Analisis Skenario C Merta
Analisis Skenario C Merta
Quetiapin diberikan 25 mg per oral dua kali sehari yang dapat ditingkatkan
menjadi 25-50mg per dosis tiap 2 sampai 3 hari sampai tercapai target 300-400
mg perhari yang terbagi dalam 2-3 dosis. Risperidon diberikan 1-2 mg per oral
pada malam hari dan secara gradual ditingkatkan 1 mg tiap 2-3 harus sampai
dosis efektif tercapai (4-6 mg per oral). Quetiapin adalah obat antipsikotik baru
yang paling menimbulkan sedasi dan paling aplikatif dalam pengobatan delirium
b) Bagaimana hubungan usia dengan keluhan ?
Penyakit graves mempunyai predisposisi genetik yang kuat, dimana 15%
penderita mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan penderita penyakit
yang sama. Sekitar 50% dari keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan
autoantibodi tiroid didalam darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak
pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka
kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40 tahun.
Sedangkan pada kasus umur Nn. L 22 tahun merupakan kejadian tertinggi
untuk penyakit graves
Masalah ketiga :
Dalam beberapa bulan terakhir pasien juga sering gugup, keluar keringat banyak,
mudah cemas, sulit tidur dan bila mengerjakan sesuatu selalu terburu buru.
a) Apakah ada keterkaitan antara keluhan dengan delirium?
Gejala-gejala tersebut terjadi karena adanya gangguan kelenjar endokrin yang
pada kasus ini adalah kelenjar tiroid.
terjadinya hipersekresi hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)
yang akan menimbulakan gejala-gejala tersebut. Gejala diare yang dialami Nn L
dapat terjadinya dehidrasi yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran
(delirium).
b) Masalah kelima :
Pemeriksaan laboratorium :
Darah rutin : Hb : 12g%; WBC : 17.000/mm3.
Kimia darah : Glukosa darah, test fungsi ginjal dan hati normal, elektrolit serum
normal.
Test fungsi tiroid : TSH 0,001 mU/L, T4 bebas 7,77 ng/dl.
a) Bagaimana histopatologi dari graves disease ?
Makroskopis:
a. Pembesaran thyroid merata, warna merah muda
Mikroskopis:
b. Penuh
oleh
acini
yang
bervariasi
dalam
ukuran
antibodi yang melawan sel induk akan eksis dan akan meningkatkan proses
autoimun.
- Wanita
Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi respons imun oleh
estrogen. Hal ini disebabkan karena epitose ekstraseluler TSHR homolog dengan
fragmen pada resptor LH dan homolog dengan fragmen pada reseptor FSH.
- Status gizi dan Berat badan lahir rendah
Hal ini sering dikaitkan dengan prevalensi timbulnya penyakit autoantibodi
thyroid
-Stress
Stress juga dapat sebagai faktor inisiasi untuk timbulnya penyakit lewat jalur
neuroendokrin.
- Merokok dan hidup di daerah dengan defisiensi iodium
- Toxin, infeksi bakteri dan virus
Bakteri Yersinia enterocolitica yang mempunyai protein antigen pada membran
selnya sama dengan TSHR pada sel folikuler kelenjar thyroid diduga dapat
mempromosikan timbulnya penyakit Graves terutama pada penderita yang
mempunyai faktor genetik. Kesamaan antigen bakteri atau virus dengan TSHR
atau perubahan struktur reseptor terutama TSHR pada folikel kelenjar thyroid
karena mutasi atau biomodifikasi oleh obat, zat kimia atau mediator inflamasi
menjadi penyebab timbulnya autoantibodi terhadap thyroid dan perkembangan
penyakit ini.
Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid manusia akan merangsang ekspresi DR4
pada permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat pengaruh sitokin
(terutama interferon alfa).
1. Periode post partum dapat memicu timbulnya gejala hyperthyroid
3.
oftalmopati
infiltrative
yang
khas
untuk
penyakit
Graves.
dugaan
tersebut.
