Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA FISIK

JUDUL PERCOBAAN 6
PENENTUAN KESTABILAN VITAMIN C
NAMA

: 1. DIGNA RENNY PANDUWATI

(24030112140120)

2. HANAN

(24030112130045)

3. MEITRA VIDIANI

(24030112140030)

4. RINALDY CHRISTIAN

(24030112130131)

5. SITI NURHABIBAH

(24030112120023)

6. SOFIANA RATNASARI

(24030112120009)

KELOMPOK

: VII

HARI

: JUMAT

TANGGAL

: 30 MEI 2014

ASISTEN

: KARTIKA EKA P.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan berjudul Penentuan Kestabilan Vitamin C yang bertujuan


untuk memahami sifat-sifat vitamin C, mampu menghitung dan menentukan panjang
gelombang maksimum vitamin C, dan juga mampu menentukan dan membuat grafik
kestabilan vitamin C. Prinsip dari percobaan ini adalah pengukuran absorbansi dengan
panjang gelombang tertentu. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Hasil
dari percobaan ini didapatkan nilai absorbansi pada botol vial 1a, 2a, 1b, 2b, 1c, 2c, 1d, 2d
berturut-turut adalah 0,062 dan 0,002 ; 0,149 dan 0,00 ; 0,018 dan 0,003 ; 1,247 dan 0,002.
Stabilitas vitamin C tergantung pada lama penyimpanan, cahaya, dan temperature. Sedangkan
ion logam dapat menstabilkan vitamin C.

Kata kunci : vitamin C, absorbansi, spektrofotometri UV-Vis, stabilitas vitamin C

ABSTRACT

The experiment which the tittle is "Determination of Stability of Vitamin C" which
aims to understand the properties of vitamin C, is able to calculate and determine the
maximum wavelength of vitamin C, and is also able to determine and graph the stability of
vitamin C. The principle of this experiment is the absorbance measurements of length specific
wavelength. The method used is a spectrophotometry UV-Vis. The results of this experiment
the absorbance values obtained on the bottle vial 1a, 2a, 1b, 2b, 1c, 2c, 1d, 2d row is 0,062
and 0,002 ; 0,149 and 0,00 ; 0,018 and 0,003 ; 1,247 and 0,002. Stability of vitamin C
depends on the storage time, light, and temperature. While the metal ions can stabilize vitamin
C.

Keyword : vitamin C, absorbance, spectrophotometry UV-Vis, stability of vitamin C

PERCOBAAN VI
PENENTUAN KESTABILAN VITAMIN C

I. PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia membutuhkan zat-zat penting didalamnya untuk
mengatur fungsi tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Saat tubuh melakukan suatu proses metabolisme, memperlancar proses
pertumbuhan, menigkatkan kebugaran tubuh dan membangun sistem kekebalan
tubuh. Hal tersebut merupakan fungsi atau tugas yang dilakukan oleh vitamin.
Vitamin dapat ditemukan dalam makanan seperti buah dan sayur. Vitamin terdiri
dari vitamin A, B, C, D, E, dan K. Pada salah satu jenis vitamin yaitu vitamin C
mempunyai fungsi sebagai anti oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas
dan merupakan vitamin yang sangat penting. Apabila kekurangan vitamin C, dapat
menyebabkan skorbut atau pendarahan gusi. Vitamin C memiliki kekurangan yaitu
sangat mudah teroksidasi dan mudah rusak. Vitamin C udah teroksidasi dalam
larutan berair karena adanya oksigen dalam air. Dari latar belakang diatas maka
dilakukan percobaan yang berjudul Analisis Vitamin C.
I.2Tujuan Percobaan
I.2.1
I.2.2

Mampu memahami sifat-sifat vitamin C.


