I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Ny. R
Umur
: 73 tahun
Agama
: Islam
Alamat
No. RM
: 4249**
Tanggal Masuk RS
: 29 Desember 2015
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara
Keluhan Utama
: Kontrol mata kiri yang sudah tidak bisa melihat dan mata
kanan post operasi katarak terasa agak mengganjal.
150/90 mmHg
Nadi
76 x / menit
Suhu
Afebris
Pernafasan
20 x / menit
Keadaan Umum
Baik
Kesadaran
Compos mentis
Status Gizi
Cukup
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD
OS
OD
OS
OCULI DEXTRA(OD)
0,2
PEMERIKSAAN
Visus
OCULI SINISTRA(OS)
0
Koreksi
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
Bulbus okuli
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
blefarospasme (-),
Palpebra
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
entropion (-)
Edema (-),
Konjungtiva
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih
hiperemis (-)
Putih
Bulat, keruh
Sklera
edema (-),
arkus senilis (+)
edema (-),
Kornea
(COA)
coklat, edema(-),
Iris
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Letak sentral, hitam
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)
Jernih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Positif
Manual (N)
Lakrimasi(-)
Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)
Lensa
Vitreus
Retina
Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi
Jernih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
(-)
Manual +
Lakrimasi (-)
IV. RESUME
Subjektif:
Pasien wanita berusia 73 tahun datang ingin kontrol mata sebelah kiri yang sudah
tidak bisa melihat, serta mata kanan yang sudah operasi katarak (EKEK + IOL) 3
bulan yang lalu. Sebelumnya kurang lebih 3 tahun lalu, mata kiri pasien masih dapat
3
melihat, namun tiba-tiba penglihatan nya jadi gelap. Nyeri pada mata kiri (+), halo
sign (+), test konfrontasi (+). Pasien melakukan operasi pada tahun 2013 namun tetap
penglihatannya tidak kembali. Mata kanan tidak ada keluhan
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD)
02, PH : 0,4
Jernih, kedalaman cukup,
PEMERIKSAAN
Visus
Camera Oculi
OCULI SINISTRA(OS)
0
Jernih, dangkal,
Anterior (COA)
edema(-),
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Iris
Berwarna keabu-abuan
Pupil
Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)
V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
1. OS Glaukoma Absolut
2. OD Pseudofakia
3. OD Afakia
OD Afakia
4
Disingkirkan karena
Anamnesis: mempunyai riwayat operasi katarak yaitu EKEK + IOL pada mata kanan.
Pemeriksaan fisik:
-
Pemeriksaan subjektif :
o Mata kiri sudah tidak bisa melihat.
o Riwayat mata kiri sering terasa nyeri, halo sign (+), penyempitan lapang
pandang sebelah kiri (+).
o Riwayat operasi katarak EKEK + IOL pada mata kanan 3 bulan yang lalu.
Pemeriksaan objektif :
OCULI DEXTRA(OD)
02, PH : 0,4
Jernih, kedalaman cukup,
PEMERIKSAAN
Visus
Camera Oculi
OCULI SINISTRA(OS)
0
Jernih, dangkal,
Anterior (COA)
edema(-),
Iris
synekia (-)
Reguler, bentuk bulat
Berwarna keabu-abuan
Pupil
Letak sentral,
Refleks pupil L/TL : (-/-)
Medikamentosa :
Timolol Maleat 0.5 % 2 dd gtt 1 OS
IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Ad Vitam
Ad bonam
Ad Fungsionam
Ad bonam
Ad malam
Ad Sanationam
Ad bonam
Ad malam
Ad kosmetikan
Ad bonam
dubia ad Bonam
Pemeriksaan gonioskopi
Pemeriksaan perimetri
Saran:
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma berasal dari kata yunani
glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma.
B. FISIOLOGI HUMOR AQUEOUS
Humor aqueous mengalir ke dalam bilik posterior kemudian masuk diantara
permukaan posterior iris dan selanjutnya masuk ke bilik anterior. HA keluar dari bilik
anterior melalui dua jalur, yaitu jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur
uveosklera (jalur non trabekula). Jalur trabekula pada bilik anterior dibentuk oleh
dasar iris dan kornea perifer, melewati trabekular meshwork dari sklera, masuk ke
kanal schlemn (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous). Melalui kanal
kolektor, HA dibawa ke pembuluh darah sklera dimana HA bercampur dengan darah.
