Skenario A Blok 9 Fix
Skenario A Blok 9 Fix
04121001007
04121001013
04121001026
04121001037
04121001050
04121001056
04121001060
04121001069
04121001084
04121001107
04121001128
04121001136
04121001142
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
Kata Pengantar
Pertama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas ilmu dan berkah-Nya lah kita telah menyelesaikan diskusi kita dan menuntaskan
laporan tutorial skenario A blok 9 tahun 2013.
Laporan ini merupakan hasil diskusi kelompok L5 yang telah dilakukan selama dua
kali pertemuan formal. Kasus yang dibahas pada tutorial kali ini mengenai Resistensi
Antibiotik lebih tepatnya mengenai kasus ESBL. Selama tutorial terjadi komunikasi
yang baik sehingga dapat menemukan kesimpulan dari alur berpikir yang telah kami
lakukan.
Tentu saja tidak hanya dari diskusi dan pembelajaran mandiri. Peran tutor dalam
membimbing dan mengarahkan serta memberi beberapa masukan sangat berharga
sehingga tutorial kali ini berjalan sesuai alur, fokus, dan tidak melebar. Kami
sampaikan terima kasih kepada tutor kami Dr. Hj. Maznah Hamzah M.Kes.Sp.Park..
Selain itu materi-materi yang telah diajarkan oleh dosen pembimbing di dalam IT
sangat membantu dalam menuntaskan kasus ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor Dr. Hj. Maznah Hamzah M.Kes.Sp.Park., dan para
anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam
pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Palembang, 20 Juni 2013
Penyusun
Petugas Kelompok
Tutor
Moderator
Sekretaris
Anggota
I.
: M. Fadhil Oktavian E
: Mutia Agustria
: 1. Ridha Rana A
2. Merta Aulia
3. Adinda Triandari A
4. Neva Arsita
5. Zakiah Khoirunnisa
6. Samuel Bertua H. M
7. Salman Al Farisi
8. Wulan Meilani
9. Tika Rahma Guci
10. Ayu Syartika
11. Fauzan Ditiaharman
Skenario A
Tn. Iske (60 tahun) mempunyai riwayat hipertropi prostat dan sering dipasang
kateter urine di rumah sakit. Sejak 1 bulan yang lalu, dia mengeluh nyeri saat
berkemih dan keluhan tersebut disertai demam. Pemeriksaan urin menunjukkan
adanya infeksi pada saluran kemih dan dokter memberi antibiotic selama 7 hari
tetapi belum sembuh. Kemudian dokter meminta dilakukan pemeriksaan ulang
terhadap urin yaitu biakan untuk mengidentifikasi bakeri penyebabnya dan
meminta dilakukan AST. Hasil biakan menunjukkan infeksi oleh E. colli dan hasil
AST memperlihatkan fenomena ESBL. Dokter meminta dilakukan pemeriksaan
molekuler untuk memastikan bahwa hasil AST tersebut memang benar ESBL
II.
Klarifikasi istilah
a. Hipertrofi prostat : prostatic hyperplasia; pembesaran prostat terkait usia
akibat proliferasi unsure-unsur stromal maupun glandular; dapat
menyebabkan obstruksi dan kompresi uretra (dorland : 539)
b. Kateter
: peralatan bedah yang berbentuk tubular dan
lentur yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk mengeluarkan atau
memasukkan cairan (Dorland : 160)
IV.
Analisis Masalah
a. Tn. Iske (60 tahun) mempunyai riwayat hipertropi prostat dan sering
dipasang kateter urine di rumah sakit
1) Bagaimana patofisiologi hipertropi prostat?
Usia mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya BPH, akan
tetapi ini tidak berlaku pada pria yang menjalani tindakan kastrasi
prapubertas. Oleh karena itu maka faktor usia dan hormon androgen
sangat berpengaruh menyebabkan terjadinya BPH. Secara khususnya,
pria memproduksi hormon terpenting di dalam reproduksi, yakni
hormon testosteron dan sedikit hormon estrogen.
Pada saat seseorang pria itu mulai berumur, maka jumlah
testosterone yang aktif di dalam darah menurun dan kadar
estrogen meningkat. Peningkatan ini ditambah pula dengan substansi
lainnya dipercayai mempercepat pertumbuhan sel pada kalenjar
prostat dan sehingga pada akhirnya menybabkan terjadinya BPH.
