Karsinoma Colorectal
Karsinoma Colorectal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Colorectal
2.1.1 Struktur
Colon dimulai dari perbatasan ileum terminal-caecum, sepanjang 90-150 cm, sampai
perbatasan sigmoid-rectum. Terdiri dari caecum, colon ascendens, colon transversum, colon
descendens, dan colon sigmoideum. Caecum merupakan bagian terlebar (7,5 8,5 cm), dan
colon sigmoideum merupakan bagian tersempit (2,5 cm). Pada kasus obstruksi di distal,
caecum merupakan bagian yang paling sering ruptur. Lapisan dinding colon adalah mucosa,
submucosa, otot sirkular, otot longitudinal yang bergabung dengan taenia coli, dan serosa.
Kekuatan mekanis dari dinding colon berasal dari lapisan submucosa, yang memiliki
kandungan kolagen tertinggi. Colon ascendens dan colon descendens terfiksasi pada
retroperitoneal, sedangkan caecum, colon transversum, dan colon sigmoideum berada
intraperitoneal dan mobil. Omentum menempel pada colon transversum.
Rectum memiliki panjang 12-15 cm, mulai dari perbatasan sigmoid-rectum sampai
perbatasan rectum-anus. Taenia coli berakhir pada distal colon sigmoideum, dan lapisan otot
longitudinal dari rectum terus berlanjut. Pada bagian atas rectum masih ditutupi dengan
peritoneum di bagian anterior, sedangkan bagian bawahnya extraperitoneal. Rectum
dikelilingi oleh fascia pelvis.1
dalam lumen usus, dan difusi ke lumen usus dari darah. Dalam sehari, volume flatus sekitar
600cc.1
Etiologi & faktor risiko
Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, namun diketahui bahwa
proliferasi neoplastik pada mukosa colorectal berhubungan dengan perubahan kode genetik,
pada germ line atau mutasi somatik yang didapat.
Faktor herediter
Faktor herediter merupakan salah satu faktor risiko. Diperkirakan bahwa 10-15%
carcinoma colorectal merupakan kasus familial, seperti pada Familial adenomatous
Polyposis (FAP) dan sindroma Lynch.
Usia
Usia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal. Insidensi meningkat
diatas 50 tahun. Namun individu pada usia berapapun tetap saja dapat menderita carcinoma
colorectal, sehingga bila ditemukan gejala-gejala keganasan harus tetap dievaluasi.
Diet dan lingkungan
Penelitian menunjukkan bahwa carcinoma colorectal lebih sering terjadi pada populasi
yang mengkonsumsi diet tinggi lemak hewani dan rendah serat. Diet lemak jenuh dan tidak
jenuh yang tinggi meningkatkan risiko carcinoma colorectal, sedangkan diet asam oleat yang
tinggi (minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun) tidak meningkatkan risiko. Lemak dapat
secara langsung meracuni mukosa colorectal dan menginduksi perubahan ke arah keganasan.
Sebaliknya, diet tinggi serat dapat menurunkan risiko. Diduga adanya hubungan antara
konsumi alkohol dengan insidensi carcinoma colorectal. Konsumsi calcium, selenium,
vitamin A, C, dan E, carotenoid, fenol tumbuhan dapat menurunkan risiko carcinoma
colorectal. Obesitas dan gaya hidup sedenter dapat meningkatkan mortalitas pasien
carcinoma colorectal. Pengaturan diet dan gaya hidup yang baik akan mencegah terjadinya
carcinoma colorectal.
Inflammarory bowel disease
Pasien dengan Inflammatory bowel disease, khususnya colitis ulceratif kronis,
berhubungan dengan meningkatnya risiko carcinoma colorectal. Hal ini diduga bahwa
inflamasi kronis merupakan predisposisi perubahan mukosa ke arah keaganasan. Risiko
tinggi terjadi keganasan bila onset pada usia muda, mengenai seluruh colon, dan menderita
lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining colonoscopy dengan biopsi
mukosa multipel secara acak setiap tahunnya pada pasien setelah 7-10 tahun menderita
pancolitis.
