Batubara Terbagi Menjadi 2 Macam
Batubara Terbagi Menjadi 2 Macam
Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun.
Endapan tersebut selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia
yang berlansung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk
dalam katagori bahan bakar fosil.
Keunggulan Batubara
Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu
unsur yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan
Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi
yang terbaik untuk tanah liat adalah 10%
Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur
terlebih dahulu), sehingga kadar airnya rendah.
Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh
terhadap lama pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan
membuat briket lebih rekat, padat dan keras yang akhirnya juga
memperlama proses pembakaran
Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan
berpengaruh besar terhadap panas yang dihasilkan
Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan
konsumen. Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih
mudah bersaing di pasar
macam-macam briket
macam-macam briket
1. Briket batu bara
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari
butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu,
agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam
pemanfaatanny.Manfaat briket batu bara
Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk Rumah Tangga dan
Industri Kecil
Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di pabrik briketnya,
distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada daerah-daerah
terpencil.
Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket seperti batubara,
tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja Indonesia baik
langsung maupun tidak langsung.
prose pembuatan
Menurut bentuknya:
Briket bentuk telur, bentuk bantal, bentuk dom, bentuk elipse, bentuk kenari,
bentuk biji jengkol, bentuk biji kenari,bentuk sarang tawon ( honey comp)
bentuk hexagonal/segi enam, bentuk kubus, bentuk bulat silindris,
etc...briket di cetak dengan bentuk tertentu hanya untuk memeprmudah
penyalaan/mempermudah supply oksigen pas waktu proses pembakaran,
selebihnya hanya mengikuti tren pasar dan mengikuti produsen mesin yang
tersedia di suatu negara supaya variatif. Bentuk briket tidak mencerminkan
kualiats secara khusus.
Mesin briket yang sekarang beredar dipasaran antara lain : roller/moulding,
skrewder, mesin impact, dan mesin hidrolik. Pemilihan Mesin untuk produksi
tersebut sangat menentukan dalam hasil output, jenis bahan briketnya,
sama proses adonan, dan bentuknya
Kita produsen briket yang berlokasi di Cirebon Jawa Barat :
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang
mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut selanjutnya berubah bentuk
akibat proses fisika dan kimia yang berlansung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam katagori bahan bakar fosil.
Keunggulan Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran
seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan
Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan.
Bahan baku utama Briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan
mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun.
Bahan Campuran dan Fungsi
A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi Semakin tinggi nilai
kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah terbakar (volatile
matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit Semakin banyak komposisi batubaranya,
pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan semakin lama. Semakin tinggi nilai
kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya akan semakin sedikit Semakin
rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan lama pembakaran
akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga
menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara
pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori
batubara)
Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat yang kuat
dan tidak mudah hancur. Pembuatan adonan perekat dari tepung tapioka dengan air juga harus
diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan
terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar kental dan rekat
Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya
1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :
Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu), sehingga
kadar airnya rendah.
Bahan baku batubara dan tanah liat di-crusher dan di-screen terlebih dahulu dengan
menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2
Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa dapat membantu
mempercepat proses penyalaan
Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur atau
dipanaskan dengan oven sebelum dikemas dalam karung. Hal ini untuk menghindari briket
lembab saat digunakan nantinya
2. Berasap dan berbau, solusinya :
Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air yang banyak
menyebabkan asap yang banyak dan berbau
Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan membantu briket
cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari pembakaran briket tersebut juga
akan berkurang
Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur 1%. Hal ini
juga akan mengurangi kadar asap dan bau
Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara sehingga asap
dan bau akan cepat berkurang
Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses karbonisasi, telah
membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :
Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi
Bahan baku utama briket batubara tanpa karbonisasi adalah batubara yang tidak melalui proses
karbonisasi. Komposisi campurannya adalah batubara 80% 95%, bahan pengikat 5% 20%,
bahan imbuh 0% -5 %.
2. Briket Batubara Terkarbonisasi
Bahan baku utama briket batubara terkarbonisasi adalah batubara dengan persentase antara 80
90%, sisanya 5 15% merupakan bahan pengikat dan bahan imbuh. Bahan imbuh yang biasa
digunakan adalah kapur dengan kadar maksimum 5% yang berfungsi sebagai adsorban untuk
menangkap SO2.
3. Briket Bio-Batubara
Bahan baku briket bio-batubara terdiri dari : batubara, biomas, bahan pengikat dan kapur.
Komposisi campurannya adalah batubara 50% 80%, biomas 10% 40%, bahan pengikat 5%
l0%, bahan imbuh (kapur) 0% 5%.