Dermopati
Graves
(miksedema
menyebabkan
akumulasi
glikosaminoglikans
Berbagai
gejala
.
tirotoksikosis
seperti
takhikardi,
Kelas 1
Hanya ada tanda tanpa gejala (berupa upper lid retraction,stare,lid lag
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Kebutaan
Diagnosis Banding
Diagnosis penyakit Graves langsung dapat ditegakkan pada pasien dengan
pemeriksaan fisik pada palpasi didapatkan pembesaran tiroid yang difus,
ophthalmopathy, fungsi tiroid didapatkan tirotoksitosis, dan TPO atau antibody TSH
R positif, dan terdapat riwayat yang memiliki penyakit autoimun. Pada pasien
dengan tirotoksitosis namun tanda tanda lainnya kurang jelas, pemeriksaan
diagnostic yang paling reliable adalah dengan radionukletida (
99m
Tc,
123
I, atau
131
I ),
yang dapat membedakan penyakit Graves dengan penyakit tiroid nodular, tiroiditis
destruktif, jaringan tiroid ektopik. Pada hipertiroid sekunder yang disebabkan
karena sekresi TSH karena tumor pituitary, juga dapat ditemukan pembesaran tiroid
difus, namun tidak disertai dengan peningkatan kadar TSH dan pada
pemeriksaan CT atau MRI scan dapat dengan mudah ditemukan tumot pituitary pada
pasien tersebut. Manifestasi klinis tirotoksitosis dapat menyerupai pasien dengan
serangan panik, mania, feokromatositoma, dan penurunan berat badan yang
disebabkan karena keganasan. Diagnosis tirotoksikosis dapat dengan mudah
disingkirkan jika kadar TSH dan T3 bebas normal. Kadar TSH yang normal juga
dapat menyingkirkan penyakit Graves sebagai penyebab dari pembesaran tiroid.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul tergantung dari keparahan tirotoksitosis, durasi dari
penyakit, kemampunan individu untuk menerima kelebihan hormon tiroid, dan usia
pasien. Pada pasien usia lanjut maka tanda dan gejala dari tirotoksitosis dapat tidak
terlalu menonjol, dan pasien mungkin hanya merasakan mudah lelah dan mengalami
penurunan berat badan, kondisi seperti ini dikenal dengan istilah apathetic
thyrotoxicosis. Tirotoksitosis dapat menyebabkan penurunan berat badan tanpa sebab,
disebabkan karena metabolism yang meningkat. Peningkatan berat dapat ditemukan
pada 5 % pasien, namun ini disebabkan karena intake makanan yang meningkat. .
Gejala lainnya yang dapat muncul seperti hiperaktifitas, cemas, iritabel, merasa
mudah lelah. Insomnia dan kesulitan dalam berkonsentrasi juga sering ditemukan.
Apathetic thyrotoxicosis pada orang lanjut usia dapat salah diagnosis dianggap
depresi. Tremor halus juga sering ditemukan. Manifestasi neurologis yang sering
termasuk hiperefleks, pengecilan otot, dan miopati proksimal tanpa disertai fasikulasi.
Manifestasi kardiovaskular yang paling sering muncul adalah takikardi, sering
disertai juga dengan palpitasi, kadang kadang dapat menyebabkan supraventrikular
takikardi. Cardiac output yang tinggi menyebabkan nadi menjadi kuat, dan murmur
sistolik aorta dan dapat memperburuk angina atau gagal jantung pada pasien usia
lanjut yang memiliki penyakit jantung. Atrial fibrilasi lebih sering muncul pada
pasien yang berusia > 50 tahun. Kulit pasien biasanya hangat dan lembab, pasien juga
biasa mengeluhkan mudah berkeringat dan tidak tahan udara panas. Palmar eritem,
onkilosis, yang lebih jarang seperti pruritus, urtikaria dan hiperpigmentasi difus juga
dapat muncul. Rambut pasien akan menjadi tipis, alopesia difus terjadi pada lebih dari
40 % pasien, dan bertahan beberapa bulan setelah menjadi eutiroid. Waktu transit di
saluran cerna menjadi lebih sebentar, menyebabkan pasien sering BAB, sering
disertai diare dan kadang kadang steatorea ringan. Pasien perempuan biasanya akan
mengalami oligomenorea atau amenorea, pada pria akan mengalami disfungsi
seksual, pada kasus yang jarang muncul ginekomastia. Efek langsung dari hormone
diukur
menggunakan
exophthalmometer.
