Anda di halaman 1dari 24

Pembunuhan Anak Sendiri

Vanya Genevieve Orapau


102011142
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510


Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : anyagenevieve@ymail.com

Skenario 2
Sesosok mayat bayi baru lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat
melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahawa semalam melihat seorang
perempuan yang menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup
lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut .
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter
direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahawa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai
sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya
agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang
akan menjadi pemeriksa.

Mind Map

Tanda pasca kehamilan dan kelahiran Tes DNA maternal dan paternal

Pendahuluan
1

Ilmu Kedokteran Forensik juga dikenal dengan nama Legal Medicine adalah salah satu
cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Dalam hal ini maka terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal
akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan
penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu
dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang
terhimpun dalam Ilmu Kedokteran Forensik.1
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau
motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah
melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap. Cara yang
paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu
pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.2
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah agar mahasiswa mengetahui mengenai kasus
pembunuhan anak sendiri, mengetahui aspek hukum yang berlaku, prosedur medikolegal,
pemeriksaan dan identifikasi terhadap bayi dan ibu sebagai pelaku dan pemeriksaan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara mayat bayi dengan wanita pelaku pembunuhan.

Prosedur Medikolegal3
1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 135 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal
134 ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.
2. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP


(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.

(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.
3. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa

dengan

sengaja

mencegah,

menghalang-halangi

atau

menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
Pasal 522 KUHP

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.

Aspek Hukum4,5
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa
orang.
1. Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian , dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
2. Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anak, diancan karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
3. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut
serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Dari undang- undang ini, maka dapat melihat 3 faktor penting:


a. Ibu: Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri tanpa mengira telah menikag atau tidak. Sedangkan pada orang lain yang
melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau
pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat yaitu penjara 15 tahun
(ps.338:tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps.339 dan 340:
dengan rencana)

b. Waktu: Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat hanya
dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Sehingga boleh dianggap
saat belum timbul kasih saying seorang ibu dan anaknya.
c. Psikis: Ibu membunuh anaknya karena dorongan rasa takot akan diketahui orang telah
melahirkan anak itu, biasanya, anak yang dibunuh dari hubungan yang tidak sah atau
karena kejahatan lelaki.
4. Pasal 181
Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan
maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara
selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
5. Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau
meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri darinya, diancam dengan
pidana dipenjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
6. Pasal 306
(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan luka-luka
berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
7. Pasal 308
Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama
sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan
maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut pasal 305 dan
306 dikurangi separuh.
8. Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
9. Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.
10. Pasal 340 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

Tanatologi1
Tanatologi adalah satu bagian dari Ilmu Kedokteran Kehakiman yang mempelajari
kematian serta perubahan-perubahan yang terjadi dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk dapat memperkirakan saat kematian perlu diketahui perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuh seseorang yang meninggal dunia dan juga factor-faktor apa saja yang berperan
di dalam terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Perkiraan saat kematian dapat diketahui dari :
a.

Informasi dari para saksi, dalam hal ini perlu diingat bahwa saksi adalah manusia dengan

b.

segala keterbatasan
Petunjuk-petunjuk yang ada di TKP yang semuanya ini dapat dilakukan baik oleh

c.

penyidik
Pemeriksaan mayat

Tanda-tanda kematian yang penting adalah:


a. Terhentinya denyut jantung dan pergerakan pernafasan
b. Kulit terlihat pucat dan melemasnya otot-otot tubuh
c. Terhentinya aktivitas otak (hanya dapat diketahui jika kita melakukan pemeriksaan
dengan bantuan alat Elektro Enselo Graphy (EEG), dimana akan terlihat mendatar selama
5 menit)
Perubahan lanjut yang terjadi pada mayat adalah:
1. Lebam mayat (Livor mortis)
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah dikarenakan
adanya gravitasi bumi sehingga akan mengisi vena yang akan membentuk bercak berwarna
merah keunguan. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit pasca mati dan menjadi lengkap
dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum lebam mayat menetap, maka lebam mayat masih
hilang pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah.
Lebam mayat juga dapat digunakan untuk mengetahui penyebab kematian contohnya
seperti apabila lebam berwarna merah terang biasanya terjadi pada keracunan CO ataupun
CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal.
7

