Anda di halaman 1dari 16

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Ny. R

Umur

: 73 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Getas Pejaten RT 004/RW 002, Jati, Kudus

No. RM

: 4249**

Tanggal Masuk RS

: 29 Desember 2015

II. ANAMNESIS
Anamnesis secara

: Autoanamnesis pada hari Jumat, 29 Januari 2016

Keluhan Utama

: Kontrol mata kiri yang sudah tidak bisa melihat dan mata
kanan post operasi katarak terasa agak mengganjal.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan ingin kontrol mata sebelah kiri yang
sudah tidak bisa melihat, serta mata kanan yang sudah operasi katarak 3 bulan yang
lalu. Sebelumnya kurang lebih 3 tahun lalu, mata kiri pasien masih dapat melihat,
namun tiba-tiba penglihatan nya jadi gelap. Sebelumnya pasien mengatakan bahwa
mata kirinya sering terasa sakit dan jika melihat cahaya silau seperti ada pelanginya.
Pasien juga mengatakan kesulitan melihat benda-benda yang ada disebelah kiri, harus
menengokkan kepalanya baru bisa terlihat. Akhirnya pasien melakukan operasi pada
tahun 2013 namun tetap penglihatannya tidak kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini. Pasien memiliki
riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis yang terkontrol. Riwayat trauma pada
mata disangkal. Riwayat operasi glaukoma pada mata kiri tahun 2013 dan operasi
katarak pada mata kanan 3bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga:


1

Tidak ada keluhan serupa di keluarga.


Riwayat Sosial Ekonomi:
Pengobatan ditanggung BPJS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tekanan darah

150/90 mmHg

Nadi

76 x / menit

Suhu

Afebris

Pernafasan

20 x / menit

Keadaan Umum

Baik

Kesadaran

Compos mentis

Status Gizi

Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD

OS

OD

OS

OCULI DEXTRA(OD)
0,2

PEMERIKSAAN
Visus

OCULI SINISTRA(OS)
0

Dengan pinhole : 0,4


Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

Koreksi

Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

Bulbus okuli

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

nyeri tekan (-),


2

blefarospasme (-),

Palpebra

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi siliar (-),

injeksi siliar (-),

injeksi konjungtiva (-),

Konjungtiva

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih

hiperemis (-)
Putih
Bulat, keruh

Sklera

edema (-),
arkus senilis (+)

edema (-),
Kornea

arkus senilis (+)

keratik presipitat (-),

keratik presipitat (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)


Jernih, kedalaman cukup,

infiltrat (-), sikatriks (-)


Jernih, dangkal,

Camera Oculi Anterior

hipopion (-), hifema (-)


Kripta(N), atrofi (-)

(COA)

coklat, edema(-),

Iris

synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam

Anisokor, bentuk bulat,


Pupil

Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)
Jernih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Positif
Manual (N)
Lakrimasi(-)

hipopion (-), hifema (-)


Berwarna keabu-abuan

Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)

Lensa
Vitreus
Retina
Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi

Jernih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
(-)
Manual +
Lakrimasi (-)

IV. RESUME
Subjektif:
Pasien wanita berusia 73 tahun datang ingin kontrol mata sebelah kiri yang sudah
tidak bisa melihat, serta mata kanan yang sudah operasi katarak (EKEK + IOL) 3
bulan yang lalu. Sebelumnya kurang lebih 3 tahun lalu, mata kiri pasien masih dapat
3

melihat, namun tiba-tiba penglihatan nya jadi gelap. Nyeri pada mata kiri (+), halo
sign (+), test konfrontasi (+). Pasien melakukan operasi pada tahun 2013 namun tetap
penglihatannya tidak kembali. Mata kanan tidak ada keluhan
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD)
02, PH : 0,4
Jernih, kedalaman cukup,

PEMERIKSAAN
Visus
Camera Oculi

OCULI SINISTRA(OS)
0
Jernih, dangkal,

hipopion (-), hifema (-)


Kripta(N), atrofi (-) coklat,

Anterior (COA)

hipopion (-), hifema (-)

edema(-),
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat

Iris

Anisokor, bentuk bulat,

Letak sentral, hitam


Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)

Berwarna keabu-abuan

Pupil

Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)

V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
1. OS Glaukoma Absolut
2. OD Pseudofakia
3. OD Afakia
OD Afakia
4

Disingkirkan karena
Anamnesis: mempunyai riwayat operasi katarak yaitu EKEK + IOL pada mata kanan.
Pemeriksaan fisik:
-

Mata kanan: Iris dan pupil normal.

VI. DIAGNOSA KERJA


OS Glaukoma Absolut
OD Pseudofakia
DASAR DIAGNOSIS

Pemeriksaan subjektif :
o Mata kiri sudah tidak bisa melihat.
o Riwayat mata kiri sering terasa nyeri, halo sign (+), penyempitan lapang
pandang sebelah kiri (+).
o Riwayat operasi katarak EKEK + IOL pada mata kanan 3 bulan yang lalu.

