pemeriksa, alat speculum Cusco
(cocor bebek) dimasukan ke vagina dengan bilah vertikal
kemudian didalam liang vagina diputar 90 derajad sehingga
horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks
(permukaan, warna), keadaan ostium, ada / tidaknya darah,
cairan, discharge divorniks, dilihat keadaan dinding dalam
vagina, ada atau tidak tumor, tanda radang dan kelainan
lainnya.

21

c) Genetalia interna
Palpasi: colok vagina (Vaginal toucher) dengan dua jari
sebelah tangan dan bimanual dengan tangan lain menekan
fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah
dan ada garis miring tidaknya pembukaan serviks. Diperiksa
ada tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.
Ditentukan bagian terbawah (jangan lupa selalu palpasi
bimanual pada pemeriksan vagina) pada pemeriksaan diatas 3436 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk
pemeriksaan ada atau tidak disproporsi vetopelvik atau
sefalopelvik. Kontra indikasi relatif colok vagina adalah:
(1) Perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga,
karena kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi
pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh
dilakukan dimeja operasi, dilakukan dengan cara perabaan
fornices dengan sangat hati-hati).
(2) Ketuban pecah dini dapat menjadi predisposisi penjalaran
infeksi (korioamnionitis). Pemeriksaan dalam (vaginal
toucher) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan
antenatal

pertama,

kecuali

ada

indikasi.

Umumnya

pemreriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk


kepentingan obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada
usia kehamilan diatas 34-36 minggu, untuk memperkirakan

22

ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan


keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian
kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan
lainnya, pada usia kehamilan <36 minggu, elastisitas
jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit
dan sakit untuk eksplorasi.
d) Pemeriksaan rectal (rectal toucher): dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan Lanjutan
1) Jadwal kunjungan
Idealnya seperti diatas (sampai 28 minggu 1 kali setiap bulan,
29-36 minggu setiap 2 minggu sekali dan diatas 36 minggu setiap
minggu sekali). Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa:
a) Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus
uteri.
b) Terhadap janin diperiksa perkiraan besar / berat janin,
presentasi dan letak janin, denyut jantung janin, aktivitas janin,
perkiraan volume cairan amnion dan letak plasenta (jika
memungkinkan dengan USG).
2) Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang
terus sampai mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin
dalam batas normal, diulang kembali pada kehamilan 32-34
minggu. Periksa juga infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella,

23

Cytomegalovirus, Hepatitis /

HIV). Periksa gula darah pada

kunjungan pertama, bila normal,periksa ulang pada kunjungan


minggu ke 26 - 28, untuk dideteksi dini diabetes mellitus
gestational.
3) Pemeriksaan penunjang Lain-lain
Pelvimetri radiologik (akhir trimester 3), jika diperlukan,
untuk perhitungan jalan lahir. Pada trimester 3 akhir, pembentukan
dan pematangan organ janin sudah hampir selesai, sehingga
kemungkinan mutasi / karsinogen jauh lebih kecil dibandingkan
pada trimester pertama atau kedua. Tetap harus digunakan dosis
radiasi sekecil-kecilnya. Ultrasonografi (USG) tidak berbahya
karena menggunakan gelombang suara. Frekuensi yang digunakan
dari 3.5, 5.0, 6.5, atau 7.5 MHz. Makin tinggi frekuensi, resolusi
yang dihasilkan makin baik tetapi penetrasi tidak dapat dalam,
karena itu harus disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Frekuensi Antenatal Care
a. Pengertian Frekuensi Antenatal Care
Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan kepada petugas
kesehatan, untuk mendeteksi secara dini dan mencegah komplikasi
dalam kehamilan, ibu hamil harus melakukan antenatal care sesuai
yang telah dianjurkan yaitu:

24

1) Satu kali pada trimester pertama (K1)


