Anda di halaman 1dari 171

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN

PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA


AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)

Oleh :
DEVA APRIANTI
206082003977

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KEAHLIAN


PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN
ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
DEVA APRIANTI
NIM: 206082003977
Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM
NIP. 196902032001121003

Pembimbing II

Rahmawati,SE.,MM
NIP. 197708142006042003

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

Hari ini Kamis Tanggal 18 Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Deva Aprianti NIM : 206082003977 dengan judul skripsi
PENGARUH

KOMPETENSI,

PROFESIONAL

TERHADAP

INDEPENDENSI,
KUALITAS

DAN

AUDIT

KEAHLIAN

DENGAN

ETIKA

AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI. Memperhatikan kemampuan


mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Ketua

Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM


NIP. 196902032001121003

Penguji Ahli I

Dr. Yahya Hamja, MM


NIP. 194906021978031001

Sekretaris

Rahmawati,SE.,MM
NIP. 197708142006042003

Penguji Ahli II

Rini, SE, AK, M.SI


NIP. 197603152005012002

Hari ini Rabu Tanggal 10 Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas Nama Deva Aprianti NIM : 206082003977 dengan judul skripsi
PENGARUH
PROFESIONAL

KOMPETENSI,
TERHADAP

INDEPENDENSI,
KUALITAS

AUDIT

DAN

KEAHLIAN

DENGAN

ETIKA

AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI. Memperhatikan kemampuan


mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2010

Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati,SE.,MM
Ketua

Hepi Prayudiawan, SE., Ak, MM


Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM


Penguji Ahli

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


A. Data Pribadi
1. Nama

: Deva Aprianti

2. Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 20 April 1987

3. Alamat

: Jl. Kihajar Dewantoro Rt 01/Rw 04 No. 32


Ciputat

4. Nomor Telepon

: Rumah (021) 7428961


Hp. (021) 085717931271

5. Status

: Belum menikah

6. Agama

: Islam

7. Kewarganegaraan

: Indonesia

8. Alamat Email

: devhaaprianti@ymail.com

Data Pendidikan Formal


1. Tahun 1992-1993

TK Asyiah Rempoa

Jakarta Selatan

2. Tahun 1993-1999

SDN 2 Ciputat

Ciputat

3. Tahun 1999-2002

SLTP Negeri 4 Ciputat

Ciputat

4. Tahun 2002-2005

MAN 4 Jakarta

Jakarta Selatan

5. Tahun 2006-2010

FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Selatan

B. Data Pengalaman Organisasi/Training


1. Tahun 2006

: Sekertaris BEM UIN Syarif Hidayatullah Fakultas


FEB

2. Tahun 2008 s.d 2009 : Staff di ADI (Asosiasi Dosen Indonesia)


C. Data Pengalaman Kerja
Tahun 2005 2010

: Guru TK, TPA ADZKIYA

Tahun 2009

: KKS di koperasi MP (Madrasah Pembangunan)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Kompetensi,


Independensi, dan Keahlian Profesional terhadap Kualitas Audit dengan Etika
Auditor sebagai variabel moderasi. Data yang diperoleh berupa data primer dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan. Metode statistik yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Kompetensi, Independensi,
Keahlian Profesional, dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Audit, sedangkan secara parsial variabel Kompetensi berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Audit, variabel Independensi berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Audit, variabel Keahlian Profesional berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Audit, interaksi variabel Kompetensi dan Etika Auditor berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit, interaksi variabel Independensi dan Etika
Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit, dan interaksi variabel
Keahlian Profesional dan Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Kata kunci : Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, Etika Auditor, dan
Kualitas Audit.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of variable competence, independence,


and Expertise on the Quality of Professional Ethics Audit by the Auditor as a
moderating variable. Data in the form of primary data from Public Accounting Firm
(KAP) in South Jakarta area. The statistical method used is multiple linear
regression analysis. The results show that together (simultaneously) variable
Competence, Independence, Professional Skills, and Ethics Auditors significant
effect on audit quality, while Competency partially significant effect on audit
quality, the variables significantly influence the independence of the Audit Quality,
Professional Expertise variables significant impact on audit quality, the interaction
variables Auditor Competency and Ethics significant effect on audit quality, the
interaction variables Auditor Independence and Ethics significant effect on audit
quality, and interaction variables and the Ethics of Professional Expertise Auditors
significant effect on audit quality.

Key words: Competence, Independence, Professional Skills, Ethics Auditors, and


Audit Quality.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan. skripsi
ini disusun sebagai suatu syarat untuk mencapai tahap kelulusan dalam proses
perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang spektakuler.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada :
1. Mama dan Papa, yang telah membesarkan saya dan mendoakan serta
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap saya, sehingga
tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan.
2. Bang Eris, de Winda, jagoan Q raihan, Bunda ina, yang telah memberi
dukungan serta doanya yang sangat bermanfaat, sehingga skripsi and kompre
yang telah dilakukan dapat dilewati dengan lancar terkendali
3. Pacar sekaligus Calon Suamiku Firmansyah, SE

tercinte, yang udah

menemaniku dalam suka, duka dalam merintis dikehidupan yang semu ini,

dan

terus

memberikan

semangat,

bantuan,

dan

kesetiaan

dalam

menyelesaikan skripsi saya.


4. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta.
5. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Suhendra, S.Ag.,MM., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis..
7. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan
ketabahannya.
8. Rahmawati,SE.,MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh
keikhlasan.
9. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis khususnya
jurusan Akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam
proses perkuliahan.
10. Mbak ani dan Mpo yang udah melayani saya dan teman-teman dalam proses
pendaftaran, mulai dari ujian KOMPRE dan SKRIPSI.
11. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja
dengan baik melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah
SWT.

12. Kawan-kawanku di Akuntansi A dan Akuntansi B yang telah membantu


saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya skripsi. Terus
berjuang sampai tetes darah penghabisan..!
13. Kawan-kawanku di Akuntansi Audit, yang udah menjadi pendorong/motivasi
semangat saya, dalam penyelesaian skripsi.
14. Kak Astri, Kak Abdul Khoer, Kak Dadi, Kak Firmansyah, Indah, tata, lucky,
dodi, Alya, yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya dari
mulai ujian kompre sampe dengan selesainya skripsi saya, Moga kita semua
bisa menjadi penyemangat satu sama lainnya.
15. Keluarganya Ayang ku Firmansyah yang telah menerima saya dan temanteman untuk belajar kompre di rumahnya semoga menjadi keluarga yang
selalu dilindungi Allah SWT dan dibalas semua kebaikannya dengan
kebaikan yang lebih baik lagi.
16. Kawan-kawanku yang telah membantu, baik secara materil maupun secara
moril, semoga amalnya diterima Allah SWT.
17. Kawan-kawanku dalam dunia komunikasi FB, makasih atas doanya.
18. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi
yang saya susun ini menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan
terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.

Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya
mohon maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya terdapat
pada diri saya, karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima
kasih.

Jakarta, 14 April 2010

(Deva Aprianti)

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Skripsi .....................................................................

Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ...........................................................

ii

Halaman Pengesahan Ujian Komprehensif ...............................................

iii

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................

iv

Abstrak ........................................................................................................

Abstract .......................................................................................................

vi

Kata Pengantar ...........................................................................................

vii

Daftar Isi .....................................................................................................

xi

Daftar Tabel ................................................................................................ xiii


Daftar Gambar ............................................................................................ xvii
Daftar lampiran ............................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......

B. Perumusan Masalah ......

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....

1. Tujuan penelitian ....

10

2. Manfaat penelitian ......

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ....................................................................

12

1. Kompetensi ....................................................................

12

1.1 Pengetahuan ........................................................

14

1.2 Pengalaman .........................................................

16

2 Independensi ...................................................................

17

3 Keahlian Profesional ... .......

25

4 Etika Uditor ...........

29

5 Kualitas Audit ...........

31

B. Penelitian Sebelumnya ......................................................

33

C. Kerangka Pemikiran ..........................................................

36

D. Hipotesis ............................................................................

37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................

38

B. Metode Penentuan Sampel ............................................

38

C. Metode Pengumpulan Data ...........................................

39

D. Metode Analisis Data ....................................................

41

E. Operasional Variabel .....................................................

54

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................

57

B. Analisis Deskriptif Kualitatif .......................................

62

C. Uji Asumsi Klasik ........................................................

100

D. Analisis Regresi Linear Berganda ...............................

104

E. Uji Hipotesis ................................................................

107

F. Interprestasi Hasil Analisis ..........................................

116

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..................................................................

121

B. Implikasi ......................................................................

124

C. Saran ............................................................................

124

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
No. Tabel

Keterangan

Halaman

Tabel 4.1

Pedoman Untuk Memberikan Koefisien Korelasi

44

Tabel 4.2

Operasional Variabel Penelitian

54

Tabel 4.3

Alamat dan Nama KAP

58

Tabel 4.4

Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

59

Tabel 4.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

60

Tabel 4.6

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

60

Tabel 4.7

Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan dalam KAP

61

Tabel 4.8

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

61

Tabel 4.9

Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja


Sebagai auditor

Tabel 4.10

61

Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah


Pelatihan yang Telah Diikuti

62

Tabel 4.11

Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Penugasan

62

Tabel 4.12

Hasil Uji Validitas Kompetensi

63

Tabel 4.13

Hasil Uji Validitas Independensi

64

Tabel 4.14

Hasil Uji Validitas Keahlian Profesional

64

Tabel 4.15

Hasil Uji Validitas Etika Auditor

65

Tabel 4.16

Hasil Uji Validitas Kualitas Audit

65

Tabel 4.17

Hasil Uji Reliabilitas

67

Tabel 4.18

Auditor harus mengetahui tentang fakta fakta apa saja yang


akan di audit

Tabel 4.19

Seorang auditor wajib mengetahui prosedur prosedur standar


yang akan di audit

Tabel 4.20

68

Untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan


pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal

Tabel 4.21

68

69

Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik,


auditor juga membutuhkan pengetahuan yang diperoleh
dari kursus dan pelatihan khususnya di bidang audit

70

Tabel 4.22

Semakin banyak jumlah klien yang auditor audit menjadikan


audit yang auditor lakukan semakin lebih baik

Tabel 4.23

71

Seorang auditor disebut berpengalaman apabila memiliki


masa kerja lebih dari 4 tahun

Tabel 4.24

72

Pengalaman penugasan audit mempengaruhi ketepatan


dalam menganalisis suatu kasus

Tabel 4.25

72

Level jabatan dan tanggung jawab sangat mempengaruhi


pengalaman auditor dalam mengaudit

Tabel 4.26

Seorang auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam


sebuah tim

Tabel 4.27

73

74

Seorang auditor harus kreatif dalam menyelesaikan permasalahan


yang ada

Tabel 4.28

74

Auditor yang kompeten akan dengan mudah beradaptasi dengan


perubahan lingkungan bisnis kliennya

Tabel 4.29

Seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi


kecurangan dalam laporan keuangan

Tabel 4.30

76

Jika audit yang auditor lakukan buruk, maka auditor dapat


menerima sanksi dari klien

Tabel 4.32

76

Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama


paling lama 3 tahun

Tabel 4.31

75

77

Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari
total pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak
independensi akuntan publik

Tabel 4.33

Fasilitas yang auditor terima dari klien menjadikan auditor sungkan


terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit

Tabel 4.34

79

Auditor tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk


menilai prosedur auditnya karena kurnag dirasa manfaatnya

Tabel 4.35

78

79

Auditor bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang


dari rekan seprofesi (sesama auditor) dalam tim

80

Tabel 4.36

Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula


memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama

Tabel 4.37

81

Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi


yang disajikan dalam laporan pemeriksanaan akuntan publik

Tabel 4.38

82

Keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus sesuai dengan


bidang yang ditugasinya

Tabel 4.39

83

Auditor melakukan profesi atau tugas sesuai dengan standar baku


dibidang profesinya

83

Tabel 4.40

Auditor harus mematuhi etika yang telah ditetapkan

84

Tabel 4.41

Profesional seorang akuntan publik terbentuk


dari tempat pelatihan

85

Tabel 4.42

Asosiasi profesional harus dimiliki seorang akuntan publik

85

Tabel 4.43

Seorang akuntan yang profesional harus memiliki kode etik

86

Tabel 4.44

Auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan


pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya

Tabel 4.45

Auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban


sosial

Tabel 4.46

91

Lingkungan keluarga auditor bekerja sangat berarti


bagi seorang auditor

Tabel 4.52

90

Organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang


auditor

Tabel 4.51

89

Imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor


agar memiliki kinerja yang optimal

Tabel 4.50

89

Auditor harus memiliki hubungan sesame profesi dengan


menggunakan ikatan profesi sebagai acuannya

Tabel 4.49

88

Seorang profesional harus yakin terhadap profesi


yang dijalankan

Tabel 4.48

87

Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari


pihak lain

Tabel 4.47

87

91

Auditor merasa terikat secara emosional dengan organisasi di


tempat Bekerja

92

Tabel 4.53

Besarnya kompetensi yang auditor terima akan mempengaruhi


auditor dalam melaporkan kesalahan klien

Tabel 4.54

Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien dapat


menjadikan pelaporan audit menjadi lebih baik

Tabel 4.55

97

Seorang auditor harus menjauhi tindakan yang dapat


mendiskreditkan profesi akuntan publik

Tabel 4.61

96

Seorang akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam


profesinya

Tabel 4.60

95

Auditor selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan keputusan


selama melakukan audit

Tabel 4.59

95

Auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama


melakukan audit

Tabel 4.58

94

Seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan


prinsip akuntan dalam melakukan pekerjaan lapangan

Tabel 4.57

93

Auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan


audit dalam waktu yang tepat

Tabel 4.56

93

97

Auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan


pekerjaan laporan

98

Tabel 4.62

Seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada

99

Tabel 4.63

Descriptive Statistics

99

Tabel 4.64

Uji Multikolinearitas

101

Tabel 4.65

Coefficients

105

Tabel 4.66

Coefficients

105

Tabel 4.67

Coefficients

106

Tabel 4.68

Coefficients

106

Tabel 4.69

Hasil Uji Koefisien Determinasi

108

Tabel 4.70

Hasil Uji F Statistik

109

Tabel 4.71

Hasil Uji T Statistik

110

Tabel 4.72

Hasil Uji T Statistik

113

Tabel 4.73

Hasil Uji T Statistik

114

Tabel 4.74

Hasil Uji T Statistik

115

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Keterangan

Halaman

Gambar 1.1

Struktural Hubungan variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y

36

Gambar 4.2

Uji Heterokedastisitas

102

Gambar 4.3

Uji Normalitas

104

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2.

Distribusi Frekuensi Kompetensi

Lampiran 3.

Distribusi Frekuensi Independensi

Lampiran 4.

Distribusi Frekuensi Keahlian Profesional

Lampiran 5.

Distribusi Frekuensi Etika Auditor

Lampiran 6.

Distribusi Frekuensi Kualitas Audit

Lampiran 7.

Validitas dan Reliabilitas Kompetensi

Lampiran 8.

Validitas dan Reliabilitas Independensi & Validitas dan


Realibilitas Keahlian Profesional

Lampiran 9.

Validitas dan Reliabilitas Etika Auditor

Lampiran 10.

Validitas dan Reliabilitas Kualitas Audit

Lampiran 11.

Regresi dan Moderasi

Lampiran 12.

Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor


Interaksi Independensi dan Etika Auditor
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sebagai pengontrol dan
penjaga kepentingan publik dibidang yang terkait dengan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Sebagai seorang ahli, auditor harus memiliki kemampuan yang memadai
tentang teknik teknik audit dan memahami kriteria yang digunakan. Hal ini
dapat diperoleh melalui pendidikan baik secara formal maupun informal, serta
pengalaman dalam melakukan audit.
Meningkatnya persaingan saat ini membuat para akuntan publik menjadi
lebih sulit berperilaku secara profesional, dan membuat banyak kantor akuntan
publik lebih berkepentingan untuk mempertahankan klien dan laba yang besar.
Banyak kantor akuntan publik telah menerapkan falsafat dan praktik yang sering
disebut sebagai praktik bisnis yang disempurnakan. Pada saat ini kebutuhan akan
etika cukup penting, karena dengan beretika semuanya akan berjalan secara
teratur.
Kasus ENRON, sebuah perusahaan raksasa di AS melakukan skandal yang
menghebohkan dunia karena berkolusi dengan KAP Arthur Andersen, kecaman
masyarakat terhadap profesi auditor mengalir dengan derasnya. Kepercayaan

masyarakat AS khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya terhadap


profesi di bidang jasa publik ini semakin merosot. Di balik kecurangan atau
kebodohan publik yang dilakukan oleh perusahaan raksasa Amerika yaitu
ENRON. Sangat ironis sebuah perusahaan beromzet US$ 100 miliar sekonyong
konyong kolaps dan harus menanggung rugi tak kurang dari $50 miliar. Harga
sahamnya terjungkal hingga tinggal seperduaratusnya. Simpanan dana pensiun $
1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen ENRON menanamkan
dana tabungan karyawan itu untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar
modal kehilangan $ 32 miliar. Inilah sebuah rekor kebangkrutan bisnis terburuk
di Amerika sepanjang sejarah. Ironisnya, tragedi ini justru terjadi di negeri yang
otoritas pasar modalnya sangat ketat menerapkan standar transparasi dan
pembeberan (disclosure) bagi perusahaan publik.
Kontroversi demi kontroversi segera saja mengiringi proses penyelidikan
sebab-sebab kebangkrutan itu. Pertama-tama, diketahui bahwa manajemen
Enron telah melakukan window dressing, memanipulasi angka-angka laporan
keuangan agar kinerjanya tampak kinclong. Tak kepalang tanggung, pendapatan
di-mark-up dengan $ 600 juta, dan utangnya senilai $ 1,2 miliar disembunyikan
dengan teknik off-balance sheet. Auditor Enron, Arthur Andersen kantor Huston,
dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.
Manipulasi ini telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah
satu eksekutif Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai
melaporkan praktek tidak terpuji itu. Keberanian Watskin yang juga pernah
bekerja di Andersen inilah yang membuat semuanya menjadi terbuka.

Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan


"dipecatnya" sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit
Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen.
Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan
bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tak kurang
dari $ 32 miliar, harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada
para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak
becus. Ratusan mantan karyawan yang marah juga sudah melayangkan gugatan
kepada Andersen, yang tentu akan menambah beban Andersen. Di luar itu,
otoritas pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi sanksi
berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Majalah Business Week mensinyalir
kecilnya peluang Arthur Andersen untuk bertahan karena beratnya risiko yang
harus dihadapi akibat malapraktek itu.
Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi
multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang
sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri
dari para profesional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis
keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan
publik yang tak berdosa.

Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi

tanggung jawab banyak pihak, dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung


jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah besar.

Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab


memberikan assurance services. Sementara manajemen, dibantu oleh para
pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan,
akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya
atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan sangat
bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata "publik" yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan
karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara itu, kata "wajar tanpa pengecualian", yang menjadi pendapat akuntan
publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya
layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam
menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehatihatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen
dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih
dini. Buktinya, si pemberani Watskin dengan mudah dapat menemukan
manipulasi itu.
Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat
penglihatan auditor menjadi kabur.

Penyimpangan (irregularities) dan

kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap


obyektif dan independen sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi.
Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-

jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas "suci" profesi akuntan publik.


Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron auditor paling dipersalahkan
karena telah gagal melindungi kepentingan publik.
Respon masyarakat terhadap kasus ENRON dan KAP Arthur Andersen
yang terjadi di AS ini menunjukkan bahwa profesi Auditor (Akuntan Publik)
memang sebuah industri keahlian dan kepercayaan. Sehingga, apabila
kepercayaan dilanggar maka reputasi juga akan menurun. Hal inilah yang
menjadi tantangan besar bagi para auditor masa depan untuk bekerja sesuai
dengan etika profesi dan standar yang telah ditetapkan di tengah persaingan yang
semakin ketat dalam industri jasa ini (Majalah Auditor Edisi 35, 2008).
Dengan mematuhi kode etik profesional maka diharapkan profesi akuntan
publik agar berprilaku pantas dan profesional serta melaksanakan audit beserta
jasa-jasa terkait dengan mutu tinggi. Selain itu seorang akuntan harus
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan etika secara memadai
dalam pekerjaan profesionalnya dan melandaskan pada standar moral dan etika
tertentu. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pelanggaran etika yang dilakukan
oleh para akuntan.
Akuntan publik tidak dapat memihak, baik untuk kepentingan klien ataupun
pihak ketiga. Bukan hanya penting bagi akuntan publik untuk memelihara sikap
mental independen dalam memenuhi tanggung jawab mereka, tetapi penting juga
bahwa pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan terhadap independensi

tersebut. Independensi dalam kenyataannya auditor mampu mempertahankan


sikap yang tidak memihak sepanjang melakukan auditnya (Ubaidillah dan
Arafah, 2009).
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan
dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Profesi akuntan
publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan
cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang
mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan
lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor
untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara
keseluruhan.
Selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi
yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya

baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini
mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang
auditor dalam menjalankan profesinya.
Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit
perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam
lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan
tanggung jawab dari manajemen (Agen) untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya
terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik
(prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya
auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang
telah dibiayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang
berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan (Elfarini, 2007).
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap
profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya
para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta dilengkapi
dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2008)
menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi

kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan


tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi
tingkat profesionalisme akuntan publik pengetahuannya dalam mendeteksi
kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula pertimbangan
tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Secara
keseluruhan

dengan

meningkatkan

profesionalisme

akuntan

publik,

memberikan pengetahuan yang memadai bagi akuntan publik dalam mendeteksi


kekeliruan dan meningkatkan rasa kepatuhan terhadap etika profesi dalam
setiap pelaksanaan proses audit atas laporan keuangan dapat dihasilkan laporan
keuangan auditan yang berkualitas.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
tidak sematamata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk
pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat
mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan
keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang
memadai.
Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme,
akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam
profesinya

untuk

mendukung

pekerjaannya

dalam

melakukan

setiap

pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika


profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain itu, dalam
perencanaan audit, akuntan publik harus mempertimbangkan masalah penetapan

tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat


materialitas untuk pencapaian tujuan audit (Herawaty dan Susanto, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka Skripsi ini diberi judul
Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus
pada KAP di Wilayah Jakarta Selatan).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah kompentensi, independensi, dan keahlian profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai veriabel
moderasi ?
2. Apakah kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
3. Apakah interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit ?
4. Apakah independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
5. Apakah interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit ?
6. Apakah keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?
7. Apakah interaksi keahlian profesional dan etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah kompetensi, independensi dan keahlian
profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan
etika auditor sebagai variabel moderasi.
b. Untuk mengetahui apakah kompetensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
c. Untuk mengetahui apakah interaksi kompetensi dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualias audit.
d. Untuk mengetahui apakah independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
e. Untuk mengetahui apakah interaksi independensi dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
f. Untuk

mengetahui

apakah

keahlian

profesional

berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit.


g. Untuk mengetahui apakah interaksi keahlian profesional dan etika
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualiast audit.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut :
a. Bagi Akademisi.
Penelitian ini memberi bukti empiris tentang bagaimana pengaruh
kompentensi, independensi, dan Keahlian Profesional terhadap

kualitas audit. Selain itu dapat memperkaya bahan kajian atau


referensi untuk penelitian yang akan datang.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini akan menjadi masukkan dan bahan acuan dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan kualitas audit.
c. Bagi Pihak Investor
Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan dan acuan
dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan untuk
memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengembil
keputusan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) (Elfarina, 2007).
Lee dan Stone (1995) dalam Elfarina (2007), mendefinisikan
kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Pendapat lain adalah dari
Dreyfus dan Dreyfus (1986), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian
seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya
melalui proses pembelajaran, dari mengetahui sesuatu ke mengetahui
bagaimana . Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung
pada aturan tertentu kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif. Sedangkan
Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang
berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan

pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah
membuat kesalahan.
Websters Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti
(2005:88) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli.
Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat
ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Menurut Bedard (1986) dalam lastanti (2005:88) mengartikan keahlian
atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Sementara itu dalam artikel yang sama, Shanteau (1987) mendefinisikan
keahlian sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan pada
derajad yang tinggi.
Menurut kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)
kompetensi didefinisikan sebagai aspek aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek aspek
pribadi ini mencakup sifat, motif motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang
kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang
mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga
merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan
dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-

pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering


diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).
Menurut pendapat Murtanto (1998) dalam Alim dkk (2007)
menunjukan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri
atas :
1. komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu
kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta,
prosedur-prosedur dan pengalaman. Kamfer dan Ackerman (1989) juga
mengatakan

bahwa

pengalaman

akan

memberikan

hasil

dalam

menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.


2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi,

kreativitas,

kemampuan bekerja sama.


Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup
dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
1.1 Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor
karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak
pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga
dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin
kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004:35).

Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk


memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit.
Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review
analitis, pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi,
pengetahuan

auditing,

dan

pengetahuan

tentang

sektor

publik.

Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu dalam mengolah angka


dan data, namun karena audit kinerja tidak memfokuskan pada laporan
keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah syarat utama dalam
melakukan audit (Rai, 2008).
Secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang
auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu: (1) Pengetahuan pengauditan umum,
(2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu
akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus,
(5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan
lain-lain kebanyakan diperoleh di perguruan tinggi, sebagian dari
pelatihan dan pengalaman. Untuk area fungsional seperti perpajakan dan
pengauditan dengan komputer sebagian didapatkan dari pendidikan
formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman.
Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari
pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan.
Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.

1.2 Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak
faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut
Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman
memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2)
Memahami kesalahan secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan.
Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002:25), pengalaman
menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari
pengetahuan yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan
dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman
langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui
pengalaman

auditor

dapat

memperoleh

pengetahuan

dan

mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman


akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik
dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.
Libby (1991) dalam Hernadianto (2002:26) mengatakan bahwa
seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan
pengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki
skema yang lebih baik dalam mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan
daripada auditor yang kurang berpengalaman.
Libby dan

Frederick

(1990)

dalam

Kusharyanti

(2002:5)

menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman

yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang
masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur
dari sistem akuntansi yang mendasari (Libby et. al, 1985) dalam
Mayangsari (2003:4).
Menurut Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman
auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi (2006)
memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang
menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka
semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
2. Independensi
Definisi independesi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox
adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan
independent bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen.
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002) dalam
(Elfarina, 2007).
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak

mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang


bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus
memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap
auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau
pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak
memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu: (1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting
interest dengan klien, (2) Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3)
Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) Bertindak
sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu
independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen
atau karyawan dengan kliennya (Elfarina, 2007).
Lavin (1976) dalam Elfarina (2007) meneliti 3 faktor yang
mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: (1) Ikatan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, (2) Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada
klien, dan (3) lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien.
Shockley (1981) dalam Elfarina (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu (1) Persaingan antar akuntan publik, (2) Pemberian jasa
konsultasi manajemen kepada klien, (3) Ukuran KAP, dan (4) Lamanya
hubungan audit.

Menurut Supriyono (1988) dalam Elfarina (2007) meneliti 6 faktor yang


mempengaruhi independensi, yaitu: (1) Ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3)
Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan
antar KAP, (5) Ukuran KAP, dan (6) Audit fee.
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101
dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana
diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap
mental independensi tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in apearance). Oleh karena itu, ia tidak
dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana
tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap independensi (tidak memihak) yang justru
sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya (Ubaidillah
dan Arafah, 2009).
Menurut Arens (2006:84) dalam Ubaidillah dan Arafah (2009)
independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan
pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Unsur
unsur mengenai independensi akuntan publik, yaitu sebagai berikut:
1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektivitas dan kebebasan
akuntan publik dari pengaruh pihak lain.

2. Kepercayaan akuntan publik terhadap diri sendiri yang merupakan


integritas profesionalnya.
3. Kemampuan akuntan publik meningkatkan kredibilitas pernyataannya
terhadap laporan keuangan yang diperiksa.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
independensi akuntan publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan
publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan
pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemerikasaan,
penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Mayangsari (2003:6) disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi
dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas
dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua
kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap
seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuantemuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Menurut Halim (2001:21) dalam Desyanti dan Ratnadi (2006) ada tiga
aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence
in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran
yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam
penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor

sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya


sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi
dan objektivitasnya. (3) Independence in competence (independensi dari sudut
keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Christina (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi,
yaitu :
1. Lama hubungan dengan klien
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan
klien

sudah

diatur

dalam

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri


tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5
tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan
klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
2. Tekanan dari klien
Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik
kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin
operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar
melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan
penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen
perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan
auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Media

akuntansi, 1997) dalam Elfarina (2007). Pada situasi ini, auditor


mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor mengikuti keinginan klien
maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti
klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP
auditornya.
Goldman dan Barlev (1974) dalam Christina (2007) berpendapat
bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan tindakan yang
melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi
konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya.
Klien dapat dengan mudah mengganti auditor KAP jika auditor tersebut
tidak bersedia memenuhi keinginannya. Sementara auditor membutuhkan
fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga akan lebih mudah dan murah
bagi klien untuk mengganti auditornya dibandingkan bagi auditor untuk
mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber fee lain (Nichols
dan Price, 1976) dalam Elfarina (2007).
Selain itu, persaingan antar kantor akuntan (KAP) semakin besar.
KAP semakin bertambah banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan
tidak sebanding dengan pertumbuhan KAP. Terlebih lagi banyak
perusahaan yang melakukan merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi
di Indonesia banyak perusahan yang mengalami kebangkrutan. Sehingga
oleh karena itu KAP akan lebih sulit untuk mendapatkan klien baru
sehingga KAP enggan melepas klien yang sudah ada.

Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan


auditor untuk mengatasi tekanan klien (Knapp,1985) dalam Elfarina
(2007). Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat
memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan
fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu probabilitas terjadinya
kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan baik relatif kecil.
Pada situasi ini auditor menjadi puas diri sehingga kurang teliti dalam
melakukan audit.
3. Telaah dari rekan auditor
Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang
berkualitas menuntut tranparansi informasi mengenai pekerjaan dan operasi
Kantor Akuntan Publik. Kejelasan informasi tentang adanya sistem
pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah
satu bentuk pertanggung jawaban terhadap klien dan masyarakat luas akan
jasa yang diberikan.
Pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu
dimonitor dan di audit guna menilai kelayakan desain sistem
pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang
diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar
kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring
dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan
audit. Peer review dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor
Akuntan Publik yang direview dan auditor yang terlibat dalam tim peer

review. Manfaat yang diperoleh dari peer review antara lain mengurangi
resiko litigation, memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral
pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas
kualitas jasa yang diberikan.
4. Jasa non audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan
juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan
perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan
(Kusharyanti, 2002:29) dalam Elfarina (2007). Adanya dua jenis jasa yang
diberikan oleh suatu KAP menjadikan independensi auditor terhadap
kliennya dipertanyakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit.
Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi
independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada
auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh
manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian (Barkes dan Simnet (1994),
Knapp (1985)) dalam Elfarina (2007). Pemberian jasa selain jasa audit
berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada
saat dilakukan pengujian laporan keungan klien ditemukan kesalahan yang
terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak
mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak
baik bagi kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari
auditor tersebut.

3. Keahlian Profesional
Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai
pihak

yang dianggap independen, menurut profesi akuntan publik untuk

meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat


diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan sikap
profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya
para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai serta
dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan tidak sematamata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan
juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para
pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki
kompetensi yang memadai.
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.2,
menyatakan bahwa relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang
membuat informasi akuntansi berguna untuk pembuatan keputusan. Untuk
dapat mencapai kualitas relevan dan reliabel maka laporan keuangan perlu
diaudit oleh akuntan publik untuk memberikan jaminan kepada pemakai
bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di
Indonesia (Herawaty dan Susanto, 2008).

Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan


karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Gambaran terhadap
profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang dikemukakan oleh
Hastuti et al. (2003) dicerminkan melalui lima dimensi, yaitu pengabdian
pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan
hubungan dengan rekan seprofesi.
Selain

menjadi

seorang

profesional

yang

memiliki

sikap

profesionalisme, akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang


memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan
setiap pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh
etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain
itu, dalam perencanaan audit, akuntan publik harus mempertimbangkan
masalah penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan
pertimbangan awal tingkat materialitas untuk pencapaian tujuan audit
(Herawaty dan Susanto, 2008).
Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa
pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert).
Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
penerapan struktur pengendalian intern.

Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika


memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003). Profesi merupakan jenis
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme
merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu
pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien
termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional
meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan
profesionalisme yang tinggi (Jusuf 1997:7879) dalam Herawaty dan Susanto
(2008). Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003) dalam Herawaty dan Susanto
(2008), berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek
sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode
etik.

Sedangkan

profesionalisme.

aspek

sikap

berkaitan

dengan pembentukan

jiwa

Hastuti dkk. (2003) dalam Herawaty dan Susanto (2008) menyatakan


bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai
akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi
dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian
pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan
dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua, kewajiban social
adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat
yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena
adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu
pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka
yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap
sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan
terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang
menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah
rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama
profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di
dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama
dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Etika Auditor

Kompetensi

dan

independensi

yang

dimiliki

auditor

dalam

penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban


untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi
dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri
dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi komponen dan untuk
menjagaintegritas dan obyektivitas mereka (Nugrahaningsih, 2005).
Payamta (2002) menyatakan bahwa berdasarkan Pedoman Etika
IFAC, maka syarat-syarat etika suaru organisasi aakuntan sebaliknya
didasarkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan/perilaku seorang
akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1)
integritas, (2) obyektifitas, (3) independen, (4) kepercayaan, (5) standarstandar teknis, (6) kemampuan profesional, dan (7) perilaku etika.
Semakin meluasnya kebutuhan jasa professional akuntan publik
sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik
untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang
dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Untuk dapat meningkatkan
sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan,
hendaknya para akuntan publik memiliki pengetahuan audit yang memadai
serta dilengkapi dengan pemahaman mengenai kode etik profesi.
Etika berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang akan
berperilaku terhadap sesamanya (Kell et al., 2002) dalam Alim, dkk (2007).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) etika berarti nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Maryani dan

Ludigdo (2001) dalam Alim, dkk (2007) mendefinisikan etika sebagai


seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Penelitian
yang dilakukan Maryani dan Ludigno (2001) dalam Herawaty dan Susanto
(2008)

bertujuan

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang

dianggap

mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap
paling domonan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan.
Hasil yang diperoleh dari kuesioner tertutup menunjukkan bahwa terdaat
sepuluh faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi
sikap dan perilaku mereka. Sepuluh faktor tersebut adalah religiusitas,
pendidikan,

organisasional,

emotional quotient,

lingkungan

keluarga,

pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, dan posisi atau


kedudukan.
5. Kualitas Audit
De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan
kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor
akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji
tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara
tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.
Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan

menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar


pengambilan keputusan.
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya
harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) dalam
Elfarina (2007) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan

kepada

publik,

menghormati

kepercayaan

publik

dan

menunjukkan komitmen atas profesionalisme.


3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi

dan

ketekunan

serta

mempunyai

kewajiban

mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

untuk

6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan.

B. Penelitian Sebelumnya
No.
1

Penelitian
Ubaidillah
dan Agung
Arafah

Judul
Variabel
Method
Penemuan
Faktor faktor 1. Variabel Bebas
- Obyek Penelitian : Faktor
yang
yang
- lamanya
penelitian ini adalah berpengaruh secara
mempengaruhi
penugasan
semua auditor yang signifikan terhadap
independensi
auditor
dalam
bekerja di KAP yang independensi adalah
dalam
melakukan
berlokasi
di penerimaan barang
melakukan
pemeriksaan
Palembang
atau jasa dari klien,
pemeriksaan
(audit)
- Periode Penelitian : faktor yang tidak
pada
kantor
- Audit Fee
tidak
disebutkan berpengaruh
atas
akuntan publik
- Keahlian Auditor
dalam penelitian ini independensi
pada
di Palembang
- Hubungan
- Populasi Penelitian : KAP adalah audit fee,
keluarga
dan
5
KAP
yang lamanya penugasan
pribadi
auditor
berlokasi
audit,
audit
fee,
dan penerimaan
dipalembang.
keahlian
auditor,
barang / jasa dari - Metode : Analisis hubungan keluarga
klien
Regresi Sederhana dan pribadi auditor
Dan Analisis Regresi dan
penerimaan
Berganda.
barang / jasa dari
klien secara bersama
sama berpengaruh
atau mempengaruhi
independensi
pada

KAP Palembang.
2

Arleen
Herawaty
dan yulius
Kurnia
Susanto

Ni
Putu
Eka
Desyanti
dan
Ni
Made Dwi
Rattnadi

Profesionalisme 1. Variabel Bebas


, Pengetahuan
- Profesionalisme
Akuntan Publik
- Pengetahuan
Dalam
akuntan public
Mendeteksi
dalam
kekeliruan,
mendeteksi
Etika
Profesi
kekeliruan
dan
- Etika Profesi
Pertimbangan
tingkat
2. Variabel Tak Bebas
Materialitas
-Pertimbangan
tingkat
materialitas

Pengaruh
Independensi,
Keahlian
Profesional, dan
pengalaman
Kerja Pengawas
intern Terhadap
efektivitas
penerapan
Struktur
pengendalian
intern
pada
bank
perkreditan
rakyat
di
kabupaten
bandung.
M. Nizarul Pengaruh
Alim dan Kopetensi dan
Trisni
independensi
Hapsari
terhadap
dan Liliek kualitas audit
Purwanti
dengan
etika
auditor sebagai

- Obyek Penelitian :
Kantor
akuntan
publik(KAP) yang
terdaftar
pada
ddirektori Institut
akuntan
Publik
Indonesia 2008 di
wilayah
Jakarta
dengan
akuntan
public yang bekerja
di KAP dijadikan
sebagai responden
- Periode Penelitian :
Thn 2008
- Populasi Penelitian
: Kantor
Akuntan Publik
- Metode : Regresi
Berganda

1. Variabel Bebas
- Independensi
- Keahlian
Profesional
- Pengalaman
kerja
- Pengawas intern 2.

Variabel Tak
Bebas
- Stuktur
Pengendalian
Intern

1. Variabel Bebas
- Kompetensi
- Independensi
- Etika auditor
2. Variabel Tak Bebas
Kualitas audit

Hasil temuan ini


mengindikasikan
bahwa
profesionalisme,
pengetahuan auditor
dalam
mendeteksi
kekeliruan dan etika
profesi berpengaruh
secara
positif
terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas
dalam
proses audit laporan
keuangan.

Obyek Penelitian :
Bank
perkreditan
rakyat di kabupaten
bandung
Periode Penelitian :
Thn 2006
Populasi Penelitian :
bank Perkreditan
rakyat
Metode :Regresi
Berganda

independensi,
keahlian professional,
dan pengalaman kerja
pengawas intern, baik
secara
simultan
maupun
parsial
berpengaruh
signifikan terhadap
efektivitas penerapan
atruktur pengendalian
intern pada bank
perkreditan rakyat di
kabupaten Bandung

- Obyek Penelitian : Di
KAP Jawa Timur
- Periode Penelitian :
Thn 2006
- Populasi Penelitian :
5 KAP Jawa Timur
- Metode Regresi

Penelitian ini berhasil


membuktikan bahwa
kompetensi
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas
audit.
penelitian ini juga

variabel
moderasi

berganda

Yulius jogi Kompetensi dan 1. Variabel bebas


christiawan independensi
- kompetensi
akuntan publik :
- Independensi
Refleksi hasil 2. Variabel Tak bebas
penelitian
- kualitas audit
Empiris

- Obyek Penelitian :
Akuntan Publik
- Periode penelitian :
Thn 2000- 2002
- Populasi Penelitian :
Akuntan publik

Susiana
Analisis
1. Variabel bebas
dan Arleen pengaruh
- Independensi
Herawaty
independensi,
- Mekanisme
mekanisme
Corporate
corporate
Governance
governance, dan
- Kualitas audit
kualitas audit 2. Variabel tak bebas
terhadap
- Laporan
integritas
keuangan
laporan
keuangan

- Objek penelitian : Di
KAP
- Periode Penelitian :
Thn 2000-2003
- populasi Penelitian :
5 KAP
- Analis regresi
berganda

menemukan
bukti
empiris
bahwa
independensi
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Bahwa penggunaan
banyaknya
tahun
pengalaman
untuk
akuntan
pemeriksa
sebagai satu-satunya
ukuran
keahlian
adalah kurang tepat
dan untuk melihat
pengaruh pengalaman
dan
pelatihan
terhadap
struktur
pengetahuan auditor
tentang kekeliruan.
independensi yang
diukur dengan fee
audit tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
integritas laporan
keuangan,
independensi yang
diukur dengan fee
audit memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
integritas laporan
keuangan,
mekanisme corporate
governance yang
diukur dengan
keberadaan komite
audit dalam
perusahaan,
keberadaan komisaris
independen dalam
perusahaan,
persentase saham
yang dimiliki oleh
institusi, serta
persentase saham

yang dimiliki oleh


manajemen memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
integritas laporan
keuangan,
mekanisme corporate
governance yang
diukur dengan
keberadaan komite
audit dalam
perusahaan,
keberadaan komisaris
independen dalam
perusahaan,
persentase saham
yang dimiliki oleh
institusi, serta
persentase saham
yang dimiliki oleh
manajemen tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap integritas
laporan keuangan,
dan kualitas audit
yang diukur dengan
ukuran KAP tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap integritas
laporan keuangan.

C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian diatas mengenai Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Keahlian Profesional Terhadap Kualitas audit dengan Etika
Auditor Sebagai Variabel Moderasi, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut :

Gambar 1.1
Struktural Hubungan variabel X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu penelitian,
yaitu:
H1 : terdapat pengaruh signifikan dari variabel kompetensi, independensi,
keahlian profesional, dan etika auditor terhadap kualitas audit.
H2 : terdapat pengaruh signifikan dari variabel kompetensi terhadap kualitas
audit.
H3 : terdapat pengaruh signifikan dari variabel independensi terhadap kualitas
audit.
H4 : terdapat pengaruh signifikan dari variabel keahlian profesional terhadap
kualitas audit.
H3 : terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel kompetensi dan etika
auditor terhadap kualitas audit.
H5 : terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel independensi dan etika
auditor terhadap kualitas audit.
H7 : terdapat pengaruh signifikan dari interaksi variabel keahlian profesional dan
etika auditor terhadap kualitas audit.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Pablik (KAP) yang terdaftar
pada Direktori Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2008 di Wilayah
Jakarta. Jenis penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk pengaruh
antara Kompetensi, Independensi dan Keahlian Profesional terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi pada Kantor Akuntan
Pablik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan.
G. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah Auditor Eksternal pada Kantor
Akuntan Pablik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan.
2. Teknik Sampling
Penelitian ini dibatasi pada populasi Auditor pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Wilayah Jakarta Selatan. Sedangkan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 70 responden. Metode pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non random sampling,
artinya peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota
populasi untuk dijadikan anggota sampel. Teknik yang digunakan dalam
penentuan sampel adalah Purposive Sampling atau Judgment Sampling,
yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian atau pertimbangan dari peneliti. Dengan kata lain, asal saja
calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang
diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja
ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2005).
H. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer (Primery Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi
(opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil observasi
suatu kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang
penulis gunakan yaitu :
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan langsung kepada responden, yaitu Auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Pablik (KAP). Skala yang digunakan adalah skala likert
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang kejadian
atau gejala sosial. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian A yang
berisi pernyataan data dan keterangan pribadi responden, bagian B berisi
pernyataan yang merupakan penjabaran dari operasional variabel
Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional, Etika Auditor, dan
Kualitas Audit.
Kategori dari penilaian skala likert ;
SS

= Sangat Setuju

diberi skor 5

= Setuju

diberi skor 4

= Ragu Ragu

diberi skor 3

TS

= Tidak Setuju

diberi skor 2

STS

= Sangat Tidak Setuju

diberi skor 1

Manfaat penggunaan skala Likert yaitu keragaman skor (variability of


score) dengan menggunakan skala tingkat 1 5.
b. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada Kantor Akuntan Pablik
(KAP) berupa pengamatan langsung dan pengambilan data objek
penelitian.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Adapun data
sekunder yang penulis pakai yaitu:
a. Riset kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca
buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet.
b. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait,
yang berhubungan dengan penelitian.

D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan secara umum adalah metode kuantitatif.
Analisa kuantitatif adalah analisis yang mengguanakan alat analisis yang bersifat
kuantitatif atau menggunakan model model seperti matematika.
Untuk menjaga validitas dan reabilitas butir butir pertanyaan yang ada
pada kuisioner dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap Kualitas Audit.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali, 2005:45).
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item,

yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap butir dalam telah ditunjukkan skor totalnya yang merupakan skor tiap
butir. Dengan nilai 0.01 jika kurang dari 0.01 maka pertanyaan dinyatakan
tidak valid.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel
tertentu. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil SPSS pada
table dengan judul Item Total Statistic. Menilai kevalidan masing-masing
butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-total correlation
masing-masing butir pertanyaan.

Uji reliabilitas (Keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan


konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam bentuk kuisioner. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Reabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran) reabilitas berbeda dengan validitas, karena yang pertama
memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih
memperhatikan masalah ketepatan (Sekaran, 2000 : 205).
2. Analisa Koefisien Korelasi
Analisa statistik ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan antara 3 ( tiga ) varibel, yaitu variabel bebas, variabel moderasi dan
variabel terikat.
Dalam hal ini yang akan dicari adalah hubungan antara Kompetensi,
Independensi, dan Keahlian Profesional sebagai variabel bebas, Etika Auditor
sebagai variabel moderasi dan Kualitas Audit sebagai variabel terikat.
Koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara ketiga variabel (independent, moderasi dan dependent). Dengan
demikian dapat dicari nilai koefisien korelasi dengan rumus:

r=

Keterangan :

(n xy ) ( x y )
n x 2 ( x 2 ) ( n( y 2 ) ( y ) 2 )

n = Jumlah responden

x = Kompetensi, independensi, keahlian professional, dan


etika auditor
y = kualitas audit
r = Koefisien korelasi
Bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara ketiga variabel sangat
lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
Bila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif dan
hubungannya sangat kuat.
Bila r = -1, atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan negatif dan
hubungannya sangat kuat.
Tanda plus (+) dan (-) pada koefisien korelasi memiliki arti yang khas.
Bila r = posistif, maka korelasi antara ke 3 variabel bersifat searah,
dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai-nilai (x) terjadi bersama-sama
dengan kenaikan atau penurunan nilai (y).
Bila r = negatif, maka kenaikan nilai-nilai (x) terjadi bersama-sama
dengan penurunan nilai-nilai (y) atau sebaliknya. (Dajan, 1996).
Tabel 4.1
Pedoman Untuk Memberikan Koefisien Korelasi
Internal Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 0.199
Sangat rendah
0.20 0.399
Rendah
0.40 0.599
Sedang
0.60 0.799
Kuat
0.80 1.000
Sangat kuat
Sumber : Sugiono, Metodologi Penelitian Bisnis, 2003:183

Dalam mempermudah melihat tanggapan konsumen maka besarnya


frekuensi tanggapan pelanggan untuk tiap alternative tanggapan dapat
disajikan kedalam bentuk persentase dengan rumus koefisien penentu:
Kp = r2 x 100%
Dalam menguji signifikasi hubungan yang ditemukan itu berlaku
untuk semua responden maka perlu di uji dengan tingkat signifikansi sebesar
5 % dengan rumus uji signifikasi product moment. (Sugiono, 2003:184).
Rumus :
rn-2
t =
1 r2

Dimana dengan ketentuan :


bila t hitung lebih kecil dari t table (t hitung < t table), maka Ho ditolak.
bila t hitung lebih besar dari t table (t hitung > t table), maka Ho diterima.

3. Uji Asumsi Klasik


1. Uji Multikolineritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen berkorelasi maka variabel-variabel
ini tidak ortogonal (Ghozali,2005). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukan adanya multikoloniaritas adalah nilai Tolerance <
0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokodastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdasitas (ghazali,2005).
Dalam analisis memiliki dasar yaitu :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah
terjadi heteroskedasitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah

angka

pada

sumbu

Y,

maka

tidak

terjadi

heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas ada beberapa cara
yaitu:
1) Melihat grafik plot antara nilai predeksi variabel terikat (ZPRED)
dengan

residualnya

(SPRESID).

Deteksi

ada

tidaknya

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola


tertentu, pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual
(Y predeksi Y sesungguhnya) (Ghozali, 2001:69).

