Anda di halaman 1dari 18

Bagian Ilmu Kedokteran

Keluarga dan Komunitas


Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

Februari 2015

VAKSIN MENINGITIS DAN YELLOW FEVER

Oleh:
Rizky Amelia Barlian, S.Ked
Adhytya Pratama Ahmadi, S.Ked
Zurezki Yuana Yafie, S.Ked
Pembimbing:
dr. Hj. Wahyuni Thamrin,M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP adalah unit

pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah


dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh seorang Kepala dan dalam
melaksanakan tugas secara

administratif

dibina

oleh

Sekretariat Direktorat

Jenderal dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat di lingkungan


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
356/Menkes/PER/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya

penyakit,

penyakit

potensial

wabah,

surveilans

epidemiologi,

kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,


pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di
wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, KKP
menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi yaitu pelaksanaan kekarantinaan,
pelaksanaan pelayanan kesehatan, pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, pelaksanaan pengamatan penyakit,
penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali,
pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia;
pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit yang
berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional, pelaksanaan,
fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)

dan

bencana

bidang

kesehatan,

serta

kesehatan

matra

termasuk

penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk, pelaksanaan, fasilitasi,


2

dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat
kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan
dokumen kesehatan OMKABA impor, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat
angkut dan muatannya, pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, pelaksanaan jejaring informasi dan
teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara,
pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara, pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko
lingkungan, dan surveilans kesehatan pelabuhan, pelaksanaan pelatihan teknis bidang
kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara dan pelaksanaan
ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.
Peraturan

tahun

2011

diterbitkan

menurut

Permenkes

No.

2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Perubahan atau Peraturan Menteri Kesehatan


No.356 2008 menetapkan jumlah 49 KKP di seluruh Indonesia, termasuk didalamnya
KKP Kendari dengan status Kelas II. Kegiatan pemberangkatan jamaah haji/umroh
merupakan salah satu lingkup kerja KKP dimana pembekalan jamaah termasuk
pemberian

vaksinasi

diberikan

agar

melindungi

berjangkitnya

penyakit

meningokokus dan lainnya. Tulisan ini membahas khusus mengenai pemberian


vaksinasi meningitis meningokokus dan demam kuning.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Meningitis Meningokokus
1. Tinjauan Umum Meningitis Meningokokus
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah
dan berpindah kedalam cairan otak yangdapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitisbakteri terutama pada kelompok yang rentan (anak dan lansia)
masihseringdijumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang secara invitro
mampu membunuh mikroorganisme-mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. Ini
akibat infeksi Haemophilus influenza maupun Pneumococcus sp.
Namun Dalam pembahasan ini hanya akan disampaikan beberapa hal khusus
mengenai bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus) yang merupakan salah satu
penyebab penyakit meningitidis tersebut. Bakteri ini merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah Streptococcus pneumonia. Meningitis terjadi akibat adanya infeksi
pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran
darah. Penyakit meningitis meningokokus merupakan peradangan selaput otak dan
sumsum tulang belakang akut, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.
Bakteri ini hanya menyerang manusia dan dalam hal ini hewan bukan merupakan
pembawanya. Penyakit ini hanya berasal dari bakteri meningitis yang bersifat
endemis.
Bakteri meningokokus pertama kali diisolasi oleh Weichselebaum pada tahun
1887 dari cairan otak dari pasien yang terkena meningitis akut. Pada tahun 1906, Von
Lingelsheim mendeskripsikan bakteri gram negative berbentuk kokus ini dari
nasofaring dari orang yang sehat dan sakit.
Dalam hal ini akan disampaikan beberapa hal mengenai bakteri Neisseria
meningitidis (meningokokus) yang merupakan salah satu penyebab penyakit
meningitidis tersebut. Penyakit meningitis meningokokus merupakan peradangan
4

selaput otak dan sumsum tulang belakang akut, yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria meningitidis. Bakteri ini hanya menyerang manusia dan dalam hal ini
hewan bukan merupakan pembawanya. Penyakit ini hanya berasal dari bakteri
meningitis yang bersifat endemis.
Klasifikasi bakteri Neisseria meningitidis adalah :
Kingdom