Pemeriksaan objektif :

OCULI DEXTRA(OD)
02, PH : 0,4
Jernih, kedalaman cukup,

PEMERIKSAAN
Visus
Camera Oculi

OCULI SINISTRA(OS)
0
Jernih, dangkal,

hipopion (-), hifema (-)


Kripta(N), atrofi (-) coklat,

Anterior (COA)

hipopion (-), hifema (-)

edema(-),

Iris

synekia (-)
Reguler, bentuk bulat

Berwarna keabu-abuan

Anisokor, bentuk bulat,

Letak sentral, hitam


Diameter 3 mm

Pupil

Refleks pupil L/TL : (+/+)


VIII. TERAPI

Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)

Medikamentosa :
Timolol Maleat 0.5 % 2 dd gtt 1 OS
IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Ad Vitam

Ad bonam

OKULI SINISTRA (OS)


Ad bonam
5

Ad Fungsionam

Ad bonam

Ad malam

Ad Sanationam

Ad bonam

Ad malam

Ad kosmetikan

Ad bonam

dubia ad Bonam

X. USUL DAN SARAN


Usul :
-

Pemeriksaan tonometri dengan menggunakan tonometer

Pemeriksaan gonioskopi

Pemeriksaan perimetri

Pengawasan dan evaluasi TIO pada kedua mata

Kontrol rutin ke spesialis mata untuk menjaga mata sebelah kanan

Saran:
-

Gunakan tetes mata secara teratur

Konsumsi obat secara teratur dan kontrol secara teratur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma berasal dari kata yunani
glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma.
B. FISIOLOGI HUMOR AQUEOUS
Humor aqueous mengalir ke dalam bilik posterior kemudian masuk diantara
permukaan posterior iris dan selanjutnya masuk ke bilik anterior. HA keluar dari bilik
anterior melalui dua jalur, yaitu jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur
uveosklera (jalur non trabekula). Jalur trabekula pada bilik anterior dibentuk oleh
dasar iris dan kornea perifer, melewati trabekular meshwork dari sklera, masuk ke
kanal schlemn (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous). Melalui kanal
kolektor, HA dibawa ke pembuluh darah sklera dimana HA bercampur dengan darah.
Pada jalur uveosklera, HA mengalir melalui korpus siliaris ke ruang supra arakhnoid
dan masuk ke dalam sirkulasi pada vena.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi:
a. Glaukoma primer
i. Glaukoma sudut terbuka
1. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka
kronik, glaukoma simpleks kronik)
2. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
ii. Glaukoma sudut tertutup
7

1. Akut
2. Subakut
3. Kronik
4. Iris plateau
b. Glaukoma kongenital
i. Glaukoma kongenital primer
ii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
1. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
2. Aniridia
iii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
c. Glaukoma sekunder
i. Glaukoma pigmentasi
ii. Sindrom eksfoliasi
iii. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
iv. Akibat kelainan traktus uvea
v. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
vi. Trauma
vii. Pascaoperasi
viii. Glaukoma neovaskular
ix. Peningkatan tekanan vena episklera
x. Akibat steroid
d. Glaukoma absolut
Hasil akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang
keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular
a. Glaukoma sudut terbuka

Membran pratrabekular

Kelainan trabekular

Kelainan pascatrabekular

b. Glaukoma sudut tertutup

Sumbatan pupil (iris bombe)

Pergeseran lensa ke anterior


8

Pendesakan sudut

Sinekia anterior perifer

D. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, sclera
spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan
di bilik posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior
kemudian keluar dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor aqueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor aqueus ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular,
sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena
adanya hambatan outflow humor aqueus akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular.
Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (tertutup).
E. GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa
ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui di
saat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
-

Hilangnya lapang pandang perifer

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.


9

Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan
penurunan persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang
progresif. Yang pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya
hanya akan menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision).
Penderita biasanya tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena
lapang pandang sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea,
mata merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.

F. DIAGNOSIS
1.

Funduskopi.

Untuk
keadaan

melihat gambaran dan menilai


bagian dalam bola mata terutama

saraf optik.

2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
(menyentuh bola mata) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquous.
10

4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan
lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma
saja.
5. Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan
intraokuler diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8
mmHg atau lebih dianggap mengidap glaukoma.
ii. Pressure congestion test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit.
Kemudian ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih
mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.
iii. Kombinasi test minum dengan pressure congestion test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test.
Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg
atau lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid
Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gt 1 selama 2 minggu.
Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
b. Untuk glaukoma sudut tertutup
i. Tes kamar gelap
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur. Di
tempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik
mata ke trabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti
patologis, sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
ii. Tes membaca
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45
menit. Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
iii. Tes midriasis