Secara histopatologi pula, prostat ada mensekresi kan produk dimana
ia memenuhi hampir separuh dari volume cairan seminal. Cairan ini
merupakan cairan halus yang kaya dengan asam sitrat beserta enzim
proteolitik termasuk fibrinolisin yang bertindak mencairkan kembali
semen yang berkoagulasi setelah dilepaskan ke dalam vagina. Akan
tetapi, sisa cairan ini yang tersisa dan mungkin tidak dilepaskan akan
terkumpul di dalam beberapa kalenjar untuk membentuk apa yang
dinamakan sebagai corpora amylacea, yang mana meningkat sejalan
usia dan bisa terjadinya kalsifikasi
2) Bagaimana manifestasi klinis dari hipertropi prostat?
Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah gabungan dari
hal-hal berikut dalam derajat yang berbeda-beda yaitu sering
berkemih, nokturia, urgensi(kebelet), atau urgensi dengan
inkontinensia, tersendat-sendat, mengeluarkan tenaga untuk
mengalirkan kemih, rasa tidak lampias, inkontinensia overflow,
dan kemih yang menetes setelah berkemih. Kandung kemih yang
5
miksi.
Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi antara
lain : sistografi atau pemeriksaan adanya refluk vesiko-ureter
bladder, inkontinensia).
Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian
Persiapan Kateterisasi.
Tindakan katerisasi merupakan tindakan invasif dan
dapat menimbulkan rasa nyeri, sehingga jika dikerjakan dengan
cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan saluran uretra yang
permanen. Oleh karena itu sebelum menjalani tindakan ini pasien
harus diberi penjelasan dan menyatakan persetujuannya melalui surat
persetujuan tindakan medik (informed Consent).
Setiap pemasangan kateter harus diperhatikan prinsip-prinsip yang
tidak boleh ditinggalkan, yaitu :
1. Pemasangan kateter dilakukan secara aseptik dengan melakukan
disinfeksi secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan
iritasi pada kulit genitalia dan jika perlu diberi profilaksis
antibiotika sebelumnya.
2. Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien.
3. Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif
untuk melakukan drainase urine yaitu untuk orang dewasa ukuran
16F 18F. Dalam hal ini tidak diperkenankan mempergunakan
kateter logam pada tindakan kateterisasi pada pria karena akan
menimbulkan kerusakan uretra.
Teknik Kateterisasi
Kateter Uretra.
Pada Wanita
Tidak seperti pada pria, teknik pemasangan kateter pada wanita
jarang menjumpai kesulitan karena uretra wanita lebih pendek.
Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara
uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau tertutupnya muara
uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks. Untuk itu mungkin
perlu dilakukan dilatasi dengan busi a boule terlebih dahulu.
Pada Pria
Urutan teknik kateterisasi pada pria adalah sebagai berikut :
Desinfeksi pada penis dan daerah di sekitarnya, daerah
eksterna.
Balon kateter dikembangkan dengan 5 10 ml air steril.
Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan
ke
kaudal)
akan
menyebabkan
terjadinya
kandung
kemih
mengakibatkan
nonbedah
yaitu
kateter
uretra
permanen
yang
10
makrofag
jaringan,
dan
limfosit
pembunuh,
dapat
menyebabkan
telah
demam,
menunjukkan
bahwa
pertama-tama
dengan
untuk
membangkitkan
reaksi
demam.
Ketika
11
perdarahan
dan
kerusakan
uretra
yang
dapat
diperhatikan
13
antibiotic
karena E.coli
menghasilkan ESBL.
3) Bagaimana cara kerja antibiotic terhadap infeksi saluran kemih?
Infeksi oleh E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida,
ampisilin,
sefalosporin,
aminoglikosida.
kloramfenikol,
Aminoglikosida
kurang
tetrasiklin
baik
diserap
dan
oleh
dalam
ikatan
silang
yang
penting
dalam
pembentukan
mempengaruhi
dinding
bakteri
yang
baru
terbentuk,
14
memanfaatkan
mikroorganisme
15
penicillin,
dan
cephalosporin
serta
menghasilkan
tetracycline,
chloramphenicol
dan
sulfamethoxazole-trimethoprim.
ESBL jarang terjadi di Proteus mirabilis, diduga penyebabnya
karena spesies ini memiliki kandungan plasmid yang rendah. Hal ini
memperkuat teori bahwa transmisi ESBL antara satu organisme
ke organisme yang lain biasanya terjadi di plasmid.
Pada ESBL terjadi substitusi asam amino dan mengakibatkan
perubahan konfigurasi enzim. Perubahan ini akan merubah fungsi
16
17
National
Committee
for
Clinical
Laboratory
Supplement
with
18
Clavulanate,
Disk
Replacement
dalam
infeksi
saluran
kemih
dan
golongan
pembangunan
oligonukleotida
tersebut
adalah
5'-fluoresensi-berlabel,
penggunaan
pengembangan
V.
