Anda di halaman 1dari 11

EFEK PENAMBAHAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KADAR

LEMAK, KADAR BPTL DAN KANDUNGAN OMEGA-6


SUSU PASTEURISASI
The effect of soybean oil addition on the content of fat, solid non fat, and omega6 in pasteurized milk
1)

2)

Angela Nitia Nefasa , Anang Mohamad Legowo dan Ahmad Nimatullah


3)
Al-Baarri
1) Jurusan Teknologi Hasil Ternak; Fakultas Peternakan dan Pertanian; Program
Pascasarjana, Magister Ilmu Ternak; Universitas Diponegoro, Semarang
2) Jurusan Teknologi Pangan; Fakultas Peternakan dan Pertanian; Program
Pascasarjana, Magister Ilmu Ternak; Universitas Diponegoro, Semarang
3) Jurusan Teknologi Pangan; Fakultas Peternakan dan Pertanian; Program
Pascasarjana, Magister Ilmu Ternak; Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRACT
This research was performed to elaborate the effect of soybean oil addition at
different concentrations on the physico-chemically characteristics and the content
of omega-6 in pasteurized milk. The cows fresh milk was obtained from the ranch
of Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, and the
soybean oil was purchased from a market at Semarang city. After addition of
different concentrations of soybean oil in fresh milk, the milk samples were
pasteurized by LTLT method at 63C for 30 min. The results indicated that
addition of soybean oil resulted in the increase of omega-6 content and fat content
of pasteurized milk, but without significant effect of solid non fat content
statistically. The highest of omega-6 in pasteurized milk was obtained by addition
of 0.45% soybean oil with ratio of omega-6 and omega-3 of 3.2:1.

Keywords: Omega-6, Pasteurized milk, Soybean oil.


masyarakat
PENDAHULUAN
mulai dari usia
Susu dan produknya merupakan jenisanak-anak
pangan
bernutrisi.
Nutrisi
yanghingga dewasa.
dikandung susu sapi antara lain lemak,Oleh karenanya
masyarakat
protein, karbohidrat, vitamin dansangat
mineral. Nutrisi yang terkandung didisarankan
dalam susu sapi adalah nutrisi yanguntuk
diperlukan oleh tubuh manusia untukmengkonsumsi
tumbuh dan berkembang. Susu sapisusu agar tetap
dapat dikonsumsi oleh
sehat.
Dewasa ini,
studi pada aspek
Jurnal
TEKNOLO
GI Pangan

evolusi
menunjukkan
bahwa adanya
perubahan yang
telah
terjadi
dalam makanan
yang
dikonsumsi oleh
manusia,
khususnya pada
jenis dan jumlah
asam
lemak
esensial (EFA)

dan Hasil 2 Halaman 40~49


Pertanian
Vol. 11 No.

40

termasuk di dalamnya omega-6 dan


omega-3
(Simopoulus,
2004).
Simopoulus (2006) menyatakan
bahwa keseimbangan rasio antara
omega-6 dan omega-3 telah lama
menjadi perbincangan, dan adanya
perubahan-perubahan genetik yang
terjadi sebagai bagian dari tanggapan
terhadap pengaruh- pengaruh dari
makanan yang berhubungan dengan
kesehatan. Akhir-akhir ini telah
diketahui bahwa asam lemak esensial
omega-6 dan omega-3 memainkan
peranan penting dalam mengatasi
permasalahan mengenai penyakit
kardiovaskular antara lain jantung
koroner,
hipertensi,
diabetes,
arthritis, kanker, dan peradangan
serta autoimunitas (Candella dkk.,
2011). Menurut Mathias (2001),
penyakit terbesar pertama penyebab
kematian adalah penyakit jantung
koroner. Penyakit ini bertanggung
jawab atas lebih dari 80% kematian
di
berbagai
negara.
WHO
menyatakan bahwa di Indonesia,
terutama dikota-kota besar, dengan
adanya perubahan gaya hidup yang
menjurus ke westernisasi berakibat
pada
perubahan
pola
makan
masyarakat yang merujuk pada pola
makan tinggi kalori, tinggi lemak dan
kolesterol,
terutama
terhadap
penawaran makanan siap saji. Oleh
karenanya penyakit jantung koroner
perlu diperhatikan dan dihambat
perkembangannya.
Keseimbangan
rasio antara omega-6 dan omega-3
yang dibutuhkan tubuh
untuk
mempromosikan kesehatan terutama
untuk penyakit jantung
koroner
adalah 4:1 (de Lorgeril et al., 1994).
Dijelaskan oleh Simopoulus (2006),
bahwa omega-6 dan omega-3 dengan
rasio 4:1 terbukti mengurangi angka
kematian akibat penyakit