Faktor risiko lainnya
Merokok berhubungan dengan meningkatnya risiko adenoma colon, khususnya setelah
penggunaan lebih dari 35 tahun. Pasien dengan ureterosigmoidostomy meningkatkan risiko
terjadinya adenoma dan carcinoma. Tingginya kadar growth hormon dan insulin like growth
factor-1 akan meningkatkan risiko. Irradiasi pelvis dapat meningkatkan risiko carcinoma
recti.
Identifikasi faktor risiko carcinoma colorectal penting untuk menentukan program
skrining dan surveillance.1
Patogenesis
Defek genetik
Selama lebih dari 2 dekade, penelitian menjelaskan mengenai defek genetik dan abnormalitas
molekular yang berhubungan dengan pembentukan dan progresifitas adenoma dan carcinoma
colorectal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi onkogen (K-ras) dan atau inaktivasi tumor
suppressor genes (APC,DCC (deleted in colorectal carcinoma), p53). Carcinoma colorectal
diduga berasal dari polip adenoma dengan akumulasi mutasi tersebut.
Defek pada gen APC pertama kali dideskripsikan pada pasien FAP dan ditemukan mutasi
gen APC. Hal tersebut ditemukan pada 80% carcinoma colorectal sporadis.
Gen APC merupakan tumor-suppressor gene. Mutasi pada alel-alel diperlukan untuk
memulai pembentukan polip. Kebanyakan mutasi adalah stop codon yang prematur, yang
menghasilkan protein APC yang terpotong. Pada FAP, lokasi mutasi berkorelasi dengan beratnya
gejala penyakit
Akumulasi mutasi-mutasi menyebabkan akumulasi genetik yang rusak yang menghasilkan
keganasan. K-ras merupakan proto-oncogen dan menyebabkan pembelahan sel yang tak
terkontrol. DCC merupakan tumor supressor gene dan kehilangan kemampuannya dalam
mendegenerasi keganasan. Tumor supressor gene p53 merupakan protein yang penting untuk
menginisiasi apoptosis sel yang mempunyai kerusakan genetik yang tidak dapat diperbaiki.1,3
Ikterus
Rasa nyeri di abdomen, lebih sering pada bagian atas dari epigastrium atau
dinding kanan abdomen.
Pembesaran hepar
Bekuan darah pada arteri dan vena, sindroma paraneoplastik yang berhubungan
dengan hiperkoagulabilitas dari darah.
Tumor ganas
2.5.1 Hereditary colorectal carcinoma
a. Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Merupakan polip adenoma yang berproses menuju keganasan mengikuti runtutan adenomacarcinoma, dimana jika tidak diterapi, maka insidensi perubahan keganasan adalah 100%.
b. Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynchs Syndrome)
Sindroma ini dikrakteristikan oleh autosomal dominan yang diturunkan, manifestasi
keganasan terjadi pada usia muda, lesi predominan pada proximal colon, dan adanya tendensi
lesi synchronous dan metachronous. Pasien sebaiknya diterapi dengan colectomy subtotal.
Carcinoma berkembang dari polip adenoma melelui progresifitas adenoma-carcinoma yang
tipikal. Pada varian dari sindroma ini terdapat peningkatan insidensi keganasan endometium,
gaster, ovarium, dan traktus urinarius.
Kriteria untuk sindroma ini adalah:
Pada gambaran histopatologis, sejurang-kurangnya didapatkan asdanya 3 hubungan
dengan carcinoma colorectal, 2 dari hal tersebut merupakan derajat pertama.
