Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia Koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawasenyawa ini molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang
sudah jenuh. Teori koordinasi dari Warner merupakan dasar bagi kimia koordinasi.
Teori ini yang mendasarkan adanya valensi sekunder dapat menjelaskan sifat-sifat
serta stereokimia dari banyak senyawa kompleks. Walaupun demikian, dengan
adanya perkembangan yang sesat tentang teori atom modern dan kenyataan bahwa
teori Warner tidak dapat menjelaskan banyak sifat-sifat senyawa kompleks. Senyawa
kompleks merupakan suatu senyawa yang atom pusatnya berikatan dengan liganligan. Ligan adalah molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak
sebagai donor pasangan elektron (basa Lewis). ligan akan memberikan pasangan
elektronnya kepada atom pusat yang menyediakan orbital kosong. interaksi antara
ligan dan atom pusat menghasilkan ikatan koordinasi. jenis-jenis ligan
ialah monodentat, bidentat dan polidentat.
Teori medan kristal tentang kompleks mengusulkan bahwa interaksi yang
terjadi antara ion logam (ion pusat) dengan ligan dalam pembentukan kompleks
merupakan interaksi elektrostatik (ionik). Misalkan ada enam ligan yang berasal dari
arah titik oktahedral berinteraksi dengan ion pusat maka lima orbital d ion pusat akan
mengalami interaksi yang berbeda. Tentu saja orbital yang berhadapan langsung
dengan ligan akan terpengaruh medan ligan lebih besar daripada orbital lain,

akibatnya orbital pertama akan meningkat tingkat energinya. Atau dengan kata lain
lima orbital d akan terbelah menjadi dua tingkat energi. Dua orbital dengan tingkat
energi lebih tinggi dikenal dengan orbital eg dan tiga orbital lainnya disebut t2g.
Perbedaan tingkat energi itu dapat besar atau kecil tergantung beberapa faktor, tetapi
semua itu didefinisikan sebagai 10 Dq. Adanya perbedaan tingkat ini dapat dipahami
bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya perbedaan warna kompleks.
Dari penjelasan diatas maka dilakukanlah praktikum ini untuk memperdalam
pengetahuan mengenai kekuatan medan ligan pada suatu senyawa kompleks.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan kekuatan medan ligan adalah bagaimana
mempelajari perbedaan kekuatan medan antara ligan ammonia dan air?
C. Tujuan
Tujuan percobaan kekuatan medan ligan adalah untuk mempelajari perbedaan
kekuatan medan antara ligan ammonia dan air.
D. Manfaat
Manfaat dari percobaan kekuatan medan ligan adalah dapat mempelajari perbedaan
kekuatan medan antara ligan ammonia dan air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi merupakan senyawa yang
pembentukkannya melibatkan ikatan kovalen koordinasi antara logam atau ion logam

sebagai atom pusat dan ligan. Werner mengusulkan untuk menuliskan semua molekul
dan ion di dalam kurung persegi, sedangkan anion ion bebas yang terdisosiasi dari ion
kompleks ketika larut dalam air (Safarina, 2012).
Senyawa kompleks mononuklir umumnya bersifat paramagnetik. Sifat
paramagnetik senyawa dapat ditingkatkan dengan pembentukan kompleks polimer.
Kompleks polimer dihasilkan dari ligan multidentat yang berikatan koordinasi
dengan on logam sehingga terjadi interaksi ion logam dan ligan. Interaksi antar
ion logam dan ligan pada senyawa kompleks dapat menghasilkan senyawa yang
bersifat feromagnetik atau antiferomagnetik (Swastika, 2012).
Sifat kemagnetan ion kompleks merupakan resultan dari momen spin dan
momen orbital dari ion atom pusat. Semakin banyak elektron tidak berpasangan
dalam suatu orbital maka sifat kemagnetan semakin tinggi. Ada dua jenis yaitu
paramagnetik dan diamagnetic. Penentuan sifat kemagnetan suatu senyawa kompeks
dapat dilakukan dengan metoda Gouy dan metoda Evans. Faktor lain yang
mempengaruhi sifat ini adalah suhu (Prananto, 2012)
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan interaksi pada senyawa adalah
dengan pemilihan ligan yang dapat berinteraksi inter dan intramolekular.
Interaksi ini dapat dihasilkan dengan pemilihan ligan yang tepat (Safarina, 2012).
Struktur ligan basa Schiff memiliki beberapa potensi sifat yang menarik
sebagai pengkhelat, pertama, ligan basa Schiff dapat membentuk jembatan dan
model koordinasi lebih dari satu sehingga memungkinkan sintesis berhasil
menjadi homo dan/atau heteronukleo dengan atom pusat. Kedua, ligan basa

