Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN

Kostisasi Kain Kapas dengan Variasi Waktu


Disusun Oleh :
Nama

Lenny Friska Y

(14020090)

Piranti Handayani (14020088)


Putri Indah P.

(14020084)

Trisandi Ismiradz (13020090)

Dosen

:Wulan S.,ST,M.T

Asisten

: Ikhwanul Muslim, S.ST .


Desiriani

Group

: 2K4

Tanggal praktikum

: 17 Maret 2016

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN

A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses merserisasi dan kostisasi pada bahan atau
serat tekstil ( selulosa dan campurannya ).

B. TUJUAN
1. Membandingkan mekanisme proses merserisasi dan proses kostisasi pada kain kapas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses merserisasi dan kostisasi
pada kain kapas.
3. Menguasai cara proses merserisasi dan kostisasi.
4. Menganalisa dan mengevaluasi serta membandingkan hasil proses merserisasi dan
kostisasi pada kain kapas.

BAB II
TEORI DASAR

A. PROSES MERSERISASI DAN KOSTISASI


Proses merserisasi dan kostisasi merupakan proses khusus yang hanya dilakukan pada
serat selulosa dan serat campurannya. Proses merserisasi adalah istilah khusus untuk
perlakuan perendaman bahan serat selulosa dan campurannya dalam larutan NaOH
dengan konsentrasi 26-30o Be sambil diberi peregangan. Sedangkan proses kostisasi
adalah istilah untuk perlakuan yang sama seperti merserisasi kecuali tidak ada peregangan
pada bahan dan konsentrasi NaOH lebih rendah yaitu sekitar 20-25 o Be. Proses merserisasi
dapat dilakukan pada bahan berbentuk benang maupun kain, biasanya dilakukan antara
proses penghilangan kanji dan pemasakan atau pada bahan yang telah dihilangkan kaji dan
dimasak, dan kadang dilakukan pada bahan yang masih mentah / grey. Proses ini
memegang peranan penting bagi bahan tekstil yang terbuat dari serat yang mengandung
kapas dan rayon viskosa karena akan mempengaruhi sifat kimia yaitu daya serap terhadap
zat warna dan uap air, sifat fisik seperti kilau bahan, kekuatan tarik,mengkeret, dan stabilitas
dimensi.

B. TUJUAN, MEKANISME, DAN METODE MERSERISASI DAN KOSTISASI


a. Tujuan Merserisasi dan Kostisasi
Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilau, stabilitas dimensi,
kekatan tarik, dan daya serap terhadap zat warna dan uap air. Sedangkan tujuan dari proses

kostisasi adalah karena bahan tidak mengalami peregangan maka tidak terjadi peningkatan
kilau bahan namun bahan menjadi elastis.

b. Mekanisme Merserisasi dan Kostisasi


Bahan kapas yang direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi akan
menggembungkan serat ke arah melintang dan menciut ke arah membujur. Penampang
melintang serat kapas yang awalnya berbentuk seperti ginjal akan berubah menjadi bentuk
elips dan kemudian menjadi bundar, hal ini mengakibatkan meningkatnya kemampuan serat
dalam memantulkan cahaya sehingga bahan akan kelihatan lebih berkilau. Puntiran serat
kapas membuka sehingga serat lebih menggembung pada bagian kristalin mengakibatkan
serat mampu membagi beban sepanjang serat dengan merata sehingga kekuatan tariknya
bertambah. Pada saat serat kapas menyerap kostik, mula-mula serat selulosa berubah
menjadi alkali selulosa, dan pada pencucian berulang serat berubah menjadi hidroselulosa,
dimana serat lebih banyak mengandung gugus OH yang dapat menyerap air lebih banyak
dan dengan demikian serat lebih mudah dimasuki oleh zat warna.
Faktor yang berpengaruh pada proses ini adalah konsentrasi NaOH, suhu larutan, waktu
perendaman, peregangan arah lusi dan pakan, zat pembasah / penetrasi, kondisi kain
sebelum merser apakah grey atau kain yang telah dihilangkan kotorannya melalui
penghilangan kanji dan atau pemasakan.