Sintesis
a. Anatomi dan fisiologi traktus urinarius maskulina
Saluran kemih terdiri dari dua ren yang terletak pada dinding
posteriorl abdomen, dua ureter yang berjalan ke bawah pada dinding posterior
abdomen dan masuk ke pelvis, satu vesica urinaria yang terletak dalam cavitas
pelvis, dan satu urethra yang berjalan melalui perineum.
20
1) Ginjal
Fungsi Penting Ginjal
Terletak retroperitoneal
Lateral T12 L3 vertebra
Pada umumnya memiliki tinggi 12 cm, lebar 6cm, dan tebal 3 cm
Hilus
Pada permukaan konkaf
Tempat masuk keluarnya pembuluh darah
21
Anatomi Internal
Potongan bagian frontal ginjal: Korteks renalis, Piramis medullae
22
Persarafan
Plexus sympathicus renalis. Seraut-serabut aferen yang
berjalan melalui plexus renalis masuk medulla spinalis melalui
nervus thoracicus X, XII, dan XII.
Anatomi Mikroskopis
Tubula uriniferus, terdiri dari:
Nefron
Korpuskulum renalis serta tubulus renalis
Ductus kolektifus
Mekanisme Produksi Urine
Filtrasi
23
Reabsorpsi
Sebagian besar nutrisi, air, dan
ion-ion penting
Sekresi
Proses
aktif
dalam
mengeliminasi molekul-molekul
yang tidak diinginkan
2) Tubulus Uriniferus
3) Nefron
- Korpuskulum renalis
Glomerulus dan kapsula glomerulus
- Glomerulus Berkas-berkas kapiler
Kapiler-kapiler glomerulus berpori-pori
- Kapsula Bowman
Lapisan parietal-epitel gepeng selapis
Lapisan visceral-terdiri dari podosit
24
Macam-macam nefron:
4) Tubulus Kolektivus
Menerima urin dari tubulus kontortus distal
5) Ureter
Membawa urin dari ginja ke vesica urinaria
Pintu masuk oblik ke vesica
urinaria
mencegah
refluksnya urin
Histologi ureter
- Mukosa-epitel
transisional
- Muskularis-dua lapisan
Inner longitudinal layer
Outer circular layer
- Adventitia-jaringan ikat
6) Vesica Urinaria
Kantung muscular
Menyimpan urin
- Dalam keadaan penuh bulatm membesar ke dalam cavitas
-
abdominal
Dalam keadaan kosong berada sepenuhnya di dalam pelvis
26
7) Glandula Prostat
Berada di inferior vesica
urinaria
Mengelilingi urethra
epitel
transisional
Lapisan muscular
otot detrusor
Adventitia
Struktur
Vesica
Urinaria
dan Urethra
8) Uretra
Pada laki-laki memiliki panjang 20 cm. Ada tiga region:
Prostatic uretra
27
b. Hipertropi prostat
Hipertrofi Prostat atau yang dikenal dengan Benigna Prostat
Hiperplasi (BPH) adalah perbesaran prostat, dimana kelenjar prostat
membesar, memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine, sehingga dapat mengakibatkan hidronefrosis dan
hidroureter (Brunner & Suddarth, 2000). Benigna Prostat Hiperplasi
adalah pembesaran dari beberapa dari kelenjar ini yang mengakibatkan
obstruksi urine (Mary Buradero dkk, 2000).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum
pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000). sehingga
mendesak saluran perkemihan.
Hipertropi adalah pembesaran sel, sedangkan hiperplasi adalah
pertambahan jumlah sel, sehingga terjadi pembentukan jaringan yang
berlebihan. Namun, istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang
terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan
prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah (Anonim FK UI
1995).
Etiologi
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui
secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada
endokrin dan dapat pula dianggap undangan (counter part). Oleh karena
itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan
endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun1998
etiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah :
28
muskulus
destrusor
berespon
hipertropi,
yang
29
hari
(nocturia).
Pada malam hari berkemih harus mengejan.
Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu berkemih (disuria).
Massa pada abdomen bagian bawah.
Hematuria (adanya darah dalam urin).
Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urin)
j) Kesulitan mengawali dan mengakhiri berkemih.
k) Kolik renal (kerusakan renal, sehingga renal tidak dapat
berfungsi).
l) Berat badan turun.
m) Anemia, kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui.
n) Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus
dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan
selaputnya merusak ginjal (Arifiyanto, 2008).