Yang terlibat sekurang-kurangnya 2 generasi
Sekurang-kurangnya 1 pasien didiagnosis dibawah umur 50 tahun. 1,3,4
2.5.2 Carcinoma colorectal
Insidensi
Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus
gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Insidensi pria sebanding dengan wanita. Carcinoma recti lebih sering pada lakilaki, sedangkan carcinoma colon lebih sering pada wanita. Penyakit ini berhubungan dengan usia
dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun.1,2
Predileksi
10
Colon transversum
10
Colon descendens
Rectosigmoid
75
Pada pemerikasaan fisik, bila tumor kecil maka tidak teraba pada palpasi abdomen, bila
sudah terba berarti sudah menunjukkan keadaan lanjut. Massa di colon sigmoideum lebih
jelas teraba daripada massa di bagian lain colon. Pemeriksaan colok dubur merupakan
keharusan. 2
Tabel 2. Faktor yang menentukan tanda dan gejala2
Tipe tumor
Colon kanan
Colon kiri
Rectum
Vegetative
Stenotik
Infiltratif
ulseratif
Ulseratif
Vegetatif
Kaliber viskus
Besar
Kecil/pipih
Besar
Isi viskus
Setengah cair
Setengah padat
Padat
Fungsi utama
absorbsi
Penyimpanan
Defekasi
Colon kanan
Colon kiri
Rectum
Aspek klinis
Colitis
Obstruksi
Proktitis
Nyeri
Karena
Karena obstruksi
Tenesmus
penyusupan
Defekasi
Tenesmus
berkala
progresif
menerus
Obstruksi
Jarang
Hampir selalu
Tidak jarang
Samar
Samar
terus
atau Makroskopis
makroskopis
Faeces
Normal
(atau Normal
Perubahan bentuk
diare)
Dispepsi
Sering
Jarang
Jarang
Memburuknya
Hampir selalu
Lambat
Lambat
Hampir selalu
Lambat
Lambat
keadaan umum
Anemia
Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan yang berbeda untuk tujuan ini3 :
Pemeriksaan rectal secara digital (rectal toucher) : dokter memasukkan jarinya yang telah
memakai sarung tangan dan diberi lubrikasi untuk meraba daerah yang abnormal. Tindakan
ini hanya dapat mendeteksi tumor yang cukup besar pada bagian distal dari rektum, tetapi
berguna sebagai pemeriksaan skrining awal3.
Fecal occult blood test (FOBT) : pemeriksaan terhadap darah dalam feces. Ada 2 tipe
pemeriksaan
darah
pada
feces
yaitu
guaiac
based
(pemeriksaan
kimiawi)
dan
immunochemical. Pemeriksaan dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan
FOBT positif tidak menderita karsinima colon. Sensitivitas dari pemeriksaan immunochemical
jauh lebih baik daripada pemeriksaan secara kimiawi1,3.
Endoskopi
a. Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon sigmoideum
bagian distal.
b. Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi
Sigmoidoskop dan colonoskop yang fleksibel dengan video atau fiberoptik dapat
memperlihatkan gambaran colon dan rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi dan
colonoskopi dapat digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode yang paling
akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan dapat untuk
melakukan biopsi. Colonoskop untuk diagnostik memiliki satu saluran untuk lewatnya alatalat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter, dan sebagai jalan untuk melakukan
penghisapan dan irigasi. Colonoskop untuk terapetik mempunyai 2 saluran yang dapat
digunakan secara simultan untuk irigasi / penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat.
akan meliputi dinding sebelah dalam dari colon yang akan terlihat pada hasil pemeriksaan
sinar X. karsinoma atau polip prekarsinoma dapat dideteksi dengan cara ini. Namun teknik
ini dapat gagal mendeteksi polip yang datar (jarang ditemukan) atau berukuran kurang dari 1
cm.
Virtual colonoscopy menggantikan film sinar X pada pemeriksaan double contrast barium
enema dengan CT-Scan sehingga hasilnya lebih akurat1,3,7
Pencitraan
a. X-ray foto polos dan colon in loop
X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi pasien
yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak, dan LLD)
berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop
berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif
untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil
sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi massa colon yang
nonobstruksi.