kardiovaskular hingga 70%. Akan


tetapi rasio antara omega-6 dan
omega-3 yang terkandung di dalam
susu
yang
digunakan
dalam
penelitian ini 2,67:1 sehingga belum
sesuai dengan susu yang dibutuhkan
untuk menurunkan resiko penyakit
jantung
koroner.
Melihat
permasalahan diatas, pada studi
kali ini,
rasio antara omega-6 dan
omega-3 pada
susu
dicoba
disesuaikan dengan susu
yang
dibutuhkan untuk menurunkan resiko
penyakit jantung koroner melalui
sebuah perlakuan. Perlakuan tersebut
berupa penambahan minyak kedelai.
Alasan penggunaan minyak kedelai
karena menurut The Culinary
Institute
of
America
(2011)
kandungan omega-6 minyak kedelai
lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis minyak asal nabati yang lain
seperti minyak jagung, minyak biji
kapas, dan minyak kacang tanah.
Tujuan
penelitian
ini
untuk
mengetahui
efek
penambahan
minyak kedelai dengan level yang
berbeda terhadap kadar lemak, kadar
Bahan Padatan Tanpa Lemak
(BPTL) dan efek peningkatan
kandungan
omega-6
susu
pasteurisasi.
METODA PENELITIAN
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah
susu sapi segar, H2SO4, amyl
alcohol, metilen klorida, NaOH, BF3,
aquades, heksana, Na2SO4 dan
minyak kedelai. Peralatan yang
digunakan adalah tabung Gerber,
centrifuge, kromatografi gas, oven,
eksikator, mikropipet, waterbath,
wadah botol dengan tutup, alat tulis,
kertas label.

Jurnal
Pertanian Vol. 11 No. 2 Halaman 40~49
TEKNOLOGI
Pangan dan Hasil

Metode Penelitian

41

Metode penelitian ini terbagi


menjadi tiga tahap yaitu penentuan
rancangan percobaan, pelaksanaan
prosedur penelitian, dan pengukuran
variabel penelitian.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan
digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 4
ulangan. Perlakuan yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah :
T0 : tanpa penambahan minyak
kedelai
T1 : penambahan minyak kedelai
sebanyak 0,15% dari berat
sampel susu
T2 : penambahan minyak kedelai
sebanyak 0,25% dari berat
sampel susu
T3 : penambahan minyak kedelai
sebanyak 0,35% dari berat
sampel susu
T4 : penambahan minyak kedelai
sebanyak 0,45% dari berat sampel
susu
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan
melalui dua tahap yaitu penambahan
minyak kedelai pada susu dan
pembuatan susu pasteurisasi. Berikut
akan dijelaskan mengenai prosedur
penelitian yang akan dilakukan.
Langkah pertama yang dilakukan
adalah penambahan minyak kedelai
pada pembuatan susu pasteurisasi
adalah dengan dicampurkan kedalam
susu sebelum dipasteurisasi dengan
perbandingan konsentrasi sebanyak
0%, 0,15%, 0,25%, 0,35%, 0,45%
untuk setiap 100 ml susu. Setelah
penambahan minyak pada susu segar,
tahap selanjutnya adalah