4. Light Coal
Light coal tidak digolongkan pada jenis dan tipe briket batubara karena tidak melalui proses
pembriketan sehingga tidak punya komposisi campuran. Namun karena dalam prosesnya melalui
pemanasan, maka spesifikasinya disamakan dengan bahan baku briket batubara terkarbonisasi
Prosedur Pembuatan Briket Batu Bara
1. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Dalam proses pembuatan briket batubara tanpa karbonisasi, bahan baku utamanya adalah
batubara mentah (raw coal) dan menggunakan bahan pengikat organik atau pengikat anorganik.
2. Briket Batubara Terkarbonisasi
Pada proses pembuatan briket batubara terkarbonisasi, bahan baku utarnanya adalah batubara
yang telah dikurangi kadar zat terbangnya menjadi maksimum 15%.
3. Briket Bio-Batubara
Mengingat biomas bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses
pembriketannya tidak eukup hanya dengan menambahkan bahan pengikat, namun juga
memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm2. Pemakaian biomas bertujuan selain untuk
menurunkan temperatur penyalaan briket, juga untuk mempercepat proses pembakaran yang
sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas buang.
4. Light Coal
Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis batubara. Proses
pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu minimal 200 C, bahan bakar
tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun, karena porositasnya kecil, maka alat
pembakarnya harus dilengkapi dengan blower.
pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari
bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen.
Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3,
MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
Sulfur Content (Kandungan Sulfur) : Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi
2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat
dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan
makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik
terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk
organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan
terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
Hasil pembakaran batubara
Pembakaran batubara menghasilkan limbah yang lebih banyak dibandingkan bahan bakar
minyak dan gas. Limbah batubara dapat berupa limbah padat batubara (bottom ash), abu terbang
(fly ash) maupun lumpur flue gas desulfurization. Pembakaran batubara akan menghasilkan abu,
gas-gas oksida belerang (SOX), oksida nitrogen (NOX), gas hidrokarbon, karbon monoksida (CO)
dan karbon dioksida (CO2).
Abu
Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler berbentuk partikel halus
amorf dan bersifat Pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar
dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan
tersebut abu terbang mempunyai prospek untuk digunakan berbagai keperluan bangunan.
Abu terbentuk dari perubahan bahan mineral (miniral matter) karena proses pembakaran. Pada
pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk dua jenis abu yakni abu terbang
(fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi antara abu terbang dan abu dasar tergantung
sistem pembakarannya. Dalam tungku pulverized coal sistem basah antara 45-55 %, dan
tungkuunderfeed stoker 30-80 % dari total abu batubara.
Oksida Belerang
Belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi, jauh di bawah 1% sampai lebih dari
4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang organik, pirit dan sulfat,
belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi oksida belerang. Dalam
pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian belerang pirit menjadi SO2. Oksida
belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping
stabil dan sulit menjadi oksida belerang, kadar relatifnya sangat rendah dibanding belerang
bentuk lainnya.
Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang
menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian
SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi dengan uap
air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam.
Oksida Nitrogen
Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya kurang dari
2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi oksida nitrogen dan disebut NOx. Selain
nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen dalam udara pembakaran. Zat
nitrogen oksida ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini
membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus bagian terdalam paru-paru.
Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. Gas ini dihasilkan dari
proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau,
tidak menyebabkan iritasi. Reaksi yang tidak sempurna antara karbon dan oksigen adalah
sebagai berikut:
C + O2 CO
Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan yang dapat mencemari
lingkungan terutama untuk para pekerja di lingkungan tertutup. Untuk pembakaran batubara
dalam pembangkit listik yang modern, pembentukan CO biasanya kecil sehingga tidak perlu
dikhawatirkan karena jumlah oksigen (udara) yang dipasok biasanya sudah dihitung dan dipasok
berlebih.
Asap dan Gas Hidrokarbon
Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak sempurna. Asap
terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan gas-gas hidrokarbon
adalah senyawa-senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan bahan organik batubara yang
belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti karbon monoksida, pembentukan asap dan
gas-gas hidrokarbon menyebabkan rendahnya efisiensi pembakaran bahkan jauh lebih rendah
dari yang diakibatkan oleh pembentukan karbon monoksida.
Karbon Dioksida
Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan utamanya adalah semaksimal
mungkin mengkonversikan unsur utama dalam batubara yakni C (karbon) menjadi CO2 sehingga
dihasilkan energi yang tinggi. Dikarenakan batubara mengandung kadar karbon paling tinggi
dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti minyak dan gas, maka pembakaran batubara
dianggap merupakan sumber emisi CO2 terbesar.
