Oleh :
Hans Everald, S.Ked
0910313226
1110311001
1110312115
1110313078
1110312102
Pembimbing :
dr. Pom Harry Satria, Sp. OG (K)
dr. Syahrial, Sp.OG
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD SUNGAI DAREH
2016
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ .4
2.1 Definisi Malnutrisi..........................................................................................4
2.2 Faktor Risiko Malnutrisi.................................................................................4
2.3 Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil......................................................................8
2.3.1 Contoh Pengaturan Makan Sehari untuk Ibu Hamil............................14
2.3.2 Contoh Menu Sehari untuk Ibu Hamil.................................................16
2.4 Pemantauan Status Gizi pada Ibu Hamil........................................................17
2.4.1 Pengukuran Antropometri....................................................................17
2.4.2 Pengukuran Biokimiawi.......................................................................19
2.4.3 Penilaian Gejala Klinis.........................................................................19
2.4.4 Penilaian Kebutuhan Diet.....................................................................20
2.5 Tanda dan Gejala Malnutrisi pada Ibu Hamil.................................................20
2.6 Tatalaksana Malnutrisi pada Kehamilan.........................................................22
2.7 Program Pemerintah dalam Penanggulangan dan Pencegahan Malnutrisi pada
Kehamilan......................................................................................................23
BAB 3 LAPORAN KASUS.................................................................................33
BAB 4 DISKUSI...................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................45
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di
Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas
bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada
saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan
memengaruhi kualitas kehidupannya kelak.1
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat angka gizi buruk masih cukup
mengkhawatirkan, sehingga Kementerian Kesehatan membuat rencana aksi
nasional dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan buruk.2
Selain itu, banyak ditemukan kasus anemia yang terjadi pada laki-laki dan
perempuan dari berbagai kelompok umur (mulai dari bayi sampai lansia). Namun,
dibanding pria, anemia lebih banyak diderita kaum perempuan. Di Indonesia,
anemia menyerang satu dari lima orang perempuan usia produktif. Beberapa hal
yang menyebabkan perempuan rentan mengalami defisiensi zat besi, yaitu:
menstruasi yang terjadi setiap bulan. Selain itu, pola makan yang kurang baik
akibat bekerja terlalu keras, sakit terlalu lama atau melakukan diet ketat juga
diketahui menjadi faktor risiko munculnya anemia pada perempuan.3
Pada ibu hamil, anemia berpotensi menimbulkan perdarahan saat
melahirkan, bahkan tumbuh kembang janin dapat terganggu. Risiko ini meningkat
pada perempuan yang aktif bekerja, baik di dalam maupun luar rumah. Pada ibu
hamil yang menderita anemia, akan muncul gejala lemas, lesu, dan lemah
sehingga produktivitas kerja akan menurun. Daya tahan tubuh pun merosot
sehingga akan lebih mudah sakit, terserang flu, atau infeksi. Pola makan yang
menimbulkan anemia erat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan sehari-hari.
Karena itu, memperbaiki pola makan merupakan cara penting untuk mengatasi
anemia, yaitu dengan pola makan yang sehat, serta selalu memerhatikan jumlah,
jadwal, maupun jenisnya.4
Kehamilan menyebabkan peningkatan metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan ziat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan
saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin tidak sempurna. Nutrisi selama
kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan janin.
Dampaknya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang hamil
juga memengaruhi angka kematian perinatal, keadaan kesehatan neonatal, dan
pertumbuhan bayi setelah kelahiran.5
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan
gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami
kekurangan energi kronis (KEK) jika memiliki LILA <23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil Riskesdas, 2013
mendapatkan proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan LILA<23,5 cm atau
berisiko KEK di Indonesia sebesar 24,2 persen. Proporsi terendah di Bali (10,1%)
dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (45,5%).6
Kekurangan gizi pada kehamilan dapat menyebabkan kerugian baik pada
ibu dan juga perkembangan janin. Bayi yang lahir dari ibu dengan kekurangan
nutrisi dapat memiliki berat badan lahir yang rendah. Selain itu keadaan gizi ibu
juga sangat berperan penting terhadap perkembangan dan kesehatan anak.7
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana kebutuhan gizi pada ibu hamil?
b. Apa saja yang menjadi faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya
gizi buruk?
c. Bagaimanakah penerapan pengukuran antropometri dalam menilai status
gizi ibu hamil ditinjau dari pelayanan ante natal care?
