1.
2.
3.
4.
5.
1. Sejarah Perkembangan SC
Sectio Caesarea
Page 1
Asal dari istilah seksio sesarea tidak diketahui dengan pasti, namun terdapat tiga teori
yang dikenal sampai saat ini. Yang pertama, menurut legenda, Julius Caesar dilahirkan
dengan cara ini, dengan hasil bahwa prosedur ini dikenal sebagai operasi caesar. Namun
beberapa pendapat meragukan penjelasan ini. Pertama, ibu dari Julius Caesar hidup
selama bertahun-tahun setelah kelahirannya pada 100 SM, dan hingga akhir abad ke-17,
operasi itu hampir selalu berakibat fatal. Kedua, operasi tersebut, apakah dilakukan pada
hidup atau mati, tidak disebutkan oleh penulis medis sebelum abad pertengahan. Rincian
sejarah tentang asal-usul nama keluarga Caesar ditemukan dalam monografi oleh Pickrell
(Emir, 2011).
Teori kedua adalah bahwa nama operasi ini berasal dari hukum Romawi, konon
dibuat pada abad ke-8 SM oleh Numa Pompilius, memerintahkan bahwa prosedur bedah
dalam melahirkan anak dilakukan pada perempuan yang telah meninggal dalam beberapa
minggu terakhir kehamilan dengan harapan dapat menyelamatkan sang anak. Hukum ini
dibuat oleh ini raja Romawi sat itu, Lex Regia, yang kemudian dikenal menjadi lex
caesarea, dan operasi itu sendiri dikenal sebagai operasi caesar. Penjelasan ketiga adalah
bahwa kata ini muncul pada abad pertengahan , yang berasal dari caedere , kata kerja
latin, yang berarti untuk memotong. Penjelasan ini tampaknya adalah yang paling logis.
Di Amerika Serikat, huruf ae di suku kata pertama caesar diganti dengan huruf e. Di
Inggris, Australia, dan sebagian besar negara persemakmuran, huruf ae ini tetap
dipertahankan (Emir, 2011).
2. Epidemiologi
Sektio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesarea bukanlah
alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di
lakukannya Sectio Caesarea maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesaria,
karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu
(Wiknjosastro, 2010).
Namun dewasa ini, Sectio Caesaria jauh lebih aman dari pada dulu berkat kemajuan
dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna.
Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang
cukup kuat. Operasi caesar hanya boleh bila : Ari-ari menutup jalan lahir, bayi besar, letak
bayi melintang atau sungsang, dan proporsi panggul ibu dan kepala bayi yang tidak pas
Sectio Caesarea
Page 2
Sectio Caesarea
Page 3
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung
dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.
e. Operasi porro (porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati),
dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang
berat.
f. Seksio sesarea postmortem (postmortem caesarean section)
Yaitu seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang
meninggal tiba-tiba, sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi
Persalinan sesar dibutuhkan ketika kehamilan tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janinnya, ketika persalinan tak dapat diinduksi, ketika persalinan per vaginam gagal, dan
ketika keadaan gawat yang mengharuskan persalinan segera dilakukan. Banyak indikasi
yang diterima, namun sejumlah penyebab bersifat subjektif atau selektif diaplikasikan
pada individu dan penyebab lainnya masih kontroversial. Mayoritas seksio sesaria
dilakukan atas dasar indikasi janin, beberapa dari indikasi maternal, dan banyak
keuntungan diperoleh untuk janin dan ibunya. Sesaria yang berulang sekarang terhitung
35% di USA. Distosia, distress fetal, dan kondisi obstetrik lainnya merupakan indikasi
bagi sebagian besar kasus seksio sesaria (Gibbs, et al., 2008).
Berikut ini merupakan tabel tentang indikasi kelahiran dengan bedah sesar (absolut
maupun relatif) (Norwitz, 2007) :
Ibu
berat,
serviks)
Uteroplasenta Bedah uterus sebelumnya (sesar Riwayat bedah uterus sebelumnya
klasik)
(miomektomi dengan ketebalan penuh)
Riwayat ruptur uterus
Presentasi funik (tali pusat) pada saat
Obstruksi jalan lahir (fibroid)
persalinan.
