Anda di halaman 1dari 25

KARSINOMA COLORECTAL

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Dua jenis tumor yang paling sering ditemukan pada colorectal adalah adenoma atau
adenomatous polip dan adenocarcinoma. Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang
paling sering pada traktus gastrointestinal.
Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Di Indonesia, insidensi pada wanita sebanding dengan pria. Sekitar 75%
ditemukan di rectosigmoid. Di Negara barat, perbandingan insidensi laki-laki: perempuan
adalah 3:1, kurang dari 50% ditemukan di rektosigmoid. Penyakit ini berhubungan dengan
usia dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun. Deteksi dini dengan penanganan
medical dan operatif yang terus berkembang dapat menurunkan mortalitas carcinoma
colorectal.1,2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Colorectal
2.1.1 Struktur
Colon dimulai dari perbatasan ileum terminal-caecum, sepanjang 90-150 cm, sampai
perbatasan sigmoid-rectum. Terdiri dari caecum, colon ascendens, colon transversum, colon
descendens, dan colon sigmoideum. Caecum merupakan bagian terlebar (7,5 8,5 cm), dan
colon sigmoideum merupakan bagian tersempit (2,5 cm). Pada kasus obstruksi di distal,
caecum merupakan bagian yang paling sering ruptur. Lapisan dinding colon adalah mucosa,
submucosa, otot sirkular, otot longitudinal yang bergabung dengan taenia coli, dan serosa.
Kekuatan mekanis dari dinding colon berasal dari lapisan submucosa, yang memiliki

kandungan kolagen tertinggi. Colon ascendens dan colon descendens terfiksasi pada
retroperitoneal, sedangkan caecum, colon transversum, dan colon sigmoideum berada
intraperitoneal dan mobil. Omentum menempel pada colon transversum.
Rectum memiliki panjang 12-15 cm, mulai dari perbatasan sigmoid-rectum sampai
perbatasan rectum-anus. Taenia coli berakhir pada distal colon sigmoideum, dan lapisan otot
longitudinal dari rectum terus berlanjut. Pada bagian atas rectum masih ditutupi dengan
peritoneum di bagian anterior, sedangkan bagian bawahnya extraperitoneal. Rectum
dikelilingi oleh fascia pelvis.1

Gambar 1. Anatomi colorectal 7


Fisiologi
Pertukaran air dan elektrolit
Colon menyerap air, natrium, klorida, dan asam lemak rantai pendek, serta
mensekresikan kalium dan bikarbonat. Hal ini membantu mempertahankan keseimbangan
cairan dan mencegah dehidrasi. Kemampuan ini hilang pada pasien dengan ileostoma,
sehingga lebih mudah terjadi dehidrasi. Fungsi utama rectum adalah sebagai resevoir dan
menahan 1200cc cairan.
Motilitas colon
Pola kontraksi colon adalah pergerakan retrograd, kontraksi segmental, dan pergerakan
massa. Pergerakan massa akan menyebabkan perpindahan isi colon ke arah anus. Motilitas
colon dipengaruhi oleh emosi, hormon, dan diet.
Flora colon
Bakteri yang paling banyak pada colon adalah bakteri anaerob Bacteroides. Escherichia
coli dan enterobacteria lainnya adalah bakteri aerob. Bakteri colon berperan penting dalam
produksi vitamin K. Supresi flora normal dengan antibiotik broad-spectrum dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebih dari patogen, khususnya Clostridium difficile.
Gas colon
99% gas di colon adalah nitrogen, oksigen, carbon dioksida, hidrogen, dan metana. Gas
dalam usus berasal dari udara yang tertelan, fermentasi karbohidrat dan protein oleh bakteri

dalam lumen usus, dan difusi ke lumen usus dari darah. Dalam sehari, volume flatus sekitar
600cc.1
Etiologi & faktor risiko
Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa
proliferasi neoplastik pada mukosa colorectal berhubungan dengan perubahan kode genetik,
pada germ line atau mutasi somatik yang didapat.
Faktor herediter
Faktor herediter merupakan salah satu faktor risiko. Diperkirakan bahwa 10-15%
carcinoma colorectal merupakan kasus familial, seperti pada Familial adenomatous
Polyposis (FAP) dan sindroma Lynch.
Usia
Usia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal. Insidensi meningkat
diatas 50 tahun. Namun individu pada usia berapapun tetap saja dapat menderita carcinoma
colorectal, sehingga bila ditemukan gejala-gejala keganasan harus tetap dievaluasi.
Diet dan lingkungan
Penelitian menunjukkan bahwa carcinoma colorectal lebih sering terjadi pada populasi
yang mengkonsumsi diet tinggi lemak hewani dan rendah serat. Diet lemak jenuh dan tidak
jenuh yang tinggi meningkatkan risiko carcinoma colorectal, sedangkan diet asam oleat yang
tinggi (minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun) tidak meningkatkan risiko. Lemak dapat
secara langsung meracuni mukosa colorectal dan menginduksi perubahan ke arah keganasan.
Sebaliknya, diet tinggi serat dapat menurunkan risiko. Diduga adanya hubungan antara
konsumi alkohol dengan insidensi carcinoma colorectal. Konsumsi calcium, selenium,
vitamin A, C, dan E, carotenoid, fenol tumbuhan dapat menurunkan risiko carcinoma
colorectal. Obesitas dan gaya hidup sedenter dapat meningkatkan mortalitas pasien
carcinoma colorectal. Pengaturan diet dan gaya hidup yang baik akan mencegah terjadinya
carcinoma colorectal.
Inflammarory bowel disease
Pasien dengan Inflammatory bowel disease, khususnya colitis ulceratif kronis,
berhubungan dengan meningkatnya risiko carcinoma colorectal. Hal ini diduga bahwa
inflamasi kronis merupakan predisposisi perubahan mukosa ke arah keaganasan. Risiko
tinggi terjadi keganasan bila onset pada usia muda, mengenai seluruh colon, dan menderita

lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining colonoscopy dengan biopsi
mukosa multipel secara acak setiap tahunnya pada pasien setelah 7-10 tahun menderita
pancolitis.
Faktor risiko lainnya
Merokok berhubungan dengan meningkatnya risiko adenoma colon, khususnya setelah
penggunaan lebih dari 35 tahun. Pasien dengan ureterosigmoidostomy meningkatkan risiko
terjadinya adenoma dan carcinoma. Tingginya kadar growth hormon dan insulin like growth
factor-1 akan meningkatkan risiko. Irradiasi pelvis dapat meningkatkan risiko carcinoma
recti.
Identifikasi faktor risiko carcinoma colorectal penting untuk menentukan program
skrining dan surveillance.1
Patogenesis
Defek genetik
Selama lebih dari 2 dekade, penelitian menjelaskan mengenai defek genetik dan abnormalitas
molekular yang berhubungan dengan pembentukan dan progresifitas adenoma dan carcinoma
colorectal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi onkogen (K-ras) dan atau inaktivasi tumor
suppressor genes (APC,DCC (deleted in colorectal carcinoma), p53). Carcinoma colorectal
diduga berasal dari polip adenoma dengan akumulasi mutasi tersebut.
Defek pada gen APC pertama kali dideskripsikan pada pasien FAP dan ditemukan mutasi
gen APC. Hal tersebut ditemukan pada 80% carcinoma colorectal sporadis.
Gen APC merupakan tumor-suppressor gene. Mutasi pada alel-alel diperlukan untuk
memulai pembentukan polip. Kebanyakan mutasi adalah stop codon yang prematur, yang
menghasilkan protein APC yang terpotong. Pada FAP, lokasi mutasi berkorelasi dengan beratnya
gejala penyakit
Akumulasi mutasi-mutasi menyebabkan akumulasi genetik yang rusak yang menghasilkan
keganasan. K-ras merupakan proto-oncogen dan menyebabkan pembelahan sel yang tak
terkontrol. DCC merupakan tumor supressor gene dan kehilangan kemampuannya dalam
mendegenerasi keganasan. Tumor supressor gene p53 merupakan protein yang penting untuk
menginisiasi apoptosis sel yang mempunyai kerusakan genetik yang tidak dapat diperbaiki.1,3

Skema yang menunjukkan progresi dari epitel colon


yang normal menjadi karsinoma colon1,5
2.4 Gejala Klinik
Gejala awal dari karsinoma colorectal biasanya tidak jelas, seperti kehilangan berat badan
dan kelelahan. Gejala lokal pada usus biasanya jarang, dan baru timbul ketika tumor telah
tumbuh menjadi berukuran besar. Biasanya makin dekat dengan anus, maka gejala lokal pada
usus semakin sering muncul3.
Gejala klinik dibagi menjadi gejala lokal, gejala konstitusi, dan gejala metastasis3.
Gejala lokal1,3,4 :
Perubahan Pola BAB, dapat berupa konstipasi maupun diare.
Perasaan BAB yang tidak tuntas (tenesmus) dan diameter feces mengecil sering
ditemukan pada karsinoma colorectal.
Feces yang bercampur darah
Feces dengan mucus
Feces berwarna hitam seperti tar (melena) dapat timbul, tetapi biasanya lebih
berhubungan dengan kelainan pada traktus gastrointestinal bagian atas seperti
kelainan pada lambung atau duodenum.
Obstruksi usus menyebabkan nyeri, kembung, dan muntah yang seperti feces.
Dapat teraba massa di abdomen.
Gejala yang berhubungan dengan invasi karsinoma ke vesica urinaria menyebabkan
hematuria atau pneumaturia, atau invasi ke vagina menyebabkan pengeluaran
sekret vagina yang berbau. Ini terjadi pada stadium akhir, menunjukkan tumor
yang besar.
Gejala konstitusi (sistemik)1,3,4 :
Kehilangan berat badan mungkin adalah gejala yang paling umum, disebabkan karena
hilangnya nafsu makan.
Anemia, menyebabkan pusing, mual, kelelahan, dan palpitasi. Secara klinik pasien
akan terlihat pucat dan hasil tes darah menunjukkan kadar haemoglobin yang
rendah.
Gejala metastasis1,3,4
Metastasis pada hati menyebabkan :

Ikterus
Rasa nyeri di abdomen, lebih sering pada bagian atas dari epigastrium atau
dinding kanan abdomen.
Pembesaran hepar
Bekuan darah pada arteri dan vena, sindroma paraneoplastik yang berhubungan
dengan hiperkoagulabilitas dari darah.
Tumor ganas
2.5.1 Hereditary colorectal carcinoma
a. Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Merupakan polip adenoma yang berproses menuju keganasan mengikuti runtutan adenomacarcinoma, dimana jika tidak diterapi, maka insidensi perubahan keganasan adalah 100%.
b. Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynchs Syndrome)
Sindroma ini dikrakteristikan oleh autosomal dominan yang diturunkan, manifestasi
keganasan terjadi pada usia muda, lesi predominan pada proximal colon, dan adanya tendensi
lesi synchronous dan metachronous. Pasien sebaiknya diterapi dengan colectomy subtotal.
Carcinoma berkembang dari polip adenoma melelui progresifitas adenoma-carcinoma yang
tipikal. Pada varian dari sindroma ini terdapat peningkatan insidensi keganasan endometium,
gaster, ovarium, dan traktus urinarius.
Kriteria untuk sindroma ini adalah:
Pada gambaran histopatologis, sejurang-kurangnya didapatkan asdanya 3 hubungan
dengan carcinoma colorectal, 2 dari hal tersebut merupakan derajat pertama.
Yang terlibat sekurang-kurangnya 2 generasi
Sekurang-kurangnya 1 pasien didiagnosis dibawah umur 50 tahun. 1,3,4
2.5.2 Carcinoma colorectal
Insidensi
Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus
gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Insidensi pria sebanding dengan wanita. Carcinoma recti lebih sering pada lakilaki, sedangkan carcinoma colon lebih sering pada wanita. Penyakit ini berhubungan dengan usia
dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun.1,2
Predileksi

Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid. 2


Tabel 1. Predileksi carcinoma colorectal2
Letak
Persentase
Caecum dan colon ascendens

10

Colon transversum

10

Colon descendens

Rectosigmoid

75

Gambar 6. Predileksi carcinoma colorectal2


Patologi
Secara makroskopis terdapat 3 tipe carcinoma colorectal. Tipe polipoid atau vegetatif tumbuh
menonjol ke dalam lumen usus., berbentuk bunga kol dan terutama ditemukan di caecum dan
colon ascendens. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan
gejala obstruksi, terutama ditemukan di colon descendens, sigmoid dan rectum. Bentuk
ulceratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terdapat di rectum. Pada tahap lebih lanjut,
sebagian besar carcinoma colon dapat mengalami ulserasi dan menjadi ulcus maligna.2
Gejala klinis
Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat metastasis.
2.5.2.1.Carcinoma colon kanan
Jarang terjadi stenosis dan faeces masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.
Gambaran klinis tumor caecum dan colon ascendens tidah khas, gejala umumnya nerupa
dyspepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan, dan anemia. Oleh karena itu pasien
sering datang dalam keadaan terlambat. Nyeri pada carcinoma colon kanan bermula di
epigastrium.
.Carcinoma colon kiri dan rectum
Sering bersifat skirotik sehingga banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih
karena faeces sudah padat. Menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti konstipasi atau
defekasi dengan tenesmus. Makin ke distal letak tumor, faeces makin menipis, atau seperti
kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang
biasa didapat pada carcinoma rectum. Nyeri pada colon kiri bermula di bawah umbilicus

Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi abdomen, bila
sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa di colon sigmoideum lebih
jelas teraba daripada massa di bagian lain colon. Pemeriksaan colok dubur merupakan
keharusan. 2
Tabel 2. Faktor yang menentukan tanda dan gejala2

Tipe tumor

Colon kanan

Colon kiri

Rectum

Vegetative

Stenotik

Infiltratif

ulseratif

Ulseratif
Vegetatif

Kaliber viskus

Besar

Kecil/pipih

Besar

Isi viskus

Setengah cair

Setengah padat

Padat

Fungsi utama

absorbsi

Penyimpanan

Defekasi

Colon kanan

Colon kiri

Rectum

Aspek klinis

Colitis

Obstruksi

Proktitis

Nyeri

Karena

Karena obstruksi

Tenesmus

Tabel 3. Gejala klinis 2

penyusupan
Defekasi

Diare atau diare konstipasi

Tenesmus

berkala

progresif

menerus

Obstruksi

Jarang

Hampir selalu

Tidak jarang

Darah pada faeces

Samar

Samar

terus

atau Makroskopis

makroskopis
Faeces

Normal

(atau Normal

Perubahan bentuk

diare)
Dispepsi

Sering

Jarang

Jarang

Memburuknya

Hampir selalu

Lambat

Lambat

Hampir selalu

Lambat

Lambat

keadaan umum
Anemia

Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan yang berbeda untuk tujuan ini3 :

Pemeriksaan rectal secara digital (rectal toucher) : dokter memasukkan jarinya yang telah
memakai sarung tangan dan diberi lubrikasi untuk meraba daerah yang abnormal. Tindakan
ini hanya dapat mendeteksi tumor yang cukup besar pada bagian distal dari rektum, tetapi
berguna sebagai pemeriksaan skrining awal3.
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan terhadap darah dalam feces. Ada 2 tipe
pemeriksaan

darah

pada

feces

yaitu

guaiac

based

(pemeriksaan

kimiawi)

dan

immunochemical. Pemeriksaan dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan
FOBT positif tidak menderita karsinima colon. Sensitivitas dari pemeriksaan immunochemical
jauh lebih baik daripada pemeriksaan secara kimiawi1,3.
Endoskopi
a. Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon sigmoideum
bagian distal.
b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi
Sigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat
memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi dan
colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode yang paling
akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan dapat untuk
melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran untuk lewatnya alatalat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan untuk melakukan
penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2 saluran yang dapat
digunakan secara simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat.