d. Apa saja program pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi gizi
buruk?
e. Bagaimana manajemen gizi buruk dalam kehamilan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui kebutuhan gizi pada ibu hamil.
b. Mengetahui faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya gizi buruk.
c. Mengetahui penerapan pengukuran antropometri dalam menilai status gizi
ibu hamil ditinjau dari pelayanan ante natal care.
d. Mengetahui program pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi gizi
buruk
e. Mengatahui manajemen gizi buruk dalam kehamilan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI MALNUTRISI
Malnutrisi
didefinisikan
sebagai underweight
merupakan
masalah
kekurangan terhadap nutrisi vital tertentu dalam kebutuhan diet yang akan
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan, kesehatan fisik, dan fungsi tubuh
lainnya.8
2.2 FAKTOR RESIKO MALNUTRISI
1.
adalah
tingkat
sosial
ekonomi.
Ekonomi
seseorang
mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehariharinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka
kemungkinan besar sekali gzi yang dibutuhan tercukupi ditambah lagi
adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil semakin terpantau. Sosial
ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan
pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan.9
a.
Pendidikan
Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan
diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah
kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Faktor pendidikan
mempengaruhi pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki lebih
baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan ibu adalah pendidikan
formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan
klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur
4
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan sesuatu yang
dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk kehidupan. Ibu yang sedang
hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan
memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya. Kemampuan
bekerja selama hamil dapat dipengaruhi oleh peningkatan berat badan dan
perubahan sikap. Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan
selama kehamilan termasuk :
1) Berdiri lebih dari 3 jam sehari.
2) Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau
membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya.
3) Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong
dan membersihkan.
4) Jam kerja yang panjang.
c.
Pendapatan
Penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain
maupun pihak sendiri dari pekerjan atau aktivitas yang kita lakukan dan
dengan dinilai sebuah uang atas harga yang berlaku pada saat ini.
Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila kebutuhan pokok
seorangpun akan meningkat. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang
mengatur dan dia bebas karena tidak ada etika yang mengatur.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan
itu sendiri, serta tingkat penggelolaan sumber daya lahan dan pekarangan.
5
2.
3.
karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya. Selain itu kesehatan
fisik dan rahim ibu yang masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi
KEK pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun
yang lalu seolah-olah menghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama
lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi ibu tidak
terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.
Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
2.
3. Faktor Paritas
Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan
dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena
ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka
kemungkinan banyak akan ditemui keadaan :
1.
2.
2.
Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu
hamil tersebut. Menurut Almatsier, status gizi sendiri dapat diartikan sebagai
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,
dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Berdasarkan
pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan
terhambatnya otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil
sangatlah diperlukan.
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta,
air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60%
digunakan untuk pertumbuhan ibunya.
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13
kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel
tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan.
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien
akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional.
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya sekitar
30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu 32-38.
Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir kehamilan
tersebut.
a. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan
pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan
otot-otot skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat
kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada
kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya,
pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang
65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
b. Protein
loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar
1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita
dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus
yang sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya.
Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati
protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari
protein hewani.
c. Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi
mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun
kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali
lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan
dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam
tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34
dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari
ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu,
sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat dengan cepat
pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya BB janin.
Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah subkutan, oleh karena itu pada bayi
atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat pada jaringan subkutan.
d. Zat Besi (Fe)
10
12
13
14
Bahan Makanan
Trimester I
Nasi/ Penukar
gelas
gelas
Daging/penukar
potong
potong
Tempe/ Penukar
5 potong
5 potong
Sayur
3 gelas
3 gelas
Buah
2 potong
2 potong
Minyak
2 sdm
2 sdm
Kacang Hijau
sdm
sdm
Susu
sdm
sdm
Tepung sarikedelai
Gula
Nilai Gizi
4 sdm
1 sdm
Trimester I
1 sdm
Energi
2095,8 kal
2164,5 kal
Protein
79,5 gram
82,5 gram
Lemak
57 gram
65 gram
Karbohidrat
273,8 gram
275 gram
Vitamin C
70 mg
70 mg
15
Sumber: Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Kementrian
Kesehatan RI.