c. Metode merserisasi dan Kostisasi


Ada dua metode yang dapat dilakukan tergantung dari jenis mesin yang tersedia, yaitu
metode merserisasi dengan pemberian peregangan arah lusi dan pakan kain menggunakan
mesin Chain Merser dan metode tanpa peregangan arah pakan menggunakan mesin
Chainless dimana proses ini disebut kostisasi. Disamping itu berdasarkan suhu proses
terdiri dari merserisasi dingin yaitu suhu larutan NaOH 15-20 o C dan merserisasi panas
dengan suhu larutan 80oC. Serat berdasarkan kondisi kain yang diproses terdapat metode
dry on wet yaitu kain sebelum merser dalam keadaan kering dan metode wet on wet yaitu
kain sebelum merser dalam keadaan basah.
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN

1 buah wadah nampan plastik

1 buah gelas piala 1 liter

1 buah mesin padder

1 set frame merser

2 buah pengaduk kaca

1 buah timbangan digital

1 buah termometer

2 lembar kain kapas desized dan scoured

Zat sesuai resep

Es batu

Mistar

B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK

STK
D
bdp
sn
yud
me
d3md
ap
amm
k

Proses Kostisasi

a ai i a bn i np id l k a a d a i i nrc k e u a n c i nd i
la k u k a
aea hnn aag d nsa i , pn e r a s
a ir
akei n unn e rgg t a ar n a n l k a n
v e a n l ug a s i
0lie ibe r nc un mg tg au xg nh 3 u k 0 n c a k
a d a
n e sn i g n g p u a n d a d k
a in
C H

a m

a n
ea r n

C. RESEP
Proses Kostisasi
NaOH 20o Be
Pembasah

= 1-2 ml / L

Suhu

= 15o C

Waktu

= 75 90 dan 105

CH3COOH 95%

= 3-5 ml / L ( resep penetralan )

D. FUNGSI ZAT
NaOH

= menggelembungkan serat selulosa

Zat Pembasah

= zat yang membantu proses penyerapan larutan secara merata dan

cepat pada bahan, memudahkan bahan terbasahi dan larutan kostik masuk berpenetrasi ke
dalam celah antar sel
CH3COOH

= zat yang berfungsi dalam penetralan

Pencelupan dengan ZW Reaktif


ZW Reaktif untuk mewarnai serat kapas
Pembasah untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan
NaCl untuk mendorong penyerapan zat warna
Na2CO3 untuk fiksasi zat warna reaktif

E. PERHITUNGAN RESEP
1. Resep pencelupan
BbxVlot

: 5,2x20 = 104

Zw

:1/100x5,2x100=5,2 gram

Na2CO3

: 30x104/1000

NaCl

: 10x104/1000 + 0,104

Pembasah : 1x104/1000=0,104
Air : 104-0,104 = 103,896

2. Resep pencucian
Teepol

: 1x104/1000 = 0,104

Na2CO3 : 1x104/1000=0,104
Air

: 104-(0,104+0,104)=103,792

F. SKEMA PROSES
Kostisasi

Gambar. Skema proses kostisasi


Benam Peras Larutan
Cuci PanasPenetralan Bilas
G. LANGKAH KERJA NaOH
Proses Kostisasi

1. Memotong kain dengan ukuran 30 x 30 cm kemudian menimbang kain dengan


timbangan digital, arah lusi dan pakan diberi tanda.

2. Melukis bujur sangkar ukuran 10 x 10 cm pada kain dengan tinta permanen.


3. Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep, kemudian membuat larutan NaOH
dalam gelas piala dan mendinginkan larutan dengan es batu sampai suhu 15o C.
4. Memasang bahan pada frame tanpa memberikan peregangan
5. Merendam bahan yang telah dipasang pada frame ke dalam larutan NaOH selama 30

6.
7.
8.
9.

detik.
Memeras kain kemudian mencuci bersih dengan air panas.
Melakukan penetralan dengan merendam kain dalam larutan CH3COOH.
Mencuci bersih kain tersebut dengan air dingin sampai kain tidak terasa licin.
Mengeringkan kain dan mengevaluasi kain tersebut dengan uji daya serap dan
perhitungan mengkeret lusi dan pakan.