pembuatan susu pasteurisasi yang


diadaptasi dari Legowo et al. (2009).
Pembuatan
susu
pasteurisasi
menggunakan metode LTLT (low
temperature long time) pada suhu
o
63 C selama 30 menit yang biasa
digunakan untuk skala industri kecil
atau di laboratorium. Beberapa
sampel susu segar yang sudah
ditambahkan
minyak
kedelai
dimasukkan ke dalam wadah botol
kemudian ditutup. Wadah yang berisi
susu ini kemudian dimasukkan ke
dalam waterbath yang telah diisi air
untuk dipanaskan sesuai dengan suhu
dan waktu yang telah ditentukan.
Agar panas merata pada semua
bagian susu, sebaiknya wadah
digoyang-goyangkan selama proses
pasteurisasi.
Variabel Penelitian
Variabel yang akan diujikan pada
penelitian ini adalah kadar lemak,
kadar BPTL dan selanjutnya
kandungan
omega-6
susu
pasteurisasi.
1. Kadar Lemak dan kadar BPTL
susu pasteurisasi
Pengukuran variabel kadar lemak
diadaptasi dari Hadiwiyoto (1982)
menggunakan metode Gerber yaitu
dengan memasukkan 10 ml H2SO4 ke
dalam tabung Gerber kemudian segera
dimasukkan 10 ml susu dan 1 ml amyl
alcohol, kemudian tabung ditutup
rapat dan dikocok dengan kuat.
Setelah itu tabung disentrifuse selama
5 menit dan dimasukkan ke dalam
o
penangas air yang bersuhu 65 C, maka
lemak susu akan terpisah dan
jumlahnya dapat diketahui dengan cara
melihat skala yang ada pada tabung.
Pengukuran variabel kadar padatan
tanpa lemak dihitung

Jurnal
Pertanian Vol. 11 No. 2 Halaman 40~49
TEKNOLOGI
Pangan dan Hasil

melalui hasil pengukuran variabel

42

kadar air susu yang diadaptasi dari


Legowo et al. (2005). Langkah
pertama pengujian kadar air adalah
memanaskan cawan porselin dalam
o
oven 100-105 C selama 1 jam

kemudian dimasukkan ke dalam


eksikator selama 15 menit dan
menimbangnya.
Selanjutnya
menimbang sampel sebanyak 2 gram
(W1) didalam cawan porselin yang
telah diketahui beratnya. Sampel

adatan

anpa e ak

yang telah ditimbang kemudian,


dimasukkan didalam oven kembali
o
pada suhu 100-105 C selama 4-6
jam, hingga mencapai bobot konstan
(W2). Selanjutnya memasukkan ke
dalam deksikator selama 15 menit,
kemudian menimbangnya. Kadar air
dapat dihitung, baik berdasarkan
bobot kering atau dry basis (DB)/
berdasarkan bobot basah atau wet
basis (WB).
W1 = Bobot awal sampel (g)
W2 = Bobot sampel kering (g)
W3 = Kehilangan berat/ selisih bobot (g)