16
Siang:
Nasi
Sop Sayuran
Ikan balado
Kripik Tempe
Jeruk
Jam 16.00: Selada buah
Malam:
Nasi
Telur Balado
Perkedel Tahu
Tumis Tauge + Baso
Pisang
2.4 PEMANTAUAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL
Penilaian status gizi ibu hamil dinilai dari pengukuran antropometri,
biokimiawi, gejala klinis, dan kebutuhan diet.10
2.4.1 Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa
dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat
badan
selama
hamil,
pengukuran
skinfold
dan
lingkar
lengan
yang
17
18
Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
2.
3.
4.
Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS
yang menderita KEK.
5.
19
Pengertian
Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di
bagian merah pita LILA. Menurut Depkes RI pada tahun 1994 didalam
buku Supariasa mengatakan pengukuran LILA pada kelompok wanita usia
subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko
KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.
20
b.
Tujuan
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik
pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas
lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
1.
Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
2.
3.
4.
5.
c.
Ambang Batas
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak.
21
d.
e.
22
23
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai
dengan
perkembangan
masalah
gizi,
pentahapan
dan
prioritas
pembangunan nasional.
Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit
infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi yang
cukup akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit. Demikian juga bila
seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan dan selanjutnya
akan mengakibatkan gizi kurang.
Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh:
a. Kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik
jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya.
b. Pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam hal:
1) Memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota keluarga
sesuai dengan kebutuhan gizinya.
2) Memberikan perhatian dan kasih sayang dalam mengasuh anak.
3) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi yang tersedia,
terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa, Puskesmas
dan lain-lain).
c. Tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan berkualitas.
d. Kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi dan
lingkungan.
24
sosialisasi,
Komunikasi
25
Informasi
Edukasi
(KIE)
dan
pendampingan keluarga.
3. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam
mobilisasi sumberdaya
26
1. Tujuan PMT
Tujuan PMT pada ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
selama kehamilan sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang
ditimbulkan.
Strategi pemberian makanan bagi ibu hamil adalah :
a. Cukup kandungan gizi
b. Gizi seimbang dan (aneka ragam makanan)
c. Porsi kecil namun sering
d. Cukup asupan lemak esensial
e. Cukup kandungan serat
f. Pilih makanan sesuai dengan selera dan daya beli
g. Cukup cairan
h. Cegah lambung kosong
Persyaratan PMT:
a. Dapat diterima
Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima dalam hal
bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah satu sifat ibu hamil
adalah cepat bosan dengan makanan yang sama bila disajikan berulangkali.
Ibu hamil mempunyai kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena
itu, bentuk dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan
dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
27
b. Mudah dibuat
Makanan tambahan untuk ibu hamil hendaknya mudah dibuat/dikerjakan
dengan menggunakan peralatan masak yang tersedia di rumah tangga atau
yang tersedia di masyarakat dan pembuatannya tidak memerlukan waktu
lama.
c. Memenuhi kebutuhan zat gizi
Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan zat gizi
ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan
kelompok sasaran lainnya. Disamping jumlah zat gizi yang cukup, makanan
tambahan ibu hamil juga harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna
yang baik dapat dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar.
d. Terjangkau
Hendaknya makanan tambahan untuk ibu hamil dapat diolah dari bahanbahan yang terjangkau oleh masyarakat berkemampuan ekonomi rendah
dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan, danselera.
Untuk itu, sebaiknya bahan baku yang digunakan dapat dan mudah dibeli
didaerah setempat agar harganya tidak terlalu mahal.
e. Mudah didapat
Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk ibu
hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu disesuaikan
dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu hamil berada. Dengan
menggunakan
bahan
baku
setempat
diharapkan
akan
mendorong
28
dan relatif lebih mudah untuk diperoleh sehingga dengan biaya yang terbatas
dapat memenuhi kandungan gizi yang dibutuhkan.
f. Aman
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan masih adanya
cemaran mikroorganisme pada makanan olahan sehingga terdapat kasus
keracunan makanan yang masih tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, perlu
penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat dalam hal kebersihan cara
memasak bahan makanan dan cara penyajian. Selain harus bergizi lengkap
dan seimbang makanan juga harus layak dikonsumsi sehingga aman bagi
kesehatan. Makanan aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan
kimia yang berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat
(halal).
Kader memberikan biskuit lapis kepada sasaran berdasarkan rujukan dari
Posyandu dengan kriteria :
1) Ibu hamil dari keluarga miskin dan ibu hamil yang beresiko KEK dengan
LILA <23,5 cm.
2) Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi, sasaran PMT
diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari keluarga miskin dan ibu hamil KEK.
Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK:
Peningkatan variasi dan jumlah makanan juga menjadi salah satu upaya
pencegahan KEK. Kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda
dan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap,
maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi
makanan yang beragam. Selain itu, karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
29
pada ibu hamil dan ibu menyusui meningkat maka jumlah konsumsi makanan
mereka harus ditambah. Mengurangi beban kerja pada ibu hamil. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan
memberikan dampak kurang baik pada outcome kehamilannya.
3. Pemberian Tablet Besi
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
prevalensi anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%.
Keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi pada ibu hamil masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dikembangkan
sejak tahun 1975 melalui distribusi Tablet Tambah Darah (TTD). TTD merupakan
suplementasi gizi mikro khususnya zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu
hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan. Penelitian
terakhir membuktikan bahwa pemberian tablet Fe di Indonesia dapat menurunkan
kematian neonatal sekitar 20%.
Secara nasional cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe tahun 2012 sebesar
85%. Data tersebut belum mencapai target program tahun 2012 sebesar 90%.
Koordinasi dan kegiatan yang terintegrasi dengan lintas program masih perlu di
tingkatkan agar cakupan dapat meningkat karena pemberian tablet Fe merupakan
salah satu komponen standar pelayanan antenatal.
Sasaran pemberian tablet Fe adalah Ibu hamil ( Bumil ) dan ibu nifas
( Bufas ) . Untuk tablet Fe. 1 diberikan kepada kunjungan pertama ( K.1 ) dan
Fe.3 diberikan pada kehamilan trisemester ke III ( K.4 ).
30
31
pemberian adalah segera 1 kapsul setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi setelah 24
jam dari pemberian pertama, yang bertujuan untuk membantu proses pemulihan
ibu pasca persalinan serta bisa memperbanyak air susu, dan lainnya.
32
BAB 3
LAPORAN KASUS
: Ny. B
Usia
: 32 tahun
Alamat
: Timpeh
Pekerjaan
Agama
: Islam
Status Menikah
: Menikah
Pendidikan
: Tidak Sekolah
ANAMNESIS
Alloanamnesis: Suami pasien
Keluhan Utama : Semakin lemah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Semakin lemah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Letih, lemah,
lesu sudah dirasakan sejak beberapa tahun lalu, semakin lama terasa
semakin lemah.
Mual muntah disangkal.
Demam tidak ada.
BAB dan BAK biasa.
33
mudah lemas.
Riw. Penimbangan berat badan teratur saat kunjungan kehamilan tidak
ada.
Riw.ukur tekanan darah teratur setiap kunjungan tidak ada.
Pasien tidak mengonsumsi tablet Fe selama kehamilan,
Riwayat menstruasi : menarche sulit diketahui, siklus teratur 1x/bulan,
lama haid 4-6 hari, banyaknya 1-2 kali ganti duk per hari, nyeri haid (-)
keterbatasan biaya.
Os menderita gagal ginjal dan baru diketahui sejak 1 bulan yang lalu.
Os menderita palatoschizis.
Os tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hepar, lien, paru, diabetes
melitus, dan hipertensi.
34
dan
hanya
Riwayat Psikososial
-
pasien baru dikenal menderita penyakit ginjal sejak 1 bulan yang lalu.
pasien tidak sedang mengkonsumsi obat saat ini.
tidak pernah menderita kelainan plasenta sebelumnya
tidak pernah menderita kejadian perdarahan sebelum atau sesudah
persalinan sebelumnya
Pasien menderita kelainan gizi kurang atau buruk.
Riwayat nutrisi :
-
porsi makanan.
pasien tidak meminum susu.
pasien menggunakan garam beryodium untuk masakan di rumah
Tidak ada penambahan suplemen mineral dan suplemen besi.
35
Riwayat aktivitas :
-
Riwayat kaki bengkak, tensi tinggi dan mata kabur selama kehamilan tidak
ada
Riwayat mual muntah selama kehamilan ada pada awal kehamilan
Riwayat konstipasi, nyeri saat BAK, nyeri punggung, varises, hemoroid,
air liur berlebihan, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan keputihan selama
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Nadi
: 72 kali/menit
Kesadaran
: Komposmentis kooperatif
Nafas
: 18 kali/menit
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
Suhu
: Afebris
BB
: 28 kg
TB
: 136 cm
BMI
: 15,14 kg/m2
STATUS GENERALISATA
36
Kepala
Mata
Leher
KGB.
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Palpasi
Perkusi
: Status obstetrikus
Genitalia
: Status obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Leopold 1
Leopold 2
37
Leopold 3
Auskultasi
Genitalia
Follow-up
Tanggal
22 Maret 2016
Follow Up
S/ Lemah masih dirasakan pasien.
Nyeri perut tidak ada
Pasien belum BAB dalam 2 hari ini
BAK biasa
O/ Kes : CMC KU : sdg TD : 110/70 Nafas : 20x/menit T :
Af
38
semakin lama terasa semakin lemah. Pasien tidak menstruasi sejak 5 bulan yang
lalu. Pasien kontrol kehamilan tidak teratur ke puskesmas/posyandu. Pasien hanya
39
40
pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaan suami sebagai kuli
bangunan musiman dengan penghasilan rata-rata dalam sebulan Rp 500.000,00
dimana dengan penghasilan sebesar itu tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan
sehari-hari pasien dan keluarganya. Sehingga setiap harinya pasien hanya rutin
mengkonsumsi nasi kadang ditambah sayuran dan kadang mengkonsumsi protein
2-3x dalam seminggu. Konsumsi makanan pasien ini sangat jauh dari kebutuhan
energi normal pada ibu hamil, dimana pada ibu hamil diperlukan tambahan energi
sebesar 300 kkal/hari selama kehamilan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal.
Pemeriksaan kepala didapatkan rambut hitam dan mudah dicabut ini merupakan
salah satu tanda kekurangan gizi. Rambut mudah dicabut ini dikarenakan
kekurangan protein, vitamin A, vitamin E, dan Vitamin C karena keempat elemen
tersebut merupakan nutrisi yang penting untuk rambut. Dari pemeriksaan mata
didapatkan konjungtiva anemis +/+, dari pemeriksaan ini dapat dikatakan pasien
mengalami anemia. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
kekurangan zat gizi, perdarahan, hemolisis, dan aplastik. Pada pasien ini dicurigai
penyebab anemia yang paling mungkin adalah anemia defisiensi zat besi. Zat besi
merupakan mineral yang diperlukan untuk transport oksigen di dalam tubuh .
Sumber zat besi dapat diperoleh dari daging merah, hati, beras merah.
Pada pemeriksaan LILA didapatkan ukuran sebesar 16 cm, apabila LILA
kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA dapat dikategorikan sebagai
KEK. Dari pemeriksaan abdomen didapatkan hasil pemeriksaan TFU 11 cm hal
ini tidak sesuai dengan usia kehamilan, seharusnya TFU dengan usia kehamilan
21-21 minggu adalah setinggi pusat hal ini dikarenakan nutrisi ibu tidak terpenuhi
dengan baik sehingga pertumbuhan janin juga kurang bagus.
41
42
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta :
EGC.
Atmarita, Tatang S, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
Depkes Jateng, 1999. Petunjuk Teknis Pelacakan Kasus Gizi Buruk Propinsi
JawaTengah. Semarang.
Depkes RI. 1995a. Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta.
Minarto. 2006. Upaya Departemen Kesehatan dalam Mengatasi Kurang Gizi
di Indonesia. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional Jaringan
Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
Riswan M. 2003. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil di beberapa
praktek bidan swasta dalam Kota madya Medan. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.. Analisis
Program Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil di Indonesia. Lembar Tugas S3 SPS
IPB, Bogor.
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Surjadi C, Wirahardja R, Pariani S, Umiyati S. 2006. Penilaian Keadaan Gizi
di Jakarta dan Surabaya. Makalah disampaikan pada Kongres Nasional
Jaringan Epidemiologi Nasional 2006. Jakarta.
Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa
Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
NACS. Module 2. Nutrition assessment and classification. USAID and
PEPFAR; 2013.
Shashidhar HR, Grigsby DG. Malnutrition treatment and management.
Medscape; 2016.
WHO. Management of severe acute malnutrition in individuals with active
tuberculosis; 2015.
Institute of Medicine. Weight gain during pregnancy: Re-examining the
Guidelines. Washington DC, National Academy of Sciences; 2009.
Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi
Masyarakat tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
43