Schiff memiliki kemampuan mendonorkan lebih dari satu pasangan elektronnya


dari atom O dan/atau N ke orbital d ion logam transisi, sehingga memberi struktur
dan sifat tertentu (Sembiring, 2013).
Metode spektrofotometri salah satunya dapat digunakan untuk menguji
aktivitas bakteri. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode Kirby
Bauer sumur difusi. Senyawa aktif antibakteri golongan flavonoid dalam ekstrak daun
nangka diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. Identifikasi
senyawa hasil isolasi terhadap fraksi A dan fraksi H dilakukan dengan menggunakan
analisis spektrofotometri UV-Vis dan FTIR (Darmawati dkk., 2015).
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan
sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan
instrumen spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan
sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling
tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang
absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam
molekul (Hendayana, 1994).

III.
A. Waktu dan Tempat

METODOLOGI PRAKTIKUM

Praktikum kekuatan medan ligan dilaksanakan pada hari Kamis, 24


Maret 2016 pukul 10.00-12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik,
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu
Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan kekuatan medan ligan adalah
spektrofotometer UV-vis, labu takar 25 mL, pipet volume 10 mL, pipet tetes, filler
dan kuvet.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kekuatan medan ligan adalah
larutan amonia 1 M, terusi (CuSO4.5H2O), akuades, dan aluminium foil.

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Amonia 1 M

NH3 25%
- dipipet sebanyak 18,7 mL
- dimasukkan dalam labu ukur 250
mL
- dilarukan dengan aquades hingga
tanda tera
- dihomogenkan

Larutan ammonia 1M

2. Pembuatan Larutan Cu2+ 0,1 M


CuSO4.5H2O
- Ditimbang sebanyak 6,242 gram
- Dilarutkan dalam air
- Dimasukkan dalam labu ukur 250
mL
- Diencerkan hingga tanda tera
- dihomogenkan
Larutan Cu2+ 0,1 M

3. Pembuatan dan Pengukuran Larutan


Larutan Cu2+ 0,1 M
-

Larutan Cu2+ 0,1 M

Dipipet sebanyak
5 mL
dimasukkan dalam
labu takar 25 mL
diencerkan dengan
akuades hingga
tanda tera
dihomogenkan

Larutan Cu2+ 0,1 M

Dipipet
sebanyak 5
mL
dimasukka
n dalam
labu takar
25 mL
ditambahka
n 12,5 mL
amonia
diencerkan

Larutan Cu2+ 0,1 M

Dipipet - dipipet 5 mL
- dimasukkan
sebanya
dalam labu takar
k 5 mL
25 mL
- dimasuk
ditambahkan
kan
amonia hingga
dalam
tanda tera
labu
takar 25
mL
- ditamba
hkan 6,5
mL
amonia
Diamati serapan keempat larutan dengan
spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 510-700 nm
Dibandingkan panjang gelombang
maksimumnya

Absorbans masing-masing
larutan

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

(nm)
510
520
530
540
550
560
570
580
590
600
610
620
630
640
650
660
670
680
690
700

Absorbansi (A)
I
II
0,316
0,416
0,311
0,486
0,312
0,562
0,303
0,641
0,301
0,721
0,290
0,794
0,274
0,867
0,265
0,927
0,267
0,957
0,264
0,982
0,266
0,995
0,272
0,985
0,290
0,961
0,315
0,918
0,347
0,852
0,373
0,825
0,378
0,818
0,381
0,787
0,378
0,754
0,402
0,711

2. Perhitungan
a

Untuk larutan I
maks = 700 nm A= 0,402
= 700 10-9 m
= 700 10-7 cm
= 7 10-5 cm
1

7 10 5 cm

III
0,682
0,722
0,790
0,845
0,916
0,950
1,004
1,041
1,058
1,068
1,066
1,045
1,012
0,959
0,927
0,893
0,840
0,858
0,784
0,763

IV
0,564
0,637
0,715
0,796
0,888
0,976
0,034
0,088
0,102
0,115
0,122
0,094
0,045
0,984
0,938
0,683
0,853
0,822
0,808
0,756

