Anda di halaman 1dari 4

Persyaratan lokasi untuk tempat tinggal manusia.

Secara mendasar manusia di zaman dahulu akan menetap di suatu


daerah jika daerah tersebut memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu
dekat dengan sumber air sehingga mereka dapat bercocok tanam dan
memancing agar hasilnya menjadi sumber makanan bagi mereka. Sejarah
telah mencatat peradaban-peradaban besar berkembang dari pemukiman
di dekat sungai. Peradaban tertua, 3500 hingga 2000 Sebelum Masehi,
Mesopotamia berlokasi di antara Sungai Tigris dan Sungai Euphrates. Di
Mesir pemukiman agricultural telah ada sejak 5500 SM, namun
perkembangan peradaban Mesir dimulai sejak 3100 SM.
Manusia-manusia cenderung untuk menetap di dekat sungai karena
kaya akan sumber air untuk agrikultur dan kebutuhan manusia, dan
memiliki daerah datar yang luas untuk memperbesar wilayah
bermukimnya. Sungai juga memiliki siklus banjir tahunan untuk lebih
menyuburkan tanah, hal ini memungkinkan hasil bercocok tanam yang
berlebih dan dapat membuat penduduk setempat melakukan pekerjaan
lain selain bertani, seperti menjadi pandai besi, pedagang, dan lain lain.
Tinggal di dekat sungai juga membuat transportasi manusia menjadi
mudah, dengan membuat sampan kecil untuk berpergian dan
mengangkut barang.
Proses yang lama berjalan dari manusia manusia primitif hingga
pada 1700 masehi membuat manusia lebih memilih dalam hal cara hidup.
Peradaban pada saat itu lebih tumbuh dan berkembang pada lingkungan
yang memiliki iklim tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, tidak terlalu
kering, dan tidak terlalu basah. Sumber air yang memadai, tanah yang
datar dan cukup luas, dan juga akses ke tempat lain baik itu via air
ataupun daratan. Sebuah peradaban yang besar akan sulit untuk
berkembang tanpa syarat-syarat tersebut.
Referensi:
McCannon, John. 2008. Barron's AP World History. Barrons Educational
Series, Inc.

Bagaimana lingkungan fisik membentuk cara hidup manusia ?


Lingkungan fisik dan peran manusia secara mutual saling
mempengaruhi. Sejak zaman purba, manusia sangat lah sensitif dan
selektif dalam bertahan hidup di lingkungan mereka. Alam sebagai
lingkungan fisik selalu tidak dapat diprediksi, dan manusia primitif
memiliki awareness terhadap hal itu dan akan menyesuaikan cara hidup

mereka. Tinggal di goa adalah salah satunya, tinggal di goa melindungi


mereka dari cuaca dan binatang buas yang akan mereka temui jika hidup
di padang rumput atau hutan.
Perbedaan lingkungan fisik, atau karakteristik alam yang berbedabeda di setiap wilayah di bumi membuat manusia yang tinggal atau
berkelana di tempat bersangkutan harus bereaksi terhadap fenomenafenomena alam yang dihasilkan oleh lingkungan tersebut. Manusia juga
akan memanfaatkan lingkungan tempat mereka tinggal dengan sebaik
mungkin agar dapat menunjang kehidupan mereka juga.
Referensi:
http://www.idsejarah.net/2014/01/lingkungan-geografimempengaruhi.html
R. S. Khoiyangbam. 2015. Introduction to Environmental Sciences. The
Energy and Resources Institute.

Apa yang menjadi penorong manusia melakukan perpindahan dari


Afrika ke tempat lain ?
Manusia pertama kali bermigrasi dari Afrika 60.000 tahun yang lalu,
dan dari Afrika pula manusia modern telah berevolusi. Apa yang menjadi
faktor utama perpindahan ini masih merupakan sebuah asumsi dan
hipotesis paleontologis dan ilmuwan lainnya, namun yang paling masuk
akal ialah perubahan iklim secara global yang terjadi pada waktu itu.
Penurunan suhu muka bumi yang drastis, dari bukti genetis sekarang,
mengakibatkan populasi manusia jatuh ke angka puluhan ribuan. Namun
ketika iklim kembali membaik setelah 60.000 tahun yang lalu, populasi
manusia kembali meningkat. Kolonialisasi daratan Eurasia dilakukan oleh
manusia-manusia yang melintasi selat Bab-al-Mandab yang sekarang
memisahkan Yaman dan Djibouti. Imigran pertama ini menyusuri dan
melakukan ekspansi hingga pesisir India, kemudian menuju Asia Tenggara.
Proses migrasi ini terjadi 50.000 tahun yang lalu.
Referensi:
https://genographic.nationalgeographic.com/human-journey/

Evolusi sistem budaya manusia purba.


17,000 tahun yang lalu yaitu pada zaman Paleolithic Awal, manusia
purba seperti Cro-Magnon mengembangkan tradisi-tradisi menciptakan

alat agar dapat beradaptasi di lingkungan mereka. Mereka memburu


mamalia-mamalia besar seperti rusa, kuda, dan lain lain. Orang-orang
Cro-Magnon meningkatkan stok makanan dengan mengembangkan
koordinasi berburu dalam grup-grup kecil untuk memburu kawanan hewan
yang banyak di Eropa bagian barat dan tengah. Mereka juga
mengembangkan berbagai macam tombak untuk berburu dan pisau dari
batu untuk memotong hasil buruan mereka.

Manusia

purba

Cro-Magnon

juga

mengembangkan
seni
dengan
memahat
batu,
tulang, atau tanduk rusa.
Kalung,
gelang
dan
ornament-ornamen mereka
terbuat dari tulang, gigi, dan kulit kerang. Dinding goa mereka terlukis
oleh hewan-hewan pada masa itu seperti banteng dan rusa. Bagi kita
manusia modern, hal-hal tersebut mungkin dapat dibilang sebagai seni
namun bagi Cro-Magnon maknanya bisa berbeda dan lebih dalam dari
yang kita asumsikan, dapat diperkirakan bahwa menurut mereka, bendabenda tersebut memiliki nilai magis dan religius.

Pahatan seorang wanita di batu.

Gigi beruang yang dipahat.

Pahatan
tulang.

di

Referensi:
http://anthro.palomar.edu/homo2/mod_homo_5.htm

Anda mungkin juga menyukai