Pada jalur uveosklera, HA mengalir melalui korpus siliaris ke ruang supra arakhnoid
dan masuk ke dalam sirkulasi pada vena.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi:
a. Glaukoma primer
i. Glaukoma sudut terbuka
1. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka
kronik, glaukoma simpleks kronik)
2. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
ii. Glaukoma sudut tertutup
7
1. Akut
2. Subakut
3. Kronik
4. Iris plateau
b. Glaukoma kongenital
i. Glaukoma kongenital primer
ii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
1. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
2. Aniridia
iii. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
c. Glaukoma sekunder
i. Glaukoma pigmentasi
ii. Sindrom eksfoliasi
iii. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
iv. Akibat kelainan traktus uvea
v. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
vi. Trauma
vii. Pascaoperasi
viii. Glaukoma neovaskular
ix. Peningkatan tekanan vena episklera
x. Akibat steroid
d. Glaukoma absolut
Hasil akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata yang
keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular
a. Glaukoma sudut terbuka
Membran pratrabekular
Kelainan trabekular
Kelainan pascatrabekular
Pendesakan sudut
D. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, sclera
spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan
di bilik posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior
kemudian keluar dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor aqueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor aqueus ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup).
Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular,
sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena
adanya hambatan outflow humor aqueus akibat kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular.
Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (tertutup).
E. GEJALA DAN TANDA
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa
ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui di
saat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
-
Sakit kepala
Penglihatan kabur
Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan
penurunan persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang
progresif. Yang pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya
hanya akan menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision).
Penderita biasanya tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena
lapang pandang sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea,
mata merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.
F. DIAGNOSIS
1.
Funduskopi.
Untuk
keadaan
saraf optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
(menyentuh bola mata) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquous.
10
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan
lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma
saja.
5. Tes provokasi
a. Untuk glaukoma sudut terbuka
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan
intraokuler diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8
mmHg atau lebih dianggap mengidap glaukoma.
ii. Pressure congestion test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit.
Kemudian ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih
mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti patologis.
iii. Kombinasi test minum dengan pressure congestion test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test.
Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg
atau lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid
Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gt 1 selama 2 minggu.
Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
b. Untuk glaukoma sudut tertutup
i. Tes kamar gelap
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur. Di
tempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik
mata ke trabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti
patologis, sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
ii. Tes membaca
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45
menit. Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
iii. Tes midriasis
11
12
13
b. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu
goniolensa kejalinan trabekular dapat mempermudah aliran keluar HA karena
efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta
terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular.
Teknik ini dapat diterapkan untuk bermacam-macam bentuk glaukoma sudut
terbuka, dan hasilnya bervariasi bergantung pada penyebab yang mendasari.
Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi medis dan
penundaan tindakan bedah glaukoma.
c. Bedah drainase glaukoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
normal, sehingga terbentuk akses langsung HA dari kamera anterior ke jaringan
subkonjungtiva atau orbita, dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi
selang drainase. Penyulit utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat
fibrosis jaringan episklera. Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat
untuk mengobati glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbatan
drainase humor akuos dibagian dalam jalinan trabekular.
d. Tindakan siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah
untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi, diatermi, ultrasonografi
frekuensi tinggi, dan yang paling mutakhir terapi laser neodinium : YAG
thermal mode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata di sebelah posterior
limbus untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris di bawahnya.
Pseudofakia
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan
waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak aakn
mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
14
Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype snellen, dapat
merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL), terdapat
bekas insisi atau jahitan.
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam-macam, seperti:
a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian multi lensa pada pupil denagn fiksasi pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang
iris, lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
d. Pada kapsul lensa
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perlindungan khusus:
1.
2.
3.
4.
15
Afakia
Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka
akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut:
-
Dengan adanya keluhan diatas pada pasien hipermetropia dengan afakia diberikan
kacamata sebagai berikut:
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2010.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Absury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2010.
3. Tsai JC, Denniston A, Murray PI, et. Al, editors. Oxford American handbook of
ophthalmology. New York: Oxford University Press;2011.
4. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. 4th. New Delhi: New Age International;
2007.
5. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology. New york:
Thieme; 2006.
16