IV. DATA PRAKTIKUM

Mengkeret Kain
Panjang Kain awal Pakan x Lusi = 30 x 30
1. Waktu 75 =
Lusi
2. Waktu 90 =
Lusi
3. Waktu 105=
Lusi
Uji Tarik
1. Waktu 75 =
a) M
: 4,5

Pakan: 30cm-26,5cm/30cm x 100% = 11,6%


: 30cm-21,9cm/30cm x 100% = 27%
Pakan: 30cm-27cm/30cm x 100% = 10%
: 30cm-22cm/30cm x 100% = 26,6%
Pakan: 30cm-26cm/30cm x 100% = 13,3%
: 30cm-26cm/30cm x 100% = 26%

B
b) M
B
c) M
B

: 16
: 5,5
: 16,5
: 4,9
: 13

2. Waktu 90 =
a) M : 4,3
B : 13,5
b) M
B
c) M
B

:
:
:
:

4,6
16
4,5
17

3. Waktu 105=
a) M : 4,3
B : 13
b) M
B
c) M
B

:
:
:
:

5,1
12
5
14,5

Kain sebelum kostisasi

Kain setelah kostisasi

4. Ranking kerataan dan kepekatan warnanya


Ranking 1 di waktu proses 105
Ranking 2 di waktu 90
Rangking 3 di waktu 75

5. Daya serap
Waktu 105 daya serapnya 1
Waktu 90 daya serapnya 3
Waktu 75 daya serapnya 4
V. DISKUSI
Tujuan dari dilakukannya proses kostisasi adalah membuat kain lebih elastis
tanpa adanya penarikan pada serat selulosa. Waktu proses kostisasi bervariasi
bergantung dari konstruksi dan kondisi benang atau kain dan jenis mesin yang
digunakan. Dari hasil praktikum kelompok kami didapat hasil yang berbeda
dari setiap variasi waktu yang diberikan, yaitu 105 90 dan 75. Adapun halhal yang mempengaruhi hasil merserisasi pada praktikum adalah sebagai
berikut:
a. Daya Serap
Dari hasil praktikum memberikan hasil bahwa kain yang telah diproses
kostisasi daya serapnya akan bertambah.Hal itu dibuktikan oleh lebih
tingginya nilai ketuaan warna. Kami melakukan pengujian warna secara visual
oleh beberapa pengamat, dengan dilakukannya proses kostisasi pada serat
selulosa akan memodifikasi struktur selulosa tersebut, ini terjadi berkat
afinitasnya yang tinggi alkali tidak hanya mampu berpenetrasi kedalam
bagian amorf tapi juga kebagian kristalin selulosa, sehingga terjadinya
perubahan struktur Kristal selulosa dari selulosa I menjadi selulosa II, tanda
perubahan penggembungan berhenti mencapai maksimum pada konsentrasi
15-16%.

Dengan

terjadinya

perubahan

struktur

serat

mengakibatkan

terjadinya penggembungan serat secara permanen (irreversible) sehingga


akan terjadinya penurunan derajat kristaluinitas serat, sehingga daya serap
dan

kereaktifannya

terhadap

pereaksi-pereaksi

kimia

(kecuali

pereaksi

anhidrat) pun bertambah besar, Moisture regain, imbibisi air, warna serta laju
hidrolisa dan oksidasi semuanya meningkat. Terbukti dari hasil penyerapan zat
warna pada kain dengan menilai kerataan warnanya dan kepekatan warnanya
kain dengan waktu lebih lama (waktu 105) dengan tanpa melampau jauh
dari suhu optimalnya menghasilkan kepekatan dan kerataan warna yang
cukup baik dibandingkan dengan kain yang memilki variasi waktu 75 dan 90
(suhu optimal). peningkatan tersebut disebabkan oleh bertambah banyaknya
gugus hidroksil yang dapat berikatan akibat makin terbukanya struktur Kristal
selulosa oleh penggembungan. Tapi karena dengan tidak dilakukannya
tegangan akan menurunkan kristalinitas sedikit lebih tinggi daripada yang
dikerjakan dengan tegangan, ini terjadi karena adanya disorientasi rantai