Setelah diberiBF3 14% dalam


mengekstrak
gas nitrogen dan
metil ester asam
2. Kandungan
ditutup, tabungmetanol. Setelah
lemak. Setelah
omega-6
diberi
gas
reaksi
disentrifugasi,
susu
nitrogen,
dipanaskan
pasteurisasi
lapisan
atas
dalam penangaspemanasan
Pengukuran
diambil
dan
air pada suhudilanjutkan pada
kandungan
o
diekstrak
90 C selama 10suhu yang sama
omega-6
kembali dengan
menit. Tabungselama
10
dilakukan
dengan menggunakan
1 mL aquades
reaksi
kromatografi
gas. didinginkan danmenit. Tabung
serta 200 L
kandungan
omega-6
ditambahkan 1reaksi
heksana
dan
didinginkan
mL
pasteurisasi
diadaptasi
begitu
pada suhu ruang
Mursyidin
seterusnya
dan ditambah 1
(2007). Dalam
hingga sebanyak
mL
aquades
metode
ini,
5 kali ekstraksi.
serta 200 L
sebanyak 50 mL
Lapisan
atas
sampel susu
heksana.
hasil
ekstraksi
dimasukkan
kedalam
Campuran
terakhir setelah
bertutup teflon. Kedalam
dikocok
disentrifuge siap
tersebut
kemudian ditambahkan (divorteks)
untuk dianalisis
dengan
kuat
100 L metilen
menggunakan
klorida dan 1
selama 1 menit
kromatografi
mL NaOH 0,5 N
untuk
dalam metanol.
gas.
kadar
akan
diuji
menggun
lemak
Shapironormalita
akan
Duncan. s
dan
Wilk
Kruskal
Analisis
Untuk
bahan
dilanjutka
menggun
Wallis
data
hasil
padatan n dengan
akan
dan
uji
D
analisis Kolmogo
tanpa
uji
Gibbon.
ata yang
ragam rov
lemak
ANOVA
diperoleh
terhadap Smirnov
diuji
dan Uji
dari hasil
bau, rasadilanjutka
normalita Wilayah
penelitian
dan
s denganGanda
n dengan
,
untuk
warna
menggun
analisis
TEKN
Jurnal OLOGI

Panga Hasil
n dan Pertani

an Vol. 2 Halaman 40~49


11 No.

43

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Lemak dan Bahan Padatan
Tanpa Lemak (BPTL)
Kadar lemak dan bahan padatan
tanpa lemak (BPTL) merupakan sifat
kimia dari susu. Hasil pengujian
Tabel 1.
Kadar
Lemak dan
BPTL
Susu
Pasteurisas
i
Perlakuan

T0
T1
T2
T3
T4

Persentase
Minyak Kedelai

kadar lemak dan BPTL dengan


perlakuan
penambahan
minyak
kedelai pada susu pasteurisasi,
disajikan dalam Tabel 1.

1*

Superskrip yang berbeda pada kolom


rerata menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05)
2* Sumber data : Laboratorium Teknologi
Hasil Ternak, UNDIP (2013)

Kadar
lemak
mengala
mi
peningka
tan
seiring
dengan
perlakua
n
penamba
han
minyak
kedelai
seperti
terlihat
pada
Tabel 1.
Secara
statistik
perlakua
n
memberi
kan
perbedaa
n yang
nyata
terhadap
peningka
tan kadar
lemak.
Hal ini
disebabk
an
adanya
penamba
han
konsentra
si minyak
kedelai
pada susu
pasteuris

asi.
terhadap kadar BPTL susu
Selain pasteurisasi. Pada tabel
disebabk terlihat bahwa persentase
an
kadar
BPTL
tidak
perlakua menunjukkan konsistensi,
n
jugahal ini diakibatkan oleh
disebabk persentase kadar air yang
an olehjuga tidak menunjukkan
keterkait konsistensi.
Hal
ini
an antaradisebabkan oleh kadar
jumlah BPTL susu pasteurisasi
kandungatergantung pada kadar air
n omega-dan kadar lemak, pasalnya
6
padamenurut pendapat dari
susu
Legowo et al. (2009) total
pasteuris padatan dapat dinyatakan
asi yangsebagai selisih dari 100%
juga
dikurangi
kadar
air,
meningk sedangkan kadar padatan
at seiringtanpa lemak sama dengan
dengan total padatan dikurangi
penamba dengan kadar lemak yang
han
ada di dalam susu. Bahan
minyak padatan
tanpa
lemak
kedelai, meliputi protein (kasein dan
menging whey), karbohidrat (laktosa
at bahwadan
karbohidrat
lain),
minyak enzim-enzim, vitamin dan
kedelai mineral. Grafik kadar
memiliki
kandunga
n omega6 yang
tinggi.
Secara
statistik,
perlakua
n tidak
memberi
kan
perbedaa
n yang
nyata
TEKNOLOGI Pangan 11 No.
Jurnal dan Hasil Pertanian Vol. 2

Halam 40~49
an

44

lemak dan BPTL pada susu


minyak kedelai sebagai perlakuan
pasteurisasi dengan penambahan tersaji pada Ilustrasi 1.
2
0
12

kadar lemak
dan BPTL

10

T
8,9

9,8

9,59

9,6

8,97

4,03

4,23

4,29

4,45

8
6
4

3,69

Kadar
Lemak (%)
Kadar
BPTL (%)

Ilustrasi 1. Grafik kadar


denga mbahan minyak
lemak dan BPTL
n
kedelai
susu pasteurisasi
pena
peningkatan den dungan omega-minyak
a
seiring
gan
6
pada
susu
terjadi
membe
Kandungan
dengan
hip
pasteurisasi.
akibat
ntuk
Omega-6 dan
penambahan otes Akan tetapiadanya
Susu Pasteurisasi
hidrope
minyak
is rasio
roksida
Omega-6
yangmoleku
ada diperoleh daril asam
dan
merupakan salah satukedelai.
Peningkatan nya
jenis asam lemak takkandungan
lemak
kandun
pen penelitian ini
jenuh yang pentingomega-6
gan
am masih belumtak
untuk tubuh dalamtertinggi
jenuh
organik
mencapai
rasio
bah
menjaga
kesehatanyakni
yang
lain
an 4:1. Hal ini
jantung dan otak. Hasilsebanyak
seperti
min diduga karenaberubah
pengujian kandungan0,24g/100ml yak adanya prosesmenjadi
aldehid,
omega-6
denganpada sampel ked oksidasi yangasam
keton
perlakuan penambahanT4 dengan elai terjadi
serta
padalemak
minyak kedelai padapenambahan aka minyak
terbang
asamn kedelai.
susu
pasteurisasi,minyak
yang
asam
me Menurut
disajikan dalam Tabelkedelai
kemudi
lain.
nin
2.
sebanyak
danan
gka Aluyor
Berdasarkan Tabel0,45%. Hal tka Jesu
(2008)teroksid
telah
2, kandungan omega-6ini
n secara umumasi
sesuai
susu
pasteurisasi
kan oksidasi padasehingg
mengalami
nal
Hasil
Jur TEKNOLOGI Perta
Pangan dan nian

Vol. Halaman 40~49


11
45
No. 2

Tabel 2. Kandungan Omega-6 dan Rasio Susu Pasteurisasi


Perlakuan

Persentase
Minyak Kedelai

Kandungan Omega-6
dalam 100 ml susu

Rasio
(omega 6 : omega 3)

-----------(g)----------T0

0,17

2,67 : 1

T1

0,15

0,19

2,53 : 1

T2

0,25

0,17

2,67 : 1

T3

0,35

0,22

2,93 : 1

T4

0,45

0,24

3,2 : 1

* Sumber data : Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM (2013)

pasteurisasi
juga
Ditambahkan oleh Pignitter anddiduga
memicu
Somoza (2012), konsentrasi asam lemak
tak jenuh ganda (PUFA) membuatterjadinya
minyak nabati makin rentan akanproses oksidasi.
oksidasi, sehingga hilangnya PUFAHal ini diperkuat
diakibatkan karena adanya pembentukandengan adanya
produk oksidasi asam lemak volatil danbau tengik yang
timbul
non volatil. Proses oksidasi minyakmulai
susu
kedelai sangat mudah terjadi bahkanpada
pasteurisasi
saat
pada suhu ruang, pasalnya mengingat
bahwa minyak kedelai memilikipengujian
kandungan asam lemak tak jenuh gandaparameter
yang tinggi sehingga mudah teroksidasi.orgaleptik bau.
Dijelaskan oleh Edward dkk. (2011)Skor pada data
bahwa minyak nabati yang banyakyang diperoleh
mengandung asam lemak tak jenuhdari pengujian
dengan ikatan ganda mudah teroksidasiparameter bau,
secara spontan oleh udara pada suhumenunjukkan
ruang. Oksidasi spontan ini secaraadanya
langsung akan menurunkan tingkatpenurunan
kejenuhan
minyak
sehinggaangka
yang
menyebabkan minyak menjadi tengikberarti
bahwa
dan terasa tidak enak.
mulai
Selain proses oksidasi yang dapatterdapatnya
terjadi pada suhu ruang, prosesketengikan pada
pemanasan pada saat pembuatan susu
susu
pasteurisasi.
Selain
itu
ditunjukkan pula
oleh
memudarnya
warna
susu
menjadi
lebih

putih
yang
diperoleh dari
pengujian
parameter warna
pada
susu
pateurisasi. Skor
pengujian warna
mengalami
penurunan
seiring dengan
adanya
penambahan
minyak kedelai
pada
susu
pasteurisasi
yang
berarti
bahwa
warna
susu
mulai
memudar
menjadi
lebih
putih. Menurut
Clemente and
Cahoon (2009)
yang
perlu
dilakukan
hanyalah
mengendalikan
stabilitas
oksidasi seperti
pada
minyak
kedelai.
Mengendalikan
stabilitas
oksidasi salah

satunya adalah dengan menggunakan(2008)


antioksidan. Menurut Aluyor dan Jesuantioksidan
Jurnal
TEKNOLO
GI Pangan

omega-ungan

adalah
molekul
yang
dapat
memperlambat
atau
mencegah
oksidasi molekul lain. Secara umum
reaksi oksidasi menghasilkan radikal
bebas yang memulai reaksi berantai.
Antioksidan menghambat reaksi
berantai ini dengan menghapus
radikal bebas. Senyawa antioksidan
menurut Perron dan Brumaghim

0,2

SIMPUL
AN
Perlaku
an
penambah
an minyak
kedelai
dapat
meningkat
kan
kandunga
n omega-6
dan
memberik
an
perbedaan
yang
nyata
terhadap
kadar
lemak
pada susu
pasteurisa
si
akan
tetapi
kadar
BPTL
susu
pasteurisa

0,17

46

(2009) banyak terdapat pada teh


hijau, teh hitam, kopi, buah-buahan,
berbagai macam jus buah, sayuran,
olive oil, anggur merah dan putih,
dan cokelat. Grafik kandungan
omega-6 pada susu pasteurisasi
dengan penambahan minyak kedelai
sebagai perlakuan tersaji pada
Ilustrasi 2.
(2,67:1)

perlakuan

0,1

n keterangan

Kand 6 (g)
denga rasio

0,3

dan Hasil 2 Halaman 40~49


Pertanian
Vol. 11 No.

Ilustrasi 2. Grafik kandungan omega-6 susu


pasteurisasi dengan
penambahan minyak kedelai

si
tidakkandungan
omega-6antioksida
pada
berbeda belum mencapai rasion
nyata
4:1, oleh karenanyaproduk
dengan perlu
adanyasusu
pasteurisa
adanya penambahan
si untuk
penambah
menguran
an minyak
gi resiko
kedelai.
terjadinya
Peningkat
proses
an
oksidasi.
kandunga
Dengan
n omegamengingat
6
dan
bahwa
kadar
pakan
lemak
silase
tertinggi
dapat
susu
memicu
pasteurisa
proses
si
ada
oksidasi,
pada
maka susu
penambah
yang
an 0,45%
digunakan
dari
sebaiknya
minyak
bukan
kedelai
berasal
dengan
dari sapi
rasio
yang
3,2:1.
diberi
Peningkat
pakan
an
silase.

DAFTAR
PUSTAK
A
Aluyor,
E.O.
,
M.O
.
Jesu
.
200
8.
The
use
of
anti
oxid
ants
in
vege
tabl
e
oils.
Afri
can
Jour
nal
of
Biot
echn
olog

7(25

): 4836-4842.

Jurnal TEKNOLOGI Pertani


Pangan dan Hasil
an Vol.

Amar, S.W. dan L. Dewi. 2013.


Pengaruh Penggunaan Minyak
Kedelai dan Susu Skim
terhadap Sifat Organoleptik
Pasta Kedelai Edamame. ejournalboga 2(1): 139-149.
Candela, C.G., L.M. Bermejo Lpez
and V. Loria Kohen. 2011.
Importance of a balanced
omega 6/omega 3 ratio for the
maintenance
of
health.
Nutritional recommendations.
Nutr Hosp. 26(2): 323-329.
Clemente, T.E. and B. Cahoon. 2009.
Soybean
Oil:
Genetic
approaches for odification of
functionality and total content.
J. Plant Physiology 151: 1030
1040.
de Lorgeril, M., S. Renaud, N.
Mamelle, P. Salen, J.L. Martin,
and
I.
Monjaud.
1994.
Mediterranean a-linolenic acidrich
diet
in
secondary
prevention of coronary heart
disease. Lancet. 343: 1454 9.
Edwar, Z., H. Suyutuhie, E. Yerizel,
D. Sulastri. 2011. The Effect of
high temperatures to the palm
oil and corn unsaturated fatty
acids. J. Indon. Med. Assoc.
61(6): 249-252.
Hadiwiyoto, S. 1982. Teknik Uji
Mutu
Susu dan
Hasil
Olahannya (Teori dan Praktek).
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Legowo, A.M., Kusrahayu dan S.
Mulyani. 2009. Ilmu dan
Teknologi
Susu.
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Jurnal

11 No. Halaman 40~49


2

47

Matthias, M.D. 2001. Cellular Health


Series : Cancer. First Edision.
MR Publishing. Inc, Santa
Clara.
Mursyidin, D.H. 2007. Kandungan
Asam Lemak Omega 6 pada
Ketam Pasir (Emerita spp) di
Pantai Selatan Yogyakarta.
BIOSCIENTIAE. 2007. 4(2):
79-84.
Perron, N.R. and Brumaghim, J.L.
2009. A Review of the
antioxidant mechanisms of
polyphenol compounds related
to iron binding. J. Cell
Biochem Biophys. 53:75100.
Pignitter, M. and V. Somoza. 2012.
Critical Evaluation of Methods
for the Measurement of
Oxidative
Rancidity
in
Vegetable Oils. Journal of Food
and Drug Analysis. 20: 4.
Simopoulos,
A.P.
2004.
Nutrigenetics
and
Nutrigenomics.
World Rev
Nutr Diet.
Basel: Karger,
volume 93.
Simopoulos,
A.P.
2006.
Evolutionary aspects of diet,
the omega-6/omega-3 ratio and
genetic variation: nutritional
implications
for
chronic
diseases. Biomedicine
dan
Pharmacotherapy. 60: 502
507.
The Culinary Institute of America.
2011. The Professional Chef.
New York : Wiley. ISBN 0470-42135-5.

TEKNOLOGI Pangan dan Hasil Pertanian Vol.


11 No. 2 Halaman 40~49

48

United Soybean Board, SoyBean Oil


Innovations, in
( http://www.soyconnection.com
/soybean_oil/pdf/soy-oilsolutions.pdf. 2011) (accessed on
th
Oktober 27 , 2012 at 6:00 am).
United Soybean Board: Saint
Louis, MO p.1-12.

Jurnal TEKNOLOGI Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 11 No. 2 Halaman 40~49

49

Anda mungkin juga menyukai