K1 merupakan kunjungan pertama ibu hamil setelah dirinya
terlambat menstruasi yang bertujuan untuk tercapainya ibu hamil
yang sehat dan selamat baik bagi ibu sendiri maupun janinya
(Dewi & Sunarsih, 2010).
2) Satu kali pada trimester kedua
Kunjungan ibu hamil yang bertujuan untuk mengenali
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya (Dewi & Sunarsih,
2010).
3) Dua kali pada trimester ketiga (K4)
Kunjungan ulang (K4) kunjungan antenatal yang dilakukan
setelah kunjungan antenatal pertama dimana kegiatanya lebih
difokuskan dalam pendeteksian komplikasi, mempersiapkan
kelahiran dan kegawatdaruratan (Dewi & Sunarsih, 2010).
b. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil melakukan ANC
1) Faktor predisposisi (Predisposing factor)
a) Tenaga kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
wewenang untuk melakukan upaya kesehatan (Notoatmodjo,
2003).

25

b) Masyarakat dan keluarga


Pengetahuan dan pendidikan masyarakat sangat berperan
dalam prilaku kesehatan masyarakat itu sendiri baik itu
diperoleh dari pendidikan formal ataupun informal, penyuluhan
atau pengindraan( Notoatmodjo, 2003).
2) Faktor pemungkin (Enabling factor)
a) Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
(1) Tenaga kesehatan
Setiap

orang

yang

mengabdikan

diri

dalam

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan


melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan wewenang untuk melakukan upaya
kesehatan, tenaga kesehatan yaitu: dokter, bidan, perawat.
Adapun Antenatal Care akan efektif bila asuhan diberikan
oleh

petugas

kesehatan

yang

terampil

dan

berkesinambungan (Kusmiyati, 2008).


(2) Sarana kesehatan
Sarana kesehatan sangat penting sebagai upaya
pelaksanaan pelayanan kesehatan baik berupa Posyandu,
Puskesmas, dan rumah sakit, selain itu tersedianya alat
pelayanna kehamilan yang baik dan masih dapat digunakan,
obat obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan

26

dan mencatat semua hasil temuan pada KMS ibu hamil


untuk menentukan tindakan selanjutnya (Mufdlilah, 2010).
b) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan,
keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu
untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah
yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
yaitu ibu hamil akan Kekurangan Energi dan Protein (KEK).
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
c) Sosial Budaya
Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
hamil meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya
merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan
ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004).
d) Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan
kesehatan,

ditempat

yang

terpencil

ibu

hamil

sulit

memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang


sulit menjangkau sampai tempat terpencil (Bobak, Lowdermilk
& Jensen, 2004).

27

3) Faktor penguat (Reinforcing factor)


a) Sikap dan Perilaku Petugas kesehatan
Sikap petugas terhadap suatu kegiatan secara tidak
langsung sangat

menmpengaruhi

bagaimana

masyarakat

disekitarnya untuk sadar tentang prilaku kesehatan karena dala


masyarakat tenaga kesehatan dianggap sebagai contoh, selain
itu peran petugas ksehatan itu sendiri juga sebagai pelaksana
dan pendidik dalam masyarakat. ( Notoatmodjo, 2003)
b) Sikap dan Perilaku Masyarakat dan Keluarga
Sikap masyarakat dan keluarga secara nyata menunjukan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang bersifat emosional. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi. Respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih baik
tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap
kesehatan dirinya dan janin ( Notoatmodjo, 2003).

B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan
kepribadian atau proses perubahan prilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan mengembangkan potensi

28

dirinya, berupa rohani, (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Pendidikan


merupakan kemajuan kemajuan masyarakat dan kebudayaannya dalam
satu kesatuan. (Notoatmodjo, 2002).
2. Tingkatan Pendidikan
Jenjang pendidikan menurut undang undang RI No. 20 th 2003
tentang SISDIKNAS adalah:
a. Pendidikan dasar
Adalah

pendidikan

yang

memberikan

pengetahuan

dan

ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta


mempersiapkannya

untuk

mengikuti

pendidikan

menengah.