Pada
kasus
periorbital,
injeksi
sclera,
dan
menutup
kemosis
saat
juga
tidur.
sering
KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit Graves yang akut ialah terjadinya krisis tirotoksikosis yaitu
kambuh dan melonjaknya kadar tiroid yang membahayakan jiwa dengan gejala
demam, mengigau, kejang, koma, muntah, diare, dan kuning pada seluruh badan.
Kematian biasanya terjadi karena gagal jantung, gangguan irama jantung atau demam
tinggi yang tidak bisa diturunkan dengan obat. Komplikasi ini biasanya diawali
dengan adanya penyakit berat yang mendadak terjadi (stroke, infeksi, atau trauma),
operasi, pengobatan dengan radioiodine.
Penyakit Graves juga dapat menyebabkan komplikasi mata karena kelopak mata yang
tertarik sehingga menyebabkan mata kering dan akhirnya kerusakan pada kornea dan
bola mata.
Selain itu penyakit Graves juga dapat menyebabkan komplikasi gagal jantung
kongestif yaitu jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, dan tulang menjadi rapuh.
Tata Laksana
Medikamentosa
OAT yang dianjurkan golongan tionamid, yaitu :
a. propitiorasil (PTU) lebih sering digunakan dibandingkan Methimazole karena
memiliki ikatan yang lebih besar dengan protein
dosis : 100-150 mg/ 8 jam
setelah eutiroid klinis laboratorik
50 mg/ 6 jam
b. Metimazol
dosis : 2 kali 10 mg/hari
pada trimester 3, metimazol dipertahankan 5 mg /hari
c. adrenergic blocade
Seperti propanolol. Namun penggunaan yang terus menerus dapat mengakibatkan
keterbelakangan pertumbuhan janin.
a. Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen
tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m 2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan
600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi
dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Risiko khusus : Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui,
penyakit hati (Lee, 2006).
b. Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamill
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid
berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Risiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
myelosupression, kehamilan.
PTU lebih dianjurkan pada wanita hamil daripada metimazol karena metimazol lebih
mudah melewati sawar plasenta dan dapat menghambat sintesis hormon tiroid
sehingga dapat menyebabkan hipotiroidisme sesaat dan struma pada bayi. Penggunaan
propiltriurasil lebih aman karena lebih sedikit obat yang sampai ke janin. Dalam dosis
tinggi, kedua obat ini dapat memblok kelenjar tiroid janin sehingga terjadi
hipotiroidisme. Yang berakibat pada gangguan intelektual dan retardasi pada anak.
2. Nonmedikamentosa
a. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per
hari baik dari makanan maupun dari suplemen
b. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg BB) per hari untuk
mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur
c. Olah raga secara teratur
d. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme
Prognosis
Hipertiroidisme pada umumnya prognosis baik, jarang sekali berakibat fatal jika
kausal ditangani dengan baik.
Pada banyak pasien, oftalmopati bisa sembuh sendiri dan tidak memerlukan
pengobatan selanjutnya. Tetapi pada kasus yang berat hingga ada bahaya kehilangan
penglihatan, perlu diberikan pengobatan glukokortikoid disis tinggi disertai tindakan
dekompresi orbita untuk menyelamatkan mata tersebut.
dan biasanya diawali dengan adanya faktor pencetus. Faktor pencetus utama terjadina
krisis tiroid ialah infeksi. Faktor pencetus lain seperti trauma, tindakan pembedahan,
miokard infark, tromboemboli paru, ketoasidosis, atau penghentian obat-obat tiroid.