NOVEMBER Khusus - TAHAPAN KPS - INDONESIA - L PDF
NOVEMBER Khusus - TAHAPAN KPS - INDONESIA - L PDF
Prosedur KPS
SUSUNAN REDAKSI
Edisi khusus majalah Sustaining PARTNERSHIP kali ini membahas mengenai proses dan
prosedur pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Swasta secara garis besar. Topik tentang
proses dan prosedur KPS ini sangat penting untuk disajikan dalam majalah ini mengingat
KPS adalah sebuah proses panjang yang cukup rumit namun bila dilaksanakan sesuai
ketentuan, akan memberikan jaminan keamanan dan kejelasan bagi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.
PENASEHAT / PELINDUNG
Deputi Bidang Sarana & Prasarana,
Bappenas
Oleh karena itu, edukasi mengenai proses dan prosedur KPS ini sangat penting disampaikan
dalam berbagai kesempatan. Sehingga akan makin banyak penentu dan pengambil kebijakan
di Kementerian dan Lembaga Pemerintah, institusi pemerintah di daerah, badan usaha
milik negara, pihak swasta, investor, yang menjadi lebih paham tentang apa dan bagaimana
KPS.
Sebagai sebuah metode dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, KPS sebenarnya
sudah cukup lama dikenal, yaitu sekitar tahun 1990-an. Namun selama ini KPS lebih
dipahami sebagai sebuah wacana saja karena hingga sekitar lima tahun belakangan, belum
ad a co nto h ke ber h as il an pr oy ek y a ng d il ak sa na ka n d enga n s ke m a KP S .
Belakangan, sudah mulai cukup banyak proyek yang dilaksanakan dengan proses KPS
yang sudah mencapai tahap siap ditawarkan kepada investor, dan bahkan sudah mencapai
tahap penandatanganan kontrak dengan pemenang tender.
Contoh yang paling mutakhir adalah penandatanganan dokumen pelaksanaan dan
penjaminan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa Tengah 21.000 MW
pada awal Oktober 2011. PLTU Jawa Tengah ini merupakan proyek terbesar yang
direalisasikan dengan pola KPS dengan nilai investasi sekitar Rp 30 triliun.
PENANGGUNG JAWAB
Direktur Pengembangan Kerjasama
Pemerintah & Swasta Bappenas
PEMIMPIN REDAKSI
Jusuf Arbi
DEWAN REDAKSI
Delthy Sugriady Simatupang,
Gunsairi,
Rachmat Mardiana,
Novie Andriani,
Mohammad Taufiq Rinaldi,
Ade Hendraputra
REDAKTUR PELAKSANA
B. Guntarto
REPORTER/RISET
Sandra Kaunang,
Agus Supriyadi Hidayat
Proyek PLTU Jawa Tengah juga merupakan proyek KPS pertama yang dilaksanakan
berdasarkan Perpres No. 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur. Sehingga dengan keberhasilan tersebut, diharapkan
dapat mendorong kepercayaan pihak swasta untuk mau berinvestasi dalam bidang
infrastruktur di Indonesia dengan pola KPS.
FOTOGRAFER
Arief Bakri
Mudah-mudahan apa yang disajikan dalam edisi kali ini cukup memberikan tambahan
wawasan dan pemaham an mengenai proses dan prosedur KP S di Indonesia.
ALAMAT REDAKSI
Selamat membaca.
Redaksi
DESAIN GRAFIS
Indrie Soeharyo
DAFTAR ISI
4
7
11
PRA-STUDI KELAYAKAN
14
17
UNSOLICITED PROJECT
MANAJEMEN PELAKSANAAN
PERJANJIAN KERJASAMA
20
23
26
Selisih
EDUKASI KPS
Sebelum melangkah lebih jauh dalam menyiapkan pra-studi kelayakan atau studi
kelayakan proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), sangat penting untuk
dipastikan dalam kajian hukum dan kelembagaan apakah proyek tersebut telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada ataukah secara
kelembagaan memang penyusun pra-studi kelayakan atau studi kelayakan tersebut
tepat menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
Mengapa demikian? Biaya yang dikeluarkan oleh PJPK dalam menyusun pra-studi kelayakan atau studi kelayakan
akan sia-sia apabila secara hukum dan kelembagaan ternyata proyek tersebut bukan merupakan bagian dari kewenangannya.