Teknologi penanganan abu
Sisa pembakaran batubara berupa abu, baik itu fly ash dan bottom ash harus dikelola dengan baik
agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Teknologi yang saat ini umum digunakan untuk
menggelola abu sisa pembakaran yaitu:
1.
Mechanical collection
2.
Sidestream Separator
3.
Baghouse : udara yang mengandung abu dihisap kedalam tas-tas penyimpanan (seperti
prinsip kerja vacuum cleaner).
4.
Wet Scrubber : alat ini menyebabkan abu terbang bercampur dengan air dengan laju aliran
yang tinggi, lalu air yang telah tercemar abu akan dilirkan menuju tempat pembuangan dan
pengolahan air.
5.
Electrostatic Precipitator : metode untuk menangkap abu sebelum udara hasil pembakaran
batubara dibuang be cerobang asap. ESP terdiri dari electrode positif dan negative untuk
menangkap abu terbang.
Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan
sedikit. Campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti untuk pengeringan, pembakaran dan
pemanasan. Bahan baku utama briket adalah batubara yang melimpah dan mempunyai
cadangan untuk waktu yang masih lama. Teknologi pembuatan briket tidak terlalu
rumit dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat.
Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara bubuk yang dapat
menimbulkan kesulitan pada waktu pengangkutan ternyata sudah banyak dilakukan di
beberapa negara. Hal yang mendorong pemanfaatan briket untuk masyarakat dan
industri kecil di Indonesia antara lain :
-
Memanfaatkan batubara bubuk yang tidak dipakai, sehingga menjadi lebih bermanfaat.
Lebih murah
Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama
Briket karbonisasi
Briket non-karbonisasi
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk
memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu
bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa.
Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset energi Institut Pertanian Bogor.[1]
Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil
pertanian dapat dijadikan briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari
biomassa, dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.
o Arang kayu
o Batu bara
o Biomassa:
o Gambut
Bahan pendukung:
o Batu kapur (pewarna)
o Pati (pengikat)
o Boraks (bahan pelepas, release agent)
o Natrium nitrat (akselerator)
o Malam (wax, sebagai pengikat, akselerator, dan penyala (igniter))
Briket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok yang keras.
Metode ini umum digunakan untuk batu bara yang memiliki nilai kalori rendah atau serpihan
batu bara agar memiliki tambahan nilai jual dan manfaat. Briket digunakan di industri dan rumah
tangga.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki kadar air rendah untuk
mencapair nilai kalor yang tinggi. Keberadaan bahan volatil juga mempengaruhi seberapa cepat
laju pembakaran briket; bahan yang memiliki bahan volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar
Mesin pembuat briket adalah mesin yang digunakan untuk memproses limbah dan residu usaha
kehutanan dan pertanian menjadi briket. Sebelum dijadikan briket, bahan mentah harus diberikan
perlakuan tertentu seperti pemurnian dan pengecilan ukuran partikel.
Mesin press briket bekerja dengan tiga mekanisme dasar:
Tipe ulir (screw type). Briket ditekan dengan memanfaatkan mekanisme ulir archimedes.
Umumnya digerakkan oleh motor.
Tipe stamping, yaitu mekanisme menekan dengan tuas sehingga seolah bahan baku briket
"terinjak" dan membentuk briket yang padat. Tipe ini memungkinkan briket dibuat dalam
berbagai bentuk dan ukuran.
Fasilitas pembuatan briket harus memiliki berbagai langkah dalam pembuatan bahan baku
hingga selesai menjadi briket. Perlakuan awal yang biasanya diberikan dalam pembuatan briket
adalah debarking (penghilangan kulit kayu, bark), pengecilan ukuran partikel, pengeringan, dan
pengayakan. Kadar air harus rendah untuk mendapatkan nilai kalori tertinggi, namun
pengeringan lebih lanjut umumnya menjadi tidak efisien. Kadar air antara 12-15% diperkirakan
angka yang ideal, tergantung bahan baku yang digunakan.[5]
Pemanfaatan bahan bakar padat seperti briket batu bara umumnya tidak disarankan untuk
digunakan di rumah tangga karena asapnya yang pekat. Diperlukan tungku khusus yang
mengatasi masalah tersebut.[6]
Briket memiliki harga yang murah dibandingkan bahan bakar jenis lainnya sehingga
penggunaannya dalam dunia industri dapat memberikan penghematan biaya. Di daerah Ketahun,
Bengkulu Utara, briket telah digunakan sebagai pengganti kayu bakar yang harganya semakin
naik. Penggunaan briket diketahui memberikan manfaat dari sisi pengeluaran usaha
Galeri
Briket jerami
Ogatan (), briket arang Jepang yang terbuat dari serbuk gergaji