Mampu menghitung dan menentukan

I.2.3

maksimum vitamin C.
Mampu menentukan dan membuat grafik kestabilan vitamin C.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Vitamin

panjang

gelombang

Vitamin adalah senyawa organik yang tidak bisa disintesis dalam tubuh, walaupun
dalam jumlah sedikit. Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang
termasuk dalam golongan protein, karbohidrat, lemak dan sangat penting peranannya bagi
beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup serta pertumbuhan.
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh manusia. Oleh karena itu harus diperoleh dari
bahan. Sebagai perkecualian adalah vitamin D yang dapat dibuat dalam bahan pangan
yang dikonsumsi mendapat cukup kesempatan.
(Davies,1991)
2.2 Vitamin C
Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan. Vitamin C
mudah di uji secara sintesis dari gula darah dengan biaya sangat murah. Vitamin C
mempunyai peranan dalam pembentukan kolagen interselular, pembentukan hormon
steroid dari kolesterol dan menjaga kestabilan tubuh.
(Winarno, 1982)
Stuktur vitamin C

O
C
HO
HO

C
C

HC
HO

CH
CH2 OH

asam askorbat

(Andarwulan, 1992)
2.3 Sifat Vitamin C
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat
asam dan sifat pereduksi yang kuat. Bentuk vitamin C dialam terutama adalah L-asam
askorbat.
(Winarno, 1982)
2.3.1 Sifat Fisik Vitamin C
Vitamin C berbentuk kristal halus berwarna putih dan memiliki titik leleh
190-192C. Dalam plasma darah, konsentrasi vitamin C sekitar 0,4 sampai 1,0 mg
per 100 mL.
(Winarno, 1982)

2.3.2 Sifat Kimia Vitamin C


Vitamin C larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang
mempunyai BM rendah. Sukar larut dalam kloroform, eter, dan benzena. Serta
sangat mudah teroksidasi.
(Soerjodibroto, 1985)
2.4 Fungsi dan Sumber Vitamin C
Sumber pangan yang baik akan vitamin C adalah buah-buahan, sayuran, yang
berdaun hijau dan tomat. Selain itu dapat juga diperoleh dari tablet vitamin C yang
sekarang banyak terdapat di pasaran.
(Soerjodibroto, 1985)
Kandungan vitamin C dalam beberapa sayur dan buah:
Sayuran
Bawang merah

Kadar vitamin C / kg sayuran (mg)


50

Wortel

60

Kentang

70

Brokoli

870

Tomat

170

Buah
Strawbery

Kadar vitamin C / kg buah (mg)


770

Lemon

580

Jeruk

540

Apel hijau

60

Pisang

110

Nanas

120

Buah kiwi

590
(Soerjodibroto, 1985)

2.5 Kestabilan Vitamin C


Dalam bentuk aslinya vitamin C cukup stabil, namun dalam bentuk larutan vitamin
paling tidak stabil dibandingkan dengan zat gizi lainnya.
(Harper, 1987)
Vitamin C bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh luar seperti suhu, cahaya,
konsentrasi, gula, dan garam, pH, oksigen, enzim. Sifat paling utama dari vitamin C

adalah kemampuannya mereduksi yang kuat yang dikatalisa oleh beberapa logam seperti
Cu dan Ag.
(Andarwulan, 1992)
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Vitamin C
a. Lama penyimpanan
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kandungan vitamin C cenderung
mengalami penurunan kandungan vitamin C pada kondisi lingkungan seperti adanya
panas oksigen. Hal ini disebabkan karena sel pada senyawa yang mengandung vitamin
C mengalami kerusakan.
b. Suhu
Kandungan vitamin C dalam makanan tergantung pula pada keadaan suhu
lingkungan. Dimana vitamin C akan mengalami kerusaka pada perlakuan pemanasan.
Kehilangan vitamin C salah satunya adalah dengan cara pencelupan ke dalam air
mendidih.
c. Cahaya
Paparan cahaya pada vitamin C dapat menyebabkan turunnya konsentrasi pada
vitamin C sehingga stabilitasnyapun turun apabila terlalu banyak terpapar cahaya
matahari.
d. Ion logam
Adanya penambahan ion logam pada larutan vitamin C dapat menstabilkan
larutan vitamin C yang mungkin semula telah teroksidasi. Dimana sifat vitamin C yang
utama adalah memiliki kemampuan mendeteksi yang kuat yang dikatalisa oleh
beberapa logam seperti Cu dan Ag.
(Andarwulan, 1992)
2.7 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dari intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diadsorbsi oleh sampel. Sinar UV dan cahaya
tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar
ketingkat energi yang lebih tinggi. Spetrum UV-VIS mempunyai bentuk yang lebar dan
hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi
spektrum ini sangat berguna untuk mengukur secara kuantitatif. Konsentrasi analit dalam
larutan dapat ditentukan dengan mengukur adsorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert Beer.
(Dachriyanus, 2004)