molekul serat selulosa sehingga derajat orientasi maupun kristalinitasnya


menjadi lebih tinggi dan molekul air menjadi lebih sulit untuk masuk kedalam
serat, dengan ini absoprsi kapas merser dengan tegangan lebih rendah dari
pada tanpa tegangan (kostisasi), tapi daya serapnya tetap diatas kapas nomerser, ini dapat dilihat dari hasil percobaan yang kami lakukan. Terbukti dari
hasil praktikum yang kami kerjakan yaitu dengan pemakaian variasi waktu
75,90 dan 105 . Bahwa daya serapnya semakin bagus bila waktu
pelaksanaannya lebih lama dari waktu optimal yaitu 90, akan tetapi jika
terlalu lama pun proses perendaman zatnya pada saat kostisasi akan
menyebabkan kerusakan kualitas pada kain.
b. Kerataan dan kepekatan
Dapat dilihat bahwa semakin lama waktu kontak dengan larutan soda kostik
maka daya serap pada bahan semakin meningkat. Seperti pada proses kostisasi
yang berarti tanpa penarikan/tegangan dengan variasi waktu 75 90 dan 105
yang memiliki hasil paling bagus diantara ketiganya adalah yang bervariasi
waktu 105. Hal itu karena dengan semakin lamanya waktu kontak dengan
NaOH maka NaOH dapat berpenetrasi lebih dalam sehingga penggelembungan
lebih besar, lumen semakin hilang dan gugus Hidroksil yang terbentuk pada
selulosa semakin banyak. Kelompok kami menyimpulkan bahwa hasil pada kain
akan lebih optimal pada resep yang kami gunakan adalah pada range waktu
90-110. Faktor yang dapat memperngaruhi kerataan atau kepekatan selain
karena teknis pengadukan pencelupannya yang kurang merata adalah berapa
banyaknya kita menggunakan NaCl pada resep. Hal ini dikarenakan melihat
fungsi dari NaCl sendiri adalah untuk mendorong penyerapan zat warna. Jika
terlalu banyak pemakaian NaCl tersebut zat warna akan mudah mendorong
masuk pada serat sehingga proses penyerapannya kurang merata.

c. Daya serap dan kekuatan tarik


Hasil kostisasi menggunakan variasi waktu ini juga menghasilkan daya
serap yang baik . Pada proses kostisasi yaitu tanpa tegangan, penetrasi NaOH
sedikit lebih baik daripada yang diberi tegangan karena reorientasi serat lebih
kecil di bandingkan dengan diberi tegangan. Namun untuk yang kostisasi
tanpa tegangan sedikitpun menyebabkan penetrasi lebih baik lagi dan
kemungkinan perubahan total selulosa I menjadi selulosa II lebih besar lagi.
Karena dengan tanpa tegangan NaOH akan berpenetrasi lebih baik sehingga
penggembungan akan semakin lebih besar. Dengan adanya penggembungan

tersebut dapat menyebabkan menurunkan derajat kristalinitas serat kapas


dari 70% menjadi 20% atau sekira 20% mengalami penurunan sehingga daya
serapnya paling tinggi. Kekuatan tariknya pada kain variasi waktu tanpa
pencelupan warna ada pada waktu optimal yaitu 90.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang kami telah laksanakan dapat diambil poinkesimpulannya
yaitu;
1. Kain kostisasi dengan menggunakan variasi waktu yang paling optimaladalah
dalam range 90-110.
2. Selain bergantung pada teknis pegadukan pada proses pencelupan zat warna
penggunaan NaCl juga dapat memperngaruhi keratandan kepekatan zat warna
pada kain.
3. Kekuatan tarik yang paling bagus berada pada variasi waktu 90

VII. DAFTAR PUSTAKA


Astini Salihima, S.Teks, dkk. 1978. Pedoman Praktikum Pengelantangan dan
Pencelupan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Ir. Rasjid Djufri, M.Sc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Muhammad Ichwan, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Soeparman, S.Teks. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai