Anda di halaman 1dari 5

Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal

Rf= Jarak yang digerakkanoleh pelarut darititik asal

NAMA
NIM
PRODI
FAKULTAS

: A. HADI AZHARI
: J1E112029
: FARMASI
: MIPA

KARYA TULIS ILMIAH


Tantangan Pengembangan Energi Baru & Terbarukan ( Bahan Baku &
Bahan Bakar Alternatif dari Limbah-Biomas-Nonbiomas)
Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Sekarang ini hampir semua aktivitas manusia
sangat tergantung pada energi. Berbagai macam alat pendukung, seperti alat
penerangan, motor penggerak, peralatan rumah tangga, dan mesin-mesin industri
dapat berfungsi dengan adanya energi. Pada dasarnya, Pemanfaatan energi, seperti
energi matahari, energi air, energi listrik, energi nuklir, energi minyak bumi dan
gas, serta mineral dan batu bara sudah dilakukan sejak dulu. Energi dari bahan
tambang seperti minyak bumi dan gas bumi diperkirakan akan habis dalam waktu
yang relatif singkat. Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara
berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Gejala krisis energi yang

terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti
minyak tanah, bensin, dan solar serta ketersediaan pasokan energi listrik yang
belum mampu memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Hal ini terjadi karena
tingkat kebutuhan masyarakat akan bahan bakar dan listrik sangat tinggi dan akan
selalu meningkat setiap tahunnya. Pasalnya, populasi manusia yang terus
bertambah setiap tahun mengakibatkan permintaan terhadap energi juga
meningkat. Khususnya di Indonesia, gejolak yang muncul akibat keputusan
pemerintah menaikkan harga BBM memunculkan kesadaran bahwa selama ini
masyarakat sangat tergantung pada sumber energi tak-terbarukan. Indonesia harus
segera mencari sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energi) berupa
energi baru yang terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi dimasa depan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang belum banyak dimanfaatkan adalah
energi dari biomassa untuk menghasilkan biogas.
Biogas adalah teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan
limbah, seperti limbah pertanian, limbah peternakan, dan limbah manusia. Biogas
yang komponen utamanya gas metan (CH4) sebenarnya sudah mulai dimanfaatkan
sejak beberapa puluh tahun yang lalu, namun tidak banyak yang dipergunakan
oleh masyarakat. Biogas yang dikenal masyarakat lebih banyak dihasilkan dari
pengolahan kotoran ternak atau kotoran manusia. Sebenarnya biogas juga bisa
dihasilkan dari biomassa yang lain. Selain menjadi energi alternatif, biogas juga
dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah.
Energi biomassa yang jumlahnya sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan
ialah limbah. Salah satunya adalah limbah pabrik kelapa sawit. Kelapa sawit
merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak nabati berupa Crude
Palm Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan di Indonesia terutama
di pulau sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain menghasilkan Crude
Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan
limbah yang sangat banyak. Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu
menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23 %
atau 230kg, limbah cangkang (Shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter
solid (lumpur sawit) 4% atau 40kg, serabut (fiber) 13% atau 130 kg serta limbah
cair sebanyak 50 % (Mandiri,2012). Limbah padat dari kelapa sawit biasanya

diatasi dengan cara dibakar dan ditimbun. Padahal, cara tersebut dapat merugikan
petani dan lingkungan sekitar. Karena, pembakaran yang dilakukan dapat
menghasilkan gas CO2 yang berbahaya bagi kesehatan petani. Sementara itu,
penimbunan limbah di dalam tanah, dapat menjadi faktor penyebab penyakit bagi
penanaman selanjutnya. Sedangkan limbah industri dari pengolahan kelapa sawit
menghasilkan limbah sebagai produk sampingan. Namun pemanfaatan limbah
kelapa sawit masih terbatas, sementara ini hanya dibakar dan sebagian
dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, disekitaran kawasan
pabrik. Oleh karena itu, untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan
harus diikuti dengan pengolahan limbah yang baik, hal ini dapat dimanfaatkan
dengan mengolah limbah pabrik kelapa sawit menjadi biogas.
Pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit sebagai biomassa penghasil
biogas untuk kebutuhan bahan bakar dan energi listrik sangat berpotensi
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai energi alternatif dalam pengembangan
energi baru dan terbarukan yang berasal dari bahan baku limbah. Saat ini
diperkirakan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia mencapai
28,7 juta ton limbah cair/pertahun dan 15,2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun.
Dari limbah tersebut dapat dihasilkan kurang lebih 90 juta m 3 biogas. Jumlah ini
setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji Jumlah biogas ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama satu tahun.
Berdasarkan penilitian pemanfaatan limbah, diketahui tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN). TKKS
bisa diolah menjadi bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa
(PLT Biomassa). Hasil uji laboratorium terhadap limbah TKKS di Distrik Jair,
Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua memiliki kalor sebesar 4.492,7436
kalori/g atau 18.719,4656 joule/g serta mengandung pati 11,550 % bb dan
mengandung selullosa 41,392% bb, sangat cocok untuk dijadikan menjadi dua
jenis bahan bakar tersebut (Lab. Kimia ITB, 2010). Bahkan TKKS hasil
perhitungan akan dapat membangkitkan listrik sebesar 7,33 MW. Berdasarkan hal
ini didapatkan beberapa keuntungan yaitu pemanfaatan potensi limbah kelapa
sawit untuk menjadi bahan bakar dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kebutuhan masyarakat, mendukung pemerintah dalam kampanye penggunaan

energi alternatif dari bahan bakar nabati yang ramah lingkungan serta mengurangi
ketergantungan akan energi listrik dan energi konvensional bahan bakar dari fosil
(solar, premium, minyak tanah), mengurangi efek rumah kaca dengan energi
terbarukan yang ramah lingkungan, memanfaatkan limbah yang dihasilkan pabrik
minyak kelapa sawit yang mempunyai nilai tambah dan manfaat bagi kehidupan
masyarakat. Selain itu, sangat kita harapkan bersama jika pemanfaatan limbah
kelapa sawit di laksanakan secara besar-besaran di Indonesia (daerah yang potensi
penghasil kelapa sawit) yang mempunyai pabrik pengolahan kelapa sawit dapat
berpartisipasi untuk membangun daerah sendiri untuk lepas dari ketergantungan
terhadap energi listrik serta energi bahan bakar minyak (BBM) sehingga
kebutuhan masyarakat Indonesia akan bahan bakar minyak dan energi listrik dapat
terpenuhi secara merata, serta sangat diperlukan pengelolaan limbah dan
pengendalian lingkungan secara berkelanjutan dengan menggunakan teknologi
tepat guna agar dampak lingkungan yang ditimbulkan seminimal mungkin.
Semua gagasan dan harapan yang disampaikan tentunya tidak terlepas dari
tantangan dalam hal pelaksanaan dilapangan. Untuk itu dalam penerapannya
sangat dibutuhkan peran dari pemerintah, seluruh masyarakat Indonesia, dan
pengusaha kelapa sawit khususnya untuk mendorong pengembangan dan
pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (renewable, EBT). Sangat
diperlukan adanya sinergitas dan koordinasi yang solid antara pemerintah untuk
meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan serta
pihak terkait yang berkompeten dalam pemanfaatan energi alternatif dari limbah
kelapa sawit agar dapat mengurangi dampak lingkungan dan krisis energi yang
akan semakin nyata.
Sumber:
Mandiri. 2012. Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan. Jakarta

NAMA
NIM
PRODI
FAKULTAS

: A. HADI AZHARI
: J1E112029
: FARMASI
: MIPA

NAMA
NIM
PRODI
FAKULTAS
IPK
SEMESTER

: A. HADI AZHARI
: J1E112029
: FARMASI
: MIPA
: 3,53
: 7 (TUJUH)

Anda mungkin juga menyukai