2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang


membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka, mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas secara titik-ttik menyebar diatas dan
dibawah

angka

nol

pada

sumbu

Y,

maka

tidak

terjadi

heterokedastisitas (Ghozali, 2005).


3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melakukan pengujian apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk medeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik (Ghozali,2005).
1) Analisa Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
2) Uji Statistik
Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji
statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan
skewness dari residual.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran


data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
4. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode regresi linear berganda dimaksudkan untuk mengetahui
keeratan hubungan yang ada diantara kedua variabel. metode regresi linear
ini juga dapat digunakan untuk peramalan dengan menggunakan data berkala
(time series).
Berdasarkan hubungan antara variabel kompetensi (X1), independensi
(X2), keahlian profesional (X3), etika auditor (X4), dan kualitas audit (Y),
maka akan digunakan model analisa regresi linear sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X1X4 + b 6 X2X4+ b7 X3X4 +
keterangan :
a
b
Y
X1
X2
X3
X4

=
=
=
=
=
=
=
=

Konstanta
Koefisien regresi
kualitas audit
kompetensi
independensi
keahlian profesional
etika auditor
standar error

Dari perhitungan dengan SPSS 16.0 akan diperoleh keterangan atau


hasil tentang koefisien determinasi, Uji F, Uji t untuk menjawab perumusan
masalah penelitian. berikut ini keterangan yang berkenaan dengan hal
tersebut diatas, yakni :
1) Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel X1, X2, X3, dan
variabel X4 secara keseluruhan terhadap variabel Y. untuk menguji
hipotesa : Ho : b = 0, maka langkah langkah yang akan digunakan
untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji F adalah sebagai berikut :

(a) Menentukan Ho dan Ha


Ho

: 1 = 2 = 3 =0 ( tidak terdapat pengaruh yang signifikan


antara variabel independen, variabel moderasi dan variabel
dependen)

Ha

: 1 2 3 0 ( terdapat pengaruh yang signifikan antara


variabel independen,

variabel moderasi dan variabel

dependen )
(b) Menentukan Level of Significance
Level of Significance yang digunakan sebesar 5% atau ( ) = 0,05
(c) Menentukan nilai F ( Fhitung )
menentukan Fhitung perumusannya sebagai berikut:

R2 / 2
F =
(1 R2) / (n k 1)
Keterangan :
R2

= Koefesien determinasi

= Jumlah sampel

k-1

= Jumlah variabel independent

(d) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho, dengan melihat


tingkat probabilitasnya, yaitu :
Jika probabilitas < 0,05

tolak Ho

Jika probabilitas > 0,05

diterima Ho

Atau dengan melihat daerah kritis atau daerah penolakan yaitu,


apabila t hitung > t tabel atau t hitung < - (t tabel)
Jika F hitung > F tabel

tolak Ho

Jika F hitung < F tabel

diterima Ho

2) Uji t (Uji Parsial)


Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikan koefisien regresi. jika suatu koefesien regresi signifikan
menunjukan

seberapa

jauh

pengaruh

satu

variabel

independen

(explanatory) secara individual dalam menerangkan variabel dependen


Untuk menguji koefisien hipotesa : Ho = 0. untuk itu langkah
yang digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan uji t adalah
sebagai berikut :

(a) Menentukan Ho dan Ha


Ho : 1 = 2 = 3 =0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen,

variabel moderasi dan variabel

dependen)
Ha

: 1 2 3 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara


variabel

independen,

variabel

moderasi

dan

variabel

dependen)
(b) Menentukan Level of Significance
Level of Significance yang digunakan sebesar 5% atau ( ) = 0,05
(c) Menentukan nilai t ( thitung )
Menentukan Fhitung perumusannya sebagai berikut :
bi (i)
thitung =
Sb

bi
i = 0 dengan rumus thitung =
Sb

Dimana :
bi = Koefisien Variabel ke-i
i = Parameter ke-1 yang dihipotesiskan
Sb = Kasalahan standar
Sb adalah standar error dari koefisien regresi dengan rumus
matematis, adalah sebagai berikut :
se
Sb =
( e2 )2
2
X -

se adalah standart error sampel yang dirumuskan sebagai


berikut :
e2
se =

n2
Dimana e2 akan dirumuskan sebagai berikut:
e2 = Y2 - a Y b Y
(d) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
Jika probabilitas < 0,05

tolak Ho

Jika probabilitas > 0,05

diterima Ho

D. Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (1993:31), variabel penelitian adalah suatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi. Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang
mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan
dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat
ditetapkan indikatornya.
1. Variabel Dependen
Variabel Y ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat. Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
yaitu Kualitas Audit.

2. Variabel Moderasi
Etika Auditor adalah etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia
atau masyarakat atau profesi.
3. Variabel Independen
a. Kompetensi
Kompetensi adalah

sebagai aspek aspek pribadi dari seorang

pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek


aspek pribadi ini mencakup sifat, motif motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
b. Independensi
Independensi adalah sikap yang

diharapkan dari seorang auditor

untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan


tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas
profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua
kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi
merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan
melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

c. Keahlian Profesional
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan
tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi
dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan
dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang
telah ditetapkan.

Variabel
Kompetensi (X1)
Murtanto (1998)
dalam Elfarina
(2007)

Tabel 4.2
Operasional Variabel Penelitian
Demensi
Indikator
1. Pengetahuan

2. Psikologi

Independensi (X2) 1. Lama hubungan


Elfarina (2007)
dengan klien
2.Tekanan dari
klien

1. Pengetahuan tentang fakta


fakta
2. Pengetahuan tentang prosedur
prosedur audit
3. Pengetahuan dari pendidikan
strata
4. Pengetahuan dari pelatihan dan
kursus
5. Pengalaman dari jumlah klien
yang diaudit
6. Pengalaman lamanya menjadi
auditor
7. Pengalaman
dalam
menganalisis suatu kasus
8. Pengalaman Level / Jabatan
dalam KAP

Skala
Pengukuran
Skala Likert
(Ordinal)

1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kreativitas
3. Kemampuan
Beradaptasi
dengan perubahan
4. Kemampuan belajar terus
menerus
1. lama mengaudit klien
Skala Likert
(Ordinal)
1.pemberian sanksi dan ancaman
pergantian auditor dari klien

2.besar fee audit yang diberikan klien


3. fasilitas dari klien

3.Telaah dari rekan 1. manfaat telaah dari rekan auditor


auditor
2.konsekuensi terhadap audit yang
Buruk
4. Jasa non audit

1.Aspek Struktural
Keahlian
Profesional (X3)
Lekatompessy
(2003)
dalam
Herawati,
dan
Susanto (2008)

2. Aspek Sikap

Etika Auditor (X4) 1. Aturan atau


Maryani
dan
norma atau
ludigno
(2001)
pedoman
dalam Alim, dkk
prilaku

1.pemberian jasa audit dan non audit


pada klien yang sama
2 pemberian jasa non audit dapat
meningkatkan
informasi
pada
laporan keuangan.
1. Keahlian untuk melaksanakan Skala Likert
tugas sesuai dengan bidangnya
(Ordinal)
2. Profesi atau tugas dengan
menetapkan standar baku di
bidang profesinya.
3. Mematuhi etika yang telah
ditetapkan .
4. Pembentukan tempat pelatihan
5. Pembentukan
asosiasi
profesional
6. Pembentukan kode etik
1. Profesi
dicerminkan
dari
dedikasi dengan menggunakan
pengetahuan dan kecakapan.
2. Mempunyai
pandangan
tentang pentingnya kewajiban
sosial.
3. Profesional mampu membuat
keputusan
sendiri
tanpa
tekanan dari pihak lain.
4. Seorang profesional harus
yakin terhadap profesi yang
dijalankan.
5. Memiliki hubungan sesama
profesi dengan menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan
1. Imbalan yang diterima auditor Skala Likert
2. Organisasional auditor
(Ordinal)
3. Lingkungan keluarga auditor
4. Emotional quotient seorang
auditor

(2007)
Kualitas Audit (Y)
Simamora (2002)
dalam elfarina
(2007)

1. Tanggung
jawab profesi

1. Melaporkan semua kesalahan Skala Likert


klien
(Ordinal)

2.Kepentingan
Publik

1. Pemahaman terhadap sistem


informasi akuntansi klien

3. Integritas

1. Komitmen yang kuat dalam


menyelesaikan audit

4. Objektivitas

1.

5. Kehati katian
profesional

1. Tidak percaya begitu saja pada


pernyataan klien

Berpedoman pada prinsip


auditing dan prinsip akuntansi
dalam melakukan pekerjaan
lapangan

6. Kerahasiaan

1.

Sikap hati hati


pengambilan keputusan

dalam

7. Perilaku
Profesional

1. Berperilaku yang konsisten


2. Menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi

8. Standar Teknis

1. Kesesuaian dengan SPAP


2. Kepatuhan terhadap SOP

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik yang berwilayah di Jakarta Selatan dengan kriteria yang mempunyai
jabatan dari junior auditor sampai manajer. Pada dasarnya peneliti melakukan
pemilihan beberapa Kantor Akuntan Publik untuk menjadi sasaran
penyebaran kuesioner. Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik yang terdapat di Wilayah Jakarta Selatan.
Daftar nama KAP dan Alamat penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan
dalam tabel berikut:

Tabel.4.3
Alamat dan Nama KAP
No.
1

Nama Kantor Akuntan Publik

Alamat

Junaedi, Chairul, Labib,

Jl. Raya Kebayoran Lama No.194

Subyakto dan Rekan

Blok B-3 Jakarta Selatan

Noor Salim, Nurselan dan

Jl. Anggrek III No.28 Larangan

Sinarahardja

Indah Kebayoran Lama-Jakarta


Selatan

Usman dan Rekan

Jl. Cipulir V No.5 Kebayoran


Lama-Jakarta Selatan

Nugroho dan Rekan

Jl. RS. Fatmawati Raya No.43 B


Cilandak Barat, Cilandak-Jakarta
Selatan

Gatot Permadi Joewono

Kebayoran Plaza Blok B-2 Jl.


Kebayoran Lama No.194A
Jakarta Selatan

Heliantono dan Rekan

Aminta Plaza 7th Floor Svlite


No.704 Jl. TB.Simatupang
Kav.10 Jakarta Selatan

DRA.E.M.Widianingsih

Jl. Tulodong Bawah X No.45


Kebayoran Baru-Jakarta Selatan

10

DRS.Hananta Budianto dan

Jl. Wijaya II No.79 Kebayoran

Rekan

Baru-Jakarta Selatan

DRS.Thomas, Lesmana, Henky

Jl. Sisingamangaraja No.65

dan Rekan

Kebayoran Baru-Jakarta Selatan

Heryanto, Sidik dan Rekan

Darmangwasa Square Jl.


Darmawangsa VI No.23 Jakarta
Selatan

Sumber: hasil penelitian yang diolah, 2010

Penyebaran sebanyak 85 kuesioner dilakukan mulai tanggal 01


Februari 2010 dan pengumpulan sampai tanggal 19 Februari 2010 sebanyak
70 buah kuesioner yang kembali dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel. 4.4
Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan

Jumlah

Penyebaran Kuesioner

85

Kuesioner yang terkumpul

70

Kuesioner yang bisa diolah

70

Tingkat pengembalian (Response rate)

80%

Sumber: hasil penelitian yang diolah, 2010


Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 85 kuesioner yang disebarkan
yang dapat terkumpul sebanyak 70 buah

kuesioner dan semuanya dapat

diolah sebagai data penelitian. Tingkat pengembalian yang diperoleh adalah


sebesar 80% dari total kuesioner. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian
kuesioner yang cukup tinggi karena peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik dalam melakukan penyebaran kuesioner.
2. Analisis Deskriptif Responden
Penelitian

ini dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner

untuk

mendapatkan data primer sebagai sumber penelitian. Pada kuesioner tersebut


terdapat pernyataan tentang karakteristik responden dengan delapan butir
pernyataan yang terdiri dari usia/umur, jenis kelamin, jabatan dalam KAP,
pendidikan terakhir, lama bekerja sebagai auditor, jumlah pelatihan yang telah
diikuti, dan jumlah penugasan atau klien yang diaudit.

Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Responden berdasarkan Usia
Frequen
Percent
cy
Valid
18-22 tahun 40
40.0
22-25 tahun 21
21.0
25-35 tahun 9
9.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
40.0
21.0
9.0
70.0

Cumulativ
e Percent
40.0
61.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa responden di lingkungan KAP yang


berusia 18-22 tahun ada sebanyak 40 responden, 21 responden berusia 22-25
tahun, sedangkan sisanya sebanyak 9 responden berusia 25-35 tahun.
Tabel 4.6
Deskripsi Responden berdasarkan Jenis kelamin
Frequen
Percent
cy
Valid
Laki-laki
42
42.0
Perempuan 28
28.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
42.0
28.0
70.0

Cumulativ
e Percent
42.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa 42 responden adalah berjenis kelamin


laki-laki, sedangkan 28 responden lainnya berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.7
Deskripsi Responden berdasarkan Jabatan dalam KAP
Frequen
cy
Valid

Manager
9
Supervisor/Senior Auditor 21
Junior Auditor
40
Total
70
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Percent

9.0
21.0
40.0
70.0

Valid Cumulati
Percen
ve
t
Percent
9.0
9.0
21.0
30.0
40.0
70.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa 9 responden menjabat sebagai


manager, sebanyak 21 responden menjabat sebagai supervisor/senior auditor,
sedangkan sebanyak 40 responden menjabat sebagai junior auditor.
Tabel 4.8
Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequen
Percent
cy
Valid
D3
10
10.0
S1
57
57.0
S2
3
3.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
10.0
57.0
3.0
70.0

Cumulativ
e Percent
10.0
67.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa 10 responden memiliki pendidikan


terakhir yaitu D3, 57 responden memiliki pendidikan terakhir yaitu S1,
sedangkan 3 responden memiliki pendidikan terakhir yaitu S2.
Tabel 4.9
Deskripsi Responden berdasarkan Lama Bekerja sebagai Auditor
Frequen
Percent
cy
Valid
< 4 tahun 57
57.0
> 4 tahun 13
13.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
57.0
13.0
70.0

Cumulativ
e Percent
57.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa 57 responden memiliki lama bekerja


sebagai auditor, sedangkan 13 responden memiliki lama bekerja sebagai
auditor.

Tabel 4.10
Deskripsi Responden berdasarkan Jumlah Pelatihan yang Telah Diikuti
Frequen
Percent
cy
Valid
1-5 kali
61
61.0
> 5 kali
9
9.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
61.0
9.0
70.0

Cumulativ
e Percent
61.0
70.0

Dari tabel diatas diketahui bahwa 61 responden telah mengikuti


pelatihan, sedangkan 9 responden juga telah mengikuti pelatihan.
Tabel 4.11
Deskripsi Responden berdasarkan Jumlah Penugasan
Frequen
Percent
cy
Valid
1-10 klien 61
61.0
> 10 klien 9
9.0
Total
70
70.0
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Valid
Percent
61.0
9.0
70.0

Cumulativ
e Percent
61.0
70.0

Dari klien yang diaudit atau jumlah penugasan adalah sebanyak 61


responden telah mengaudit 1-10 klien, sedangkan sebanyak 9 responden telah
mengaudit > 10 klien.

B. Analisis Deskriptif Kualitatif


Analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan menginterprestasikan
hasil uji validitas dan reliabilitas serta distribusi frekuensi pernyataan kuesioner
dan juga analisis deskriptif. Dengan cara data skor pernyataan untuk setiap
variabel sehingga menghasilkan Correlation Matrix dan Reliability Coefficients.