2. Kaku mayat (Rigor mortis)


Kelenturan otot setelah kematian dipertahankan karena metabolism tingkat seluler, yakni
pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energy. Energy ini digunakan untuk
mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka otot tersebut tetap lentur.
Bila cadangan glikogen dalam otot habis,maka enrgi tidak terbentuk lagi sehingga otot pun
menjadi kaku.
Kaku mayat akan mulai muncul mulai 2 jam pertama dan mulai menetap selama 24 jam
dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang.kaku mayat mulai terjadi dari otot-otot
wajah, leher, lengan, dada, perut dan tungkai. Kaku mayat diperiksa dengan cara
menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
a. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati. Kepentingannya adalah menunjukkan sikap terakhir masa
hidupnya, seperti tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.
b. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Contohnya seperti pada orang yang mati
terbakar terjadi kekakuan yang memberi kesan seperti sikap seorang petinju.
c. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot. Bila kita
coba untuk melawan kekakuan tersebut, maka akan terdengar derik yang disebabkan
karena pecahnya cairan yang membeku tadi.
3. Penurunan suhu (Algor mortis)
Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke
benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, aliran dan kelembapan udara,
posisi tubuh, konstitusi tubuh dan pakaian.
4. Pembusukan (Decomposition)
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri. autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan
hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Setelah seseorang meninggal, bakteri
normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan daerah yang terbaik
untuk bertumbuh. Pembusukan biasnaya mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna
8

kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk
karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain. Perbandingan kecepatan pembusukan
mayat yang berada dalam tanah : air : udara adalah 1:2:8.
Akibat dari pembusukan seperti rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata
melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada
udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi.
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu sekitar 36-48
jam post mortem. Kumpulan telur lalat telah ditemukan beberapa jam post mortem di alis
mata, sudut mata, lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat menetas menjadi larva dalam
waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dengan mengukur panjang larva, maka dapat
diketahui usia larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian,
dengan asumsi bahwa lalat biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang
meninggal
5. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat, sehingga menghentikan proses pembusukan. Mummifikasi terjadi pada 12-14
minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan
tidak membusuk.
6. Adiposera
Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh post-mortem. Adiposera dapat
terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan dalam hati, tetapi lemak superfisial yang
pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara
atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.

Pemeriksaan Pada Bayi


Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
a. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?
b. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?
c. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
d. Apakah sebab kematiannya?
e. Apakah pada anak tersebut di dapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bagi si anak?
9

Untuk membuktikan pembunuhan anak sendiri harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup
atau lahir mati. Dari hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik
pada kedua paru dan uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus
ini bayi lahir hidup. Selain pemeriksaan makroskopik, maka harus juga dilakukan pemeriksaan
mikroskopik pada paru.4,5
1. Lahir Mati atau Lahir Hidup
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang penting karena di bila bayi lahir mati
ditemukan pada tempat yang tidak semestinya, merupakan kasus yang berbeda dengan kasus
pembunuhan atau penelantaran anak hingga menimbulakan kematian. Dari aspek hukum
pidana, hukuman bagi kasus2 ini juga berbeda. Pada kasus bayi lahir mati, ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyi kelahiran dan kematian orang.
a. Pemeriksaan Dada Bayi
Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma
masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup, dada sudah
mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang
telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila mayat sudah

b.

membusuk.4,5
Pemeriksaan Makroskopik Paru
Pada bayi yang lahir mati, paru-paru mungkin masih ditemukan tersembunyi di belakang
kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru akan kelihatan berwarna
kelabu ungu merata sepeeti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura
yang longgar (slack pleura). Berat pasru-paru kira-kira 1/70 kali berat badan bayi.
Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung pada bayi yang
lahir hidup. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut
pleura) dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Pada
pengisian paru dalam air, terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah. Berat paru
bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 kali berat badan karena berfungsinya
sirkulasi darah jantung-paru.4

c. Tes Apung Paru-paru


Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang diperiksa itu pernah
hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test emboli udara, yakni
mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung paru-paru:

10

Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu kesatuan,
pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat. Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada
bak yang berisi air. Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan. Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan pemisahan
masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua lobus. Apungkan semua
lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana yang terapung. Lobus yang
terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan ukuran 5 mm x 5 mm,
dari tempat yang terpisah dan perifer. Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila
terapung, letakkan potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan dengan
menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air. Bila terapung
berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara, bayi tersebut pernah
dilahirkan hidup. Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan
partial, bayi tetap pernah dilahirkan hidup.5

d. Pemeriksaan mikroskopik paru-paru.


Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection)
yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi
dengan dasar yang menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada paru bayi
yang lahir mati juga mungkin ditemukan cairan amnion karena asfiksia intrauterine. Pada
bayi yang lahir hidup, mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang
sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya projection.
e. Foto rontgen saluran cerna
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam
duodenum atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup
sekitar 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti telah hidup 12-24 jam.6
2. Perkiraan Usia Bayi (Premature, Mature atau Postmature)
Bayi yang cukup bulan adalah apabila:
a. Usia
: 37-42 minggu
b. Berat badan
: 3000 gram
c. PB kepala-tumit
: 46 50 cm
d. Panjang kepala tungging
: > 30 cm
e. Lingkar kepala Oksipito-frontal
: 33 34 cm
f. Diameter dada ( antero-posterior)
: 8 9 cm
g. Diameter perut ( antero-posterior)
: 7 - 8 cm
h. Lingkar dada
: 30 33 cm
i. Lingkar perut
: 28 30 cm

11

Selain itu, cirri-ciri eksternal bayi yang cukup bulan adalah :


a. Batas rambut depan dengan belankang sudah terbentuk
b. Rawan telinga sudah terbentuk
c. Rambut kepala relative kasar
d. Puting susu sudah berbatas tegas
e. Alis mata sudah lengkap
f. Garis tapak tangan dan kali > 2/3 bagian
g. Kuku jari tangan, melewati ujung jari
h. Skin opacity cukup tebal
i. Processus xyphoideus membengkok ke dorsal
j. Testis/ labium sudah terbentuk sempurna
k. Pusat penulangan pada epifise distal femur, proksimal tibia sudah terbentuk.5
3. Penentuan umur bayi ekstra uterine didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah
bayi dilahirkan
a. Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum berarti
hidup beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar,
telah hidup 5-6 jam dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah hidup 12 jam.
b. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam setelah lahir.
c. Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik
dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah
bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi seperti benang
dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi penyembuhan luka yang sempurna bila tidak
terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan
melepasakan tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa sebuah
sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan terlihat sel-sel limfosit dan jaringan
granulasi.
d. Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala masih
dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
e. Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga berbentuk
kipas (fan-saped), lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal ini akan
menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.
f. Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan
foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan tertutup setelah 3
minggu-1 bulan.3,4,5
4. Sudah Menerima Perawatan atau Belum
12

a. Tali pusat, tanda bayi sudah menerima perawatan adalah apabila tali pusat telah diikat,
diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat dan diberikan obat
antiseptik. Apabila tali pusat dimasukkan dalam air, akan terlihat ujungnya yang
terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan dengan
mengatakan telah terjadinya partus presipitatus (keberojolan). Pada keadaan ini tali pusat
akan terputus dekat perlekatan uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal ini
yang tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya kaput suksedaneum,
malose hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang primipara.
b. Verniks kaseosa, bayi yang sudah menerima rawatan akan didapatkan bahwa verniks
kaseosa atau lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi
yang dibuang ke dalam air, verniks tidak hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di
daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.
c. Pakaian, bayo yang sudah menerima perawatan maka biasanya adanya pakaian atau
penutupan tubuh pada bayi.3,4

Pemeriksaan Pembuktian Hubungan Wanita Tersangka Dan Bayi


1. Pemeriksaan Sidik Jari
Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi
ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan
penanganan yang sebaik-baiknya terhadap bahan bukti.7
2. Pemeriksaan Hubungan Tercurigai dan Mayat :
a. Pemeriksaan DNA (tes maternitas)
Tes maternitas adalah tes DNA untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu
biologis dari seorang anak. Tes ini membandingkan pola DNA anak dengan terduga ibu
untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari terduga ibu. Setiap orang
memiliki DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang
dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di
dalam mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang
disebut kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri
dari 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex .
Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang
kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik
13

dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang berada pada mitokondria hanya diturunkan
dari ibu kepada anak-anaknya. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan
DNA mitokondria dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan
kekerabatan secara maternal. Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes
DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipi sebelah dalam), darah, rambut beserta
akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2ml) sebagai
sumber DNA.
Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan
tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel
disimpan pada suhu 4C.8
b. Pemeriksaan Golongan Darah
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas
1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu
antiserum merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi
aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.8