Merupakan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik pribadi


maupun masyarakat, oleh karena itu warga Negara diberi kesempatan
memperoleh pendidikan dasar. Terdiri dari SD dan SMP.
b. Pendidikan menengah
Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampua mengadakan hubungan
timbal balik dengan hubungan sosial budaya dengan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
perguruan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan
menengah umum (SMA, MA) dan Kejuruan.
c. Pendidikan tinggi
Adalah pendidikan yang memepersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tingkat tinggi

29

yang bersifat akademik atau professional sehingga dapat menerapkan,


mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia.
Pendidikan tinggi terdiri dari Akademi, Institusi, Sekolah Tinggi dan
Universitas.

C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang diperoleh dari
pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui pancaindra
manusia yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoajmodjo, 2003).
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat kedua
adalah mengingat kembali (recall) terhadap Sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.

30

b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paha terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi dikatakan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi in dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kata kerja:
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesisi)
Sintesis mrnunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

31

menyusun suatu formulasi formulasi yang ada. Misalnya: dapat


menyusun,

dapat

merencanakan,

dapat

meringkaskan,

dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan


rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo, 2003 dalam bukunya menyebutkan bahwa,
Pendidikan masyarakat sangat berperan dalam prilaku kesehatan
masyarakat itu sendiri baik itu diperoleh dari pendidikan formal ataupun
informal, penyuluhan atau pengindraan, respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keteraturan antenatal care,orang yang memiliki pendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang akan
datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan akan mereka peroleh
dari gagasan tersebut, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
ia akan lebih mudah menerima informasi sehingga mungkin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.
Menurut Notoatmodjo, 2003, pengetahuan yang dimiliki seseorang
tidaklah sama melainkan tergantung pada upaya untuk mempelajarinya
lebih mendalam dan prilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih

32

langgeng dari pada yang tidak dilandasi pengetahuan. Pendidikan dan


pengetahuan masyarakat sangat berperan dalam prilaku kesehatan
masyarakat itu sendiri baik itu diperoleh dari pendidikan formal ataupun
informal, penyuluhan atau pengindraan, respon ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keteraturan antenatal care.
Menurut Yohana dalam hasil penelitiannya tahun 2010
menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pendidikan dengan
frekuensi kunjungan antenatal care.
Menurut Rosyidah dalam hasil penelitiannya tahun 2010,
menyebutkan bahwa ada hubungan yang berbanding lurus antara
pengetahuan ibu hamil dengan frekuensi kunjungan antenatal.

33

D. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
(Predisposing Factor)
1. Pengetahuan Tenaga
kesehatan:
a. Pendidikan
b. Pelatihan
c. Kompetensi:
1). Pengalaman
2). Ketrampilan
2. Pengetahuan Ibu:
a. Pendidikan
b. Penyuluhan atau
Informasi

Faktor Pemungkin
(Enabling Factor)
1.
2.
3.
4.
5.

Frekuensi ANC
(Antenatal Care)

Tenaga kesehatan
Sarana Kesehatan
Ekonomi
Sosial Budaya
Geografis

Faktor Penguat
(Reinforcing Factor)
1. Sikap dan Perilaku
Petugas Kesehatan
2. Sikap dan perilaku
Keluarga

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Kusmiyati, 2008, Lawrence Green, Mufdlilah, 2009,
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Sarwono, 2008, Depkes RI 2003.

34

E. Kerangka Konsep
Variabel Independent

Pendidikan Ibu
Hamil

Variabel Dependent

Frekuensi ANC
(Antenatal Care)

Pengetahuan Ibu
Hamil

Gambar 2.3 Skema Kerangka Konsep

F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
- Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan frekuensi antenatal
care.
- Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan frekuensi antenatal
care.

Anda mungkin juga menyukai