1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah sampel.
Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 70 dan besarnya df dapat dihitung
70-2 dengan df = 68 dan alpha = 0.05 didapat r tabel = 0.198. hasil pengujian
validitas ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kompetensi
Pernyataan

r hitung

r tabel

Kesimpulan

Butir 1

0.693

0.198

Valid

Butir 2

0.691

0.198

Valid

Butir 3

0.642

0.198

Valid

Butir 4

0.621

0.198

Valid

Butir 5

0.698

0.198

Valid

Butir 6

0.669

0.198

Valid

Butir 7

0.673

0.198

Valid

Butir 8

0.691

0.198

Valid

Butir 9

0.642

0.198

Valid

Butir 10

0.621

0.198

Valid

Butir 11

0.696

0.198

Valid

Butir 12

0.706

0.198

Valid

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Independensi
Pernyataan

r hitung

r tabel Kesimpulan

Butir 1

0.783

0.198

Valid

Butir 2

0.810

0.198

Valid

Butir 3

0.798

0.198

Valid

Butir 4

0.817

0.198

Valid

Butir 5

0.779

0.198

Valid

Butir 6

0.793

0.198

Valid

Butir 7

0.791

0.198

Valid

Butir 8

0.781

0.198

Valid

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Keahlian Profesional
Pernyataan r hitung

r tabel

Kesimpulan

Butir 1

0.717

0.198

Valid

Butir 2

0.713

0.198

Valid

Butir 3

0.685

0.198

Valid

Butir 4

0.680

0.198

Valid

Butir 5

0.711

0.198

Valid

Butir 6

0.705

0.198

Valid

Butir 7

0.706

0.198

Valid

Butir 8

0.713

0.198

Valid

Butir 9

0.685

0.198

Valid

Butir 10

0.680

0.198

Valid

Butir 11

0.722

0.198

Valid

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Etika Auditor
Pernyataan

r hitung

r tabel Kesimpulan

Butir 1

0.336

0.198

Valid

Butir 2

0.488

0.198

Valid

Butir 3

0.625

0.198

Valid

Butir 4

0.277

0.198

Valid

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.16
Hasil Uji Validitas Kualitas Audit
Pernyataan

r hitung

r tabel

Kesimpulan

Butir 1

0.725

0.198

Valid

Butir 2

0.724

0.198

Valid

Butir 3

0.695

0.198

Valid

Butir 4

0.688

0.198

Valid

Butir 5

0.721

0.198

Valid

Butir 6

0.712

0.198

Valid

Butir 7

0.713

0.198

Valid

Butir 8

0.724

0.198

Valid

Butir 9

0.695

0.198

Valid

Butir 10

0.688

0.198

Valid

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Dari hasil tabel-tabel diatas diketahui bahwa semua variabel tersebut
dinyatakan valid, karena mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk, suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kontruk atas variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0.60
(Nunally,1967)

dalam

Ghozali (2005).

Hasil pengujian reliabilitas

ditampilkan dalam tabel berikut ini


Tabel 4.17
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Kompetensi
Independensi
Keahlian Profesional
Etika Auditor
Kualitas Audit

Jumlah butir
pernyataan
12 butir
8 butir
11 butir
4 butir
10 butir

Cronbach
alpha
0.691
0.816
0.720
0.658
0.728

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan intrumen untuk setiap variabel
penelitian adalah reliabel, karena hitung > 0.60. Pada variabel Kompetensi

memiliki hitung 0.691 > 0.60. Variabel Independensi memiliki hitung


0.816 > 0.60. Variabel Keahlian Profesional memiliki hitung 0.720 > 0.60.
Variabel Etika Auditor memiliki hitung 0.658 > 0.60. Dan variabel
Kualitas Audit memiliki hitung 0.728 > 0.60.
3. Distribusi Frekuensi pernyataan kuesioner
Selain uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner. Penelitian ini juga
terdapat pernyataan tentang empat variabel dalam penelitian ini yang terdiri
dari Kompetensi (X1), Independensi (X2), Keahlian Profesional (X3), Etika
Auditor (X4), dan Kualitas Audit (Y). berikut ini adalah jumlah hasil dari
distribusi frekuensi dari pernyataan pada kuesioner ini.
a. Kompetensi (X1)
Tabel 4.18
Auditor harus mengetahui tentang fakta-fakta apa saja yang akan di audit

Frequency Percent Valid Percent


Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak empat
puluh tiga responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor harus
mengetahui tentang fakta-fakta apa saja yang akan di audit. Sembilan
belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat

setuju untuk pernyataan auditor harus mengetahui tentang fakta-fakta apa


saja yang akan di audit.
Tabel 4.19
Seorang auditor wajib mengetahui prosedur-prosedur standar yang akan di
audit

Frequency
Valid tidak setuju

Percent Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak tiga puluh
satu responden menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor wajib
mengetahui prosedur-prosedur standar yang akan di audit. Dua puluh
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya menyatakan sangat setuju untuk
pernyataan seorang auditor wajib mengetahui prosedur-prosedur standar
yang akan di audit.
Tabel 4.20
Untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan pengetahuan
yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal
Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid Cumulative
Percent
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak lima


puluh delapan responden menjawab setuju dan ragu-ragu pada pernyataan
untuk melakukan audit yang baik, auditor membutuhkan pengetahuan
yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal. Tujuh responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden
menyatakan sangat setuju pada pernyataan untuk melakukan audit yang
baik, auditor membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat
pendidikan formal.
Tabel 4.21
Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga
membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan
khususnya di bidang audit
Frequency Percent Valid Percent
Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak dua puluh
sembilan responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan Selain
pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga
membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan
khususnya di bidang audit. Dua puluh enam responden menyatakan setuju,
Sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit yang baik, auditor juga

membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari kursus dan pelatihan


khususnya di bidang audit.

Tabel 4.22
Semakin banyak jumlah klien yang auditor audit menjadikan audit yang
auditor lakukan semakin lebih baik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak dua puluh
delapan responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan semakin banyak
jumlah klien yang auditor audit menjadikan audit yang auditor lakukan
semakin lebih baik. Dua puluh tiga responden menyatakan tidak setuju,
lima belas responden menyatakan setuju, tiga responden menyatakan
sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan
sangat tidak setuju untuk pernyataan semakin banyak jumlah klien yang
auditor audit menjadikan audit yang auditor lakukan semakin lebih baik.

Tabel 4.23
Seorang auditor disebut berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih
dari 4 tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor disebut
berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun. Sembilan
belas responden menyatakan tidak setuju, dua belas responden
menyatakan setuju,

sedangkan sisanya

sebanyak tiga

responden

menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan Seorang auditor disebut


berpengalaman apabila memiliki masa kerja lebih dari 4 tahun.
Tabel 4.24
Pengalaman penugasan audit mempengaruhi ketepatan dalam
menganalisis suatu kasus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima responden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan pengalaman penugasan audit

mempengaruhi ketepatan dalam menganalisis suatu kasus. Enam belas


responden menyatakan tidak setuju, empat belas responden menyatakan
setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak dua responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
pengalaman

penugasan

audit

mempengaruhi

ketepatan

dalam

menganalisis suatu kasus.


Tabel 4.25
Level jabatan dan tanggung jawab sangat mempengaruhi pengalaman
auditor dalam mengaudit

Frequency Percent Valid Percent


Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan level jabatan dan tanggung jawab
sangat mempengaruhi pengalaman auditor dalam mengaudit. Dua
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan level jabatan dan tanggung jawab sangat
mempengaruhi pengalaman auditor dalam mengaudit.

Tabel 4.26
Seorang auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim

Frequency Percent Valid Percent


Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu- ragu untuk pernyataan seorang
auditor tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim. Tujuh
responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima
responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan seorang auditor
tidak harus dapat bekerja sama dalam sebuah tim.
Tabel 4.27
Seorang auditor harus kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang
Ada
Frequency Percent Valid Percent
Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor harus
kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Dua puluh enam
responden menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat

setuju, sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak


setuju

untuk

pernyataan

seorang

auditor

harus

kreatif

dalam

menyelesaikan permasalahan yang ada.


Tabel 4.28
Auditor yang kompeten akan dengan mudah beradaptasi dengan
perubahan lingkungan bisnis kliennya

Frequency Percent Valid Percent


Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

20

28.6

28.6

30.0

setuju

30

42.9

42.9

72.9

sangat setuju

19

27.1

27.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan auditor yang kompeten akan dengan
mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis kliennya. Dua
puluh responden menyatakan ragu-ragu, Sembilan belas responden
menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu responden
menyatakan tidak setuju untuk pernyataan auditor yang kompeten akan
dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis kliennya.

Tabel 4.29
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi
kecurangan dalam laporan keuangan
Valid Cumulativ
Frequency Percent Percent e Percent
Valid tidak setuju

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

14

20.0

20.0

21.4

setuju

34

48.6

48.6

70.0

sangat setuju

21

30.0

30.0

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh empat
responden menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor harus
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan
keuangan. Dua puluh satu responden menyatakan sangat setuju, empat
belas responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan seorang auditor
harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan.
b. Independensi (X2)
Tabel 4.30
Auditor sebaiknya memiliki hubungan dengan klien yang sama paling
lama 3 tahun
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

1.4

1.4

2.9

ragu-ragu

10

14.3

14.3

17.1

setuju

51

72.9

72.9

90.0

10.0

10.0

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh satu


responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor sebaiknya memiliki
hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun. Sepuluh
responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan sangat
setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua responden menyatakan sangat
tidak setuju dan tidak setuju untuk pernyataan auditor sebaiknya memiliki
hubungan dengan klien yang sama paling lama 3 tahun.
Tabel 4.31
Jika audit yang auditor lakukan buruk, maka auditor dapat menerima
sanksi dari klien

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid Cumulative
Percent
Percent

5.7

5.7

5.7

ragu-ragu

16

22.9

22.9

28.6

setuju

42

60.0

60.0

88.6

11.4

11.4

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh dua
responden menjawab setuju untuk pernyataan jika audit yang auditor
lakukan buruk, maka auditor dapat menerima sanksi dari klien. Enam
belas responden menyatakan ragu-ragu, delapan responden menyatakan
sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak empat responden menyatakan
tidak setuju untuk pernyataan jika audit yang auditor lakukan buruk, maka
auditor dapat menerima sanksi dari klien.

Tabel 4.32
Jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total
pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi
akuntan publik
Frequency Percent
Valid sangat tidak setuju
tidak setuju

Valid
Percent

1.4

1.4

Cumulative
Percent
1.4

2.9

2.9

4.3

ragu-ragu

11

15.7

15.7

20.0

setuju

50

71.4

71.4

91.4

8.6

8.6

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan jika audit fee dari satu klien
merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan
maka hal ini dapat merusak independensi akuntan publik. Sebelas
responden menyatakan ragu-ragu, enam responden menyatakan sangat
setuju, dua responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
jika audit fee dari satu klien merupakan sebagian besar dari total
pendapatan suatu kantor akuntan maka hal ini dapat merusak independensi
akuntan publik.

Tabel 4.33
Fasilitas yang auditor terima dari klien menjadikan auditor sngkan
terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit
Valid Cumulative
Percent
Percent

Frequency Percent
Valid tidak setuju

1.4

1.4

1.4

8.6

8.6

10.0

setuju

53

75.7

75.7

85.7

sangat setuju

10

14.3

14.3

100.0

Total

70

100.0

100.0

ragu-ragu

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh tiga responden
menjawab setuju untuk pernyataan fasilitas yang auditor terima dari klien
menjadikan auditor sungkan terhadap klien sehingga kurang bebas dalam
melakukan audit. Sepuluh responden menyatakan sangat setuju, enam
responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan fasilitas yang auditor
terima dari klien menjadikan auditor sungkan terhadap klien sehingga
kurang bebas dalam melakukan audit.
Tabel 4.34
Auditor tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk menilai
prosedur auditnya karena kurnag dirasa manfaatnya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

4.3

4.3

7.1

ragu-ragu

14

20.0

20.0

27.1

setuju

42

60.0

60.0

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh dua


responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor tidak membutuhkan
telaah dari rekan auditor lain untuk menilai prosedur auditnya karena
kurang dirasa manfaatnya. Empat belas responden menyatakan ragu-ragu,
Sembilan

responden

menyatakan

sangat

setuju,

tiga

responden

menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua responden


menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan auditor tidak
membutuhkan telaah dari rekan auditor lain untuk menilai prosedur
auditnya karena kurang dirasa manfaatnya.
Tabel 4.35
Auditor bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan
seprofesi (sesame auditor) dalam tim
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

12.9

12.9

14.3

ragu-ragu

34

48.6

48.6

62.9

setuju

23

32.9

32.9

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh empat
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor bersikap jujur
untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesame auditor)
dalam tim. Dua tiga responden menyatakan setuju, Sembilan responden
menyatakan tidak setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju,
sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak

setuju untuk pernyataan auditor bersikap jujur untuk menghindari


penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesame auditor) dalam tim.
Tabel 4.36
Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula
memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

5.7

5.7

8.6

ragu-ragu

12

17.1

17.1

25.7

setuju

43

61.4

61.4

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga
responden menjawab setuju untuk pernyataan selain memberikan jasa
audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya
kepada klien yang sama. Dua belas responden menyatakan ragu-ragu.
Sembilan responden menyatakan sangat setuju. Empat responden
menyatakan tidak setuju. sedangkan sisanya sebanyak dua responden
menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan selain memberikan jasa
audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lainnya
kepada klien yang sama.

Tabel 4.37
Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi yang
disajikan dalam laporan pemeriksanaan akuntan publik
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

7.1

7.1

8.6

ragu-ragu

20

28.6

28.6

37.1

setuju

37

52.9

52.9

90.0

10.0

10.0

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh tujuh
responden menjawab setuju untuk pernyataan pemberian jasa selain jasa
audit dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan
pemeriksaan akuntan publik. Dua puluh responden menyatakan ragu-ragu,
tujuh responden menyatakan sangat setuju. Lima responden menyatakan
tidak setuju. Sedangkan sisanya sebanyak satu responden menyatakan
sangat tidak setuju untuk pernyataan pemberian jasa selain jasa audit
dapat meningkatkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan
akuntan publik.

c. Keahlian Profesional (X3)


Tabel 4.38
Keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus sesuai dengan bidang
yang ditugasinya

Frequency
Valid tidak setuju

Percent

Valid Cumulative
Percent
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7
100.0

sangat setuju
Total

4.3

4.3

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga
responden menjawab setuju untuk pernyataan keahlian yang dilaksanakan
seorang auditor harus sesuai dengan bidang yang ditugasinya. Sembilan
belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat
setuju untuk pernyataan keahlian yang dilaksanakan seorang auditor harus
sesuai dengan bidang yang ditugasinya.
Tabel 4.39
Auditor melakukan profesi atau tugas sesuai dengan standar baku dibidang
profesinya
Valid
Frequency Percent Percent
Valid tidak setuju

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu


responden menjawab setuju untuk pernyataan auditor melakukan profesi
atau tugas sesuai dengan standar baku dibidang profesinya. Dua puluh
Sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan auditor melakukan profesi atau tugas
sesuai dengan standar baku dibidang profesinya.
Tabel 4.40
Auditor harus mematuhi etika yang telah ditetapkan
Frequency
Valid tidak setuju

Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor harus
mematuhi etika yang telah ditetapkan. Tujuh responden menyatakan tidak
setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden menyatakan sangat
setuju untuk pernyataan auditor harus mematuhi etika yang telah
ditetapkan.

Tabel 4.41
Profesional seorang akuntan publik terbentuk dari tempat pelatihan

Frequency
Valid tidak setuju

Percent

Valid Cumulative
Percent
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan profesional seorang
akuntan publik terbentuk dari tempat pelatihan. Dua puluh enam
responden menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat
setuju, sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak
setuju untuk pernyataan profesional seorang akuntan publik terbentuk dari
tempat pelatihan.
Tabel 4.42
Asosiasi profesional harus dimiliki seorang akuntan publik
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh delapan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan asosiasi profesional
harus dimiliki seorang akuntan publik. Dua puluh tiga responden

menyatakan tidak setuju, lima belas responden menyatakan setuju, tiga


responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak satu
responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan asosiasi
profesional harus dimiliki seorang akuntan publik.
Tabel 4.43
Seorang akuntan yang profesional harus memiliki kode etik
Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan yang
profesional harus memiliki kode etik. Sembilan belas responden
menyatakan tidak setuju, dua belas responden menyatakan setuju,
sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan sangat tidak
setuju untuk pernyataan seorang akuntan yang profesional harus memiliki
kode etik.

Tabel 4.44
Auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan
pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya

Frequency Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

Valid sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima responden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor mencerminkan profesi yang
berdedikasi sesuai dengan pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya.
Enam belas responden menyatakan tidak setuju, empat belas responden
menyatakan setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan
sisanya sebanyak dua responden menyatakan sangat tidak setuju untuk
pernyataan auditor mencerminkan profesi yang berdedikasi sesuai dengan
pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya.
Tabel 4.45
Auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid
Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden


menjawab setuju untuk pernyataan auditor mempunyai pandangan tentang
pentingnya kewajiban sosial. Dua sembilan responden menyatakan raguragu, tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak tiga responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor mempunyai pandangan tentang pentingnya kewajiban sosial.
Tabel 4.46
Profesional mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak
lain

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid
Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan profesional
mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Tujuh
responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima
responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan profesional mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.