2.8 Hukum Lambert-Beer


Hukum lambert beer merupakan hukum yang menyatakan hubungan linieritas
antara konsentrasi dan adsorban. Hukum Lambert Beer dapat dirumuskan dengan :
A=bc
Dimana : A: adsorban (serapan)
: koefisien ekstensi molar (m-1cm-1)
b : tebal kuvet (cm)
c: konsentrasi (M)
Dalam hukum Lambert Beer ada beberapa pembatas, yaitu :
a. Sinar yang digunakan monokromatis
b. Penyerapan terijadi dalam volume yang mempunyai penampang yang sama
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain
dalam larutan tersebut
d. Tidak terjadi fluoresensi dan fosforidensi
e. Indek bias tidak tergantung dari konsentrasi larutan
(Underwood,1996)
2.9 Syarat Hukum Beer
Pada konsentrasi tinggi (0,001 M) rata-rata jarak diantara zat pengedsorbsi
menjadi kecil, sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi ketetangganya.
Syarat kimia
Zat pengadsorbsi tak boleh terionisasi dengan pelarut
Syarat cahaya
Berlaku cahaya cahaya monokromatis
Syarat kejernihan
Larutan harus jernih supaya cahaya tidak terhambur
Hukum Beer
Jumlah radiasi tampak yang diserap ditransmisikan oleh suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan. Rumusnya :
A=bc
Hukum gabungan Bougier Beer
Log P0 /P = f(c) b = k b c
Dimana, P0 /P : adsorbansi diberi tanda A sedangkan bc dan k merupakan panjang
jalan kawat medium penyerap.
(Underwood,1996)
2.10 Spektra IR Vitamin C
Vitamin C pada pH 7 (netral) panjang gelombang maksimum pada 266 nm.
Disamping itu adanya kandungan logam seperti Cu (III) dan Hg (II) dapat memperkecil

panjang gelombang maksimum menjadi 212 nm. pH 7 dan 204 nm pH 9 untuk Hg (II)
pada suasana alkali panjang gelombang maksimum menjadi 276 nm.
(Underwood,1996)
2.11 Spektra UV-Vis Vitamin C
Dalam pengukuran vitamin C, pada ph 7 merupakan ph netral yang digunakan
untuk mengukur vitamin C. Panjang gelombang maksimumnya berada pada panjang
266 nm, namun dalam larutan alkali 267 nm. Akan tetapi kandungan logam yang berada
didalamnya sangat mempengaruhi, misalnya kandungan Cu(II) dan Hg(II) dapat
memperkecil panjang gelombang maksimumnya menjadi 212 nm (pH 7) dan 204 nm
(pH 9).
(Brady, 1999)
2.12 Cara Kerja dan Prinsip Spektrometri UV-Vis
Spektro menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diadsopsi.
Cara kerjanya yaitu: cahaya polikromatis dilewatkan prisma yang akan membuat prisma
manjadi monokromatis dan diteruskan dan selanjutnya akan terbaca panjang
gelombangnya pada monitor. Adsorbansi akan sebanding lurus dengan konsentrasi
analit.
Spektrofometer UV-VIS menggunakan cahaya yang mempengaruhi subtansi
senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya. Cahaya yang digunakan merupakan
foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet
yang saling tegak lurus.
(Brady, 1999)
2.13 Pengenceran
Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
V1. N1 = V2. N2
Keterangan : V1