11

Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%, homatropin 1% atau


neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap jam selama 1 jam. Kenaikan
5 mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis.
Karena tes ini mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang
sudah banyak ditinggalkan.
iv. Tes bersujud (prone position test)
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10 mmHg
menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang perlu disusun
dengan gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih ke depan
mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi
sempit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Supresi pembentukan humor aqueous
1) Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan
dengan obat lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25%
dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan
metipranolol 0,3%.
2) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik 2 baru yang menurunkan
pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran keluar.
3) Inhibitor karbonat anhidrase sistemik-asetazolamid adalah yang paling
banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan
metazolamid. Digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak
memberi hasil memuaskan dan glaukoma akut dimana tekanan intraokular
yang sangat tinggi yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu menekan
pembentukan HA sebesar 40-60%.
b. Fasilitasi aliran keluar humor aqueous.
1) Kolinergik/ Parasimpatomimetik, yakni pilokarpin, larutan 0,5-6% yang
diteteskan beberapa kali sehari, atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur.
Karbakol 0,75-3% adalah obat kolinergik alternatif.

12

2) Antikolinesterase ireversibel, merupakan obat parasimpatomimetik yang


bekerja paling lama. Obat-obat ini adalah Demekarium Bromida 0,125%
yang umumnya dibatasi untuk pasien afakik atau pseudofakik karena
mempunyai potensi kataraktogenik. Obat-obat ini juga menimbulkan miosis
kuat yang dapat menyebabkan penutupan sudut pada pasien dengan sudut
sempit. Pasien juga harus diberitahu mengenai kemungkinan ablasio retina.
3) Epinefrin 0,25-2%, diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan
aliran keluar humor akueus dansedikit banyak disertai penurunan
pembentukan humor akeus. Terdapat sejumlah efek samping okular
eksternal, termasuk vasodilatasi relek konjungtiva , endapan adrenokrom,
konjungtivitis folikularis, dan reaksi alergi. Efek samping intraokular yang
dapat terjadi adalah edema makula sistoid pada afakia dan vasokonstriksi
ujung saraf optikus.
4) Dipivefrin, adalah suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara
intraokular menjadi bentuk aktifnya. Epinefrin dan dipivefrin tidak dapat
digunakan untuk mata dengan sudut kamera anterior sempit.
c. Miotik, midriatik, dan sikloplegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut
tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau.Dilatasi pupil
penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia
posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior,
sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot
siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik
lensa ke belakang.
2. Operasi
a. Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di antara
keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG atau
aragon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan bedah iridektomi perifer.
Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang digunakan pada sudut
sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.

13

b. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu
goniolensa kejalinan trabekular dapat mempermudah aliran keluar HA karena
efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta
terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular.
Teknik ini dapat diterapkan untuk bermacam-macam bentuk glaukoma sudut
terbuka, dan hasilnya bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari.
Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan
penundaan tindakan bedah glaukoma.
c. Bedah drainase glaukoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
normal, sehingga terbentuk akses langsung HA dari kamera anterior ke jaringan
subkonjungtiva atau orbita, dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi
selang drainase. Penyulit utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat
fibrosis jaringan episklera. Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat
untuk mengobati glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbatan
drainase humor akuos dibagian dalam jalinan trabekular.
d. Tindakan siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah
untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi, diatermi, ultrasonografi
frekuensi tinggi, dan yang paling mutakhir terapi laser neodinium : YAG
thermal mode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata di sebelah posterior
limbus untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris di bawahnya.
Pseudofakia
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan
waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak aakn
mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
14

Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype snellen, dapat
merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL), terdapat
bekas insisi atau jahitan.
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam-macam, seperti:
a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil denagn fiksasi pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang
iris, lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
d. Pada kapsul lensa
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perlindungan khusus:
1.
2.
3.
4.

Endotel korena terlindung


Melindungi iris terutama pigme iris
Melindungi kapsul posterior lensa
Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa

Keuntungan pemasangan lensa ini:


1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat
lensa asli yang diangkat
2. Lapang penglihatan sama denagn lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaraan benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat

Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada:


1.
2.
3.
4.
5.

Mata yang sering mengalami radang intra okuer (uveitis)


Andak dibawah usai 3 tahun
Uveitis menahun berat
Retinopati multifocal berat
Glaukoma neovaskuler

15

Afakia
Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka
akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut:
-

Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding normal


Terdapat efek prisma lensa tebal, sehingga benda terlihat seperti melengkung
Pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in
the box, dimana bagian yang jelas terlihat hanya pada bagian sentral, sedang
penglihatan tepi kabur

Dengan adanya keluhan diatas pada pasien hipermetropia dengan afakia diberikan
kacamata sebagai berikut:
-

Pusat lensa yang dipakai letaknya tepat pada tempatnya


Jarak lensa denagn mata cocok untuk pemakaian lensa afakia
Bagian tepi lenda tidak mengganggu lapang pandangan
Kacamata tidak terlalu berat

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2010.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Absury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2010.
3. Tsai JC, Denniston A, Murray PI, et. Al, editors. Oxford American handbook of
ophthalmology. New York: Oxford University Press;2011.
4. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. 4th. New Delhi: New Age International;
2007.
5. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology. New york:
Thieme; 2006.
16

Anda mungkin juga menyukai