Gambar 8. Colon in loop carcinoma colorectal8
b. CT scan
Computed Tomography (CT) digunakan untuk staging carcinoma colorectal, karena
kesensitivitasnya dalam mendeteksi metastasis.
c. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi untuk
mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan kesensitivitasan maka dilakukan
persiapan usus per oral, pemberian kontras per oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini
sensitif untuk melihat carcinoma colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. colonoskopi
tetap dibutuhkan jika terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada obstruksi colon
proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat faeces, penyakit divertikula,
lipatan haustrae, artefak, dan ketidakmampuan mendeteksi adenoma yang datar.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi
keterlibatan tulang atau dinding pelvis akibat perluasan carcinoma colorectal. Penggunaan
endorectal coil akan menambah sensitivitas.
e. PET
Positron Emmision Tomography (PET) digunakan untuk pencitraan jaringan dengan
kadar glikolisis anaerob yang tinggi seperti pada tumor ganas. PET digunakan sebagai
tambahan pemeriksaan CT scan dalam staging carcinoma colorectal dan dapat digunakan
untuk membedakan kanker rekuren dengan fibrosis.
f. Endorectal ultrasound
Endorectal ultrasound digunakan untuk mengevaluasi kedalaman invasi carcinoma recti.
Dinding rectum yang normal terdiri atas 5 lapisan. Ultrasound dapat membedakan tumor
jinak dari tumor invasif berdasarkan integritas lapiasan submukosa. Ultrasound dapat
membedakan tumor superficial T1-T2 dengan tumor yang lebih dalam T3-T4. Keakurasian
ultrasound dalam mendeteksi kedalamam invasi tumor intramural berkisar antara 81-94%.
Ultrasound juga dapat mendeteksi pembesaran nodus limfatikus perirectal, yang
menunjukkan metastasis ke nodus limfatikus, dimana keakurasiannnya adalah 58-83%.
Ultrasound juga dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi lokal setelah pembedahan.
Laboratorium
a. Pemeriksaan darah samar pada faeces
Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik, pada individu
dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes serial karena kebanyakan carcinoma
colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase
yang terkandung dalam haemoglobin. Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan
hasil positif. Beberapa makanan (daging, beberapa buah dan sayuran, dan viamin C) dapat
memberikan false positif, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini
dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan menggunakan immunochemical. Hasil
positif pada tes ini sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.
b. Pemeriksaan DNA feces
Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk skrining
karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma menhasilkan marker DNA yang
tidak terdegradasi selama proses pencernaan dan tetap stabil di dalam feces. Hasil penelitian
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 71-91%
c. Tumor marker
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan untuk pasien carcinoma
colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum digunakan, sedangkan CA
19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien dengan
carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk
keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma
selain carcinoma colorectal.
Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT, dan LDH dapat
memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
Biopsi
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat mendeskripsikan
tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat pada carcinoma colorectal
adalah adenocarcinoma (95%).
Colon tengah
Colon kiri
Rectum
Apendicular abscess
Ulcus pepticum
Colitis ulcerative
Polip
Massa
Carcinoma gaster
Polip
Prokitis
periappendicular
Abscess hepar
Diverticulitis
Fissura ani
Amuboma
Hepatocellular
Endometriosis
Haemorrhoid
Enteritis regionalis
carcinoma
Carcinoma ani
Cholecystitis
Kelainan pancreas
Kelainan
saluran
empedu
2.9. Klasifikasi
American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini memisahkan dan
mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi tumor (T), status nodus limfatikus
regional (N) dan ada tidaknya metastase (M)
a.Sistem TNM
Tabel 5. Klasifikasi carcinoma colorectal berdasarkan sistem TNM3
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
T2
N0
M0
T3
N0
M0
T4
N0
M0
Semua T
N1
M0
N2,N3
M0
Semua N
M1
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Semua T
Tumor Primer
TX: Tumor primer tidak bisa ditemukan
T0: Tidak ada bukti tumor primer
Tis: Carcinoma insitu
T1: Tumor menginvasi submukosa
Dalamnya infiltrasi
Prognosis hidup
setelah 5 tahun
97%
80%
65%
C1
35%
C2
Metastasis jauh
<5%
pewarnaan HE3
Pada pemeriksaan histopatologi adenocarcinoma adalah tumor ganas epitelial, berasal
dari kelenjar epitel dari mukosa colorectal. Tumor ini akan menginvasi mukosa, menginvasi
muscularis mucosa, submucosa, lalu ke muscularis propria. Sel tumor memiliki struktur tubular
yang irregular, inti yang beragam, berlumen banyak, dan stroma yang sedikit. Terkadang, sel
tumor menginvasi jaringan intersistial dan menghasilkan banyak mucus. Pada pemeriksaan
mikroskopis tampak sebagai daerah-daerah yang kosong, ini disebut mucinous (colloid)
adenocarcinoma, dan merupakan jenis yang berdiferensiasi buruk. Jika mucus tertahan di dalam
sel dan mendorong intinya ke tepi maka akan memberikan gambaran Signet ring cell.