: volume awal

N1

: volume akhir

V2

: normalitas awal

N2

: normalitas akhir

Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat. Panas ini dapat

dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air dan tidak
boleh sebaliknya.
(Brady, 1999)
2.14
Analisa Bahan
2.14.1 Vitamin C
Sifat fisika : berbentuk kristal putih, tidak berbau
Sifat kimia : larut dalam air , tidak larut dalam minyak dan senyawa non polar,
merupakan reduktor yang kuat
(Daintith, 1994)
2.14.2 NaOH
Sifat fisika : berbentuk padat, berwarna putih, titik didih 1390 0C, titik leleh
3180C
Sifat kimia : larut dalam air, tidak mudah terbakar
(Daintith, 1994)
2.14.3 Aquadest
Sifat fisika : berebtuk cair, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Sifat kimia : sebagai pelarut universal
(Daintith, 1994)
2.14.4 Logam Cu
Sifat fisika : berwarna kemerah-merahan, lunak dan mudah dibentuk
Sifat kimia : merupakan konduktor yang bagus untuk aliran elektron
(Daintith,1994)

III. METODE PERCOBAAN


3.1. Alat
1. Spektrofotometri UV-Vis
2. Gelas Beker 100 ml
3. Labu Ukur 250 ml
4. Batang Pengaduk
5. Botol Vial 10 ml
6. Gelas Ukur 10 ml
7. Spatula
8. Aluminium Foil

3.2. Bahan
1. Vitamin C 1%
2. Larutan NaOH 1N
3. Larutan CuSO4
4. Aquades
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan larutan vitamin C

3.3.2 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan lama penyimpanan

3.3.3 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan pengeruh paparan cahaya

3.3.4 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan paparan temperatur

3.3.5 Pengarun ion logam pada kestabilan vitamin C

IV. DATA PENGAMATAN


4.1 Pengukuran absorbansi terhadap paparan cahaya, paparan termperatur, ion logam dan
basa
Sampel
Absorbansi

IV.2
Sampel
Absorbansi

1a
0,062

2a
0,002

1b
0,149

2b
0,00

1c
0,018

2c
0,003

1d
1,247

Pengukuran absorbansi terhadap lama penyimpanan


1a
0,328

2a
-0,002

3a
0,007

4a
-0,013

5a
0,111

2d
0,002

V. HIPOTESIS
Percobaan yang berjudul Penentuan Kestabilan Vitamin C bertujuan untuk
memahami sifat-sifat vitamin C, mampu menghitung dan menentukan panjang gelombang
maksimum vitamin C, dan juga mampu menentukan dan membuat grafik kestabilan
vitamin C. Prinsip dari percobaan ini adalah pengukuran absorbansi dengan panjang
gelombang tertentu. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang
diperoleh pada percobaan adalah panjang gelombang maksimumnya dan absorbansi
larutan dari perlakuan yang berbeda-beda.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Telah dilakukan percobaan yang berjudul Penentuan Kestabilan Vitamin C yang
bertujuan untuk memahami sifat-sifat vitamin C, menghitung dan menentukan panjang
gelombang maksimum vitamin C dan menentukan serta membuat grafik kestabilan vitamin C.
metode yang digunakan yaitu spektrometri UV-VIS. spektrometri UV-VIS merupakan alat
yuang digunakan untuk mengukur panjang gelombang dan intensitas sinar UV dan cahaya
tampak yang diadsorpsi oleh sampel. Prinsip percobaan yaitu penentuan absorbansi untuk
menentukan kestabilan dari vitamin C.
Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air tapi tidak larut dalam minyak.
Vitamin C mempunyai peranan penting dalam menangkat berbagai macam penyakit. Vitamin
C dikenal dengan nama kimia asam askorbat. Dan termasuk dalam golongan antioksidan yang
mampu menangkal radikal bebas ekstraseluler. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat
mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam.
(Gyorgi,1931)
Spektrometer UV-VIS merupakan metode yang digunakan untuk mengukur panjang
gelombang dari intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diadsorpsim oleh sampel.
Spektrometer UV-ViS ini sangat berguna dalam pengukuran kuantitatif. Pronsip kerja dari
spektrometer UV-VIS yaitu adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu. Secara sederhana cara kerja spektrometri ini yaitu : Sumber
cahaya monokromator sel sampel detektor read out (pembaca).
5.1 Pembuatan larutan Vitamin C 1%
Langkah pertama yang dilakukan saat pembuatan larutan vitamin C ini adalah
penimbangan 10 mg. Lalu dilakukan pengenceran dua kali dengan menggunakan
aquadest, dengan cara melerutkan 10mg dalam labu ukur 100 ml, kemudian diambil 10 ml
dan dilakukan pengencerang lagi dengan menggunakan labu ukur 100 ml. Tujuan
dilakukan pengenceran dua kali yaitu supaya larutan yang tadinya pekat menjadi lebih
encer.
5.2 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan lama penyimpanan
Tujuan dilakukan nya percobaan yaitu untuk mengetahui pengaruh lama
penyimpanan terhadap kestabilan vitamin C. 10 ppm larutan vitamin C dimasukkan
kedalam botol vial yang diberi tanda 1a, 2a, 3a, 4a, dan 5 a. Pemberian tanda ini bertujuan
menjadi pembeda antara perlakuakn yang diberikan. Kemudian kelima botol vial
dibungkus menggunakan kertas alumunium foil, hal ini bertujuan supaya tidak
terpengaruh dengan paparan cahaya. Setelah itu, masing masing botol vial diukur