: Bacteria

Phylum

: Proteobacteria

Class

: Beta Proteobacteria

Order

: Neisseriales

Family

: Neisseriaceae

Genus

: Neisseria

Species

: N. meningitidis

2. Morfologi Neisseria meningitidis


Bakteri Neisseria meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada warna
dan karakteristik morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae.
Ciri khas bakteri ini adalah berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter
kira-kira 0,8 m. Neisseria meningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu
membentuk spora. Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan
bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus ini dapat mengalami
otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan alkali. Bakteri N.
meningtidis ini memiliki enzim oksidase. Mikroorganisme ini paling baik tumbuh
pada perbenihan yang mengandung zat-zat organik yang kompleks (misalnya : darah
atau protein binatang dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5 %).
Struktur koloni bakteri ini terdiri dari minimal 8 golongan sero menigokokus (A,
B, C, D W-135, X, Y dan Z). Golongan telah dikenal melalui kekhusuan imunologi
dari masing-masing kapsul polisakaridanya. Pada polisakarida golongan A adalah
suatu polimer dari suatu N-asetilmanosamin fosfat. Sedangkan polisakarida golongan
C adalah suatu polimer dari asam N asetil O asetineuraminat.

Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan
serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan
oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A. Pada
nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik untuk manusia
namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.
3. Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin,
ciuman, berbagi makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau
disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci
tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum,memegang hewan
peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan
berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
Untuk beberapa penyebab meningitis, profilaksis dapat diberikan dalam jangka
panjang dengan vaksin, atau dalam jangka pendek dengan antibiotik.
Sejak 1980-an, banyak negara telah menyertakan imunisasi Haemophilus
influenzae tipe B dalam skema vaksinasi rutin masa kanak-kanak mereka. Hal ini
praktis telah dieliminasi patogen ini sebagai penyebab meningitis pada anak-anak di
negara-negara. Di negara-negara di mana beban penyakit tertinggi, namun, vaksin
masih terlalu mahal. Demikian pula, imunisasi gondok telah menyebabkan penurunan
tajam dalam jumlah kasus gondok meningitis, yang sebelum vaksinasi terjadi pada
15% dari semua kasus gondok.
Vaksin meningokokus ada terhadap kelompok A, C, W135 dan Y. Di negaranegara di mana vaksin untuk meningococcus grup C diperkenalkan, kasus yang
disebabkan oleh patogen ini telah menurun secara substansial. Sebuah vaksin
quadrivalent sekarang ada, yang menggabungkan keempat vaksin. Imunisasi dengan
vaksin ACW135Y terhadap empat strain sekarang menjadi persyaratan visa untuk
mengambil bagian dalam ibadah haji. Pengembangan vaksin meningokokus grup B
6

telah terbukti jauh lebih sulit, seperti protein permukaannya (yang biasanya akan
digunakan untuk membuat vaksin) hanya menimbulkan respon yang lemah dari
sistem kekebalan tubuh, atau cross-bereaksi dengan protein manusia normal. Namun,
beberapa negara (Selandia Baru, Kuba, Norwegia dan Chili) telah mengembangkan
vaksin terhadap strain lokal dari kelompok B meningokokus, beberapa telah
menunjukkan hasil yang baik dan digunakan dalam jadwal imunisasi lokal. Vaksin ini
bersifat subunit sehingga hanya berisi sebagian komponen patogen yang dapat
memicu reaksi imunitas. Vaksin Diberikan dosis 0,5 ml melalui penyuntikan
subkutan, sebaiknya 2 minggu sebelum berangkat ke daerah endemik. Imunitas yang
ditimbulkan efektif selama 2 tahun.
4. Program Vaksinasi Meningitis
a. Dasar Hukum
Berdasarkan Nota Diplomatik dari Kedutaan Besar Kerajaan ~aud/ Arabia di
Jakarta d'engan Surat Dirjen Protokol dan Konsubr No.5881PWIIO6161 jtanggal 7
Juni 2006 yang antara lain rnemuat tentang persyaratan pemberian ';Vaksinasi
Meningitis (ACYW 135) sebagai prasyarat mendapatkan visa haji dan umroh' perlu
dilengkapi dengan bukti vaksinasi yaitu International Certificate of Vaccination
( ICV). Selama ini belum ada peraturanlkebijakan yang mengatur pelaksanaan
vaksinasi Meningitis rneningokokus bagi jemaah ibadah umroh, Rarena itu dipanbang
perlu untuk menetapkan suatu prosedur tetap tentang pelaksanaan vaksinasi
Meningitis meningokokus dan penerbitan ICV bagi jernaah ibadah umroh. Aturan
yang mendukung vaksinasi ini adalah:
1. Undang Undang No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan lbadah Haji;
2. Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut;
4. Undang-Undang No.2 Tahun 1962, tentang Karantina Udara;
7

5. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/MENKES/PER/IV/2008 tentang
Organisasi & Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan;
7. Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular;
8. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.4241Menkes/SWIV12007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan


dalam rangka Karantina Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatin .RI No. 131lMenkeslPerllllll984 tentang
Pengamanan Kesehatan Perjalanan Peserta Umrah;
10. Instruksi Direktur .Jenderal Pengendalian Penyakit' dan Penyehatan .
Lingkungan No.HK.07.01/D111.4/217/2008 tentang pemberlakuan Kartu ICV
baru;
11. International Travel and Health 2008
12. lnternational Health Regulations (IHR) 2005
a) Prosedur tetap
1.) Ruang vakslnasl berisi : meja periksa, meja instrumen, tirai penutup.
2.)Peralatan :
Tensimeter dan stethoscope, thermometer, alat penghancur jarum
suntik ,coldchain, coolbox, ice pack, nierbeken, pinset serurgis, gunting.

3.)Bahan :
Vaksin, adrenalin, lnfus set, abbocath, cairan nacl 0,9 % atau rl (bahan
penanggulangan syok anafilaksis), kapas, alkohol 70%, disposible syringe 1
cc dan 3 cc, handscoen, plester, masker
4.) Formulir:
1. Formulir permohonan vaksinasi,
2. Form status pasien,
3. Surat keterangan kontra indikasi vaksinasi (bahasa lnggris)
4. Buku ICV.

b) Jenis Kegiatan dan Langkah-langkah


1.) Jenis Kegiatan
a. Pemeriksaan Kesehatan
b. Pemberian Vaksinasi
c. Penerbitan buku ICV
2.) Langkah-langkah kegiatan
a. Pemohon vaksinasi mendaftar di loket pendaftaran;
b. Pemohon vaksinasi diarahkan menuju ruangan pelayanan vaksinasi;

c. Pemohon vaksinasi mengisi formulir permohonan Vaksinasi yang


meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, No Telp, No.Pasport; Negara tujuan, jenis
vaksinasi, nama dan alamat agen perjalanan. Selain itu formulir ini
juga berisi bahwa pernohon telah mengetahui informasi tentang
vaksinasi dan kemungkinan efek sarnpingnya. Untuk wanita usia
subur, perlu dilengkapi data bahwa pada saat pemeriksaan
dilakukan, pemohon tidak dalam keadaan hamil. Kemudian
formulir ditandatangani oleh pemohon. Selain sebagai alat
administrasi, formulir ini juga berfungsi sebagai Inform Consent;
d. Petugas mencatat identitas pemohon ke dalam buku registrasi
khusus vaksinasi yang meliputi: Nomor buku ICV, Nama, Nomor
pasport, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, Negara tujuan, jenis vaksin, tanggal pemberian vaksin dan
masa berlaku vaksinasi, Nomor Batch Vaksin dan tanggal
kadaluarsanya;
e. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kepada pemohon berupa
pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan ini dicatat dalam form status
pasien, yang juga berisi tentang riwayat alergi, riwayat vaksinasi
dan riwayat penyakit dahulu;
f. Bila ditemukan kontra indikasi atas keterangan dokter ahli, maka
pemberian vaksinasi tidak dilakukan, maka kepada pemohon
diberikan penjelasan tentang akibat yang rnungkin timbul bila tidak
mendapatkan imunisasi, dan diberikan surat keterangan secara
tertulis;

10

g. Bila tidak ditemukan kontra indikasi, selanjutnya Vaksinator


mencuci tangan dengan sabun, kemudian dilanjutkan dengan
memakai handscoen; Ambil vaksin yang akan dipakai, lakukan
pengecekan vial vaksin untuk memastikan nama jenis vaksin,
tanggal kadaluarsa dan warna larutan vaksin;
h. Untuk kemasan vaksin yang berbentuk beku kering, dilakukan
pencampuran