Kajian hukum dan kelembagaan merupakan salah satu poin penting dalam proses penyiapan proyek KPS, oleh karena
itu sebelum menyiapkan suatu proyek dengan skema KPS, PJPK harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu
peraturan-peraturan yang terkait dalam KPS.
Regulasi yang terkait dengan proyek KPS khususnya dalam penyediaan infrastruktur telah berkembang sejak masa
pemerintahan Orde Baru. Dalam masa tersebut Pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi sektoral yang
didalamnya terdapat pengaturan berkaitan dengan KPS, contohnya UU No. 15/1965 tentang Ketenagalistrikan, UU
No. 13 /1987, PP No. 8/1990 tentang Jalan Tol, dan PP No. 10/1987 tentang Ketenagalistrikan. Pada masa Orde
Baru hanya beberapa jenis infrastruktur saja yang dikerjasamakan dengan Badan Usaha Swasta, misalkan jalan tol dan
ketenagalistrikan.
Edisi Khusus Tahapan KPS 2011 - SUSTAINING PARTNERSHIP
EDUKASI KPS
KETENTUAN
Perpres 56/2011
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 dan
Peraturan Presiden Nomor 56 tahun 2011
Perpres 12/2011
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur
(KKPPI) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2011.
Perpres 78/2010
Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama
Pemerintah Dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Penjaminan Infrastruktur.
PMK 260/2010
Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Permenko 01/2006
Permenko 04/2006
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 04/M.Ekon/06/2006 tentang Tata Cara
Evaluasi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang membutuhkan
Dukungan Pemerintah.
Perpres 36/2006 jo
Perpres 65/2006
Permenko 03/2006
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 03/M.Ekon/06/2006 tentang Prosedur dan
Kriteria Penyusunan Daftar Prioritas Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
PeraturanTerkaitNon-KPS
KeretaApi(UU 23/2007)
- PP No. 56 tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
PP 6/2006
Pengelolaan BMN/D
Pelabuhan
- UU 17/2008 Tentang Pelayaran
- PP No. 61 tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
PP 50/2007
Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah
UU 17/2003
Tentang Keuangan Negara
Bandara
- UU 1/2009 Tentang Penerbangan
PP 1/2008
Tentang Investasi Pemerintah
UU 25/2007
Tentang Penanaman Modal
Jalan Tol
- PP 15/2005
- PP No. 44 tahun 2009 tentang perubahan
PP No. 15 tahun 2005
PP 38/2007
Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Air Minum:
- PP 16/2005
OGM sektor:
Permenhub 83/2010
PermenPU 12/2010
PermenPU 13/2010
6/2006, sehingga pemanfaatan tanah tersebut harus
m e ng i k u ti k e te n t u a n d a l a m P P N o . 6 / 2 0 0 6 .
Selain hal tersebut terdapat kontradiksi antara PP No.
6/2006 dengan Perpres KPS dalam ketentuan jumlah peserta
lelang (dalam PP No 6/2006 jumlah peserta lelang minimal
5 peserta) dan ketentuan harus adanya kontribusi tetap
kepada Negara. Sedangkan dalam Perpres KPS mengatur
bahwa peserta pelelangan minimal 3 peserta dan tidak
diatur mengenai ketentuan harus adanya kontribusi tetap
kepada Negara.
Berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
lain yaitu PP No. 50/2007 tentang Tatacara Kerjasama
Daerah terdapat pula benturan dengan Perpres KPS. Sebagai
subyek kerjasama, PP No. 50/2007 mengatur bahwa para
pihak yang menjadi subyek kerjasama dalam kerjasama
daerah meliputi Gubernur, Bupati/Walikota dan Pihak
Ketiga. Hal ini sedikit berbeda dengan Perpres KPS dimana
BUMN juga dapat sebagai subyek Perjanjian Kerjasama
baik menjadi pihak PJPK ataupun menjadi pihak Badan
Usaha.
EDUKASI KPS
10
Dalam rangka pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), pemerintah perlu
memastikan bahwa pihak swasta yang akan menjadi mitra dari pemerintah harus mengetahui
keadaan proyek yang akan diinvestasikan oleh mereka dengan baik agar mereka dapat membuat
perhitungan dengan tepat untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. Untuk itu,
pemerintah perlu untuk menyiapkan proyek KPS tersebut secara memadai baik pada tahap
perencanaan, tahap penyusunan pra-studi kelayakan, tahap transaksi, dan tahap manajemen
pelaksanaan perjanjian kerjasama.
Salah satu arah kebijakan dalam penyediaan infrastruktur melalui
skema KPS adalah mempersiapkan proyek KPS secara matang
sehingga dapat menekan biaya transaksi yang tidak perlu. Strategi
yang akan ditempuh dalam implementasi arah kebijakan tersebut
adalah mempersiapkan proyek KPS yang akan ditawarkan secara
matang, melalui proses perencanaan yang transparan dan akuntabel.
Tahap perencanaan merupakan tahap pertama dalam pelaksanaan
proyek kerjasama yang meliputi kegiatan identifikasi dan pemilihan
proyek serta penetapan prioritas proyek.
Berdasarkan Perpres KPS, kerjasama antara pemerintah dan swasta
dapat dilakukan pada jenis infrastruktur sebagai berikut:
in fr as tr uk tur tr ans po r ta si, m e lip uti pe la y ana n jas a
kebandarudaraan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa
k epe la buh a n, s ar a na d an p r as ar ana pe rk ere ta ap ian;
infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
11
EDUKASI KPS
12
Tidak
Tidak
Potensi KPS
Pedoman
Penilaian
Kriteria Multi
Kriteria
Pembobotan
Kriteria
Matriks Multi
Kriteria
Daftar
Prioritas
13
Rendahnya minat para investor terhadap proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai proyek baik dari sisi detail teknis
maupun informasi keuangan serta analisis terhadap berbagai macam resiko dan jaminan
pemerintah untuk pengelolaan resiko tersebut.
Hal y ang pal ing penting untu k d il akukan dal am
pengembangan KPS adalah menyiapkan proyek infrastruktur
yang bisa dikerjasamakan dengan swasta berdasarkan kaidahkaidah yang berlaku secara internasional sehingga informasi
mengenai proyek tersebut dapat memiliki kredibilitas yang
tinggi di mata investor. Penyiapan dokumen proyek yang
matang dan memadai, khususnya untuk proyek yang mampu
memberikan pemulihan biaya (cost recovery) dan dapat
dibiayai oleh bank (bankable) sehingga dapat menarik investor
swasta untuk berinvestasi.
Peraturan mengenai prosedur pelaksanaan kerjasama
pem erinta h d an swasta d i Indones ia me wa jibka n
dilakukannya penyiapan kelayakan atau prastudi kelayakan
untuk proyek Infrastruktur yang dikerjasamakan dengan
swasta sebelum mengikuti proses tender.
Mengapa penyiapan kelayakan proyek perlu dilakukan?
Dalam hal ini pemerintah perlu diyakinkan bahwa proyek
telah layak secara teknis, ekonomis maupun finansial, dan
tidak memiliki risiko ataupun dampak negatif sosial dan
lingkungan yang besar.
Kebutuhan atas dukungan fiskal dari pemerintah dalam
bentuk apapun berikut pilihannya harus diketahui dan
dianalisis. Pemerintah juga perlu memiliki informasi
14
1. Kajian Hukum
Kajian hukum dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
kewenangan, kelembagaan, peran dan tanggung jawab PJPK
beserta perijinan yang diperlukan. Selain itu, kajian ini
dilakukan untuk memastikan bahwa proyek kerjasama
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku termasuk di dalamnya menentukan risiko hukum
dan strategi mitigasinya serta kemungkinan perlunya
penyempurnaan/penerbitan peraturan perundang-undangan.
2. Kajian Teknis
Kajian teknis dalam prastudi kelayakan proyek kerjasama
mencakup:
Kajian Hukum
- Analisis
Kelembagaan
- Analisis
Peraturan
Perundanganundangan
Kajian Teknis
- Analisis Teknis
- Penyiapan Tapak
- Rancang
Bangun Awal
- Spesifikasi
Keluaran
Kajian Kelayakan
(Ekonomi dan
Keuangan)
- Analisis Biaya
Manfaat Sosial
- Analisis Pasar
- Analisis
Keuangan
- Analisis Risiko
Kajian Dukungan
dan Jaminan
Pemerintah
- Dukungan
Pemerintah
- Jaminan
Pemerintah
Kajian Bentuk
Kerjasama dalam
Penyediaan
Infrastruktur
- Bentuk
Kerjasama
- Pembagian
Risiko
15
EDUKASI KPS
16
17
EDUKASI KPS
Pemrosesan, Penilaian,
Strukturisasi dan Klaim
Penjaminan
Proyek 3
Sumber: Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia: Buku Panduan Penyediaan Penjaminan Infrastruktur. PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
18
KEWAJIBAN PEMERINTAH
UNTUK MEMBAYAR KEMBALI
Setelah PII memenuhi kewajiban membayar atas klaim Badan
Usaha yang memenuhi syarat, PJPK akan berkewajiban membayar
kembali pengeluaran PT PII sesuai dengan Perjanjian Regres. Jika
PJPK adalah menteri/kepala lembaga, maka mekanisme akan
mengikuti mekanisme APBN. Jika PJPK adalah kepala daerah,
maka regres akan mengikuti mekanisme APBD. Sedangkan jika
PJPK adalah pimpinan BUMN/BUMD, maka mekanisme regres
akan mengikuti mekanisme korporasi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
MOF
RMU
Equity / Guarantee / Backstop
Proposal for Guarantee
Recourse Agreement
PPP Agreement
Multilateral
Development Agency
Contracting Agency
Investor
Co-Guarantee Agreement
19
20
PERENCANAAN PENGADAAN
BADAN USAHA
Dalam Tahap Perencanaan Pengadaan Badan Usaha, PJPK
membentuk Panitia Pengadaan yang memahami, mengerti, dan
menguasai hal-hal seperti tata cara pengadaan, ruang lingkup
Proyek Kerjasama, hukum perjanjian dan ketentuan infrastruktur
sektor yang bersangkutan, aspek teknis serta aspek keuangan.
Panitia tersebut kemudian menyusun jadwal pengadaan dan
konsep pengumuman pengadaan. Dalam tahap ini pula PJPK
melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding). Kegiatan
Penjajakan Minat ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
masukan dan mengetahui minat para calon investor terhadap
proyek kerjasama yang ditawarkan. Hal ini penting bagi PJPK
untuk mengemas proyek yang akan ditawarkan agar menarik bagi
investor untuk berinvestasi. Dalam tahap ini Panitia Pengadaan
meny usu n Ha rga Per kira an Send ir i (HP S), Dokum en
Prakualifikasi, dan Dokumen Pengadaan.
21
EDUKASI KPS
m. p e ng g u na a n d a n k ep e m i l i k a n a s e t i n fr a s tr u k tu r ;
Perjanjian Kerjasama
Salah satu bagian dari isi dokumen pengadaan adalah draft
perjanjian kerjasama. Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No.
67/2005 Jo. Perpres No. 13/2010 Jo. Perpres No. 56/2011 tentang
kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur, Perjanjian Kerjasama paling kurang memuat
ketentuan mengenai:
a. lingkup pekerjaan;
b. jangka waktu;
c. jaminan pelaksanaan;
d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;
e. hak dan kewajiban, termasuk alokasi risiko;
f. standar kinerja pelayanan;
g. pengalihan saham sebelum Proyek Kerjasama beroperasi secara
komersial;
h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan
perjanjian;
i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;
LULUS < 3
PQ UL < 3
PENGUMUMAN
PQ
LULUS > 3
22
PENAWARAN
PENETAPAN
PEMENANG
LELANG
EDUKASI KPS -
UNSOLICITED PROJECT
Dalam prakt ek s kem a Kerja sa ma Pemer i nta h da n Sw asta ( KPS) ti dak sem ua
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah memiliki kemampuan sumber dana untuk
membiayai penyiapan proyek karena terbatasnya APBN/APBD. Oleh karena itu tidak semua
kebutuhan infrastruktur dapat dianggarkan dan realisasikan. Disamping itu Badan Usaha
Swasta dengan kemampuan finansial dan manajemen yang lebih baik dapat membaca peluang
untuk berinvestasi.
Dari kelebihan tersebut Badan Usaha Swasta membutuhkan suatu
mekanisme yang dapat mengakomodir peluang tersebut. Dalam
Skema KPS sesuai dengan Perpres No. 67/2005 Jo. Perpres No.
13/2010 Jo. Perpres No. 56/2011 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (Perpres
KPS), dimungkinkan adanya Proyek KPS dengan Prakarsa Badan
Usaha Swasta Proyek KPS. Skema ini disebut dengan Unsolicited
Project.
Berbeda dengan skema Solicited, pada skema Unsolicited prakarsa
penyiapan proyek KPS berasal dari Pihak Badan Usaha dan Badan
Hukum Asing. Badan Usaha dan Badan Hukum Asing dapat
mengajukan prakarsa Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan kriteria
sebagai berikut:
a.
Studi kelayakan;
b.
c.
d.
23
EDUKASI KPS
2
Badan Usaha /
Badan Hukum Asing
Pengadaan
Badan Usaha
24
3
Persetujuan oleh PJPK kepada
Badan Usaha/Badan Hukum
Asing untuk melanjutkan FS
4
Evaluasi oleh PJPK
Kriteria
1. Tidak termasuk dalam rencana induk pada sektor yang
bersangkutan;
2. Terintegrasikan secara teknis dengan rencana induk
pada sektor yang bersangkutan;
3. Layak secara ekonomi dan finansial
4. Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah yang berupa
kontribusi fiskal dalam bentuk finansial
25
UNIT PENGATUR
Pengaturan atau regulasi dimaksudkan untuk menjaga agar para
pihak yang melakukan perjanjian kerjasama memenuhi ketentuan
yang telah disepakati bersama sesuai dengan hak dan kesepakatan
masing-masing.
Tujuan dari pengaturan/regulasi antara lain sebagai wasit yang
menengahi perselisihan atau beda pendapat yang mungkin timbul
selama masa kontrak kerjasama dan memberikan saran dan solusi
masalah KPS serta sebagai pusat pengaduan seluruh stake holder
(eksekutif, operator, investor, pelanggan).
Strategi pengaturan yang sebaiknya diterapkan meliputi merumuskan
hal-hal yang perlu diatur, antisipasi terhadap persoalan yang
mungkin timbul, adil dan transparan serta independen. Selain itu,
penga tu ran jangan ter lepas dar i dok umen kerjasa ma.
Untuk melaksanakan pengaturan, harus dibentuk Unit Pengaturan.
Ketentuan pembentukan dan pengorganisasian Unit Pengatur
harus dibentuk berdasarkan peraturan dan bersifat permanen
sampai dengan berakhirnya masa berlaku perjanjian. Unit ini
beranggotakan unsur pemerintah, investor dan masyarakat
(disesuaikan kebutuhan). Selain itu, unit pengatur juga merupakan
unit yang independen.
Adapun tugas dan fungsi dari Unit Pengatur adalah untuk
mengawasi segala ketentuan dari pasal-pasal dalam perjanjian
kerjasama serta mengklasifikasi ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian kerjasama. Unit ini juga bertugas untuk mengingatkan
dan menegur pihak-pihak dimaksud tentang tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing.
Selanjutnya, unit pengatur bertugas juga untuk memeriksa secara
rutin pemenuhan standar kinerja. Tugas lainnya adalah membuat
26
UNIT MONITORING
Sistem m onitoring merupakan car a dan metode untuk
mendokumentasikan dengan baik, jelas dan tepat semua kegiatan
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama. Tujuannya adalah agar ketentuanketentuan dalam perjanjian kerjasama dapat dilaksanakan sesuai
kesepakatan, sehingga tidak terjadi permasalahan dan perselisihan
atau paling tidak dapat mengurangi timbulnya hal tersebut.
Dalam rangka mendorong pelaksanaan monitoring tersebut maka
h ar us d ibentu k Unit Mon itor ing . Pem b entu ka n d an
pengorganisasian Unit Monitoring harus berdasarkan surat
keputusan Penanggungjawab Proyek Kerjasama. Unit Pengatur
ini bersifat permanen sampai berakhirnya masa berlaku perjanjian.
Subordinasi fungsi Unit Monitoring bisa dilakukan pada suatu
institusi struktural yang sudah ada dengan membentuk unit
khusus. Unit Monitoring dipimpin oleh seorang Ketua yang
merangkap anggota.
Fungsi dan tugas unit ini adalah memonitor pemenuhan hak dan
kewajiban dari para pihak di dalam perjanjian kerjasama. Selajutnya
memonitor kinerja mitra usaha, mengkaji laporan bulanan,
tahunan dan laporan khusus serta mengawasi jalannya pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Unit ini juga bertugas menyiapkan sistem dan format pelaporan,
mencatat dan mengadministrasikan semua dokumen hasil
pemantauan/pengkajian dan menyerahkannya kepada PJPK serta
27