Tabel 4.47
Seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang dijalankan

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid
Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang profesional
harus yakin terhadap profesi yang dijalankan. Dua puluh enam responden
menyatakan setuju, sembilan responden menyatakan sangat setuju,
sedangkan sisanya sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju
untuk pernyataan seorang profesional harus yakin terhadap profesi yang
dijalankan.
Tabel 4.48
Auditor harus memiliki hubungan sesam profesi dengan menggunakan
ikatan profesi sebagai acuannya
Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid
Percent

Cumulative
Percent

2.9

2.9

2.9

ragu-ragu

10

14.3

14.3

17.1

setuju

44

62.9

62.9

80.0

sangat setuju

14

20.0

20.0

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh empat
responden menyatakan setuju untuk pernyataan auditor harus memiliki
hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi sebagai

acuannya. Empat belas responden menyatakan sangat setuju, sepuluh


responden menyatakan rgau-ragu, sedangkan sisanya sebanyak dua
responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan auditor harus
memiliki hubungan sesama profesi dengan menggunakan ikatan profesi
sebagai acuannya.

d. Etika Auditor (X4)


Tabel 4.49
Imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor agar
memiliki kinerja yang optimal

Frequency Percent
Valid ragu-ragu

Valid Cumulative
Percent
Percent

5.7

5.7

5.7

setuju

48

68.6

68.6

74.3

sangat setuju

18

25.7

25.7

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh delapan
responden menjawab setuju untuk pernyataan imbalan yang auditor terima
dapat mempengaruhi perilaku auditor agar memiliki kinerja yang optimal.
Delapan belas responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak empat responden menyatakan ragu-ragu untuk pernyataan
imbalan yang auditor terima dapat mempengaruhi perilaku auditor agar
memiliki kinerja yang optimal.

Tabel 4.50
Organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid Cumulati
Percent ve Percent

1.4

1.4

1.4

7.1

7.1

8.6

setuju

52

74.3

74.3

82.9

sangat setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

ragu-ragu

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh dua responden
menjawab setuju untuk pernyataan organisasi di tempat auditor bekerja
sangat berarti bagi seorang auditor. Dua belas responden menyatakan
sangat setuju, lima responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya
sebayak satu responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
organisasi di tempat auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor.
Tabel 4.51
Lingkungan keluarga auditor bekerja sangat berarti bagi seorang auditor
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju
ragu-ragu

1.4

1.4

1.4

4.3

4.3

5.7

setuju

51

72.9

72.9

78.6

sangat setuju

15

21.4

21.4

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh satu
responden menjawab setuju untuk pernyataan lingkungan keluarga auditor
sangat mempengaruhi perilaku auditor. Lima belas responden menyatakan
sangat setuju, tiga responden menyatakan ragu-ragu, sedangkan sisanya

sebanyak satu responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan


lingkungan keluarga auditor sangat mempengaruhi perilaku auditor.
Tabel 4.52
Auditor merasa terikat secara emosional dengan organisasi di tempat
bekerja
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid ragu-ragu

7.1

7.1

7.1

setuju

40

57.1

57.1

64.3

sangat setuju

25

35.7

35.7

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh responden
menjawab setuju untuk pernyataan auditor merasa terikat secara
emosional dengan organisasi di tempat bekerja. Dua puluh lima responden
menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak lima responden
menyatakan ragu-ragu untuk pernyataan auditor merasa terikat secara
emosional dengan organisasi di tempat bekerja.
e. Kualitas Audit (Y)
Tabel 4.53
Besarnya kompetensi yang auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam
melaporkan kesalahan klien

Frequency Percent
Valid tidak setuju

Valid
Percent

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa empat puluh tiga


responden menjawab setuju untuk pernyataan besarnya kompetensi yang
auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan
klien. Sembilan belas responden menyatakan ragu-ragu, lima responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat setuju untuk pernyataan besarnya kompetensi yang
auditor terima akan mempengaruhi auditor dalam melaporkan kesalahan
klien.
Tabel 4.54
Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien dapat menjadikan
pelaporan audit menjadi lebih baik
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit menjadi lebih baik. Dua
puluh sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden
menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden
menyatakan sangat setuju untuk pernyataan pemahaman terhadap sistem
informasi akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit menjadi lebih
baik.

Tabel 4.55
Auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit dalam
waktu yang tepat
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor
mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit dalam waktu
yang tepat. Tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
sebanyak lima responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit
dalam waktu yang tepat.

Tabel 4.56
Seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntan
dalam melakukan pekerjaan lapangan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan


responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang auditor harus
berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntan dalam melakukan
pekerjaan lapangan. Dua puluh enam responden menyatakan setuju,
sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan
seorang auditor harus berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip
akuntan dalam melakukan pekerjaan lapangan.
Tabel 4.57
Auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan
audit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh delapan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor tidak mudah
percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan audit. Dua puluh
tiga responden menyatakan tidak setuju, lima belas responden menyatakan
setuju, tiga responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya
sebanyak satu responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan
auditor tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama melakukan
audit.

Tabel 4.58
Auditor selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama
melakukan audit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sangat tidak setuju

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh enam
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan auditor selalu berusaha
berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan audit.
Sembilan belas responden menyatakan tidak setuju, dua belas responden
menyatakan setuju,

sedangkan sisanya

sebanyak tiga

responden

menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan auditor selalu berusaha


berhati-hati dalam pengambilan keputusan selama melakukan audit.
Tabel 4.59
Seorang akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam profesinya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh lima reponden
menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan publik harus

memiliki

konsistensi

dalam

profesinya.

Enam

belas

responden

menyatakan tidak setuju, empat belas responden menyatakan setuju, tiga


responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya sebanyak dua
responden menyatakan sangat tidak setuju untuk pernyataan seorang
akuntan publik harus memiliki konsistensi dalam profesinya.
Tabel 4.60
Seorang auditor harus menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
akuntan publik
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7
100.0

sangat setuju
Total

4.3

4.3

70

100.0

100.0

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiga puluh satu responden
menjawab setuju untuk pernyataan seorang auditor harus menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan publik. Dua puluh
sembilan responden menyatakan ragu-ragu, tujuh responden menyatakan
tidak setuju, sedangkan sisanya sebanyak tiga responden menyatakan
sangat setuju untuk pernyataan seorang auditor harus menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan publik.
Tabel 4.61
Auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
laporan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak setuju

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lima puluh delapan
responden menjawab setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan auditor
menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
laporan. Tujuh responden menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya
menyatakan lima responden menyatakan sangat setuju untuk pernyataan
auditor menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan laporan.

Tabel 4.62
Seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent
Percent
Valid tidak setuju

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dua puluh sembilan
responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan seorang akuntan publik
harus mematuhi SOP yang ada. Dua puluh enam responden menyatakan
setuju, sembilan responden menyatakan sangat setuju, sedangkan sisanya

sebanyak enam responden menyatakan tidak setuju untuk pernyataan


seorang akuntan publik harus mematuhi SOP yang ada.
4. Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan data regresi linier berganda dengan
menggunakan SPSS 16.0 for windows dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.63
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation


kualitasaudit
kompetensi
independensi
keahlianprofesional
etikaauditor

33.24
41.27
32.19
37.24
16.70

4.206
4.491
1.755
4.305
.906

N
70
70
70
70
70

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel descriptive statistic diatas menunjukkan bahwa:


a. Rata-rata nilai kualitas audit adalah 33.24 dengan standart deviation
4.206.
b. Rata-rata nilai kompetensi adalah 41.27 dengan standart deviation 4.491.
c. Rata-rata nilai independensi adalah 32.19 dengan standart deviation
1.755.
d. Rata-rata nilai keahlian professional adalah 37.24 dengan standart
deviation 4.305.
e. Rata-rata nilai etika auditor adalah 16.70 dengan standart deviation 0.906.

C. Uji Asumsi Klasik


1. Uji Multikolineritas
Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas model regresi adalah
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model
regresi yang bebas multikolinearitas nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga
10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. (Ghozali, 2005:91-92).

Tabel 4.64
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model

1 (Constant)

.534

1.284

kompetensi

.340

.038

independensi

.205

keahlianprofesional
etikaauditor
a. Dependent Variable:
kualitasaudit

Std. Error

Standardized
Coefficients

Collinearity
Statistics
t

Beta

Sig.

Tolerance

VIF

.416

.679

.363

8.990

.000

.085 11.747

.033

.086

6.199

.000

.729

.668

.039

.683 17.002

.000

.086 11.635

.025

.033

.086

.000

.715

6.190

1.372
1.399

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel 4.64 dapat diketahui bahwa setiap variabel memiliki
nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Faktor
(VIF) tidak lebih dari 10. Analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian. Sehingga layak untuk
digunakan dalam pengujian selanjutnya.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap,

maka

disebut

Homoskedastisitas

dan

jika

berbeda

disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homokedastisitas dan


tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2005:105).
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan gambar diatas, scatterplot menunjukkan penyebaran titik
data sebagai berikut, menunjukkan model regresi linear berganda terbebas
dari uji asumsi klasik hetrokedastisitas yaitu:
a. Titik-titik data menyebar diatas dan sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak berkumpul hanya diatas atau dibawah saja.
c. Penyebaran titik tidak membentuk suatu pola tertentu.

d. Penyebaran titik tidak membentuk pola bergelombang melebar,


kemungkinan menyempit dan melebar kembali.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi berganda antara variabel
kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor terhadap
kualitas audit tidak memiliki heteroskedastisitas.
4. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2005:110-112).
a. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian
hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya
untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari distribusi normal.
b. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati
secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.

Gambar 4.3
Uji Normalitas

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada
wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini
terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk
memprediksi variabel dependen yaitu kualitas audit berdasarkan masukan
variabel independen yaitu kompetensi, independensi, keahlian profesional,
dan etika auditor.

D. Analisis Regresi Linear Berganda


Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel dengan
satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis menggunakan
kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor terhadap
kualitas audit. Berdasarkan pada pengolahan data, menggunakan software SPSS

16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear bergada dalam tabel 4.65
sebagai berikut:
Tabel 4.65
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Model

1 (Constant)

.534

1.284

kompetensi

.340

.038

independensi

.205

keahlianprofesional
etikaauditor
a. Dependent Variable:
kualitasaudit

Std. Error

Collinearity
Statistics
t

Beta

Sig.

Tolerance

VIF

.416

.679

.363

8.990

.000

.085 11.747

.033

.086

6.199

.000

.729

.668

.039

.683 17.002

.000

.086 11.635

.025

.033

.086

.000

.715

6.190

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.66
Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor
Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)

Std. Error

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.

7.660

9.639

.795

.430

kompetensi

.170

.230

.182

.739

.462

independensi

.205

.033

.086

6.190

.000

keahlianprofesional

.668

.039

.684

16.958

.000

etikaauditor

.402

.576

.087

.699

.487

moderasi

.205

.033

.086

6.190

.000

a. Dependent Variable: kualitasaudit

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

1.372
1.399

Tabel 4.67
Interaksi Independensi dan Etika Auditor
Coefficientsa

Standardize
Unstandardized
d
Coefficients Coefficients
Model

Std.
Error

1 (Constant)

Beta

Sig.

6.387

17.852

.358 .722

kompetensi

.340

.038

.363 8.925 .000

independensi

.384

.546

.160

keahlianprofesional

.668

.040

.684 16.888 .000

etikaauditor

.325

1.065

.340

.038

moderasi2
a. Dependent Variable:
kualitasaudit

.070

.703 .484
.305 .761

.363 8.925 .000

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Tabel 4.68
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
1 (Constant)

Std.
Error

Beta

Sig.

12.340

9.209

1.340

.185

kompetensi

.038

.038

.362 9.009

.000

independensi

.207

.033

.087 6.293

.000

keahlianprofesional

.360

.241

.368 1.493

.140

etikaauditor

.680

.548

.146 1.241

.219

moderasi3

.038

.038

.362 9.009

.000

a. Dependent Variable:
kualitasaudit

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan


regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X1X4 + b 6 X2X4+ b7 X3X4 +
keterangan :

a
b
Y
X1
X2
X3
X4

=
=
=
=
=
=
=
=

Konstanta
Koefisien regresi
kualitas audit
kompetensi
independensi
keahlian profesional
etika auditor
standar error

Dari output didapatkan model persamaan regresi :


Persamaan Model Y=0.534+0.340X1+0.205X2+0.668X3+0.025X4+0.205
X1X4+0.340 X2X4+0.038X3X4
Persamaan regresi berganda ini merupakan model terbaik, karena variabel
independen yang dimasukkan dalam persamaan regresi merupakan variabel yang
memberikan pengaruh terhadap variabel dependennya.

E. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi-asumsi klasik statistik dan telah
terbukti bahwa data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut, maka data
dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik untuk
membuktikan kebenaran uji hipotesis.
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu kompetensi, independensi, keahlian profesional. Dan
variabel moderasi yaitu etika auditor dalam menjelaskan variasi variabel
dependen, yaitu kualitas audit. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat
pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.69
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of the


Estimate

1
.996a
.991
.990
.411
a. Predictors: (Constant), moderasi3, independensi, etikaauditor,
kompetensi, keahlianprofesional, moderasi2, moderasi

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R
Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen dan moderasi
sebesar 0.990 yang artinya adalah 99% variabel dependen kualitas audit
dijelaskan oleh variabel independen dan variabel moderasi yaitu kompetensi,
independensi, keahlian profesional, dan etika auditor, sisanya sebesar 1%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.
Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.71 sebesar 0.996
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dan moderasi
dengan variabel dependen adalah sangat kuat karena memiliki nilai koefisien
korelasi diatas 0.05. Standar Error of the Estimate (SEE) sebesar 0.411
makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen atau Standar Error of the Estimate (SEE)
lebih kecil dari angka koefisien korelasi (R) model baik dan bisa dipercaya.
b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen dan moderasi
yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka digunakan uji F,
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.70
Hasil Uji F Statistik
ANOVAb
Model

Sum of Squares

1 Regression
Residual

df

Mean Square

1210.410

172.916

10.462

62

.169

F
1.025E3

Sig.
.000a

Total
1220.871
69
a. Predictors: (Constant), moderasi3, independensi, etikaauditor,
kompetensi, keahlianprofesional, moderasi2, moderasi
b. Dependent Variable: kualitasaudit

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0.000
atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0.05 (0.000 < 0.05), ini berarti
bahwa variabel independen dan moderasi yaitu kompetensi, independensi,
keahlian profesional, dan etika auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap kualitas variabel dependen yaitu kualitas audit.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H1 : Kompetensi, independensi, keahlian profesional, dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
c. Pengujian secara parsial (Uji t)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh
dari masing-masing variabel independen dan moderasi secara parsial terhadap
variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masingmasing variabel independen dan moderasi terhadap variabel dependen dapat
dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masingmasing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0.05. jika
p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
independen dan moderasi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.71
Hasil Uji t Statistik
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model

1 (Constant)

.534

1.284

kompetensi

.340

.038

independensi

.205

keahlianprofesional
etikaauditor
a. Dependent Variable:
kualitasaudit

Std. Error

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.

.416

.679

.363

8.990

.000

.033

.086

6.199

.000

.668

.039

.683 17.002

.000

.025

.033

.086

.000

6.190

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


1. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien kompetensi adalah
8.990, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi 2
menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah
jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel kompetensi memiliki nilai p-value 0.000 (0.000 < 0.05).
sedangkan thitung > ttabel (8.990 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen kompetensi (X1) terhadap variabel dependen kualitas
audit (Y).

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit


seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh kompetensi yang dimiliki
seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H2 : Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien independensi adalah
6.199, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi 2
menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah
jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel independensi memiliki nilai p-value 0.000 (0.000 < 0.05),
sedangkan thitung > ttabel (6.199 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen independensi (X2) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh independensi yang
dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H3 : Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
3. Pengaruh Keahlian Profesional terhadap Kualitas Audit

Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien keahlian profesional


adalah 17.002, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan =
0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai
dbagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2, dimana n
adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel keahlian profesional memiliki p-value 0.000 (0.000 < 0.05).
sedangkan thitung > ttabel (17.002 > 1.99) maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara parsial ada pengaruh
variabel independen keahlian profesional (X3) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh keahlian profesional yang
dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H4 : Keahlian Profesional berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Audit.
Tabel 4.72
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor
Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)

Std. Error

7.660

9.639

kompetensi

.170

.230

independensi

.205

keahlianprofesional

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.

.795

.430

.182

.739

.462

.033

.086

6.190

.000

.668

.039

.684

16.958

.000

etikaauditor

.402

.576

.087

.699

.487

moderasi

.205

.033

.086

6.190

.000

Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)

Std. Error

7.660

9.639

kompetensi

.170

.230

independensi

.205

.033

keahlianprofesional

.668

etikaauditor
moderasi

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.

.795

.430

.182

.739

.462

.086

6.190

.000

.039

.684

16.958

.000

.402

.576

.087

.699

.487

.205

.033

.086

6.190

.000

a. Dependent Variable: kualitasaudit

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


4. Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi kompetensi
dan etika auditor adalah 6.190, sedangkan ttabel bisa dihitung pada t-test,
dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
ttabel, nilai dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2,
dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel interaksi kompetensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (6.190 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi
kompetensi (X1) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi kompetensi dan
etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:

H5 : Interaksi Kompetensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan


terhadap Kualitas Audit.
Tabel 4.73
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Independensi dan Etika Auditor
Coefficientsa

Standardize
Unstandardized
d
Coefficients Coefficients
Model
1 (Constant)

Std.
Error

Beta

Sig.

6.387

17.852

.358 .722

kompetensi

.340

.038

.363 8.925 .000

independensi

.384

.546

.160

keahlianprofesional

.668

.040

.684 16.888 .000

etikaauditor

.325

1.065

.340

.038

moderasi2
a. Dependent Variable:
kualitasaudit

.070

.703 .484
.305 .761

.363 8.925 .000

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


5. Interaksi Independensi dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi independensi
dan etika auditor adalah 8.925, sedangkan ttabel bisa dihitung pada t-test,
dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari
ttabel, nilai dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari rumus n-2,
dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah 1.99.
Variabel interaksi independensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (8.925 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi

independensi (X2) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen


kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi independensi dan
etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H6 : Interaksi Independensi dan Etika Auditor berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Audit.
Tabel 4.74
Hasil Uji T Statistik
Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
1 (Constant)

Std.
Error

Beta

Sig.

12.340

9.209

1.340

.185

kompetensi

.038

.038

.362 9.009

.000

independensi

.207

.033

.087 6.293

.000

keahlianprofesional

.360

.241

.368 1.493

.140

etikaauditor

.680

.548

.146 1.241

.219

moderasi3

.038

.038

.362 9.009

.000

a. Dependent Variable:
kualitasaudit

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010


6. Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien interaksi keahlian
profesional dan etika auditor adalah 9.009, sedangkan ttabel bisa dihitung
pada t-test, dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari ttabel, nilai dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 68 (didapat dari

rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 70-2=68). Didapat ttabel adalah
1.99.
Variabel interaksi independensi dan etika auditor memiliki p-value
0.000 (0.000 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (9.009 > 1.99) maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh interaksi variabel independen dan moderasi keahlian
profesional (X3) dan etika auditor (X4) terhadap variabel dependen
kualitas audit (Y).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
seorang auditor dipengaruhi secara parsial oleh interaksi keahlian
profesional dan etika auditor yang dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa:
H7 : Interaksi Keahlian Profesional dan Etika Auditor berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit.

F. Interprestasi Hasil Analisis


Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi,
independensi, keahlian profesional, dan etika auditor mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif,
yaitu semakin tinggi tingkat kompetensi, independensi, keahlian professional,
dan etika auditor yang dimiliki oleh seorang akuntan publik maka akan semakin
tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama bahwa kompetensi,

independensi, keahlian profesional, dan etika auditor berpengaruh terhadap


kualitas audit.
Hasil penelitian berdasarkan hipotesis kedua menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang positif, hal ini berarti sesuai dengan pengujian hipotesis kedua
bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Kompetensi tersebut
terdiri dari dua dimensi yaitu pengetahuan dan psikologi. Auditor sebagai ujung
tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, akan tetapi hal tersebut tidak berkaitan
dengan psikologi yang harus dimiliki seorang auditor dalam praktiknya.
Penerapan pengetahuan yang maksimal sejalan dengan psikologi yang dimiliki.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby
(1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003),
dan Alim, dkk (2007) bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor
penting yang berkaitan dengan pemberian opini audit, dimana dalam penelitian
ini hal tersebut termasuk dalam risiko audit sebagai indikator pada kualitas audit.
Hasil pengujian dengan regresi berganda menunjukkan bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dimana hal ini telah sesuai
dengan hipotesis ketiga bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Deis dan Giroux (1992) dan jua
Alim, dkk (2007) bahwa lama waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien
berpengaruh terhadap kualitas audit, dimana klien merupakan hal yang terkait
dengen independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa
independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor juga

sesuai dengan hasil penelitian ini. Lama hubungan dengan klien yang auditor
jalin selama ini mengakibatkan tekanan dari klien semakin berkurang, hal ini
memberikan telaah dari rekan auditor untuk memberikan jasa non audit. Hal
tersebut bertentangan dengan aturan atau pedoman perilaku yang harus dimiliki
oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.
Hasil pengujian dengan regresi berganda menunjukkan bahwa keahlian
profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dimana hal ini telah
sesuai dengan hipotesis keempat bahwa keahlian profesional berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini berhasil mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Lekatompessy (2003) dalam Herawaty dan Susanto (2008) yang
mendefinisikan bahwa profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi
beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual
yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau
tidak. Seorang akuntan publik yang professional harus memenuhi tanggung
jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya. Pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi professional,
pembentukan kode etik, dan juga pembentukan jiwa profesionalisme yang harus
dilakukan oleh seorang auditor dalam hal ini untuk mencapai kualitas audit. Hal
tersebut bertentangan dengan tanggung jawab profesi yang dimiliki seorang
auditor dalam melaporkan semua kesalahan kliennya.
Pengaruh interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn et al.
(1997) dalam Widagdo et al. (2002) yang mengembangkan atribut kualitas audit

dimana salah satunya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut lainnya
terkait dengan kompetensi. Hal ini sesuai dengan hipotesis kelima bahwa
interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis keenam bahwa interaksi
independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Deis da Giroux (1992)
dan juga Alim, dkk (2007) bahwa kemampuan auditor untuk bertahan di bawah
tekanan klien, dalam hal ini independensi, tergantung pula oleh etika profesional.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketujuh bahwa interaksi keahlian
professional dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003)
dalam Herawaty dan Susanto (2008) bahwa profesi merupakan jenis pekerjaa
yang memenuhi beberapa kriteria. Seorang akuntan publik yang professional
harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan
seprofesi untuk berperilaku semestinya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

menguji

pengaruh

kompetensi,

independensi dan keahlian professional terhadap kualitas audit dengan etika


auditor sebagai variabel moderasi. Berdasarkan data yang diperoleh maupun
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
mengenai pengaruh kompetensi, independensi dan keahlian professional
terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi, yaitu:
1. Hasil uji F variabel kompetensi, independensi, keahlian professional, dan
etika auditor mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap kualitas audit.
2. Hasil uji t variabel kompetensi menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991),
Choo dan Trootman (1991) dalam Mayangsari (2003), dan Alim, dkk (2007)
bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang
berkaitan dengan pemberian opini audit, dimana dalam penelitian ini hal
tersebut termasuk dalam risiko audit sebagai indikator pada kualitas audit.
3. Hasil uji t variabel Independensi menunjukkan bahwa independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Deis dan Giroux (1992) dan jua Alim, dkk (2007) bahwa lama

waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien berpengaruh terhadap


kualitas audit, dimana klien merupakan hal yang terkait dengen
independensi. Pendapat De Angelo (1981) yang menyatakan bahwa
independensi merupakan hal yang penting selain kemampuan teknik auditor
juga sesuai dengan hasil penelitian ini. Lama hubungan dengan klien yang
auditor jalin selama ini mengakibatkan tekanan dari klien semakin
berkurang, hal ini memberikan telaah dari rekan auditor untuk memberikan
jasa non audit. Hal tersebut bertentangan dengan aturan atau pedoman
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya.
4. Hasil uji t variabel keahlian profesional menunjukkan bahwa keahlian
professional berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini
berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003)
dalam Herawaty dan Susanto (2008) yang mendefinisikan bahwa profesi
merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang
akuntan publik yang professional harus memenuhi tanggung jawabnya
terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku
semestinya.

Pembentukan

tempat

pelatihan,

pembentukan

asosiasi

professional, pembentukan kode etik, dan juga pembentukan jiwa


profesionalisme yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam hal ini
untuk mencapai kualitas audit. Hal tersebut bertentangan dengan tanggung

jawab profesi yang dimiliki seorang auditor dalam melaporkan semua


kesalahan kliennya.
5. Hasil uji t interaksi variabel Kompetensi dan etika auditor menunjukkan
bahwa interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Behn et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002) yang
mengembangkan atribut kualitas audit dimana salah satunya adalah standar
etika yang tinggi, sedangkan atribut lainnya terkait dengan kompetensi. Hal
ini sesuai dengan hipotesis kelima bahwa interaksi kompetensi dan etika
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
6. Hasil uji t interaksi variabel Independensi dan etika auditor menunjukkan
bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Deis da Giroux (1992) dan juga Alim, dkk (2007) bahwa kemampuan
auditor untuk bertahan di bawah tekanan klien, dalam hal ini independensi,
tergantung pula oleh etika profesional.
7. Hasil uji t interaksi variabel keahlian professional dan etika auditor
menunjukkan bahwa interaksi keahlian profesional dan etika auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy (2003) dalam
Herawaty dan Susanto (2008) bahwa profesi merupakan jenis pekerjaa yang
memenuhi beberapa kriteria. Seorang akuntan publik yang professional harus

memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan


seprofesi untuk berperilaku semestinya.

B. Implikasi
Berdasarkan atas kesimpulan diatas, terdapat implikasi yang diperoleh dari
penelitian ini, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus tetap menjaga
kompetensi, independensi, keahlian profesional dan etika auditor sehingga kualitas
audit yang dihasilkan dari seorang auditor dapat terlaksana secara maksimal dan
tetap konsisten dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).
Hal yang berkaitan dengan hasil dari penelitian ini yang menjelaskan
bahwa variabel kompetensi, independensi, keahlian profesional dan etika auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit.
C. Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas wilayah cakupan
lebih banyak KAP dan tidak hanya yang di wilayah Jakarta Selatan saja
sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih
tinggi.
2. Diharapkan dapat melakukan wawancara secara langsung dan lebih terlibat
dalam aktivitas KAP sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih
memahami dan dapat memberikan solusinya.
3. Pengetahuan dan pengalaman atau keahlian yang tidak didorong dengan
kemauan dan keyakinan pekerja mengenai tanggung jawab atas
pekerjaannya tidak dikatakan seorang yang kompeten. Oleh karena itu

dibutuhkan kesadaran auditor untuk terus mengoptimalkan nilai-nilai


kompetensi yang dimilikinya.

Daftar Pustaka

Arens, Alvin A. 2006. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi Indonesia, Jakarta
PT. Indeks
Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntansi Publik :
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vo.4
No.2 (Nov) Hal. 79 92
Dajan, Anton, 1996. Pengantar Metode Statistik , jilid 2, LP3ES, Jakarta,.
Elfarina, Christina, Eunike. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Semarang. Skripsi S1 : Universitas Negri
Semarang
Ghozali, Imam, 2005 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP
UNDIP, Semarang.
Halim, Abdul. 2001. Auditing 1 (Dasar dasar Audit Laporan Keuangan).
Yogyakarta : AMP YKPN

Hamid, Abdul. 2007 Buku Pedoman Penulisan Skripsi. FEIS Press

Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas


Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi
Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan).
Hastuti, T.D., S.L. Indriarto. 2003. Hubungan antara Profesionalisme dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.
1206 1220.
Herawaty, Arleen, dan Kurnia, Susanto, Yulius. 2008 Profesionalisme Pengetahuan
Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurnal Trisakti School Of
Management, Grogol, Jakarta
Hernadianto. 2002. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan dan
Penggunaan Infuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jakarta).
Semarang, Tesis Maksi : Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan).
Husein, Umar, 2003 Riset Strategi Pemasaran, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2008. Directory 2008 Kantor Akuntan Publik dan
Akuntan Publik. Jakarta
Kartika Widhi, Frianty . 2006. Pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi
auditor terhadap kualitas audit (Studi Empiris:KAP di Jakarta). Semarang.
Skripsi S1: Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan).
Kell, W.G., R.N. Johnson dan W.C. Baynton.2002. Modern Auditing, Edisi Ketujuh.
Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan


topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen
(Desember). Hal.25-60.
Lasmahadi,A.2002. Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi. www.ePsikologi .com
Lekatompessy, J.E.2003. Hubungan Profesionalisme dengan konsekuensinya:
Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Keinginan
Berpindah (Studi Empiris di Lingkungan Akuntan Publik). Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol.5, No.1, April, hlm. 69 84.
Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Survei Atas Faktor faktor yang Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. TeMA. Volume 11 Nomor 1. Maret. P. 49
62.
Majalah Auditor Edisi 35/VII/ April Mei 2008. Sarbanes Oxley No Way.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat


audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6
No.1 (Januari).

Narbuko, Kholid, dan Achmadi, Abu. 2008. Metodologi Penelitian : memberikan


bekal teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta
diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang
benar. Jakarta : Bumi Angkasa.

Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2006. Pengaruh Independensi,
Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap

Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank


Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Jurnal Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Payamta. 2002. Sikap Akuntan dan Pengguna Jasa Akuntan Publik Terhadap
Advertensi Jasa Akuntan Publik. SNA 5 Semarang. P. 544 559.
Purnomo, Adi, 2007. Persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan
independensi
terhadap
kualitas
audit.
Tersedia:
http://www.library@lib.unair.ac.id.
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta : Salemba
Empat.
Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit
Going Concern ( Studi Kuasieksperimen pada Auditor dan Mahasiswa ).
Semarang. Tesis Undip.(Tidak dipublikasikan).
Sekaran, U, 200. Research Methods For Business: A Skill Building Approach,
3nd Ed, John Willey & Sons, Inc, New York..

Simamora, Henry.2002. Auditing. Yogyakarta : UPP AMP YKPN


Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005. Hal 85-97
Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta.
Salemba Empat.
Sugiyono, 1994. Statistik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sugiono, 2003. Metode penelitian Bisnis, CV, Alfabeta, Bandung.
Santoso, Singgih, 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: Elek
Media Komputindo.
Yarmin, Wiwik. 2008. Analisis Pengaruh Perbedaan Kompetensi dan Independensi
Auditor dalam Melakukan Audit Lingkungan Sebagai Sarana untuk
Meningkatkan Akuntabilitas Publik. FEIS, Jakarta.

Ubaidillah, dan Agung Arafah. 2009. Faktor faktor yang mempengaruhi


independensi dalam melakukan pemeriksaan pada kantor akuntansi public
di Palembang. Jurnal Fakultas Universitas Sriwijaya Vol. 3 No.1 (januari).

LAMPIRAN

Lampiran 1
KUESIONER PENELITI

Deskripsi Responden
Istilah dengan singkat dan jelas berdasarkan diri Bapak/Ibu/Saudara dengan
memberikan tanda checklist (  ) pada jawaban yang telah disediakan.
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Laki laki

Perempuan

3. Jabatan dalam KAP


Manager

Supervisor/Auditor Senior

Auditor Junior

4. Pendidikan terakhir
D III

S1

5. Lama bekerja sebagai auditor

S2
: . Tahun . Bulan

6. Jumlah pelatihan yang telah di ikuti


Selama dua tahun terakhir

: . Kali

7. Jumlah penugasan/klien yang diaudit


Rata rata setiap tahun

: .... Klien

S3

Pernyataan berikut ini mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi Kualitas Hasil
Kerja Auditor dalam proses penugasan audit.
Nyatakan pendapat anda dengan memberi tanda (  ) pada salah satu jawaban dari
lima alternatif yang paling sesuai dengan pilihan anda.
Keterangan :
STS

= Sangat Tidak Setuju

TS

= Tidak Setuju

= Netral

= Setuju

SS

= Sangat Setuju

1. Pernyataan mengenai Kompetensi Auditor


No

Pernyataan

STS

A. Pengetahuan
1

Auditor

harus

mengetahui

tentang fakta fakta apa saja


yang akan di audit
2

Seorang

auditor

wajib

mengetahui prosedur prosedur


standar yang akan di audit
3

Untuk melakukan audit yang


baik,

auditor

membutuhkan

pengetahuan yang di peroleh


dari tingkat pendidikan formal.
4.

Selain pendidikan formal, untuk


melakukan

audit

yang baik,

TS

SS

auditor

juga

membutuhkan

pengetahuan yang diperoleh dari


kursus dan pelatihan khususnya
di bidang audit.
5.

Semakin banyak jumlah klien


yang auditor audit menjadikan
audit

yang

auditor

lakukan

semakin lebih baik.


6.

Seorang

auditor

disebut

berpengalaman apabila memiliki


masa kerja lebih dari 4 tahun
7.

Pengalaman

penugasan

audit

mempengaruhi ketepatan dalam


menganalisis suatu kasus
8.

Level jabatan dan tanggung


jawab

sangat

pengalaman

mempengaruhi
auditor

dalam

mengaudit
B. Psikologi
1.

Seorang auditor
dapat

tidak

bekerja

sama

harus
dalam

sebuah tim
2.

Seorang auditor harus kreatif


dalam

menyelesaikan

permasalahan yang ada


3.

Auditor yang kompeten akan


dengan

mudah

berdaptasi

dengan perubahan lingkungan


bisnis kliennya

4.

Seorang

auditor

harus

mempunyai kemampuan untuk


mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan.

2. Pernyataan mengenai Independensi


No

Pernyataan
A. Lama hubungan dengan klien

1.

Auditor sebaiknya memiliki hubungan


dengan klien yang sama paling lama 3
tahun
B. Tekanan dari klien

1.

Jika audit yang auditor lakukan buruk,


maka auditor dapat menerima sanksi
dari klien

2.

Jika audit fee dari satu klien merupakan


sebagian besar dari total pendapatan
suatu kantor akuntan maka hal ini dapat
merusak independensi akuntan public.

3.

Fasilitas yang auditor terima dari klien


menjadikan auditor sungkan terhadap
klien sehingga kurang bebas dalam
melakukan audit.

STS

TS

SS

C. Telaah dari rekan audotor


1.

Auditor tidak membutuhkan telaah dari


rekan

auditor

lain

untuk

menilai

prosedur auditnya karena kurang dirasa


manfaatnya.
2.

Auditor

bersikap

jujur

untuk

menghindari penilaian kurang dari rekan


seprofesi (sesama auditor) dalam tim.
D. Jasa non audit
1.

Selain memberikan jasa audit, suatu


kantor akuntan dapat pula memberikan
jasa jasa lainnya kepada klien yang
sama

2.

Pemberian jasa lain selain jasa audit


dapat meningkatkan informasi yang
disajikan dalam laporan pemeriksaan
akuntan publik.

3. Pernyataan mengenai Keahlian Profesional


No

Pernyataan
A. Aspek Struktural

1.

Keahlian yang dilaksanakan seorang


auditor harus sesuai dengan bidang yang

STS

TS

SS

ditugasinya.
2.

Auditor melakukan profesi atau tugas


sesuai dengan standar baku dibidang
profesinya.

3.

Auditor harus mematuhi etika yang


telah ditetapkan.

4.

Profesional seorang akuntan publik


terbentuk dari tempat pelatihan

5.

Asosiasi

profesional

harus

dimiliki

seorang akuntan publik


6.

Seorang akuntan yang profesional harus


memiliki kode etik
B. Aspek Sikap

1.

Auditor mencerminkan profesi yang


berdedikasi sesuai dengan pengetahuan
dan kecakapan yang dimilikinya.

2.

Auditor mempunyai pandangan tentang


pentingnya kewajiban social.

3.

Professional

mampu

membuat

keputusan sendiri tanpa tekanan dari


pihak lain.
4.

Seorang

profesional

harus

terhadap profesi yang dijalankan.

yakin

5.

Auditor

harus

sesamaprofesi

memiliki
dengan

hubungan

menggunakan

ikatan profesi sebagai acuannya.

4. Pernyataan mengenai Etika Auditor


No

Pernyataan

1.

Imbalan yang auditor terima dapat

STS

TS

SS

STS

TS

SS

mempengaruhi perilaku auditor agar


memiliki kinerja yang optimal.
2.

Organisasi di tempat auditor bekerja


sangat berarti bagi seorang auditor.

3.

Lingkungan keluarga auditor sangat


mempengaruhi perilaku auditor.

4.

Auditor merasa terikat secara emosional


dengan organisasi di tempat bekerja.

5. Pernyataan mengenai Kualitas Audit


No
1.

Pernyataan
Besarnya
terima

kompetensi

akan

yang

auditor

mempengaruhi

auditor

dalam melaporkan kesalahan klien.


2.

Pemahaman terhadap sistem informasi


akuntansi

klien

dapat

menjadikan

pelaporan audit menjadi lebih baik.


3.

Auditor mempunyai komitmen yang


kuat untuk menyelesaikan audit dalam
waktu yang tepat

4.

Seorang auditor harus berpedoman pada


prinsip auditing dan prinsip akuntan
dalam melakukan pekerjaan lapangan

5.

Auditor tidak mudah percaya terhadap


pernyataan klien selama melakukan
audit

6.

Auditor selalu berusaha berhati hati


dalam pengambilan keputusan selama
melakukan audit.

7.

Seorang akuntan publik harus memiliki


konsistensi dalam profesinya

8.

Seorang

auditor

harus

menjauhi

tindakan yang dapat mendiskreditkan


profesi akuntan publik
9.

Auditor

menjadikan

pedoman

dalam

SPAP

sebagai

melaksanakan

pekerjaan laporan
10.

Seorang akuntan publik harus mematuhi


SOP yang ada

LAMPIRAN 2
DISTRIBUSI FREKUENSI KOMPETENSI
K1
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K2
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K3
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K4
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K5
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7
100.0

sangat setuju
Total

4.3

4.3

70

100.0

100.0

K6
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

K7
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K8
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K9
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K10
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

K11
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

20

28.6

28.6

30.0

setuju

30

42.9

42.9

72.9

sangat setuju

19

27.1

27.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

K12
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

14

20.0

20.0

21.4

setuju

34

48.6

48.6

70.0

sangat setuju

21

30.0

30.0

100.0

Total

70

100.0

100.0

LAMPIRAN 3
DISTRIBUSI FREKUENSI INDEPENDENSI
I1
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

sangat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

1.4

1.4

2.9

Ragu-ragu

10

14.3

14.3

17.1

setuju

51

72.9

72.9

90.0

10.0

10.0

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

I2
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

tidak setuju

5.7

5.7

5.7

Ragu-ragu

16

22.9

22.9

28.6

setuju

42

60.0

60.0

88.6

11.4

11.4

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

I3
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

snagat tidak setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

2.9

2.9

4.3

Ragu-ragu

11

15.7

15.7

20.0

setuju

50

71.4

71.4

91.4

8.6

8.6

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

I4
Frequency
Valid

tidak setuju
Ragu-ragu

Percent
1

1.4

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

8.6

8.6

10.0

setuju

53

75.7

75.7

85.7

sangat setuju

10

14.3

14.3

100.0

Total

70

100.0

100.0

I5
Frequency
Valid

sangat setuju

Percent
2

Cumulative
Percent

Valid Percent

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

4.3

4.3

7.1

Ragu-ragu

14

20.0

20.0

27.1

setuju

42

60.0

60.0

87.1
100.0

sangat setuju
Total

12.9

12.9

70

100.0

100.0

I6
Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

sangat setuju

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

12.9

12.9

14.3

Ragu-ragu

34

48.6

48.6

62.9

setuju

23

32.9

32.9

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

I7
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

sangat tidak setuju

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

5.7

5.7

8.6

Ragu-ragu

12

17.1

17.1

25.7

setuju

43

61.4

61.4

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

I8
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent
1

1.4

Valid Percent
1.4

Cumulative
Percent
1.4

tidak setuju

7.1

7.1

8.6

Ragu-ragu

20

28.6

28.6

37.1

setuju

37

52.9

52.9

90.0

10.0

10.0

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

LAMPIRAN 4
DISTRIBUSI FREKUENSI KEAHLIAN PROFESIONAL
KP1
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP2
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP3
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP4
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP5
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP6
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

KP7
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP8
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP9
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP10
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KP11
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

2.9

2.9

2.9

ragu-ragu

10

14.3

14.3

17.1

setuju

44

62.9

62.9

80.0

sangat setuju

14

20.0

20.0

100.0

Total

70

100.0

100.0

LAMPIRAN 5
DISTRIBUSI FREKUENSI ETIKA AUDITOR
EA1
Frequency
Valid

ragu-ragu

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

5.7

5.7

5.7

setuju

48

68.6

68.6

74.3

sangat setuju

18

25.7

25.7

100.0

Total

70

100.0

100.0

EA2
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak setuju

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

7.1

7.1

8.6

setuju

52

74.3

74.3

82.9

sangat setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

EA3
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

tidak setuju

1.4

1.4

1.4

ragu-ragu

4.3

4.3

5.7

setuju

51

72.9

72.9

78.6

sangat setuju

15

21.4

21.4

100.0

Total

70

100.0

100.0

EA4
Frequency
Valid

ragu-ragu

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

setuju

40

57.1

57.1

64.3

sangat setuju

25

35.7

35.7

100.0

Total

70

100.0

100.0

LAMPIRAN 6
DISTRIBUSI FREKUENSI KUALITAS AUDIT
KA1
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

7.1

7.1

7.1

ragu-ragu

19

27.1

27.1

34.3

setuju

43

61.4

61.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA2
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA3
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA4
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA5
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1.4

1.4

1.4

tidak setuju

23

32.9

32.9

34.3

ragu-ragu

28

40.0

40.0

74.3

setuju

15

21.4

21.4

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA6
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

4.3

4.3

4.3

tidak setuju

19

27.1

27.1

31.4

ragu-ragu

36

51.4

51.4

82.9

setuju

12

17.1

17.1

100.0

Total

70

100.0

100.0

KA7
Frequency
Valid

sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

2.9

2.9

2.9

tidak setuju

16

22.9

22.9

25.7

ragu-ragu

35

50.0

50.0

75.7

setuju

14

20.0

20.0

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA8
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

31

44.3

44.3

95.7

4.3

4.3

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA9
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

10.0

10.0

10.0

ragu-ragu

29

41.4

41.4

51.4

setuju

29

41.4

41.4

92.9

7.1

7.1

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

KA10
Frequency
Valid

tidak setuju

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

8.6

8.6

8.6

ragu-ragu

29

41.4

41.4

50.0

setuju

26

37.1

37.1

87.1

12.9

12.9

100.0

70

100.0

100.0

sangat setuju
Total

LAMPIRAN 7
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KOMPETENSI
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12

Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple


Item Deleted Total Correlation
Correlation

37.64
37.84
37.81
37.73
38.33
38.46
38.27
37.84
37.81
37.73
37.31
37.20

18.726
18.424
16.298
15.389
18.079
17.353
17.186
18.424
16.298
15.389
18.451
19.090

.165
.192
.524
.630
.175
.349
.320
.192
.524
.630
.162
.080

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha
.691

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
.686

N of Items
12

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.693
.691
.642
.621
.698
.669
.673
.691
.642
.621
.696
.706

LAMPIRAN 8
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INDEPENDENSI
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
I1
I2
I3
I4
I5
I6
I7
I8

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple


Item Deleted Total Correlation
Correlation

26.03
26.14
26.09
25.89
26.16
26.66
26.16
26.29

12.231
12.820
12.601
13.871
11.236
11.910
11.526
11.424

.633
.420
.510
.342
.635
.546
.560
.620

.512
.229
.514
.153
.536
.518
.420
.476

.783
.810
.798
.817
.779
.793
.791
.781

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items

.816

N of Items

.814

VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEAHLIAN PROFESIONAL


Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
KP6
KP7
KP8
KP9
KP10
KP11
TotalKP

70.86
71.06
71.03
70.94
71.54
71.67
71.49
71.06
71.03
70.94
70.49
37.24

Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple


Item Deleted Total Correlation
Correlation
70.994
70.113
65.159
64.229
69.121
68.514
68.427
70.113
65.159
64.229
71.993
18.534

.232
.284
.670
.694
.289
.397
.354
.284
.670
.694
.145
1.000

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.717
.713
.685
.680
.711
.705
.706
.713
.685
.680
.722
.704

LAMPIRAN 9
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items

Cronbach's
Alpha
.720

N of Items

.778

12

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ETIKA AUDITOR


Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
EA1
EA2
EA3
EA4

Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple


Item Deleted Total Correlation
Correlation

12.50
12.63
12.56
12.41

.775
.701
.656
.739

-.250
-.194
-.150
-.264

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

.075
.041
.024
.087

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates
reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Reliability Statistics

Cronbach's
a
Alpha
.658

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
a
Items

N of Items

.652

a. The value is negative due to a negative


average covariance among items. This violates
reliability model assumptions. You may want to
check item codings.

.336a
a
.488
a
.625
.277a

LAMPIRAN 10
VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUALITAS AUDIT
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
KA8
KA9
KA10
TotalKA

Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple


Item Deleted Total Correlation
Correlation

62.86
63.06
63.03
62.94
63.54
63.67
63.49
63.06
63.03
62.94
33.24

67.516
66.982
62.202
60.924
65.817
64.919
64.717
66.982
62.202
60.924
17.694

.248
.271
.653
.709
.292
.426
.389
.271
.653
.709
1.000

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha
.728

Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
.796

N of Items
11

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.725
.724
.695
.688
.721
.712
.713
.724
.695
.688
.721

LAMPIRAN 11
REGRESI DAN MODERASI
Variables Entered/Removed
Model
1

Variables
Entered

Variables
Removed

Method

etikaauditor,
kompetensi,
independensi,
keahlianprofesio
a
nal

. Enter

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: kualitasaudit
b

Model Summary
Model

Adjusted R
Square

R Square

Std. Error of the


Estimate

1
.995
.991
.990
.412
a. Predictors: (Constant), etikaauditor, kompetensi, independensi,
keahlianprofesional
b. Dependent Variable: kualitasaudit
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares
Regression
Residual
Total

df

Mean Square

1209.855

302.464

11.017

65

.169

1220.871

69

Sig.
a

1.785E3

.000

a. Predictors: (Constant), etikaauditor, kompetensi, independensi, keahlianprofesional


b. Dependent Variable: kualitasaudit
a

Coefficients

Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

Standardized
Coefficients
t

Beta

(Constant)

.534

1.284

kompetensi

.340

.038

.363

independensi

Sig.
.416

.679

8.990

.000

-.205

.033

-.086

-6.199

.000

keahlianprofesional

.668

.039

.683

17.002

.000

etikaauditor
a. Dependent Variable: kualitasaudit

.340

.038

.363

8.990

.000

LAMPIRAN 12
INTERAKSI KOMPETENSI DAN ETIKA AUDITOR
a

Coefficients

Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
kompetensi
independensi
keahlianprofesional
etikaauditor

moderasi
a. Dependent Variable: kualitasaudit

Std. Error
7.660

9.639

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.
.795

.430

.170

.230

.182

.739

.462

-.205

.033

-.086

-6.190

.000

.668

.039

.684

16.958

.000

-.402

.576

-.087

-.699

.487

-.205

.033

-.086

-6.190

.000

INTERKASI INDEPENDENSI DAN ETIKA AUDITOR


a

Coefficients

Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
kompetensi
independensi
keahlianprofesional
etikaauditor

moderasi2
a. Dependent Variable: kualitasaudit

Std. Error
6.387

17.852

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.
.358

.722

.340

.038

.363

8.925

.000

-.384

.546

-.160

-.703

.484

.668

.040

.684

16.888

.000

-.325

1.065

-.070

-.305

.761

.340

.038

.363

8.925

.000

INTERAKSI KEAHLIAN PROFESIONAL DAN ETIKA AUDITOR


a

Coefficients

Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
12.340

9.209

.038

.038

-.207
.360

etikaauditor
moderasi3

kompetensi
independensi
keahlianprofesional

a. Dependent Variable: kualitasaudit

Standardized
Coefficients
t

Beta

Sig.

1.340

.185

.362

9.009

.000

.033

-.087

-6.293

.000

.241

.368

1.493

.140

-.680

.548

-.146

-1.241

.219

.038

.038

.362

9.009

.000

Anda mungkin juga menyukai