PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi sebagian besar masyarakat pedesaan, tanaman meniran sudah cukup
dikenal sebagai salah satu tanaman liar yang berkhasiat mengobati. Sepintas bagi
yang tidak mengetahui tanaman itu mungkin hanyalah tanaman liar yang tidak
bermanfaat. Padahal, disitulah terdapat banyak rahasia yang dimanfaatkan oleh
leluhur kita pada masa lalu dan hanya sebagian orang pada masa kini yang
mengetahuinya.
Tanaman liar beraneka ragamnya, seperti tempuyung, sembung, babadotan,
dan sebagainya. Uniknya, tanaman ini ternyata berkhasiat menyembuhkan
penyakit yang diderita manusia. Selain tanaman liar di atas, mungkin ditemukan
pula jenis jenis tanaman liar yang mirip pohon asem kecil bonsai. Tingginya
tidak lebih dari dua jengkal tangandan sering terdapat di antara rerumputan.
Tanaman ini adalah meniran, salah satu jenis tanaman obat yang juga berkhasiat.
Pada saat banyak penyakit sulit disembuhkan dengan obat modern dan
memerlukan biaya tinggi, pengobatan dengan bahan-bahan alami bisa menjadi
alternatif penyembuhan yang tidak kalah manjur. Apalagi saat ini banyak tanaman
obat tradisional sudah diuji secara klinik untuk mengetahui komposisi,
kandungan, dan efek farmakologinya.
Menurut banyak literatur dan jurnal, lebih dari 1.000 jenis tanaman obat di
Indonesia, termasuk meniran, sudah diteliti. Kekayaan tanaman obat yang berasal
dari berbagai tipe ekosistem hutan sudah diidentifikasi dan diinventarisasi
sebanyak 1.845 jenis. Hal ini sangat membantu pengadaan bahan baku obat
tradisional di negeri ini. Seperti diketahui, 90% bahan baku obat-obatan modern
berasal dari luar negeri.
Meniran, yang akan dijelaskan dalam makalah ini merupakan tanaman liar
berkhasiat menyembuhkan banyak penyakit pada manusia. Berbagai pakar
mensinyalir bahwa mengonsumsi meniran dapat meningkatkan kekebalan tubuh
untuk melawan berbagai penyakit, baik penyakit ringan maupun penyakit berat
dan akut.
Beberapa jenis penyakit yang terbilang baru di dunia kedokteran yang
menggemparkan dunia, seperti kanker dan SARS, diketahui dapat dilawan dengan
mengonsumsi tanaman meniran, baik daun, batang, maupun akarnya. Sementara
beberapa jenis penyakit bera, seperti hepatitis dan demam berdarah, juga dapat
ditanggulangi dengan ramuan yang salah satunya menggunakan meniran.
Mengingat khasiatnya begitu banyak, perlu upaya pembudi dayaan meniran,
baik dalam skala kecil untuk keperluan di rumah sebagai tanaman obat keluarga
maupun dalam skala besar sebagai sebuah bisnis yang bersifat komersial. Untuk
itu, diperlukan pengetahuan teknis sederhana tentang tata cara budi daya meniran
dan beberapa alternatif budi dayanya. Teknik budi daya meniran yang dijelaskan
dalam makalah ini berupa budi daya di lahan atau kebun, dan di dalam pot.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui budi daya
tanaman meniran dan pemanfaatannya sebagai obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul dan Penyebaran
Meniran adalah tanaman yang sebenarnya tumbuh liar dan mudah ditemui di
pekarangan rumah, kebun, atau hutan. Meniran (Phyllantus niruri L.) merupakan
tanaman liar berkhasiat obat, bahan bakunya sebagian besar diperoleh secara
menambang (Setiawan, 2014). Meniran tumbuh subur di tempat lembab dan
berbatu, di antara rumput atau selokan. Tanaman ini merupakan salah satu dari
700 jenis genus Phyllanthus yang banyak tumbuh di Asia seperti Indonesia, Cina,
Filipina, dan India. Beberapa jenis tanaman ini sudah digunakan sejak 2.000 tahun
yang lalu untuk pengobatan tradisional Ayurveda di India. Beberapa genus
Phyllanthus yang memiliki khasiat menyembuhkan di antaranya Phyllanthus
urinaria, Phyllanthus niruri, Phyllanthus amarus.
Di daerah tertentu, meniran dikenal dengan nama lokal setempat, misalnya
child pick a back (Inggris), chamber pitter (Alabama, USA), quebra pedra
(Brazil), pitirishi/budhatri (India), hurricane weeds (Bahama), dukung anak
(Malaka), stone breaker (Amerika Selatan), zhen chu cao, ye xiao zhu (Cina),
meniran (Jawa), dan gasau madungi (Ternate).
2.2. Klasifikasi dan Karakteristik Botani
Meniran yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Phyllanthus niruri dan
Phyllanthus urinaria. Perbedaan keduanya terdapat pada warna batangnya.
Phyllanthus niruri berwarna hijau pucat, sedangkan Phyllanthus urinaria
berwarna hijau kemerahan. Keduanya memiliki daun yang kecil dan lonjong
(Sulaksana, 2004).
Dalam dunia botani, meniran hijau kemerahan mempunyai nama ilmiah
Phyllanthus urinaria Linn. Tanaman ini juga dikenal dengan nama ilmiah lainnya,
yaitu Phyllanthus alatus BI, Phyllanthus cantonensis Hornem, Phyllanthus
echinatus Wall, Phyllanthus lepidocarpus Sieb. et Zucc, dan Phyllanthus
leprocarcus Wight. Pada makalah ini akn dibahas Phyllanthus niruri. Meniran
termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Klasifikasi meniran sebagai berikut.
Kingdom
Subkingdom
Superdivisi
Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Tracheobionta
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Rosidae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Phyllanthus
: Phyllanthus niruri L.
3
BAB III
METODE KERJA
A. Budi Daya di Lahan
1. Pembibitan
2. Penyemaian
a. Penyemaian skala kecil
b. Penyemaian skala besar
3. Pengolahan lahan
4. Penanaman
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
b. Penyulaman
c. Penyiangan
d. Pemupukan
e. Pengendalian hama dan penyakit
B. Budi Daya di Pot
1. Persiapan tanam
a. Pemilihan bibit
b. Persiapan pot
c. Persiapan media tanam
2. Penanaman
3. Pemeliharaan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Budi Daya di Lahan
Budi daya meniran bisa dimulai dengan cara alami karena belum ada
perusahaan yang menjual bibitnya. Tahap pembudidayaan meniran di lahan
sebagai berikut.
1. Pembibitan
Bibit meniran berasal dari biji yang sudah tua. Biji diperoleh dari tanaman
dewasa. Kumpulkan tanaman dewasa sebanyak mungkin, kemudian tanam pada
lahan yang telah disiapkan. Tanaman dewasa secara alami akan menghasilkan
buah yang berbiji. Biji tersebut dihasilkan dari perkawinan dengan tanaman
meniran lain di sekelilingnya. Biji sebagai bibit diambil dari buah matang yang
berasal dari pohon meniran induk unggul. Ciri-ciri pohon induk unggul adalah
batang serta percabangan tegap dan kokoh, sudah beberapa kali berbuah, jumlah
buah banyak, rajin berbuah, serta sedikit terserang hama dan penyakit.
menjaga keseragaman umur tanaman dan panen serta untuk menjaga keserasian
tanaman. Bila ada tanaman muda yang terganggu pertumbuhannya, secepatnya
tanaman tersebut diganti dengan meniran muda dari lokasi pembibitan.
c. Penyiangan
Setelah umur satu bulan, biasanya lahan sudah mulai dipenuhi rerumputan.
Secepatnya perlu dilakukan penyiangan supaya tidak terjadi persaingan
memperebutkan makanan dan unsur hara dari dalam tanah antara meniran dan
rerumputan. Penyiangan bisa dilakukan dengan alat sederhana berupa kored
(cangkul kecil) atau bisa juga menggunakan tangan untuk tanah yang gembur.
Dua bulan setelah penanaman, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan
dengan cangkul atau garpu. Hal ini perlu dilakukan untuk membuat struktur tanah
menjadi gembur sehingga akar dapat berkembang dengan baik.
d. Pemupukan
Pemupukan perlu diberikan agar tanaman tumbuh sehat dan kuat sehingga
dapat memberikan hasil yang optimal. Untuk tujuan budi daya organik, pupuk
organik yang diberikan berupa pupuk kandang atau kompos. Dosisnya sebanyak
0,30,5 kg per tanaman. Untuk tanaman meniran yang akan dipanen daunnya,
pupuk kandang yang paling tepat diberikan adalah pupuk kandang ayam karena
mengandung nitrogen tinggi. Bila tanaman yang akan dipanen buahnya atau
rimpangnya maka yang paling cocok adalah pupuk kandang kambing atau sapi
karena kandungan nitrogen dan kaliumnya tinggi.
Tahap pemupukan dilakukan dengan membuat garitan pada jarak 5 cm dari
tanaman searah dengan bedengan. Kedalaman garitan kurang lebih 5 cm dan lebar
15 cm. Taburkan pupuk kandang ke dalam garitan dan tutup kembali dengan
tanah. Siram tanaman dan garitan dengan air secukupnya secepat mungkin.
e. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan membuang hama atau
menyemprotkan insektisida nabati, berupa daun mimba atau tembakau.
4.2. Budi Daya di Pot
Tanaman obat dalam pot semakin di gemari masyarakat perkotaan karena
cara ini dapat di jadikan alternative penanaman pada halaman sempit. Selain itu,
penampilan tanaman meniran segar, daunnya khas, dan daun berwarna hijau mirip
pohon asem bonsai, semakin menawan di pandang mata.
Semua tanaman sangat bergantung pada lingkungannya untuk dapat tumbuh
dengan baik. Namun demikian, lingkungan yang dikehendaki setiap tanaman
berbeda satu sama lain. Faktor factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
antara lain iklim, tanah atau media, air, ketersediaan unsur hara.Faktor lingkungan
10
selain iklim dapat di atur agar sesuai dengan yang di kehendaki tanaman. Sebagai
contoh, tanah atau media yang terlalu banyak lempungnya dapat di gemburkan
dengan pemberian pasir dan pupuk lain.
Faktor factor pembentuk iklim antara lain tinggi tempat, kelembapan, sinar
matahari dan temperatur. Keempat factor tersebut sukar diubah, terlebih lagi bila
tanaman berada di dalam greenhouse yang mutakhir. Di dalam greenhouse
tersebut, biasanya dilengkapi dengan alat pengatur temperatur dan kelembapan.
Sinar matahari yang masuk ke dalam greenhouse pun disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman. Semua factor lingkungan di atas akan mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman meniran dalam pot.
Secara umum, ruang pertumbuhan tanaman meniran dalam pot terbatas
sehingga akar tidak bisa tumbuh dengan leluasa. Pertumbuhan yang terhambat ini
menyebabkan fase vegetative tanaman menjadi singkat karena pertumbuhan akar,
batang, dan daun cepat mencapai maksimum. Hal ini mengakibatkan fase
reproduktif segera terjadi. Akibatnya, bunga pun mulai bermunculan. Namun
demikian, kebutuhan tanaman meniran dalam pot sangat bergantung pada
manusia, baik air maupun unsur hara lainnya. Hal ini dikarenakan jangkauan akar
sangat terbatas dan unsure hara dalam media tanamnya semakin berkurang.
1. Persiapan Tanaman
Sebelum melakukan penanaman, perlu di siapkan segala sesuatunya seperti
bibit, pot, dan media supaya berproses dengan baik. Persiapan yang matang sangat
berpengaruh pada pada pertumbuhan tanaman. Dengan memilih bibit yang baik
serta menanamnya di media yang gembur dan banyak bahan organik, tanaman
akan tumbuh dengan baik dan rimbun.
a. Pemilihan bibit
Hal yang harus di pertimbangkan dalam pemilihan bibit adalah asal bibit yang
baik. Bibit meniran yang baik, seperti yang telah dituturkan di atas, berasal dari
tanaman induk yang segar dan sehat. Penampilan batang dan daun harus
diperhatikan. Tanaman yang sehat dicirikan dengan warna hijau cerah, segar,
lebat, dan mulus. Penampilan tanaman dengan daun layu, berwarna pudar, dan
cacat atau tidak utuh menandakan tanaman tersebut tidak sehat. Hal ini
disebabkan tanaman baru saja dipindahkan dari lahan atau terkena serangan hama
dan penyakit. Sebaiknya, tanaman seperti ini tidak dipilih sebagai bibit.
b. Persiapan pot
Pot dipilih yang berukuran sesuai karena di dalam pot meniran dapat tumbuh
dengan tinggi kurang lebih 50 cm. Hal ini didasarkan pertimbangan supaya
tanaman meniran kelihatan indah dan memiliki sisi proporsional yang baik. Selain
11
itu ,dapat pula menambah ruang pergerakan akar tanaman itu sendiri. Hal yang
harus diperhatikan adalah pot tersebut cukup ringan, tidak mudah pecah,
berbentuk normal, dan serasi dengan tanaman nya. Sebaiknya jangan memilih pot
dengan bibir melebar kesamping atau menyempit dibagian tengah, tetapi pilihlah
pot yang serasi dengan sosok tanaman yang akan digunakan.
12
Gambar 7. Penanaman meniran dalam pot. Tanah di bagian atas pot dipadatkan
dengan jari-jari tangan.
3. Pemeliharaan
13
14
1. Hama Rayap
Gejala serangan hama rayap diawali dengan daun layu dan kering, kemudian
daun rontok dan tanaman mati. Setelah bibit yang terserang hama rayap dicabut
ternyata rayap tersebut menyerang akar dengan cara menggigit bagian ujung akar,
sehingga kulitnya terkelupas. Dengan terkelupasnya kulitpada ujung akar, maka
15
saluran makanan dari akar ke bagian atas terhenti. Dan selanjutnya bibit
kekurangan air yang mengakibatkan daun layu dan bibit mati (Ngatiman, 2004).
Salah satu cara untuk menekan serangan rayap supaya tidak semakin
meningkat, maka dilakukan pengendalian (pencegahan) dengan cara menaburkan
insektisida berbahan aktif karbofuran (Furadan 3G). Penaburan insektisida
dilakukan pada polybag/tempat bibit. Dengan penaburan insektisida tersebut
cukup efektif, karena tidak ada penambahan bibit yang mati (Ngatiman, 2004).
2. Hama Uret
Gejala serangan hama uret, pada awalnya menunjukkan gejala daun layu dan
menguning layu kering seperti kekurangan air. Pada serangan lanjut tanaman akan
mati dan mudah roboh atau sangan mudah dicabut. Serangan pada tanaman muda
dapat menyebabkan kematian tanaman, sehingga perlu penanaman ulang
(penyulaman). Sedangkan serangan pada tanaman dewasa mengakibatkan
terjadinya penurunan hasil atau bahkan gagal panen.
Pengendalian yaitu dengan aplikasi serbuk biji mimba yang digunakan sebagai
pestisida nabati, produk olahan dari tanaman mimba juga dapat berfungsi sebagai
pupuk.
Sumber:(lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=623:pengendalian-hama-uret-lepidiota-stigma-pada-tanamantebu&catid=4:info-aktual<emid=5)
3. Ulat Tanah
Gejala serangan hama ulat tanah ditandai dengan terpotongnya batang
tanaman, terutama tanaman muda di persemaian. Tanaman yang baru saja pindah
tanam terpotong hingga putus dan menyisakan pangkal batangnya saja.
Pengendalian hama ulat tanah dengan beberapa cara yaitu secara teknis
dengan penggenangan lahan selama sehari penuh yang bertujuan untuk
membunuh hama ulat tanah maupun pupa yang masih bersembunyi di dalam
tanah, mekanis dengan cara memusnahkan seluruh tanaman yang terserang
dengan mencabut sampai ke bagian akarnya sehingga telur-telur yang masih
menempel segera dimusnahkan, maupun secara kimiawi yaitu dengan penggunaan
pestisida berbahan aktif karbofuran ke dalam lubang tanam.
4.4. Pengembangbiakan Tanaman Meniran
Generatif, yaitu menghasilkan biji. Biji diperoleh dari tanaman dewasa.
Tanaman dewasa secara alami akan menghasilkan buah yang berbiji. Biji tersebut
dihasilkan dari perkawinan dengan tanaman meniran lain di sekelilingnya.
16
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu telah digunakan secara turun
temurun sejak beberapa tahun yang lalu. Hal iini sudah membuktikan keamanan
dan manfaat langsung untuk tujuan kesehatan.
Gambar 13. Meniran dalam bentuk segar. Siap diolah menjadi produk olahan
Gambar 14. Air rebusan meniran. Berkhasiat mengobati, tetapi tidak bisa
disimpan lama
Meniran sudah banyak diperdagangkan dalam bentuk kering dan siap seduh
atau siap rebus. Meniran kering dikemas dalam plastic trasparan dengan jumlah
10 tanaman perbungkusnya. Harganya berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 2.000,00
perbungkusnya. Proses pengeringan sangat sederhana, dimulai dari pengumpulan
hasil panen, penyortiran(membuang yang afkir),pencucian,dan terakhir
pengeringan selama 3-5 hari. Pengeringan bisa menggunakan tampah besar dan di
angin anginkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
b. Ekstrak Bahan Alam
Ekstrak bahan alam adalah hasil penyarian tanaman obat. Prosesnya
menggunakan peralatan yang kompleks dan berharga mahal serta didukung oleh
tenaga kerja, ilmu pengetahuan, maupun keterampilan mutakhir. SElain proses
produksi teknologi maju, jenis pengolahan ini pada umumnya telah ditunjang oleh
pembuktian ilmiah berupa hasil penelitian praklinik seperti standar kandungan
bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan
obat tradisioanal yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Ekstrak
meniran merupakan bahan awal bagi fitofarmaka.
c. Fitofarmaka
Jenis olahan ini merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang
dapat di sejajarkan dengan bahan modern. Hal ini disebabkan proses
18
pembuatannya sudah berstandar dan di tunjang oleh buki ilmiah berupa ekstrak
bahan alam atau fitofarmaka. Sementara industry jamu lebih condong
memproduksi bentuk jamu yang lebih sederhana, meskipun akhir akhir ini cukup
banyak industry besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern
(tablet,kapsul,sirup, dan lain lain).
Perlakuan pasca panen memegang peranan penting bila di tilik dari aspek
komersial karena akan memperpanjang daya simpan dan terbebas dari
pencemaran. Hasil panen yang sudah tercemar dan sebagai bahan baku obat
tradisional atau untuk di konsumsi bisa menimbulkan gangguan kesehatan
manusia.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran tersebut, perlu
dilakukan usaha penanganan panen dan pascapanen sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Keuntungan di Pot
19
Kerugian di Lahan
Kerugian di Pot
20
BAB V
KESIMPULAN
1. Syarat tumbuh tanaman meniran yaitu iklim tropis, dengan ketinggian tempat
sampai 1.000 dpl.
2. Perlakuan budi daya meniran di lahan yaitu pembibitan, penyemaian,
pengolahan lahan, penanaman, dan pemeliharaan.
3. Perlakuan budi daya meniran di pot yaitu persiapan tanam, penanaman, dan
pemeliharaan.
4. Hama dan penyakit tanaman meniran yaitu hama rayap, uret, atau ulat tanah
lainnya. Pencegahan dengan pemberian insektisida nabati.
5. Pengembangbiakan tanaman meniran secara generatif, yaitu perkawinan
dengan tanaman lain menghasilkan biji.
6. Panen pada umur yang cukup baik yang dimanfaatkan sebagai obat ketika
tanaman berumur kurang lebih 3,5 bulan dengan tinggi tanaman 40-50 cm dari
tanah. Penanganan pasca panen bisa berbentuk segar yaitu langsung
dikonsumsi atau olahan berbentuk jamu, ekstrak bahan alam, dan fitofarmaka.
21
Daftar Pustaka
http://budidayasda.blogspot.co.id/2014/03/keuntungan-budidaya-tanaman-dalampot.html
lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=623:pengendalian-hama-uret-lepidiota-stigma-pada-tanamantebu&catid=4:info-aktual<emid=5
Ngatiman. 2004. Serangan Hama dan Penyakit pada Bibit Meranti (Shorea
Leprosula Miq.) Di Persemaian. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Sulaksana, J. dan Jayusman, D.I. 2004. Meniran, Budi Daya dan Pemanfaatan
untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya
Setiawan dan Rahardjo, M. 2014. Respon Pemupukan Terhadap Pertumbuhan,
Produksi Dan Mutu Herba Meniran (Phyllantus Niruri). Bogor
22