dengan

cairan

pelarutnya

sesuai

dengan

petunjuk.Kemudian dikocok sampai rata, lalu perhatikan warna


larutan vaksin. Warna larutan vaksin yang baik yaitu putih
beningjernih, jika tidak maka berarti larutan vaksin tersebut sudah
rusak walaupun belum kadaluarsa, jadi vaksin tersebut tidak dapat
digunakan.
i. Untuk vaksin multi dosis yang sudah dioplos, maka sebaiknya di
habiskan dalam waktu 8 jam, jika sudah lewat batas waktu tersebut
maka efektifitas vaksin sudah berkurang, sisa vaksin tersebut tidak
dapat dipakai dan harus dibuang sesuai dengan prosedur;
j. Kemudian aspirasi larutan vaksin yang sudah siap pakai, lalu ganti
jarum suntiknya dengan yang baru. Vaksin sudah siap untuk
disuntikkan.
k. Setelah dilakukan dlsinfeksi pada kulit dengan kapas air hangat,
kemudian dilakukan penyuntikan vaksin. Penyuntikan secara sub
kutan yaitu posisi jarum suntik menembus kulit dengan kemiringan
45 derajat (posisi deltoid). Setelah jarum menembus kulit dilakukan
aspirasi sedikit untuk memastikan bahwa jarum suntik tidak masuk
kedalam pembuluh darah. Selanjutnya dilakukan penyuntikan
secara perlahan sampai larutan vaksin habis. Setelah itu jarum
11

dicabut, lalu lubang bekas penyuntikan segera ditutupi dengan


kapas dan diplester. Bila terjadi syok anafilaktik, atasi dengan
segera menyuntikkan adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,2 sampai 0,3
cc secara intramuskular. Pasang infus dan berikan oksigen.
Lanjutkan dengan observasi ketat tanda-tanda vital seperti tensi,
nadi dan pernafasan serta kesadaran. Bila sampai terjadi henti nafas
dan henti jantung lakukan RJP. Sementara itu siapkan fasilitas
ambulan untuk merujuk pasien ke Rumah sakit. Bila dalam 15
menit belum ada perubahan, penyuntikan adrenalin dapat dilakukan
lagi seperti sebelumnya.
l. Setelah semua proses penyuntikan selesai, pisahkan syringe
disposible dari sampah medis yang lain untuk kernudian dilakukan
penghancuran jarum suntik dengan alat khusus.
c) Pemeliharaan Mutu Vaksin
Vaksin Meningitis meningokokus (ACYW 135) yang digunakan
adalah yang sudah disetujui oleh WHO, dengan persyaratan belum
kadaluarsa, tersimpan dengan baik dalam cold chain dengan suhu 2oC-8oC,
dan tidak berubah secara fisik.
B. Yellow Fever
1. Tinjauan umum Yellow Fever
Demam kuning adalah penyakit demam akut yang ditularkan oleh nyamuk.
Demam ini dikenali sebagai penyakit untuk pertama kalinya pada abad ketujuh belas,
namun baru pada tahun 1900 sampai 1901 Walter Reed dan rekan-rekannya
menemukan hubungan antara virus demam kuning dengan nyamuk Aedes aegypti dan
penemuan ini membuka jalan bagi pengendalian penularan penyakit demam kuning

12

ini. Virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk edes aegypti yakni virus yang
tergolong dalam flavivirus.
Infeksi yang disebabkan oleh flavivirus sangat khas yaitu mempunyai tingkat
keparahan sindrom klinis yang beragam. Mulai dari infeksi yang tidak nampak jelas,
demam ringan, sampai dengan serangan yang mendadak, parah dan mematikan. Jadi,
pada manusia penyakit ini berkisar dari reaksi demam yang hampir tidak terlihat
sampai keadaan yang parah.
Masa inkubasi demam kuning biasanya berkisar 3 sampai 6 hari, tapi dapat juga
lebih lama. Penyakit yang berkembang sempurna terdiri dari tiga periode klinis
yaitu :infeksi (viremia, pusing, sakit punggung, sakit otot, demam, mual, dan
muntah), remisi (gejala infeksi surut), dan intoksikasi (suhu mulai naik lagi,
pendarahan di usus yang ditandai dengan muntahan berwarna hitam, albuminuria, dan
penyakit kuning akibat dari kerusakan hati). Pada hari ke delapan, orang yang
terinfeksi virus ini akan meninggal atau sebaliknya akan mulai sembuh. Laju
kematiannya kira-kira 5% dari keseluruhan kasus. Sembuh dari penyakit ini
memberikan kekebalan seumur hidup.
2. Morfologi Flavivirus
Virus demam kuning adalah virus RNA berukuran 40 50 nM yang secara
antigenik tergolong dalam flavivirus (dulu kelompok arbovirus B). Virus ini
merupakan anggota dari famili Flaviridae. Flavivirus adalah virus RNA berutas
tunggal dalam bentuk ikosahedral dan terbungkus di dalam sampul lemak. Virion
berdiameter 20 sampai 60 nm, berkembangbiak di dalam sitoplasma sel dan menjadi
dewasa dengan membentuk kuncup dari membran sitoplasma. Virus ini menginfeksi
monosit, makrofag dan sel dendritik. Mereka menempel pada permukaan sel yang
spesifik melalui reseptordan diambil oleh sebuah vesikula endosomal. Di dalam
endosoma terjadi penurunan pH yang menginduksi fusi membran endosomal
denganselubung (amplop) virus. Dengan demikian, kapsid mencapai sitosol,
membusuk dan melepaskan genom. Pengikatan reseptor serta fusi membran

13

yang dikatalisis oleh protein E, yang mengubah konformasi pada pH rendah, yang
menyebabkan penyusunan kembali dari 90 homo dimer menjadi 60 homo trimer .
Setelah memasukkan sel inang, genom virus direplikasi di retikulum endoplasma
kasar (RE kasar) dan dalam apa yang disebutvesikula. Pada awalnya, bentuk dewasa
dari partikel virus diproduksi di dalam RE kasar, M-protein yang belum dibelah untuk
membentuk protein yang matang sehingga dinotasikan sebagai prM (prekursor
M) dan membentuk ikatan kompleks dengan protein E. Partikel yang belum matang
diproses dalam aparatus golgi oleh protein furin , yang memotong prM menjadi M. E
yang dilepaskan dari ikatan kompleks tersebut akan berada dlam partikel dewasa dan
menular melalui virion.
a. Klasifikasi :
Divisio

: Protiphyta

Kelas

: Mikrotatobiotes

Ordo

: Virales

Famili

: Flaviridae

Genus

: Flavivirus

14

Penjelasan Gambar. RNA Flavovirus Dan Siklus Hidup Flavovirus


3. Pencegahan Tertularnya Yellow Fever
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah ukuran paling penting untuk mencegah demam kuning. Didaerah
berisiko tinggi dimana cakupan vaksinasi rendah, pengendalian wabah melalui
imunisasi sangat penting untuk mencegah epidemi. Untuk mencegah wabah diseluruh
wilayah yang terkena dampak, cakupan vaksinasi harus mencapai minimal 60%
sampai 80% dari populasi yang berisiko. Hanya sedikit negara-negara endemik yang
baru-baru ini diuntungkan dari kampanye vaksinasi massal. Vaksinasi pencegahan
dapat ditawarkan melalui imunisasi bayi rutin dan kampanye massa satu kali untuk
meningkatkan cakupan vaksinasi di negara-negara yang berisiko, serta untuk
wisatawan ke daerah endemik demam kuning. WHO sangat menganjurkan vaksinasi
demam kuning rutin untuk anak-anak di daerah berisiko untuk penyakit ini.
Vaksin Demam Kuning pertamakali dikembangkan pada tahun 1930an setelah
virus demam kuning strain Asibi berhasil dilemahkan. Dua jenis vaksin akhirnya
dibuat: vaksin 17D dan vaksin French neurotropic.Vaksin French neurotropic dibuat
hingga pada tahun 1982, ketika produksinya dihentikan karena kejadian efek samping
neurologik yang tinggi dilaporkan setelah penggunaan vaksin.
Dua substrain 17D masih dibuat hingga saat ini: vaksin 17DD dan 17D-204 YF.
Strain virus demam kuning pada kedua jenis vaksin ini memiliki sekuens homolog
sebesar 99,9%. Vaksin 17DD YF diproduksi dan digunakan di Brazil dan banyak
negara lainnya di Amerika Selatan. Vaksin 17D-204 yang diproduksi oleh berbagai
pabrik diduga memiliki reaktogenisitas atau respon imun yang ditimbulkan oleh
vaksin-vaksin ini tidaklah berbeda. Maka, pada orang yang mendapat vaksin Demam
Kuning pada negara selain Amerika Serikat harus dianggap telah terlindungi dari
demam kuning. Kebanyakan vaksin yang diproduksi berisi supernatant beku dari
embrio dan harus disimpan pada suhu 2C8C.
Tidak ada penelitian yang telah dilakukan pada manusia untuk menentukan
korelasi perlindungan terhadap infeksi virus demam kuning. Meskipun demikian,
penelitian respon terkait dosis yang dilakukan pada rhesus kera telah membentuk