Gambar 7. Colonoskopi carcinoma colorectal6

Gambar karsinoma colon dan polip colon


Double contrast barium enema (DCBE): pertama-tama persiapan untuk membersihkan colon
dilakukan sejak semalam sebelumnya. Barium enema dimasukkan, diikuti dengan
pemasukan udara untuk mengembangkan colon. Hasilnya adalah lapisan tipis dari barium

akan meliputi dinding sebelah dalam dari colon yang akan terlihat pada hasil pemeriksaan
sinar X. karsinoma atau polip prekarsinoma dapat dideteksi dengan cara ini. Namun teknik
ini dapat gagal mendeteksi polip yang datar (jarang ditemukan) atau berukuran kurang dari 1
cm.
Virtual colonoscopy menggantikan film sinar X pada pemeriksaan double contrast barium
enema dengan CT-Scan sehingga hasilnya lebih akurat1,3,7
Pencitraan
a. X-ray foto polos dan colon in loop
X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi pasien
yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak, dan LLD)
berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop
berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif
untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil
sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi massa colon yang
nonobstruksi.
Gambar 8. Colon in loop carcinoma colorectal8
b. CT scan
Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal, karena
kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.
c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi untuk
mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan kesensitivitasan maka dilakukan
persiapan usus per oral, pemberian kontras per oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini
sensitif untuk melihat carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. colonoskopi
tetap dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada obstruksi colon
proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat faeces, penyakit divertikula,
lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi adenoma yang datar.

Virtual colonoscopy carcinoma colorectal9


d. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi
keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan carcinoma colorectal. Penggunaan
endorectal coil akan menambah sensitivitas.
e. PET
Positron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan jaringan dengan
kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas. PET digunakan sebagai
tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging carcinoma colorectal dan dapat digunakan
untuk membedakan kanker rekuren dengan fibrosis.
f. Endorectal ultrasound
Endorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman invasi carcinoma recti.
Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat membedakan tumor
jinak dari tumor invasif berdasarkan integritas lapiasan submukosa. Ultrasound dapat
membedakan tumor superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam T3-T4. Keakurasian
ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural berkisar antara 81-94%.
Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus limfatikus perirectal, yang
menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana keakurasiannnya adalah 58-83%.
Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi lokal setelah pembedahan.
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah samar pada faeces
Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada individu
dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan carcinoma
colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase
yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan
hasil positif. Beberapa makanan (daging, beberapa buah dan sayuran, dan viamin C) dapat
memberikan false positif, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini
dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical. Hasil
positif pada tes ini sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.
b. Pemeriksaan DNA feces
Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk skrining
karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma menhasilkan marker DNA yang

tidak terdegradasi selama proses pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil penelitian
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 71-91%
c. Tumor marker
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien carcinoma
colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum digunakan, sedangkan CA
19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien dengan
carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk
keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma
selain carcinoma colorectal.
Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH dapat
memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
Biopsi
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat mendeskripsikan
tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat pada carcinoma colorectal
adalah adenocarcinoma (95%).

Histopatologi carcinoma colorectal6


Biopsi nodus limfatikus sentinel
Teknik ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada carcinoma mammae dan
melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi nodus limfatikus pertama yang
sering menjadi tempat pertama metastasis. Pada colorectal carcinoma, teknik ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil staging. Pemeriksaan yang intensif dengan potongan histopatologi
yang multipel, imunohistokimia, dan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR) dapat mendeteksi mikrometastasis pada pasien yang diketahui N0 pada teknik
konvensional.1,4,6
2.7 Diagnosis
Diagnosis carcinoma colorectal ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi
anatomi.2

2.8. Diagnosis banding


Tabel 4. Diagnosis banding 2
Colon kanan

Colon tengah

Colon kiri

Rectum

Apendicular abscess

Ulcus pepticum

Colitis ulcerative

Polip

Massa

Carcinoma gaster

Polip

Prokitis

periappendicular

Abscess hepar

Diverticulitis

Fissura ani

Amuboma

Hepatocellular

Endometriosis

Haemorrhoid

Enteritis regionalis

carcinoma

Carcinoma ani

Cholecystitis
Kelainan pancreas
Kelainan

saluran

empedu
2.9. Klasifikasi
American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini memisahkan dan
mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi tumor (T), status nodus limfatikus
regional (N) dan ada tidaknya metastase (M)
a.Sistem TNM
Tabel 5. Klasifikasi carcinoma colorectal berdasarkan sistem TNM3
Stadium 0

Tis

N0

M0

Stadium I

T1

N0

M0

T2

N0

M0

T3

N0

M0

T4

N0

M0

Semua T

N1

M0

N2,N3

M0

Semua N

M1

Stadium II

Stadium III

Stadium IV

Semua T

Tumor Primer
TX: Tumor primer tidak bisa ditemukan
T0: Tidak ada bukti tumor primer
Tis: Carcinoma insitu
T1: Tumor menginvasi submukosa

T2: Tumor menginvasi muscularis propria


T3: Tumor menginvasi muscularis propria sampai subserosa atau kedalam non peritonealisasi
pericolic atau perirectal
T4: Tumor menyebabkan adanya perforasi ke peritoneum visceral atau invasi ke organ atau
struktur lain.
Nodus limfatikus regional
NX: Nodus limfatikus regional tidak ditemukan
N0: Tidak ada metastase nodus limfatikus regional
N1: Metastase pada 1-3 nodus limfatikus pericolica atau perirectal
N2: Metastase pada 4 atau lebih nodus limfatikus pericolica atau perirectal
N3: Metastase pada semua nodus limfatikus sepanjang cabang pembuluh darah
Metastase jauh
MX: Adanya metastase jauh tidak dapat dinilai
M1: Tidak ada metastase
M2: Metastase
Sistem TNM ini dapat dikonversikan ke sistem Duke yang lebih sederhana
Stadium I dari TNM sama dengan Duke A
Stadium II dari TNM sama dengan Duke B
Stadium III dari TNM sama dengan Duke C
Stadium IV dari TNM sama dengan Duke D 3
b. Sistem Dukes2
Tabel 6. Klasifikasi Duke 2
Dukes