Berdasarkan
arsitektur
pola sekresi
mucus,
adenocarcinoma dapat dibedakan menjadi berdiferensiasi baik, sedang, ataupun buruk. Jika
perubahan histologis mengarah pada squamous cell carcinoma maka lesi tersebut akan lebih
responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi3,8,9.
jarang terjadi kecuali jika tumor mengenai canalis analis atau aliran limfatik proximal diblok
oleh tumor.
Tempat yang paling sering terkena pada metastasis jauh carcinoma colorectal adalah
hepar. Metastasis ini timbul dari penyebaran hematogen melalui system vena portal. Seperti pada
penyebaran ke nodus limfatikus, risiko metastasis ke hepar meningkat dengan peningkatan
ukuran tumor dan grade tumor, namun tumor yang kecil pun dapat menyebabkan metastasis
jauh. Paru-paru juga merupakan tempat penyebaran hematogen carcinoma colorectal, namun
jarang terjadi. Penyebaran ke peritoneal mengakibatkan carcinomatosis (metastasis peritoneal
difus) dengan atau tanpa ascites.1,2
2.12. Penatalaksanaan
Pembedahan3
Pembedahan
dapat
dikategorikan
menjadi
curative,
palliative,
bypass,
fecal
diversion,atau open-and-close.
Curative, tindakan ini dapat dilakukan bila tumor terlokalisir. Karsinoma yang sangat dini
seperti polip biasanya dapat disembuhkan dengan polypectomy pada saat colonoscopy.
Tumor yang lebih lanjut membutuhkan sebagian colon yang mengandung tumor dibuang
hingga batas tertentu (contohnya colectomy) dan reseksi radikal en-bloc dari mesenterium
dan lymph node untuk mengurangi resiko rekurensi. Jika mungkin bagian yang tersisa
dari colon dilakukan anastomosis, jika tidak memungkinkan anus buatan (stoma) harus
dibuat. Pembedahan terhadap metastase ke hepar yang terisolasi dapat menyembuhkan
pada pasien tertentu. Dengan semakin majunya kemoterapi, maka semakin banyak pasien
yang ditawarkan pembedahan terhadap metastasis ke hepar yang terisolasi.
Palliative, dilakukan jika terdapat metastasis yang multipel. Reseksi dari tumor primer masih
dianjurkan untuk menghindari kematian akibat perdarahan, invasi, ataupun efek
katabolik. Dilakukan bila tumor tidak dapat direseksi untuk mencegah dan mengatasi
obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita baik. Jika tumor
tidak dapat diangkat maka dapat dilakukan bedah pintas atau anus pretenaturalis. Pada
metastasis ke hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat dipertimbangkan eksisi
metastasi. Pemberian sitostatika melalui arteri hepatica, yaitu perfusi secara selektif,
kadang disertai terapi embolisasi2
Jika tumor menginvasi struktur disekitarnya sehingga eksisi sulit dilakukan, maka ahli bedah
lebih menyukai melakukan bypass dari tumor (ileotransverse bypass) atau melakukan
fecal diversion dengan pembuatan stoma pada tempat yang lebih proximal.