31
Penatalaksanaan
Modalitas terapi BPH adalah :
1) Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien.
2) Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan
keluhan ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit.
Obat yang digunakan berasal dari phitoterapi (misalnya : Hipoxis
rosperi, serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan
golongan supresor androgen.
33
kemih.
Diperlukan perban luka, drainase, kateter foley, dan kateter
epididimistis.
Persiapan buang
hajat
diperlukan
sebelum
operasi
34
35
kencing,
disuria,
hematuria,
dan
piuria.
Nyeri
pinggang
menghasilkan
verotoksin,
dinamai
sesuai
efek
sitotoksisnya pada sel Vero, suatu ginjal dari monyet hijau Afrika.
e) E. coli Enteroagregatif (EAEC)
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di
Negara berkembang.
36
37
pembentukan
ikatan
silang
pada
biosintesis
(TMP-SMZ),
siprofloxacin,
resistensi
bakteri
terhadap
antibiotik
tersebut.
betalaktamase
adalah
suatu
zat
yang
dapat
40
dengan
penghambatnya
umumnya
menetap,
ditemukan,
enzim
kelas
merupakan
enzim
yang
42
adalah
diperolehnya
suatu
sistem
dan
kontrol
negatif
menunjukkan
tidak
ada
pertumbuhan.
Sebuah prosedur yang mirip dengan dilusi adalah pengenceran
agar. Metode pengenceran agar mengikuti prinsip membangun
konsentrasi terendah dari serial diencerkan konsentrasi antibiotik di
mana pertumbuhan bakteri masih terhambat.
43
Pada
agar ini piring,
bakteri
isolat
diuji
untuk
ketahanan
terhadap
masing-masing
dua belas antibiotik yang berbeda. Zona jelas di sekitar setiap disk
adalah zona inhibisi yang menunjukkan tingkat ketidakmampuan
tes organisme untuk bertahan hidup di hadapan antibiotik uji. (A)
Disk menunjukkan zona penghambatan besar, sedangkan (B) tidak
menunjukkan zona inhibisi, yang menunjukkan resistensi dari
isolat terhadap antibiotik uji.
Kehadiran zona inhibisi tidak secara otomatis diartikan
sebagai kerentanan terhadap antibiotik, lebar zona harus diukur
dan dibandingkan terhadap standar acuan yang berisi rentang
pengukuran dan kategori kualitatif setara mereka rentan,
intermediately rentan atau resisten.
Misalnya, E.coli ini mengisolasi di sebelah kanan memiliki
zona
grafik
interpretasi
Menengah : 14-16 mm
Rentan
: 17 mm atau lebih
44
adalah
sebagai
berikut:
45
E-test (AB Biodisk, Solna, Swedia) adalah tes yang tersedia secara
komersial yang menggunakan test strip plastik diresapi dengan
konsentrasi bertahap menurun dari antibiotik tertentu. Strip juga
menampilkan skala numerik yang sesuai dengan konsentrasi antibiotik
yang terkandung di dalamnya. Metode ini menyediakan untuk uji
kuantitatif nyaman resistensi antibiotik dari isolat klinis. Namun, strip
terpisah diperlukan untuk setiap antibiotik, dan karena itu biaya
metode ini bisa tinggi.
4) AST OTOMATIS
Beberapa sistem komersial telah dikembangkan yang mudah
disiapkan dan diformat panel mikrodilusi serta instrumentasi dan
membaca otomatis piring. Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi
kesalahan teknis dan waktu persiapan yang panjang.
Kebanyakan otomatis antimikroba sistem uji
kerentanan
kromogenik
(cakram
Cefinase
oleh
Sistem
kadar
agen
antimikroba
yang
menghambat
47
pada
media
agar
yang
telah
ditanami
dengan
48
bakteri
kloramfenikol bila
asetiltransferase.
Mikroorganisme
obattersebut.
gram
negatif
resisten
menghasilkan
mengubah
Contoh:
kloramfenikol
permeabilitasnya
resisten
terhadap
terhadap
terhadap
amikasin
dan
terhadap
obat,
yang
rupanya
ribosom.
Mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme lain
49
penambahansuatu
zat
jugakemungkinan
mikroorganisme
yang
paling
obat berkurang.
Aktivitas metabolik mokroorganisme:mikroorganisme yang
aktif dan tumbuh cepat lebih peka terhadap daya kerja obat
daripadamikroorganisme yang berada dalam keadaan istirahat.
51
(kateter urin, kateter vena dan endotracheal tube) untuk waktu yang lama juga
merupakan risiko tinggi untuk terinfeksi oleh bakteri penghasil ESBL.
Definisi ESBL
Definisi yang sering digunakan adalah : enzim yang mempunyai
kemampuan
untuk
menghidrolisis
antibiotika
golongan
penicillin,
52
1) Keparahan penyakit,
2) Lama rawat inap di rumah sakit,
3) Peralatan medis yang invasif (kateter urine,endotracheal tubes,
central venous lines),
4) Antibiotik.
Klasifikasi Extended-spectrum beta lactamase(ESBL)
Anggota famili Enterobacteriaceae sering mengekspresikan plasmidencoded lactamase (misalnya, TEM-1, TEM-2, dan SHV-1) yang resisten
terhadap pencillin namuntidak terhadap cephalosporin. Namun akhir akhir
ini sudah banyak ditemukan bakteri penghasil lactamase yang resisten
terhadap golongan antibiotik cephalosporin.
Jenis ESBL yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
- SHV -lactamases (class A),
- TEM -lactamases (class A),
- CTX-M -lactamases (class A),
- OXA -lactamases (class D),
- PER-type ESBL,
- Other ESBL
mempengaruhi
respon
seseorang
terhadap
obat-obatan,
tetapi
54
menebak
dari
menemukan
obat
yang
tepat,
akan
55
56
57
gambaran besar tentang dampak variasi gen sangat memakan waktu dan
rumit.
2) Obat alternatif terbatas
Hanya satu atau dua obat yang disetujui mungkin tersedia untuk
pengobatan kondisi tertentu. Jika pasien memiliki variasi gen yang
mencegah mereka menggunakan narkoba, mereka dapat dibiarkan tanpa
ada alternatif untuk pengobatan.
3) Disinsentif bagi perusahaan obat untuk membuat produk beberapa
pharmacogenomic
Sebagian besar perusahaan farmasi telah berhasil dengan "satu ukuran
cocok untuk semua" pendekatan pengembangan obat. Karena biaya
ratusan juta dolar untuk membawa obat untuk pasar, akan perusahaanperusahaan ini bersedia untuk mengembangkan obat alternatif pada
populasi yang kecil
4) Mendidik penyedia layanan kesehatan
Produk Memperkenalkan pharmacogenomic ganda untuk mengobati
kondisi yang sama untuk himpunan bagian populasi yang berbeda pasti
akan menyulitkan proses meresepkan dan mengeluarkan obat-obatan.
Dokter harus melakukan langkah diagnostik tambahan untuk menentukan
obat mana yang paling cocok untuk setiap pasien. Untuk menafsirkan
diagnostik akurat dan merekomendasikan perawatan terbaik untuk setiap
pasien, suatu resep, terlepas dari itu, akan memerlukan pemahaman yang
lebih baik genetika
g. Antibiotik
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut
dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1]dilihat dari target
atau sasaran kerjanya:
58
mencakup
golongan
Quinolone,
Makrolida,
Aminoglikosida,
dan
Tetrasiklin,
59
menghambat
reaksi
reduksi
dari
asam
tersebut
penting
untuk
reaksi-reaksi
pemindahan atom C, seperti pada sintesis basa purin dan asam amino.
60
terikat
pada
protein
plasma.
Sampai
60%
61
2) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone
merupakan
antibiotik
yang
memiliki
ciprofloxacin,
norfloxacin,
levofloxacin,
ofloxacin,
moxifloxacin.
Fluoroquinolone mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat
terhadap bakteri E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H.
influenzae, Providencia, Serratia, Salmonella, N. meningitidis, N.
gonorrhoeae, B. catarrhalis dan Yersinia enterocolitica.
Fluoroquinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang
bekerja
dengan
menghambat
enzim
topoisomerase
II
dan
pada
fluoroquinolone
dapat
terjadi
melalui
mekanisme berikut:
Mutasi pada gen gyr A yang menyebabkan enzim gyrase A
penetrasi obat
Peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar (efflux)
Fluoroquinolone terdistribusi dengan baik pada berbagai organ
62
VI.
Kerangka Konsep
Tn. Iske 60
tahun
Risiko umur
BPH
Nyeri saat
miksi
Pemasangan
kateter
Risiko Infeksi E.
coli
Mutasi
gen
ESBL
63
Demam
VII.
Kesimpulan
Tn. Iske dengan umur 60 tahun memperbesar risiko terkena hipertropi prostat
sehingga dilakukan pemasangan kateter urin rutin. Pemasangan kateter
memperbesar risiko infeksi E.coli dan mutasi sehingga E. coli membawa sifat
ESBL.
Daftar Pustaka
Benigna
Prostat
Hiperplasia.
Dalam
65