Dalamnya infiltrasi

Prognosis hidup
setelah 5 tahun

Terbatas di dinding usus

97%

Menembus lapisan muskularis mukosa

80%

Metastasis ke kelenjar limfe

65%

C1

Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer

35%

C2

Dalam kelenjar limfe jauh

Metastasis jauh

<5%

Staging TNM carcinoma colorectal5


klasifikasi Duke5
c.AJCC stage groupings1,5
Stadium karsinoma biasanya dituliskan sebagai angka I,II,III,IV, yang merupakan
turunan dari sistem TNM, berdasarkan prognosisnya. Angka yang lebih besar menunjukkan
karsinoma yang lebih lanjut dan hasil akhir yang lebih buruk.
Stage 0 Tis, N0, M0
Stage I T1, N0, M0
T2, N0, M0
Stage IIA T3, N0, M0
Stage IIB T4, N0, M0
Stage IIIA T1, N1, M0
T2, N1, M0
Stage IIIB T3, N1, M0
T4, N1, M0
Stage IIIC Any T, N2, M0
Stage IV Any T, Any N, M1

Gambar penyebaran karsinoma


2.10 Histopatologi
Hasil histopatologi biasanya didapatkan dari analisis jaringan yang diambil dari biopsi
ataupun pembedahan. Tipe yang paling umum adalah adenocarcinoma, yang didapatkan pada
95% kasus. Tipe lain yang lebih jarang adalah lymphoma dan squamous cell carcinoma.
Karsinoma pada colon kanan (colon ascendens dan caecum) biasanya exophytic, di mana tumor
tumbuh keluar dari dinding usus, maka jenis ini sangat jarang menyebabkan obstruksi usus dan
biasanya muncul dengan gejala awal anemia. Sedangkan karsinoma pada colon kiri seringnya
sirkumferential, dan dapat menyebabkan obstruksi usus3.

Gambar 2.6 Gambaran histologis dari karsinoma colon dengan

pewarnaan HE3
Pada pemeriksaan histopatologi adenocarcinoma adalah tumor ganas epitelial, berasal
dari kelenjar epitel dari mukosa colorectal. Tumor ini akan menginvasi mukosa, menginvasi
muscularis mucosa, submucosa, lalu ke muscularis propria. Sel tumor memiliki struktur tubular
yang irregular, inti yang beragam, berlumen banyak, dan stroma yang sedikit. Terkadang, sel
tumor menginvasi jaringan intersistial dan menghasilkan banyak mucus. Pada pemeriksaan
mikroskopis tampak sebagai daerah-daerah yang kosong, ini disebut mucinous (colloid)
adenocarcinoma, dan merupakan jenis yang berdiferensiasi buruk. Jika mucus tertahan di dalam
sel dan mendorong intinya ke tepi maka akan memberikan gambaran Signet ring cell.
Berdasarkan

arsitektur

kelenjarnya, pleomorfisme seluler, dan

pola sekresi

mucus,

adenocarcinoma dapat dibedakan menjadi berdiferensiasi baik, sedang, ataupun buruk. Jika
perubahan histologis mengarah pada squamous cell carcinoma maka lesi tersebut akan lebih
responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi3,8,9.

Gambar karsinoma colon invasif ( bentuk seperti kawah,


kemerahan,bentuk irregular)3
2.11. Metastasis
Carcinoma colorectal mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus
dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral ke jaringan dan organ visceral
lainnya. Penyebaran perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya seperti
ureter, vesica urinaria, uterus, vagina, atau prostat.
Keterkaitan nodus limfatikus regional merupakan bentuk yang paling sering pada
penyebaran carcinoma colorectal dan biasanya mendahului metastasis jauh atau menyebabkan
carcinomatosis. Penyebaraan ke nodus limfatikus meningkat dengan pertambahan ukuran tumor,
diferensiasi histologis yang buruk, invasi limfovaskular dan kedalaman invasi.
Pada carcinoma colon, penyebaran limfatik biasanya mengikuti aliran vena besar dari
segmen colon yang terkait. Penyebaran limfatik dari rectum mengikuti 2 jalur. Pada rectum
bagian atas, pengaliran ascendens sepanjang pembuluh rectalis superior ke kelenjar mesenterica
inferior. Pada rectum bagian bawah, pengaliran limfatik terjadi sepanjang pembuluh rectalis
media. Penyebaran sepanjang pembuluh rectalis inferior ke kelenjar iliaca interna atau inguinal

jarang terjadi kecuali jika tumor mengenai canalis analis atau aliran limfatik proximal diblok
oleh tumor.
Tempat yang paling sering terkena pada metastasis jauh carcinoma colorectal adalah
hepar. Metastasis ini timbul dari penyebaran hematogen melalui system vena portal. Seperti pada
penyebaran ke nodus limfatikus, risiko metastasis ke hepar meningkat dengan peningkatan
ukuran tumor dan grade tumor, namun tumor yang kecil pun dapat menyebabkan metastasis
jauh. Paru-paru juga merupakan tempat penyebaran hematogen carcinoma colorectal, namun
jarang terjadi. Penyebaran ke peritoneal mengakibatkan carcinomatosis (metastasis peritoneal
difus) dengan atau tanpa ascites.1,2
2.12. Penatalaksanaan
Pembedahan3
Pembedahan