Pada kasus terburuk dapat dilakukan pembedahan open-and-close. Hal ini dilakukan jika ahli
bedah menemukan tumor tidak dapat direseksi dan usus kecil sudah terinvasi, dan
tindakan lebih lanjut akan lebih membahayakan pasien. Dengan majunya teknik
pencitraan hal ini sudah jarang terjadi.
Laparoscopic-assisted colectomy adalah teknik yang kurang invasif yang dapat mengurangi
ukuran sayatan dan nyeri pasca operasi.
Komplikasi dari pembedahan antara lain3,9 :
Infeksi luka
Impotensi
Dehiscence atau hernia
anastomosis bocor atau terlepas, menyebabkan pembentukan abscess atau fistula, dan atau
peritonitis.
Perdarahan dengan atau tanpa pembentukan hematom
Adhesi menyebabkan obstruksi usus
Cedera organ di sekitarnya (seringnya usus kecil, ureter, limpa, dan vesica urinaria)
Komplikasi Cardiopulmonal seperti infark miocard, pneumonia, aritmia cordis, emboli paru
dan sebagainya.
Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif
maupun nonkuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat
kuratif. Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran lokal maupun jauh.
Tindakan bedah terdiri atas reseksi luas carcinoma primer dan kelenjar limfe regional.
Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah
obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
Pada carcinoma caecum atau colon ascendens dilakukan hemicolectomy kanan.
Pembuluh darah ileocolica, colica dextra, dan cabang kanan dari colica media diligasi dan
dipisahkan. Ileum terminal sekitar 10 cm ikut direseksi, kemudian dibuat anastomosis ileum
dengan colon transversum.
Anastomosis rectum letak rendah biasanya memerlukan pembebasan flexura lienalis dan
ligasi serta pemisahan vena mesenterica inferior dengan pancreas. Alat stapler sirkuler dapat
digunakan untuk membuat anastomosis. Penyulit yang sering terjadi dalah gangguan fungsi
seks.
c. Extended low anterior resection
Extended low anterior resection diperlukan untuk membuang tumor yang berada di distal
rectum, beberapa centimeter di atas sphincter ani. Rectum dibebaskan seluruhnya sampai
batas musculus levator ani, diseksi ke anterior diperluas sepanjang septum rectovaginal pada
wanita dan distal vesicular seminalis dan prostat pada pria. Setelah reseksi, dibuat
anastomosis coloanal. Karena adanya risiko bocornya anastomosis dan terjadinya sepsis
ketika anastomosis dibuat pada distal rectum atau canalis analis, maka dapat dibuat ileostoma
semetara.
Prosedur Hartmann dan fistula mukus
Biasanya dilakuan pada pasien dengan carcinoma rectum dimana anastomosis pada pelvis
tidak dapat dibuat. Prosedur Hartmann ditujukan untuk reseksi colon atau rectum tanpa
anstomosis dimana colostomi atau ileostomi dibuat dan distal colon atau rectum ditinggalkan
sebagai kantung tertutup. Kondisi ini biasanya digunakan ketika colon kiri atau sigmoideum
direseksi dan sisa rectum ditutup dan ditinggalkan di pelvis. Jika colon distal cukup panjang
untuk mencapai dinding abdominal. Maka dapat dibuat fistula mucus dengan membuka usus
yang tak berfungsi dan menjahitnya ke kulit.
Reseksi abdominoperineal menurut Quenu-Miles
Reseksi ini membuang rectum, canalis analis, dan anus dengan pembuatan permanen
colostoma dari colon descendens atau sigmoideum. Prosedur pada abdomen dan pelvis sama
dengan extended low anterior resection. Rectum dan sigmoid dengan mesosigmoid
dilepaskan, termasuk kelenjar limfe pararectum dan retroperitoneal sampai kelenjar limfe
retroperitoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus dieksisi dan dikeluarkan seluruhnya
dengan rectum melalui abdomen. Diseksi perineal dibuat dengan eksisi canalis analis dengan
batas sirkumferensial yang lebar. Diseksi perineal dapat dapat dilakukan dengan posisi
lithhotomy atau posisi prone setelah penutupan abdomen dan pembuatan colostoma.