Plasenta
previa,
abruptio
Janin
janin
(sungsang,
Sectio Caesarea
Page 4
Dalam sumber pustaka lain juga dijelaskan beberapa indikasi dilakaukan sesarea,
sebagian sama dengan yang di atas (Mochtar, 2011).
Indikasi ibu :
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit absolut
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin secara normal ialah
konjugata vera berukuran 8 cm. Panggul dengan konjugata vera <8cm dapat
c.
dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal, harus dilakukan seksio sesarea.
Disproporsi sefalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala janin dan
ukuran panggul.
d. Ruptur uterus megancam.
e. Distosia serviks.
f. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
g. Preeklampsia dan hipertensi.
Indikasi janin :
a. Gawat janin
h. Malpresentasi janin
1) Letak lintang. Jika panggul terlalu sempit, seksio sesarea adalah cara terbaik
dalamsemua kasus letak lintang dengan janin hidup dan letak normal. Semua
primigravida dengan janin letang lintang harus ditolong dengan seksio sesarea,
walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Untuk multipara letak janin
lintang dapat ditolong terlebih dahulu dengan cara-cara lain.
2) Letak bokong. Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong pada kasus
panggul sempit, primigravida, dan janin besar.
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi). Jika reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil.
4) Gemeli (Janin kembar). Seksio sesarea dianjurkan jika janin pertama letak
lintang atau presentasi bahu, jika terjadi interlok/janin saling mengunci
(locking of the twins), distosia karena tumor, dan terjadi gawat janin.
Indikasi waktu :
a. Partus lama (prolonged labor).
b. Partus tak maju (obstructed labor).
5. Kontraindikasi
Seksio sesarea umumnya tidak dilakukan pada kondisi (Wiknjosastro, 2010) :
a. Janin mati
b. Syok dan anemia berat sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat
6. Jenis-Jenis Operasi Seksio Sesarea
a) Abdomen (Seksio sesarea abdominalis)
Sectio Caesarea
Page 5
mudah
menyebar
secara
intraabdominal
karena
tidak
b. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim. Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf
pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah.
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan kurang.
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan
Sectio Caesarea
Page 6
2.
Oada dinding perut dibuat insisi mediana, mulai dari atas simfisis sepanjang + 12
3.
4.
cm sampai di bawah umbilicus, lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka
Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim, kemudian
diperlebar secara sagital dengan gunting
5.
Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin dilahirkan dengan
meluksir kepala dan memotong fundus uteri. Setlah janin lahir seluruhnya, tali
6.
7.
biasa
8. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi
9. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah, dan akhirnya dinding perut dijahit
(Wiknjosastro, 2010).
Indikasi :
a) Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai segmen
bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan-perlekatan akibat pembedahan
seksio sesarea yang dulu atau adanya tumor-tumor di daerah segmen bawah uterus.
b) Janin besar dalam letak lintang.
c) Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah uterus
(Wiknjosastro, 2010).
Sectio Caesarea
Page 7
5. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika vesikouterina tadi
secara tajam dengan pisau bedah + 2 cm, kemudian diperlebar melintang secara
tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim
dapat melintang (transversal) sesuai cara Kerr, atau membujur (sagital) sesuai cara
Kronig
Sectio Caesarea
Page 8
6. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipeahkan, janin dilahirkan dengan
meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali
pusar dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot rahim
intramural disuntikkan 10 U oksitosin.
Sectio Caesarea
Page 9
Teknik Seksio-Histerektomi
1. Setalah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan hemostasis pada
insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau simpul
2. Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga pelvis
3. Mula-mula ligamentum rotundum dijepit dengan cunam Kocher dan cunam Oschner,
kemudian dipotong sedekat mungkin dengan rahim. Jaringan yang sudah dipotong
diligasi dengan benang catgut kromik no 0. Bladder-flap yang telah dibuat pada
waktu seksio sesarea transperitoneal profunda dibebaskan lebih jauh ke bawah dan
lateral. Pada ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan jari telunjuk tangan
kiri di bawah adneksa dari arah belakang. Dengan cara ini, ureter akan terhindar dari
kemunginan terpotong
4. Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba Falloppii, ligamentum utero-ovarika,
dan pembuluh darah dalam jaringan tersebut dijepit dengan 2 cunam Oschner
lengkung, dan di sisi rahim dengan cunam Kocher. Jaringan yang terpotong diikat
dengan jahitan transfiks untuk hemostasis dengan catgut no. 0
5. Jaringan ligamentum latum yang sebagian besar adalah avaskuler dipotong secara
tajam ke arah serviks. Setelah pemotongan ligamentum latum sampai di daerah
serviks, kandung kemih disisihkan jauh ke bawah dan samping.