dapat

dikategorikan

menjadi

curative,

palliative,

bypass,

fecal

diversion,atau open-and-close.
Curative, tindakan ini dapat dilakukan bila tumor terlokalisir. Karsinoma yang sangat dini
seperti polip biasanya dapat disembuhkan dengan polypectomy pada saat colonoscopy.
Tumor yang lebih lanjut membutuhkan sebagian colon yang mengandung tumor dibuang
hingga batas tertentu (contohnya colectomy) dan reseksi radikal en-bloc dari mesenterium
dan lymph node untuk mengurangi resiko rekurensi. Jika mungkin bagian yang tersisa
dari colon dilakukan anastomosis, jika tidak memungkinkan anus buatan (stoma) harus
dibuat. Pembedahan terhadap metastase ke hepar yang terisolasi dapat menyembuhkan
pada pasien tertentu. Dengan semakin majunya kemoterapi, maka semakin banyak pasien
yang ditawarkan pembedahan terhadap metastasis ke hepar yang terisolasi.
Palliative, dilakukan jika terdapat metastasis yang multipel. Reseksi dari tumor primer masih
dianjurkan untuk menghindari kematian akibat perdarahan, invasi, ataupun efek
katabolik. Dilakukan bila tumor tidak dapat direseksi untuk mencegah dan mengatasi
obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita baik. Jika tumor
tidak dapat diangkat maka dapat dilakukan bedah pintas atau anus pretenaturalis. Pada
metastasis ke hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat dipertimbangkan eksisi
metastasi. Pemberian sitostatika melalui arteri hepatica, yaitu perfusi secara selektif,
kadang disertai terapi embolisasi2

Jika tumor menginvasi struktur disekitarnya sehingga eksisi sulit dilakukan, maka ahli bedah
lebih menyukai melakukan bypass dari tumor (ileotransverse bypass) atau melakukan
fecal diversion dengan pembuatan stoma pada tempat yang lebih proximal.
Pada kasus terburuk dapat dilakukan pembedahan open-and-close. Hal ini dilakukan jika ahli
bedah menemukan tumor tidak dapat direseksi dan usus kecil sudah terinvasi, dan
tindakan lebih lanjut akan lebih membahayakan pasien. Dengan majunya teknik
pencitraan hal ini sudah jarang terjadi.
Laparoscopic-assisted colectomy adalah teknik yang kurang invasif yang dapat mengurangi
ukuran sayatan dan nyeri pasca operasi.
Komplikasi dari pembedahan antara lain3,9 :
Infeksi luka
Impotensi
Dehiscence atau hernia
anastomosis bocor atau terlepas, menyebabkan pembentukan abscess atau fistula, dan atau
peritonitis.
Perdarahan dengan atau tanpa pembentukan hematom
Adhesi menyebabkan obstruksi usus
Cedera organ di sekitarnya (seringnya usus kecil, ureter, limpa, dan vesica urinaria)
Komplikasi Cardiopulmonal seperti infark miocard, pneumonia, aritmia cordis, emboli paru
dan sebagainya.
Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif
maupun nonkuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat
kuratif. Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran lokal maupun jauh.
Tindakan bedah terdiri atas reseksi luas carcinoma primer dan kelenjar limfe regional.
Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah
obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
Pada carcinoma caecum atau colon ascendens dilakukan hemicolectomy kanan.
Pembuluh darah ileocolica, colica dextra, dan cabang kanan dari colica media diligasi dan
dipisahkan. Ileum terminal sekitar 10 cm ikut direseksi, kemudian dibuat anastomosis ileum
dengan colon transversum.

Pada carcinoma di flexura hepatica atau di proximal colon transversum dilakukan


hemicolectomy kanan yang diperluas. Caranya sama dengan hemicolectomy kanan namun
dilakukan ligasi pembuluh darah colica media pada pangkalnya. Colon kanan dan proximal
colon transversum direseksi dan dilakukan anastomosis ileum dengan colon transversum distal.
Jika aliran darah diragukan, maka reseksi dapat diperluas sampai flexura lienalis dan dilakukan
anastomosis ileum dengan colon descendens.
Pada carcinoma colon transversum tengah dan distal dilakukan colectomy transversum.
Dilakukan ligasi pembuluh darah colica media. Kemudian dilakukan anastomosis colocolonik.
Pada carcinoma colon transversum distal, flexura lienalis, dan colon descendens
dilakukan hemicolectomy kiri. Cabang kiri pembuluh darah colica media, colica kiri, dan cabang
pertama pembuluh darah sigmoid diligasi. Kemudian dibuat anastomosis colocolonik.
Pada carcinoma colon transversum distal dapat dilakukan hemicolectomy kiri yang
diperluas. Caranya sama dengan hemicolectomy kiri, namun dilakukan ligasi pada cabang kanan
pembuluh darah colica media.
Pada carcinoma colon sigmoideum dilakukan colectomy sigmoideum. Dilakukan ligasi
dan pemisahan cabang sigmoig dari arteri mesenterica inferior. Colon sigmoideum direseksi
sampai batas refleksi peritoneum dan dibuat anastomosis colon descendens dengan rectum
bagian atas.
Colectomy total dan subtotal dilakukan pada pasien dengan familial adenomatous
poliposis. Pada prosedur ini, pembuluh darah ileocolica, colica dextra, colica media, dan colica
sinistra diligasi dan dipisahkan. Pembuluh darah rectalis superior dipertahankan. Jika diperlukan
untuk mempertahankan colon sigmoideum, maka pembuluh darah sigmoid distal dipertahankan
dan anastomosis dibuat antara ileum dan colon sigmoideum distal (subtotal colectomy dengan
anastomosis ileosigmoid). Jika colon sigmoideum direseksi, pembuluh darah sigmoidf diligasi
dan dipisahkan, dan dibuat anastomosis ileum dengan rectum bagian atas (total abdominal
colectomy dengan anastomosis ileorectal). Jika anastomosis dikontraindikasikan, maka dibuat
end-ileostomy dan rectum atau colon sigmoideum digunakan sebagai fistula mucus atau
Hartmann pouch.