Penutupan luka meninggalkan defek perineal yang besar, khususnya bila telah digunakan
radiasi, maka diperlukan penutupan dengan flap pada beberapa pasien. Penyulit yang sering
terjadi dalah gangguan fungsi seks.1,2,5
Terapi operatif carcinoma recti5
Kemoterapi3
Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis, mengecilkan ukuran
tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor. Biasanya diberikan setelah pembedahan
(adjuvant), atau sebelum pembedahan (neo-adjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative).
Kemoterapi sesudah pembedahan biasanya diberikan setelah karsinoma menyebar ke lymph node
(stadium III). Beberapa obat yang disetujui oleh US Food and Drug Administration adalah :
Adjuvant (setelah pembedahan) kemoterapi :
Kombinasi dengan infusan 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX)
5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine (Xeloda)
Leucovorin (LV, Folinic Acid)
Oxaliplatin (Eloxatin)
Kemoterapi untuk yang sudah metastasis3,10 :
Obat pilihan utamanya adalah kombinasi 5-fluorouracil, leucovorin, dan oxaliplatin (FOLFOX)
dengan bevacizumab atau infusan 5-fluorouracil, leucovorin, and irinotecan (FOLFIRI)
dengan bevacizumab
5-fluorouracil (5-FU) atau Capecitabine
UFT atau Tegafur-uracil
Leucovorin (LV, Folinic Acid)
Irinotecan (Camptosar)
Oxaliplatin (Eloxatin)
Bevacizumab (Avastin)
Cetuximab (Erbitux)
Panitumumab (Vectibix)
Sedang dalam percobaan untuk yang karsinoma metastasis yang tidak efektif dengan kemoterapi
di atas :
Bortezomib (Velcade)
Oblimersen (Genasense, G3139)
Terapi
Stadium 0
(Tumor In Situ)
endoskopi
Stadium 1
histologi
yang
beresiko
tinggi)
Stadium 2
histologi
yang
beresiko
tinggi)
Stadium 3
Adjuvant
kemoterapi,
imunoterapi.
radioterapi
Reseksi radikal
Stadium 4
Adjuvant kemoterapi
(Metastasis jauh)
2.13. Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran
carcinoma dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai diferensiasi sel tumor yang buruk, maka
prognosisnya sangat buruk.2 Angka harapan hidup pada stadium awal adalah 5 kali lipat lebih
besar dari stadium akhir. CEA juga secara langsung berhubungan dengan prognosis dari penyakit
2.14 Follow-up
U.S. National Comprehensive Cancer Network dan American Society of Clinical Oncology
memberikan panduan untuk follow-up karsinoma colon :
Pemeriksaan fisik setiap 3 sampai 6 bulan selama 2 tahun., lalu setiap 6 bulan selama 5
tahun.
CT-scan dada, abdomen, dan pelvis dapat dipertimbangkan untuk dilakukan secara rutin
selama 3 tahun pertama pada pasien dengan resiko tinggi terjadi rekurensi.
Colonoscopy dapat dilakukan 1 tahun setelahnya, kecuali belum dilakukan pada sebelum
pembedahan karena adanya massa yang menghalangi. Dalam kasus tersebut
sebaiknya dilakukan setelah 3 Sampai 6 bulan.
PET or ultrasound scanning, chest X-rays, pemeriksaan darah lengkap atau tes fungsi
hati tidak disarankan3.
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon, rectum, and anus. In
Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill. P 1057-70.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku
ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.
Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and rectum. In Sabistons Textbook of
Surgery. 17th edition. 2004. Philadelphia: Elsevier Saunders. P 1443-65.
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss Abdominal operation. 10th
edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P 1281-1300
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingotss Abdominal operation. 10th edition.
2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.
Mayoclinic. 2006. Colon cancer. http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/
GE.2007. Carcinoma colorectal http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/
Barish ,M.A. Rocha, T.C. 2007. Role of virtual colonoscopy in screening for colorectal cancer.
http://www.cancernews.com/data/Article/284.asp