15

antibodi penetralisir dalam jumlah minimal yang dibutuhkan untuk melindungi kera
tesebut terhadap virus.
Vaksin demam kuning aman dan terjangkau, memberikan kekebalan efektif
terhadap demam kuning dalam satu minggu untuk 95% dari mereka yang divaksinasi.
Sebuah dosis tunggal memberikan perlindungan bagi 30-35 tahun atau lebih, dan
mungkin untuk hidup. Risiko kematian dari demam kuning jauh lebih besar daripada
risiko yang berkaitan dengan vaksin.
Kontra indikasi vaksinasi meliputi:
a. Anak-anak berusia kurang dari 9 bulan untuk imunisasi rutin (atau
kurang dari 6 bulan selama epidemi).
b. Wanita hamil, kecuali selama wabah demam kuning ketika risiko infeksi
tinggi.
c. Pasien yang alergi berat terhadap protein telur.
d. Orang dengan imunodefisiensi parah karena gejala HIV / AIDS atau
penyebab lain.
Wisatawan, terutama yang datang keAsia dari Afrika atau Amerika Latin harus
memiliki sertifikat vaksinasi demam kuning. Vaksinasi harus dibuktikan di sertifikat
vaksinasi yang berlaku 10 hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama 10
tahun. Sebuah daftar negara yang membutuhkan vaksinasi demam kuning ini
diterbitkan oleh WHO. Jika vaksinasi tidak dapat dilakukan untuk beberapa alasan,
mungkin akan dilakukan dispensi. Dalam hal ini sertifikat pembebasan dikeluarkan
oleh WHO disetujui pusat vaksinasi diperlukan Jika ada alasan medis untuk tidak
mendapatkan vaksinasi, Peraturan Kesehatan Internasional menyatakan bahwa ini
harus disertifikasi oleh pihak yang berwenang.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah
dan berpindah kedalam cairan otak yangdapat terjadisecara akutdankronis.
Yellow Fever atau Demam kuning disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti, dan spesies lainnya yang ditemukan
di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, tetapi tidak di Asia.
Infeksi yang disebabkan oleh flavivirus sangat khas yaitu mempunyai tingkat
keparahan sindrom klinis yang beragam. Masa inkubasi demam kuning biasanya
berkisar 3 sampai 6 hari, tapi dapat juga lebih lama.
B. Saran
Mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum,
memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan
bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam
penyakit, Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) meningitis merupakan tindakan yang
tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis.

17

Demam kuning merupakan penyakit endemik di Afrika dan Amerika Selatan.


Jadi, bagi wisatawan yang berkunjung ke negara-negara tersebut, diharuskan
memiliki sertifikat vaksin demam kuning. Hal ini dilakukan agar para pengunjung
tersebut tidak terkena demam kuning dan tidak pula membawa penyakit demam
kuning tersebut ke negara asalnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Istyanto RF, Makalah Meningitidis. Available at:
https://www.scribd.com/doc/136228900/Makalah-Meningitidis (Diakses 22
Februari 2016)
2. The College of Physicians of Philadelphia. Different Types of Vaccine.
Available at: http://www.historyofvaccines.org/content/articles/differenttypes-vaccines (Diakses 22 Februari 2016)
3. Firmansyah, Ali. 2011. Konsensus Imunisasi Dewasa PAPDI.
4. Depkes RI, Prosedur Tetap Tentang Vaksinasi Meningitis Meningokokus dan
Penerbitan ICV Bagi Jemaah Ibadah Umroh. 2008
5. Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara
6.
7.
8.
9.

Pencegahannya Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer


http://www.news-medical.net/health/what-is-yellow-fever-(Indonesian).aspx
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta
Staples, Erin J. 2010. Yellow Fever Vaccine: Recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices. Morbidity and Mortalitiy

Weekly Report. Vol.59. US Health Dept, Atlanta


10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Perubahan Peraturan Menteri
Kesehatan Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

18

Anda mungkin juga menyukai