reseksi colon A. carcinoma caecum, B. carcinoma flexura hepatica, C. carcinoma colon


transversum, D. carcinoma flexura lienalis, E. carcinoma colon descendens, F. carcinoma
colon sigmoideum1

Tipe-tipe terminologi reseksi colorectal: AC ileocecectomy; A+BD ascending


colectomy; A+BF hemicolectomy kanan; A+BG hemicolectomy kanan diperluas;
E+FG+H colectomy transversus; GI hemicolectomy kiri; FI hemicolectomy kiri
diperluas; J+K colectomy sigmoid; A+BJ colectomy subtotal; A+BK colectomy total;
A+BL proctocolectomy total.1
Pada carcinoma rectum, teknik pembedahan dipilih tergantung dari letaknya, khususnya
jarak batas bawah carcinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sphincter ani eksternus
dan sphincter ani internus akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis. Pada
carcinoma recti 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior. Pada carcinoma recti 1/3 tengah
dilakukan reseksi dengan mempertahankan sphincter anus. Pada carcinoma recti 1/3 distal
dilakukan amputasi rectum melalui reseksi abdominoperineal Quenu-Miles.
Reseksi anterior
Dilakukan reseksi proximal rectum melalui incisi abdominal sampai pelvis tanpa melakukan
incisi pada perineal, sacral dan daerah lainnya. Terdapat 3 tipe reseksi anterior yaitu:
a. High anterior resection
Reseksi bagian distal colon sigmoideum dan bagian atas rectum. Biasanya digunakan
untuk tumor jinak pada rectosigmoid junction. Rectum tidak seluruhnya dibebaskan dari
kelengkungan sacrum, bagian atas rectum dibebaskan namun peritoneum pelvis tidak
dipisahkan. Arteri mesenterica inferior dan vena mesenterica inferior diligasi pada
pangkalnya secara terpisah. Dibuat anastomosis antara colon dan ujung rectum (biasanya
ujung ke ujung).
b. Low anterior resection
Digunakan untuk carcinoma recti atas dan tengah. Rectosigmoid dibebaskan, peritoneum
pelvis dibuka, dan arteri mesenterica inferior diligasi dan dipisahkan. Rectum dipisahkan dari
sacrum. Diseksi dilakukan distal dari batas anorectal, diperluas ke posterior melalui fascia
rectosacral sampai coccyx dan ke anterior melalui fascia Denonvilier sampai vagina pada
wanita atau vesicular seminalis dan prostat pada pria. Rectum dan mesorectum dipisahkan.

Anastomosis rectum letak rendah biasanya memerlukan pembebasan flexura lienalis dan
ligasi serta pemisahan vena mesenterica inferior dengan pancreas. Alat stapler sirkuler dapat
digunakan untuk membuat anastomosis. Penyulit yang sering terjadi dalah gangguan fungsi
seks.
c. Extended low anterior resection
Extended low anterior resection diperlukan untuk membuang tumor yang berada di distal
rectum, beberapa centimeter di atas sphincter ani. Rectum dibebaskan seluruhnya sampai
batas musculus levator ani, diseksi ke anterior diperluas sepanjang septum rectovaginal pada
wanita dan distal vesicular seminalis dan prostat pada pria. Setelah reseksi, dibuat
anastomosis coloanal. Karena adanya risiko bocornya anastomosis dan terjadinya sepsis
ketika anastomosis dibuat pada distal rectum atau canalis analis, maka dapat dibuat ileostoma
semetara.
Prosedur Hartmann dan fistula mukus
Biasanya dilakuan pada pasien dengan carcinoma rectum dimana anastomosis pada pelvis
tidak dapat dibuat. Prosedur Hartmann ditujukan untuk reseksi colon atau rectum tanpa
anstomosis dimana colostomi atau ileostomi dibuat dan distal colon atau rectum ditinggalkan
sebagai kantung tertutup. Kondisi ini biasanya digunakan ketika colon kiri atau sigmoideum
direseksi dan sisa rectum ditutup dan ditinggalkan di pelvis. Jika colon distal cukup panjang
untuk mencapai dinding abdominal. Maka dapat dibuat fistula mucus dengan membuka usus
yang tak berfungsi dan menjahitnya ke kulit.
Reseksi abdominoperineal menurut Quenu-Miles
Reseksi ini membuang rectum, canalis analis, dan anus dengan pembuatan permanen
colostoma dari colon descendens atau sigmoideum. Prosedur pada abdomen dan pelvis sama
dengan extended low anterior resection. Rectum dan sigmoid dengan mesosigmoid
dilepaskan, termasuk kelenjar limfe pararectum dan retroperitoneal sampai kelenjar limfe
retroperitoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus dieksisi dan dikeluarkan seluruhnya
dengan rectum melalui abdomen. Diseksi perineal dibuat dengan eksisi canalis analis dengan
batas sirkumferensial yang lebar. Diseksi perineal dapat dapat dilakukan dengan posisi
lithhotomy atau posisi prone setelah penutupan abdomen dan pembuatan colostoma.
Penutupan luka meninggalkan defek perineal yang besar, khususnya bila telah digunakan