Sectio Caesarea
Page 10
Sectio Caesarea
Page 11
9. Puntung vagina dijepit dengan beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mula-mula
puntung kedua ligamentum kardinale dijahitkan pada ujung kiri dan kanan puntung
vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua ujung puntung vagina. Puntung
vagina dijahit secara jelujur untuk hemostasis dengan catgut kromik. Puntung adneksa
yang telah dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada puntung vagina, asalkan
tidak terlalu kencang. Akhirnya, puntung vagina ditutup dengan retro-peritonealisasi
dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang puntung vagina.
Sectio Caesarea
Page 12
Setelah rongga perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutp kembali lapis demi lapis
(Wiknjosastro, 2010).
8. Tehnik Anestesi
a. Anestesi Epidural
Anestesi epidural merupakan teknik anestesi neuroaksial yang menawarkan suatu
penerapan lebih luas daripada teknik anestesi spinal. Blok epidural adalah blokade saraf
dengan menempatkan obat di ruang epidural (peridural, ekstradural). Ruang ini berada di
ligamentum flavum dan duramater bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di
dasar tengkorak dan di bawah selaput sacrococcigeal. Kedalaman ruang ini rata-rata 5
mm di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal. Anestesi epidural dapat
dilakukan pada level lumbal, torakal, dan servikal. Teknik epidural digunakan secara luas
pada anestesi, analgesi persalinan, pengelolaan nyeri paska operasi dan pengelolaan nyeri
kronis. Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal
yang terletak di bagian lateral (Mega, 2012).
Awal kerja analgesi epidural lebih lambat dibanding analgesi spinal, sedangkan
kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah. Blok epidural memiliki beberapa
keuntungan, yaitu : (Mega, 2012)
1) Penghindaran obat narkotik sehingga mengurangi kemungkinan penekanan
pernapasan yang lama dan penekanan saraf pusat pada bayi, serta muntah pada ibu.
2) Kesadaran ibu tetap tidak berkabut selama pembiusan.
3) Blok dapat disesuaikan guna memberikan analgesi yang cukup pada persalinan
operatif pasca sectio caesaria.
Sectio Caesarea
Page 13
Anestesi epidural pada sectio caesaria secara umum paling memuaskan jika
menggunakan kateter epidural. Kateter memfasilitasi pencapaian level sensorik T4,
memungkinkan suplementasi jika diperlukan, dan memberikan jalur yang sangat baik
untuk pemberian opioid pasca operasi setelah tes dosis didapatkan negative anestetik
local sebanyak 15-25 mL diinjeksikan perlahan dengan peningkatan 5 mL. Penambahan
fentanyl, 50-100 g, atau sufentanil, 10- 20 g dapat memperkuat intensitas blok dan
memperpanjang durasi tanpa mempengaruhi keluaran neonatus. Jika nyeri terasa saat
level sensorik menurun, anestesi lokal tambahan dapat diberikan dengan 5 ml untuk
menjaga level sensorik T4. Setelah kelahiran, penambahan opioid intravena dapat
diberikan, hindari sedasi berlebihan dan kehilangan kesadaran. Pada penelitian ini tidak
dilakukan pemasangan kateter epidural maupun penambahan obat lain (Mega, 2012;
Prawirohardjo, 2014).
b. Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakantindakan bedah,
obstetrik, operasi-operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas bawah. Teknik ini
dilakukan dengan memasukkan larutan anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid
paralisis temporer syaraf (Mega, 2012).