Aglutinasi

Tabung I (antiA)
+
+
-

Tabung II (antiB)
+
+
-

Kesimpulan
AB
A
B
O

Tabel 1. Penentuan Golongan Darah

Pemeriksaan Pada Wanita Tersangka


1. Tanda-tanda pernah melahirkan
a. Cardiac Output, penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada
hari pertama setelah persalinan
b. Volume dan Konsentrasi Darahm pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak
kehilangan plasma dari pada sel darah.
c. Payudara, keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan keadaan
dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan
nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.7
14

d. Involusi Uterus, proses involusi uterus terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm
setiap hari dari 24 jam pertama post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi
fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti
keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat
diraba pada pinggir perut.Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil.
Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uteru

Diameter Uterus

s
Plasenta lahir

Setinggi pusat

7 hari (minggu 1)

Pertengahan

pusat

dan

1000 gram

12,5 cm

500 gram

7,5 cm

simpisis
14 hari (minggu 2)

Tidak teraba

350 gram

5 cm

6 minggu

Normal

60 gram

2,5 cm

Tabel 2. Perubahan Uterus selama Postpartum8

e. Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum, biasanya pada persalinan dengan seksio sesarea tidak
terdapat peregangan pada serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus
percobaan serviks akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post
partum normal.
f. Lochea yang terdiri dari 3 yakni lochea rubra, serosa, dan alba. Lochea rubra yakni
keluarnya cairan pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna merah terdiri
dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa
selaput ketuban. Lochea Serosa adalah cairan yang mengandung sel darah tua, serum,
leukosit dan sisa-sisa jaringan dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari
keempat dan kesembilan post partum. Lochea Alba adalah cairan yang berwarna putih
kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel-sel epitel dan mukosa
serviks. Dimulai pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 post partum .
g. Sistem Muskuloskletal. Pada dinding abdomen sering tampak lembek dan kendur.7
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar HCG dalam darah. Jika positif tinggi, dapat menegakkan diagnosis bahwa wanita
tersebut baru selesai melahirkan.
15

3. Psikosis, pemeriksaan untuk mengesahkan ibu mengalami gangguan psikosis dilakukan


dengan anamnesis:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Umur
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
Riwayat kesehatan psikis keluarga
Trauma lampau
Pertumbuhan fisik dan psikis
Riwayat penggunaan zat narkotika atau alkohol
Sering merasa bersalah,konsentrasi kurang,penurunan nafsu makan (depresi)
Mendengar suara yang menyuruh membunuh anaknya
Riwayat kehamilan,persalinan dan keadaan setelah melahirkan sebelum ini (jika
pernah melahirkan sebelum ini).7

Autopsi Jenazah (Pemeriksaan Luar dan Pemeriksaan Dalam)


1. Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar maka yang perlu kita nilai adalah seperti kain pembungkus bayi, pakainnya
yang mungkin dikenakan, adanya barang-barang disekitar bayi, selain itu juga dapat dinilai
dari sudut thanatologi, baik itu lebam mayat, kaku mayat, suhu, tanda pembusukan, dll.
2. Pemeriksaan Dalam
a. Kulit kepala dibedah seperti biasa dari bahagian belakang telinga kanan ke bahagian
belakang telinga kiri dan bahagian tempurung kepala didedahkan. Tempurung kepala
dibuka kepada empat flap dengan memotong bahagian ubun-ubun depan (fontanel
anterior) secara memanjang dan melintang dengan menggunakan gunting. Pemeriksaan
kecederaan fontanel, meninges, tentorium dan otak perlu dilakukan dengan cermat.
Koyak bahagian tentorium boleh disebabkan oleh komplikasi kelahiran akibat
penggunaan forseps.
b. Tengkorak diperiksa untuk tanda-tanda retak tulang. Otak diambil untuk pemeriksaan
histologi. Pemeriksaan organ dalaman leher dilakukan untuk mencari tanda-tanda
kecederaan seperti lebam bahagian otot leher, bendasing, buih, mukus, mekonium atau
cecair amnion dalam trakea dan patah tulang leher.
c. Leher, adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada bayi,
karena jaringan lebih elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-tanda
kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam
jalan napas.
d. Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat
robekan.

16

e. Rongga Dada. Apabila bayi lahir mati dada masih belum mengembang. Iga masih datar
dan diafragma masih setinggi iga ke 3-4. Sedangkan pada bayi yang lahir hidup, dada
sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi
yang telah lama hidup. Namun, pemeriksaan dada sering sukar dinilai bila mayat sudah
membusuk.
f. Paru-paru. Pemeriksaan paru bisa digunakan untuk penentuan bayi lahir hidup atau lahir
mati seperti dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik paru, tes apung paru dan
pemeriksaan mikroskopik paru.
g. Tanda asfiksia berupa Tardieus spots pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.
h. Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.Periksa pusat
penulangan pada femur, tibia, kalkaneus dan kuboid. Buat irisan melintang pada kulit
daerah lutut sampai tempurung lutut. Denagn gunting ligamentum patellae dipotong dan
patella dipotong dan disingkirkan. Dengan pisau, lakukan pengirisan distal femur atau
proksimal tibia mulai dari ujung, lapis demi lapis ke arah metaphyse. Pusat penulangan
akan tampak sebagai bercak berwarna merah homogen dengan diameter lebih dari 5 mm
di daerah epiphyse tulang. Untuk mencapai tallus dan calcaneu, telapak kaki bayi
dipotong mulai tumit ke arah depan sampai sela jari ke 3 dan 4. Dengan melebarkan
potongan pada kulit, tallus dan calcaneus dapat dipotong longitudinal untuk memeriksa
adanya pusat penulangan.3,5
Perhatikan pula adanya tanda-tanda kekerasan tetapi yang disebabkan oleh trauma proses
persalianan seperti:
a. Kaput suksadaneum, biasanya makin lama persalinan berlangsung, timbul kaput
suksadaneum yang main hebat.
b. Sefalhematom yakni perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan luar tulang
atap tengkorak dan tidak melampaui sutura tulang tengkorak akibat molase yang hebat.
c. Fraktur tulang tengkorak, biasanya jarang terjadi pada trauma lahir, biasanya hanya berupa
cekungan tulang saja pada tulang ubun-ubun (celluloid ball fracture). Penggunaan forseps
dapat menyebabkan fraktur tengkorak dengan robekan otak.
d. Perdarahan intrakranial yakni perdarahan ini timbul pada molase lepala yang hebat atau
kompresi kepala yang cepat dan mendadak oleh jalan lahit yang belum melemas (pada partus
presipitatus).
e. Perdarahan subarakhnoid atau interventrikuler umumnya terjadi pada bayi-bayi prematur
akibat belum sempurna berkembangnya jaringan-jaringan otak.
17

f. Perdarahan epidural, biasanya sangat jarang karena duramater melekat dengan erat pad
tulang tengkorak bayi.3

Visum et Repertum2,4
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan Visum et Repertum terhadap seseorang yang dikirim polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu-lintas,
kecelakaan kerja, pennganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang
pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan Visum et Repertum telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangka
serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisan tertentu yang
komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya
tersebut. Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan dua.
Untuk mengetahui apakah suatu surat permintaan pemeriksaan telah ditandatangani oleh yang
berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatangan menandatangani surat tersebut
selaku penyidik.
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan kelilmuannya
dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHAP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et Repertum menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti.
Visum et Repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.
Pada penulisan Visum et Repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:2,4
1. Kata Pro justitia, yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan
bahwa Visum et Repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum
18

et Repertum tidak membutuhkan materai untuk dijadikan sebagai alat


bukti di depan sidang peradilan yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam
Visum et Repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat
di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat Visum et
Repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya
berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu
pemeriksaan serta identitas korban yang diperiksa. Dokter tidak dibebani
pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban adalah sesuai
dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat permintaan Visum et
Repertum. Bila terdapat ketidaksesuaian identitas korban antara surat
permintaan dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter dapat
meminta kejelasan dari penyidik.
3. Bagian pemberitaan. Bagian ini berjudul Hasil Pemeriksaan dan berisi
hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka
korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan
serta keadaannya selesai pengobatan/ perawatan. Bila korban meninggal dan
dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang
berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut,Yang diuraikan dalam
bagian ini merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan/ keadaan
kesehatan/ sebab kematian yang berkaitan dengan perkaranya. Temuan
hasil pemeriksaan medik yang bersifat rahasia dan tidak berhubungan
dengan perkaranya tidak dituangkan ke dalam bagian pemberitaan dan
dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat
dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/ cedera yang
ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derejat
perlukaan atau sebab kematiannya.Pada kejahatan susila, diterangkan juga
apakah telah terjadi persetubuhan dan kapan perkiraannya, serta usia korban
atau kepantasan korban untuk dikawin.
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku
19

Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya


berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK&MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT FARMA MEDIKA
Jl. Duku Raya No.6, Jakarta 10430, telp:021-2106996
Jakarta, 18 Desember 2014
PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
No. 06/TU.RSFM/A/2014
Yang bertanda tangan dibawah ini, dr. Vanya Genevieve Orapau, SpF, dokter pada bagian
forensik rumah sakit farma medika di Jakarta, atas permintaan dari kepolisian resort jakarta barat
dalam nomor VER-16/12/2014, tertanggal 17 Desember 2013, maka dengan ini menerangkan
bahwa, pada tanggal tujuh belas Desember tahun dua ribu empat belas, pukul sepuluh lewat dua
belas menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di RS Farma Medika, telah melakukan
pemeriksaan atas korban dengan nomor registrasi 01118 yang menurut surat tersebut adalah:----Nama

: X---------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin : Lakilaki------------------------------------------------------------------------------------Umur

: ------------------------------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan

: Indonesia-----------------------------------------------------------------------------------20

Pekerjaan

-----------------------------------------------------------------------------------------------Agama

: ------------------------------------------------------------------------------------------------

Alamat

: -------------------------------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah,
terikat pada ibu jari kaki kanan.
HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus kain panjang.--------------------------------------------------------------------2. Mayat tidak berpakaian. Kulit berlumuran darah dan lendir.-----------------------------------3. Tali pusat terpotong tepi tidak rata.---------------------------------------------------------------4. Mayat adalah seorang bayi laki-laki bangsa Indonesia dengan panjang badan empat puluh
lima sentimeter dan berat badan dua ribu tujuh ratus gram.------------------------------------5. Lebam mayat terdapat pada punggung, daerah pinggang, bokong, dan wajah berwarna
merah keunguan, tidak hilang pada penekanan.--------------------------------------------------6.Sianosis terdapat pada----------Lanjutan Ver No: 06/TU.RSFM/A/2014
Halaman 2 dari 3
6. Sianosis terdapat pada ujung-ujung jari.-----------------------------------------------------------7. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, relatif kasar dan panjang lima sentimeter.
Kedua mata tertutup. Alis mata sudah lengkap.--------------------------------------------------8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Rawan telinga sudah
terbentuk.----------------------------------------------------------------------------------------------9. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.-------10. Dada mengembang turun hingga rusuk ke empat sampai lima.--------------------------------11. Pada jari-jari tangan, kuku jari melewati ujung jari.---------------------------------------------12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk
biasa tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------

21

13. Pada daerah mulut dan hidung terdapat tanda kekerasan tumpul dengan jejak seperti
tangan. Memar pada bibir bagian dalam dan pipi.-----------------------------------------------II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)-------------------------------------------------------------------1. Paru memenuhi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru kanan terdiri
dari tiga baga, bewarna merah muda tidak merata dengan perabaan seperti karet busa dan
dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.---------------------------------------------------Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna merah muda tidak merata dengan perabaan
seperti karet busa dan dari irisan dalam air terlihat gelembung udara.------------------------2. Pada permukaan paru dan jantung ditemukan bintik-bintik perdarahan.---------------------3. Hati berwarna gelap, bertepi tumpul.---------------------------------------------------------------

Kesimpulan------------Lanjutan Ver No: 06/TU.RSFM/A/2014


Halaman 3 dari 3
KESIMPULAN:----------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan mayat bayi laki-laki dengan golongan darah O, cukup bulan dalam
kandungan, hidup pada saat dilahirkan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda perawatan,
ditemukan juga jejas memar akibat kekerasan tumpul pada mulut dan hidung karena pembekapan
yang menyebabkan terjadinya asfiksia.---------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaikbaiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Acara Pidana.-------------------Dokter Pemeriksa,

22

dr. Vanya Genevieve Orapau, SpF

Kesimpulan
Mayat bayi yang ditemukan di tempat sampah sesuai kasus diatas, diduga dibunuh oleh
ibunya sehingga diperlukan pembuktian dari hasil autopsi, dan juga pemastian hubungan antara
mayat bayi tersebut dengan wanita tersangka. Bila terbukti benar, bisa diarahkan ke kasus
pembunuhan anak sendiri (PAS).

Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Hertian S, Sampurna B, et al.
Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 1997.
2. Idries, A.M., Tjiptomartono, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses
Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto; 2008: h. 1-52.
3. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Indonesia; 1994: h.11-6, 37-9.
4. Pembunuhan anak sendiri. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran
Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 165-76.
5. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1994.h.11-38.

23

6. Hoediyanto H. Pembunuhan anak (infantisid). Edisi November 2008. Surabaya:FK


UNAIR
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 187-9
8. Idries, AM. Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61.

24

Anda mungkin juga menyukai