radiasi, maka diperlukan penutupan dengan flap pada beberapa pasien. Penyulit yang sering
terjadi dalah gangguan fungsi seks.1,2,5
Terapi operatif carcinoma recti5
Kemoterapi3
Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis, mengecilkan ukuran
tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor. Biasanya diberikan setelah pembedahan
(adjuvant), atau sebelum pembedahan (neo-adjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative).
Kemoterapi sesudah pembedahan biasanya diberikan setelah karsinoma menyebar ke lymph node
(stadium III). Beberapa obat yang disetujui oleh US Food and Drug Administration adalah :
Adjuvant (setelah pembedahan) kemoterapi :
Kombinasi dengan infusan 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX)
5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine (Xeloda)
Leucovorin (LV, Folinic Acid)
Oxaliplatin (Eloxatin)
Kemoterapi untuk yang sudah metastasis3,10 :
Obat pilihan utamanya adalah kombinasi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX)
dengan bevacizumab atau infusan 5-fluorouracil, leucovorin, and irinotecan (FOLFIRI)
dengan bevacizumab
5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine
UFT atau Tegafur-uracil
Leucovorin (LV, Folinic Acid)
Irinotecan (Camptosar)
Oxaliplatin (Eloxatin)
Bevacizumab (Avastin)
Cetuximab (Erbitux)
Panitumumab (Vectibix)
Sedang dalam percobaan untuk yang karsinoma metastasis yang tidak efektif dengan kemoterapi
di atas :
Bortezomib (Velcade)
Oblimersen (Genasense, G3139)

Gefitinib dan Erlotinib (Tarceva)


Topotecan (Hycamtin)
Radioterapi3
Radioterapi tidak digunakan secara rutin pada karsinoma colon, karena dapat
menyebabkan radiation enteritis, dan sulit untuk membidik daerah spesifik dari colon. Biasanya
lebih sering diberikan radioterapi pada karsinoma rectal karena rectum tidak bergerak sebanyak
colon maka lebih mudah untuk dibidik.
Indikasi radioterapi adalah :
Karsinoma colon :
Menghilangkan nyeri dan palliative, ditargetkan pada deposit tumor jika menekan struktur vital
atau menyebabkan sakit.
Karsinoma rectal
Biasanya diberikan sebelom pembedahan (neoadjuvant) pada tumor yang tumbuh keluar dari
rectum atau telah menyebar ke nodus limfatikus, dengan tujuan menurunkan resiko rekurensi.
Adjuvant, jika tumor menyebabkan perforasi dari rectum atau karsinoma sudah menyebar ke
nodus limfatikus.
Palliative, untuk mengurangi ukuran tumor untuk meringankan gejala.
Immunoterapi3
Bacillus Calmette-Gurin (BCG) sedang diteliti sebagai campuran adjuvant untuk terapi
colorectal3.
Vaksin3,4
Pada November 2006, vaksin baru, TroVax bekerja dengan meningkatkan immunitas
pasien untuk melawan penyakit.
Tabel 7. Terapi carcinoma colorectal menurut stadium1
Stadium

Terapi

Stadium 0

Eksisi lokal secara komplit melalui

(Tumor In Situ)

endoskopi

Stadium 1

Reseksi colon atau rectum

(Carcinoma Colorectal terlokalisasi)

Dapat ditambah adjuvant kemoterapi


pada pasien tertentu (usia muda,
temuan

histologi

yang

beresiko

tinggi)
Stadium 2

Reseksi colon atau rectum

(Carcinoma Colorectal terlokalisasi)

Dapat ditambah adjuvant kemoterapi


pada pasien tertentu (usia muda,
temuan

histologi

yang

beresiko

tinggi)
Stadium 3

Adjuvant

kemoterapi,

(Metastasis ke nodus limfatikus)

imunoterapi.

radioterapi

Reseksi radikal
Stadium 4

Adjuvant kemoterapi

(Metastasis jauh)

Reseksi hepar bila terdapat metastasis


ke hepar
Terapi Paliatif

2.13. Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran
carcinoma dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai diferensiasi sel tumor yang buruk, maka
prognosisnya sangat buruk.2 Angka harapan hidup pada stadium awal adalah 5 kali lipat lebih
besar dari stadium akhir. CEA juga secara langsung berhubungan dengan prognosis dari penyakit
2.14 Follow-up
U.S. National Comprehensive Cancer Network dan American Society of Clinical Oncology
memberikan panduan untuk follow-up karsinoma colon :
Pemeriksaan fisik setiap 3 sampai 6 bulan selama 2 tahun., lalu setiap 6 bulan selama 5
tahun.
CT-scan dada, abdomen, dan pelvis dapat dipertimbangkan untuk dilakukan secara rutin
selama 3 tahun pertama pada pasien dengan resiko tinggi terjadi rekurensi.
Colonoscopy dapat dilakukan 1 tahun setelahnya, kecuali belum dilakukan pada sebelum
pembedahan karena adanya massa yang menghalangi. Dalam kasus tersebut
sebaiknya dilakukan setelah 3 Sampai 6 bulan.
PET or ultrasound scanning, chest X-rays, pemeriksaan darah lengkap atau tes fungsi
hati tidak disarankan3.

DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon, rectum, and anus. In
Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill. P 1057-70.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku
ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.
Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and rectum. In Sabistons Textbook of
Surgery. 17th edition. 2004. Philadelphia: Elsevier Saunders. P 1443-65.
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss Abdominal operation. 10th
edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P 1281-1300
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingotss Abdominal operation. 10th edition.
2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.
Mayoclinic. 2006. Colon cancer. http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/
GE.2007. Carcinoma colorectal http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/
Barish ,M.A. Rocha, T.C. 2007. Role of virtual colonoscopy in screening for colorectal cancer.
http://www.cancernews.com/data/Article/284.asp

Anda mungkin juga menyukai