Lokasi :
L2 S1
respon
fisiologis
terhadap
tubuh
stress
terhadap
kerusakan jaringan)
Kontrol nyeri yang lebihsempurna
Menurunkan mortalitas pasca operasi
8. Komplikasi
Sectio Caesarea
Page 14
Mortalitas dan morbiditas bayi yang lahir dengan sectio caesaria lebih besar
dibandingkan dengan bayi lahir spontan. Hal ini disebabkan oleh : (Mega, 2012)
1) Indikasi sectio caesaria pada ibu sering merupakan keadaan yang telah
menyebabkan hipoksia pada bayi sebelum lahir.
2) Obat anestesi yang diberikan pada ibu sedikit lebih banyak akan mempengaruhi
bayi.
3) Kemungkinan trauma yang terjadi pada waktu operasi.
4) Sectio caesaria yang dikerjakan pada bayi premature, ketuban pecah lama, infeksi
intrapartum, dan lain-lain akan mempunyai resiko terhadap bayi.
Pada saat ini sectio caesaria sudah jauh lebih aman daripada beberapa tahun yang lalu.
Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa risiko komplikasi sectio caesaria yang
dapat terjadi pada ibu dan janin. Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
pembedahan antara lain kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan
pembedahan, dan lama persalinan berlangsung. Beberapa komplikasi yang dapat timbul
antara lain sebagai berikut : (Mega, 2012).
1) Infeksi puerperal
Infeksi puerperal yang terjadi bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas. Komplikasi yang terjadi juga bisa bersifat berat,
seperti peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Infeksi pasca operatif terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah terdapat gejala-gejala infeksi intrapartum, atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan tersebut. Bahaya infeksi
dapat diperkecil dengan pemberian antibiotka, namun tidak dapat dihilangkan sama
sekali.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul waktu pembedahan jika cabangcabang arteria uterine
ikut terbuka, atau karena terjadinya atonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain adalah luka kandung kencing dan
terjadinya embolisme paru.
4) Suatu komplikasi yang baru tampak pada kemudian hari
Komplikasi jenis ini yaitu kemungkinan terjadinya rupture uteri pada masa kehamilan
yang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh kurang kuatnya perut pada dinding uterus.
Komplikasi ini lebih sering ditemukan setelah dilakukan metode sectio caesaria
klasik.
Sectio Caesarea
Page 15
Sectio Caesarea
Page 16
d. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyakit
pada kehamilan dan persalinan berikutnya
e. Mencegah timbulnya kejang
f. Mencegah hipertensi yang menetap
2. Dasar Pengobatan
a. Istirahat
b. Diit rendah garam
c. Obat obat anti hipertensi
d. Luminal 100 mg ( IM )
e. Sedatif ( untuk mencegah timbulnya kejang )
f. Induksi persalinan
3. Pengobatan jalan (dirumah)
Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah
a. TD < 140/90 mmHg
b. Proteinuria positif akut
c. Penambahan BB 1 kg / lebih dalam 1 minggu harus dilakukan observasi yang teliti
d. Sakit kepala, penglihatan dan edema jaringan dari kelopak mata
e. BB ditimbang 2x sehari
f. TD diukur 4 jam sekali
g. Cairan yang masuk dan keluar dicatat
h. Pemeriksaan urine tiap hari, proteinuria ditentukan kuantitatif
i. Pemeriksaan darah
j. Makanan yang sedikit mengandung garam
k. Sebagai pengobatan diberikan luminal ( 4 x 30 MgSO4 ) kalau ada edema dapat
diberikan NH4cl + 4 gram sehari tapi jangan lebih dari 3 hari
10. Prognosis SC
a. Pada Ibu
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang
oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-
Sectio Caesarea
Page 17
rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga tenaga yang cekatan adalah
kurang dari 2 per 1000 (Sarwono, 1999).
b. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria.
Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,
kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 hingga 7 % (Sarwono, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Emir, F. 2011. Perkembangan Teknik Seksio Sesarea Menurut Evidence-Based. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Refrat Iii Ppds I Obgyn Rsmh/Fk Unsri. Available
from:
https://ml.com/doc/56006242/PERKEMBANGAN-TEKNIK-SEKSIO-
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73506&val=4695.
Sectio Caesarea
Page 18
Norwitz, Schorge. 2007. At A Glance: Obstetri dan Ginekologi. 2nd ed. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan, Edisi 4. Cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Sectio Caesarea
Page 19