absorbansinya dengan spectrometer UV-VIS dengan selang waktu 5 menit per sampel
yang bertujuan untuk mengetahui kestabilan vitamin C terhadap lama penyimpanan. Hasil
yang di dapat adalah absorbansi dari vitamin C semakin menurun seiring dengan
bertambahnya lama penyimpanan karena vitamin C sangat mudah teroksidasi.
5.3 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan pengaruh paparan cahaya
Tujuan dilakukannya percobaan yaitu untuk mengetahui pengaruh paparan cahaya
terhadap kestabilan vitamin C. 10 ppm larutan vitamin C dimasukkan kedalam botol vial
yang diberi tanda 1c dan 2c. Pemberian tanda ini bertujuan menjadi pembeda antara
perlakuakn yang diberikan. Kemudian kedua botol vial dibungkus menggunakan kertas
alumunium voil, hal ini bertujuan supaya tidak terpengaruh dengan paparan cahaya (pada
botol vial 1c) sedangkan pada botol vial 2c hanya pada tutupnya saja yang diberi tutup
kertas alumuniaum voil. Selanjutnya kedua botol dimasukkan kedalam kulkas (suhu
dingin) hal ini bertujuan supaya tidak terpengaruh oleh suhu. Kemudian diamkan selama
45 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran adsorbansi dengan spectrometer UV-VIS.
Hasil yang diperoleh adalah absorbansinya semakin menurun hal ini sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa kestabilan vitamin C sangat dipengaruhi oleh paparan
cahaya. Semakin banyak paparan cahaya yang mengenai vitamin C maka kestabilannya
akan menurun.
(Winarno, 1997)
5.4 Penentuan kestabilan vitamin C berdasarkan pengaruh paparan temperatur
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh

suhu/temperatur terhadap kestabilan vitamin C. 10ppm larutan vitamin C dimasukkan


kedalam botol vial yang kemudia diberi tanda 1b dan 2b. pemberian tanda ini bertujuan
menjadi pembeda antara perlakuan yang diberikan. Kemudian kedua botol vial dibungkus
menggunakan kertas alumunium voil, hal ini bertujuan supaya tidak terpengaruh dengan
paparan cahaya. Langkah selanjutnya botol vial yang telah diberi tanda 1b dimasukkan
kedalam kulkas dan botol vial yang diberi tanda 2b diletakkan diruangan. Kemudian
dilakukan pendiaman selama 45 menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran adsorbansi
dengan spectrometer UV-VIS. Hasil yang diperoleh yaitu pengukuran adsorbasi yang
didapat pada botol vial 1c (suhu dingin) lebih besar dibandingkan pada boyol vial 2c
(suhu ruangan). Hal ini sesuai dengan literature, karena vitamin C sangat sensitive
terhadap terperatur atau suhu, semakin tinggi suhu makan kestabilan vitamin C akan
semakin menurun.
(Winarno, 1997)

