PENDAHULUAN
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual
sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam
keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi medis ?
2. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
3. Bagaimana perbandingan terapi komplementer dengan terapi medis ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang terapi medis
2. Mengetahui tentang terapi komplementer
3. Menegtahui perbandingan terapi komplementer dan terapi medis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terapi medis
Rehabilitasi merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak
disability serta handicap agar individu lansia dapat berintegrasi dalam masyarakat.
Rehabilitasi adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatan lansia.(
British G. Society ).
Terapi medic adalah proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan fungsional dan fisikologik dan kalau perlu mengembangkan mekanisme
kompensasinya agar individu dapat mandiri.
Terapi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memulihkan
atau mengoptimalkan kemampuan seseorang setelah mengalami gangguan kesehatan yang
berakibat pada penurunan kemampuan fisik.
Reintegrasi adalah rentetan usaha untuk kembali pada kemampuan fungsional yang
pernah dimiliki. Reintegrasi terhadap kehidupan normal adalah hal yang samgat di dambakan
oleh seorang pasien. Harapan inilah yang mewakili kualitas hidup yang diinginkan . upaya
reintegrasi diartikan sebagai reorganisasi kondisi fisik, psikis, dan social serta spiritual menuju
kesatuan yang harmonis sehingga adaptasi terhadap kehidupan dapat diperoleh, setelah
mengalami sakit atau trauma.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa inti upaya mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang yang menderita sakit adalah yang melaksanakan upaya
berdasarkan konsep rehabilitasi. Konsep rehabilitasi menyatu dan berkesinambungan dengan
proses penyembuhan penyakit, termasuk berbagai reaksi dan efek samping terapi, khususnya
pada penyakit geriatric.
2.
Berperan dalam mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup pasien ( kesehatan,
kecacatan (handicap ).
B. Terapi komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga
untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah
dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun temurun pada suatu negara. Tetapi di
Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi
berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Dalam penyelenggaraannya harus sinergis dan terintregrasi dengan pelayanan pengobatan
konvensional dengan tenaga pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya
4
mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi biomedis karena di posisikan sebagai upaya
promosi kesehatan, misalnya klien dpijat secara rutin untuk mencegah munculnya stres.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil penelitian
tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia
dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang. NCCAM.
Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai kategori terapi
pikiran penghubung tubuh (mind body terapies) sementara terapi biomedis lebih banyak
mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap pengibatan atau
penanganan masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasi efek obat
antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak memperhatikan bagaimana obat
mempengaruhi alam rohani dan psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu penyembuhan yang
mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori serta keyakinana dari masyarakat atau
budaya dalam periode secara tertentu . CAM mencakup semua praktik serta ide ide yang
dimaknai sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit atau mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan .
2.
3.
4.
Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati bioelektro magnetik( energi and
biofild terapies)
Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk kondisi tertentu dan
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan ternasuk profesi perawat.
Basis filosofi yang mendasari penggunaan terapi komplementer berbeda dengan modal
biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan dan memperbaiki etiologi atau
masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan trauma maupun situasi darurat
lainya (weil, 1995). Sementara itu tujuan terapi komplementer dalam sistem keperawatan adalah
untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. Zollman dan vickers
(1999)menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk mengembalikan keseimbangan
dan memfasilitasi respon tubuh daripada menyembuhkan proses penyakit atau penghentian
gejala. Oleh karena itu, perawat memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup,
perubahan diet, olah raga, pengobatan khusus, konseling, latihan, bimbingan, pada pernafasan,
relaksasi, serta resep herbal. Konsep ini menenkan pentingnya sistem perawatan yang
menerapkan pendekatan kepedulian holistik terhadap perawatan klien yang akan meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh dominan yang dimiliki
individu.
2.
Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi yang diharapkan;
3.
4.
5.
Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer adalah peningkatan
Terapi komplementer sangat penting dalam klien dengan kondisi kesahatan fonis yang
meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik (haines, McKibbon dan Kanani, 1996).
Terapi komplementer keperawatan Nightingale menyerahkan penggunaan terapi
komplementer dalam perawatan klien. Fundamental of nursing menjelaskan beberapa
penggunaan prinsip terapi komplementer seperti pijat (massage), panas dan dingin, dan gizi.
Pada akhir 1950 an, proses keperawatan diperkenalkan dengan menggunakan 5 langkah
pendekatan pemecahan masalah untuk keperawatan yaitu pengakajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Keterampilan pengakajian sangat penting karena berkaitan
dengan langkah selanjutnya, yaitu intervensi. Perpedaan dalam menyusun intervensi dipengaruhi
oleh pengelompokan yangmeliputi tundakan dependen (dependent), kolaborasi (interdependent),
mandiri (independent).
Perawat memiliki otonomi yang luas dalam memberikan intervensi, terutama tindakan
mandiri, sebagai tindakan profesi yang ditunjang pendidikan tinggi. Kondisi ini memberikan
kesempatan kepada perawat untuk dapat memberikan praktik keperawatan komplementer.
Menurut Sydner, Bulechek, dan McCloskey (1985), beberapa intervensi keperawatan mandiri
yang termasuk terapi komplementer antara lain musik, imagery, relaksasi otot progesif, jurnaling,
reminis chance, dan pijat. Indetifikasi dan klasifikasi intervensi keperawatan oleh internasional
council of nurses poject (ICNP) dan national intervention clssification project (NIC) telah
memperluas ruang lingkup intervensi yang mencangkup seluruh kegiatan keperawatan (ICNP,
1997; McCloskey, dan bulechek. 1996). Dengan demikian berdasarkan konsep keperawatan,
istilah intervensi tidak membedakan terapi komplementer dengan tindakan keperawatan lainnya
sperti pemantauan status perawatan klien atau koordinasi. Perawat harus menggunakan terapi
komplementer yang lebih banyak untuk membantu klien mencapai hasil ksehatan yang lebih
optimal.
8
Contoh
Terapi pikiran -
tubuh
( mind body) .
Pendekatan prilaku
psikologi, sosial,
pengobatan
pengobatan
nonmedis yang
yang komplet.
Terapi berbasis
biologi (biological
based therapies).
Praktik, intervensi,
dan produknya
9
berbasis biologis
Terapi manipulatif
(manipulative and
body sistems)
Sistem yang
berdasarkan pada
kegiatan manipulasi
dan atau gerakan
anggota tubuh.
Terapi energi
(energy therapies)
Sistem pengobatan
yang menggunakan
medan energi halus
di dalam dan sekitar
tubuh
10
Program Rehabilitasi
Untuk memulai program rehabilitasi pada penderita lansia,sebagai tenaga professional
harus mengetahui kondisi lansia saat itu,baik penyakit yang menyertai maupun kemampuan
fungsional yang mampu dilakukan.salah satunya di kemukakan oleh Katz, DKK yang telah
menetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandian merawat diri
pada lansia dengan berbagai macam penyakit, misal fraktur collum femoris, infark cerebri,
arthritis, paraplegia, keganasan, dll. adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing,
Toileting, Transfering, Continence dan Feeding.
1.
Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling
ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, misalnya :
a.
b.
Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan
2.
latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yang diinginkan.
Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak
memungkinkan maka dibuat modifikasi.
11
3.
Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang ortotis-
prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang memerlukan sesuai
dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya
pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.
4.
diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabila
ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada
penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll
5.
Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama
lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk
mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal
dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang
datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll
6.
Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang
mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif, atau
konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau
berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program
lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
F. Beberapa alasan yang menjadikan terapi komplementer lebih di minati daripada terapi
medis konvensional , diantara adalah sebagai berikut :
12
13
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Optimalisasi
terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan secara
akurat serta adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan informasi
terkini.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil penelitian
tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia
dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang. NCCAM.
Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai kategori terapi
pikiran penghubung tubuh (mind body terapies) sementara terapi biomedis lebih banyak
mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap pengibatan.
Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik dan terapi komlementer
diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh manfaat dari makalah yang
kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada penulis
makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat mendukung demi
kesempurnaan makalah yang kami buat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktek
umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J akarta :
Salemba Medika
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik.
Jakarta : Salemba medika
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi
II.Jakarta : EGC
Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan
Dispepsia Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
15