14285,71 cm 1
10 Dq/cm

= 394,75 kkal/mol

= 14285,71 cm-1

Untuk larutan II
maks

1 kkal / mol
36,18926 kkal / mol
394,75 cm 1

= 610 nm A= 0,995
= 610 10-9 m
= 610 10-7 cm
= 6,1 10-5 cm
1

6,1 10 5 cm

16393,4426 cm 1
10 Dq/cm

Untuk larutan III


maks

= 394,75 kkal/mol

=16393,4426cm-1

1 kkal / mol
41,5286702 kkal / mol
394,75 cm 1

= 600 nm A= 1,068
= 600 10-9 m
= 600 10-7
= 6,00 10-5 cm
1

6,00 10 5 cm
16666,66 cm 1

10 Dq/cm

= 394,75 kkal/mol

= 16666,66 cm-1

d Untuk larutan IV
maks

1 kkal / mol
42,22078 kkal / mol
394,75 cm 1

= 600 nm A= 1,122
= 600 10-9 m
= 600 10-7 cm
= 6,00 10-5 cm
1

6 10 5 cm

16666,66 cm 1
10 Dq/cm

= 394,75 kkal/mol

= 16666,66 cm-1

1 kkal / mol
42,22078 kkal / mol
394,75 cm 1

B. Pembahasan
Jika ada dua zat yang sederhana bergantung atau berkoordinasi maka akan
terbentuk suatu senyawa yang lebih kompleks dimana gugus yang terikat pada ion
logam pusat disebut ligan. Gabungan ion logam pusat dengan ligannya disebut ion
kompleks dan senyawa netral yang mengandung dinamakan senyawa koordinasi.
Daerah dari sekitar ion logam pusat disebut lengkung koordinasi. Jumlah kedudukan
dalam lengkung koordinasi yang dapat ditempuh oleh ligan adalah bilangan
koordinasi dari ion logam pusat. Ligan adalah spesies yang memiliki atom yang
dapatmenyumbangkan sepasang elektron pada suatu tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah atom lewis.

Jika ingin hanya menyumbangkan sepasang elektron (misalnya 3) maka disebut ligan
unidental, sedangkan ligan yang dapat menyumbangkan lebih dari sepasang elektron
dari atom yang berbeda dalam struktur geometri ion logam.
Ion kompleks atau terdiri dari atom atau ion pusat dan sejumlah ligan. Jumlah
relatif komponen-komponen ini dalam kompleks stabil mengikuti ketentuan
stoikiometri , walaupun ini tidak diinterpretasikan dengan konsep klasik valensi.
Atom pusat dapat dikarakterkan oleh bilangan koordinasi yang menunjukkan jumlah
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks stabil dengan satu atom pusat.
Dalam kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (sebagai dalam kasus Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+), kadang 4 (Cu2+, Cu2+), tetapi 2 (Ag2+) dan 8 ( beberapa ion
dalam kelompok platinum) bisa terbentuk. Ligan tersusun disekitar atom pusat secara
simetris. Ion anorganik sederhana dan molekul seperti NH3, CN-, Cl-, H2O
membentuk ligan monodentat.
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F, Cl-, Br-, CN-, NH3,, H2O, CH3OH, dan OH-.
Ligan seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom
logam, disebut ligan monodentat atau ligan bergigi satu. Ligan yang mengandung dua
atau lebih atom, yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donorelektron kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut
ligan kelat karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih
atom donor.

Berdasarkan percobaan kekuatan medan ligan ini, kami menggunakan bahan


sebagai ligan terhadap larutan terusi CuSO4.5H2O, yakni amonia dan air. Dalam
percobaan ini digunakan 4 kuvet sebagai tempat wadah dengan masing-masing kuvet
berisikan larutan ion Cu2+, dimana wadah pertama ditambahkan air sampai tanda tera.
Wadah kedua ditambahkan dengan air dan juga larutan amonia dengan air sampai
tanda tera, tabung tiga ditambahkan larutan amonia dengan air sampai tanda tera dan
pada tabung empat ditambahkan amonia sampai tanda tera.
Hal tersebut dilakukan agar dapat dilihat perbandingan absorbansi dari
masing-masing larutan pada kuvet yang digunakan yakni panjang absorbansi antara
atom pusat Cu dengan ligannya air dan amonia. Karena molekul air adalah pemberi
pasangan elektron maka dapat disimpulkan bahwa ion logam dan air akan berada
dalam bentuk senyawa kompleks dengan air. Bilangan koordinasi yang menyatakan
jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat yang disebut bulatan
koordinasi yang masing-masing dapat ditempuh satu ligan (monodentat). Ion-ion
molekul organik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, dan H2O membentuk ligan
monodentat, yaitu suatu ion atau molekul menempati salah satu ruangan yang tersedia
disekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi tetapi ligan tridentat, dan tetrahidral
dikenal orang, kompleks yang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut split.
Suatu kompleks akan terbentuk jika suatu logam direaksikan dengan suatu
ligan, misalnya ion Cu2+ dengan H2O membentuk [Cu(H2O)6]2+. Enam molekul air
yang terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan yang dapat terikat
lebih kuat. Sebagai contoh penukaran H2O oleh NH3 dapat membentuk berbagai