Hasil yang ditunjukkan pada pengaruh temperature terhadap kestabilan vitamin C


menunjukkan hasil yang positif (+)
(Winarno, 1997)
5.5 Pengaruh ion logam pada kestabilan vitamin C
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh ion logam
terhadap kestabilan vitamin C. 10 ppm larutan vitamin C dimasukkan kedalam botol vial,
botol vial pertama di tambah dengan 1 ml CuSO 4 yang kemudian diberi tanda 1d , dan
botol vial 2d tidak di beri penambahan CuSO4. Pemberian tanda ini bertujuan menjadi
pembeda antara perlakuan yang diberikan. Kemudian kedua botol vial dibungkus
menggunakan kertas alumunium voil, hal ini bertujuan supaya tidak terpengaruh dengan
paparan cahaya. Langkah selanjutnya botol vial yang telah diberi tanda dimasukkan
kedalam kulkas. Kemudian dilakukan pendiaman selama 45 menit dalam suhu dingin.
Selanjutnya dilakukan pengkuran absorbansi dan di peroleh hasil absorbansi pada botol
vial 1d adalah 1,247 dan botol vial 2d 0,002. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penambahan ion logam pada larutan vitamin C akan meningkatkan absorbansi yang sesuai
dengan literatur.
5.6 Pengaruh basa pada kestabilan vitamin C
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh basa
terhadap kestabilan vitamin C. 10 ppm larutan vitamin C dimasukkan kedalam botol vial,
botol vial pertama di tambah dengan 1 ml NaOH yang kemudian diberi tanda 1a , dan
botol vial 2a tidak di beri penambahan NaOH. Pemberian tanda ini bertujuan menjadi
pembeda antara perlakuan yang diberikan. Kemudian kedua botol vial dibungkus
menggunakan kertas alumunium foil, hal ini bertujuan supaya tidak terpengaruh dengan
paparan cahaya. Langkah selanjutnya botol vial yang telah diberi tanda dimasukkan
kedalam kulkas. Kemudian dilakukan pendiaman selama 45 menit dalam kulkas.
Selanjutnya dilakukan pengkuran absorbansi dan di peroleh hasil absorbansi pada botol

vial 1a 0,062 dan pada botol vial 1b sebesar 0,002. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa penambahan basa dapat meningkatkan absorbansi dari larutan vitamin C.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Panjang gelombang maksimum dari vitamin C adalah 266 Nm.
7.1.2 Sifat-sifat vitamin C adalah mudah larut dalam air, bersifat reaktif, mudah
teroksidasi, sangat berpengaruh oleh paparan cahaya, lama penyimpanan,
temperatur, dan pengaruh ion logam.
7.1.3 Nilai absorbansi panjang gelombang 266 nm adalah :
Sampel
Absorbansi

1a
0,062

2a
0,002

1b
0,149

2b
0,00

1c
0,018

2c
0,003

1d
1,247

7.2 Saran
7.2.1 Seharusnya lama penyimpanan dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
7.2.2 Seharusnya lebih teliti dalam melakukan pengenceran larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N. S, 1992, Kimia Vitamin, Rajawali Pers, Jakarta.


Brady, J, 1999, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta.

2d
0,002

Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Cetakan I


Andalas University Press, Padang.
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Davies,1991, Alat Atomisasi Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa, Erlangga,
Jakarta.
Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged: 1931-47.
Harper, L. J, 1987, Pangan Gizi dan Pertanian, UI Press, Jakarta.
Soerjodibroto, W.S, 1985, Vitamin C dipandang dari Sudut Ilmu Gizi, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta.
Underwood, A. L, 1996, Kimia Analitik Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 14 Mei 2014
Praktikan,

Digna Renny Panduwati

Hanan

Meitra Vidiani

24030112140120

24030112130045

24030112140030

Rinaldy Christian

Siti Nurhabibah

Sofiana Ratnasari

24030112130131

24030112120023

24030112120009)

Mengetahui,
Asisten

Kartika Eka P.
24030110120044

Anda mungkin juga menyukai