macam kompleks tergantung dari banyaknya ligan pengganti (NH3). Setelah


membentuk [Cu(NH3)4]2+, penambahan amoniak berikutnya sulit membentuk
kompleks baru, dengan kata lain harga frekuensi atau lamda maksimum kompleks
tetap. Jika dibuat grafik lamda maksimum sebagai ordinat dan perbandingan mol NH3
dan mol Cu2+ dan selanjutnya dapat ditarik suatu garis singgung yang menyatakan
perbandingan mol Cu2+: mol NH3 pada kompleks tersebut.
Pengabsorbsian sinar UV/tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi elektron bonding. Akibatnya panjang gelombang absorbansi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang sedang diselidiki. Semakin besar panjang
gelombang maksimumnya maka akan berdampak pada energinya yang semakin kecil,
maka hal tersebut yang menyebabkan ligan tersebut termasuk ligan kuat. Seperti
halnya pada analisis data yang telah dihitung, bahwasanya larutan I dan III memiliki
panjang gelombang yang kecil (yakni, 690 nm) dengan tingkat energi yang sama
(yaitu, 36,71374 kkl/mol). Berbanding terbalik dengan larutan II dan IV memiliki
panjang gelombang maksimum (yakni, 700 nm) dan tingkat energinya sama (yaitu,
36, 18926 kkl/mol). Hal tersebut menandakan ligan yang terdapat pada larutan II dan
IV lebih kuat dari ligan pada larutan I dan III.
Secara sederhananya mengapa ligan amonia (NH3) lebih kuat bila
dibandingkan dengan air (H2O). hal ini bias dilihat dari segi struktur masing-masing
baik amonia (NH3) maupun air (H2O). pada unsur O yang mengikat 2 unsur hidrogen
dalam senyawa air tersebut memiliki 2 pasangan electron bebas yang nantinya dapat

mengikat unsur dari senyawa lain. Selain hal tersebut unsur O tersebut memiliki nilai
keelekronegatifan yang tinggi dan cenderung akan menarik elektron sehingga akan
susah untuk bias menyatu dengan atom pusat dan mudah terputus. Berbeda halnya
dengan senyawa amonia (NH3), unsur N memiliki 1 pasangan elektron bebas yang
nantinya akan terikat dengan atom pusat dan juga karena nilai keelektronegatifannya
yang rendah, maka akan cenderung tertarik pada atom pusat sehingga akan sulit untuk
terputus.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tujuan dan hasil perhitungan yang telah
dilakukan bahwasanya Panjang gelombang maksimum sangat mempengaruhi nilai
daripada tingkatan energinya, dimana panjang gelombang maskimum berbanding
terbalik dengan tingkatan suatu energi. Semakin besar Panjang gelombang
maksimumnya, maka semakin kecil tingkatan energinya dan merupakan ligan yang
lemah seperti amonia (NH3) serta berlaku juga sebaliknya seperti air (H2O).
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, Anak A., S., K., I Gusti A., G., B., I wayan S. 2015. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid pada Daun Nangka (Artocharpus
Heterophyllus

Lmk)

dan

Aktivitas

Antibakteri

Terhadap

Bakteri

Staphylococcus Aureus. Jurnal Kimia. 9(2).

Hendayana, S. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang : Semarang Press.


Prananto, Y.P. 2012. Kimia Koordinasi Bagian I. Malang : Universitas Brawijaya
Safarina, N., dan Fahimah M. 2012. Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn(II)
dengan Ligan 2-Feniletilamin. Jurnal Kimia. Vol. 2 (2).
Sembiring, Z., Iwan H., Achmad Z., dan Husein H.B. 2013. Sintesis Basa Schiff
Karbazona Variasi Gugus Fungsi: Uji Kelarutan dan Analisis Struktur
Spektroskopi Uv-vis. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Swastika, L.N., dan Fahimah M. 2012. Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion

Logam Cu (II) dengan Ligan 2-Feniletilamin. Jurnal Sains dan Seni POMITS.
Vol. 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai