PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir, korupsi menjadi soal utama yang
dihadapi bangsa Indonesia. Ibarat penyakit, korupsi telah memwabah.
korupsi sudah meresap sampai sendi-sendi terkecil tersempit bangsa ini.
korupsi yang terjadi di Indonesia sudah tumbuh ke atas dalam hierarki
dan mendatar ke daerah-daerah. Pejabat pemerintah dan pengusaha
kongkalikong melakukan korupsi bersama-sama untuk keuntungan
mereka. Gie (2006) juga mengatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah
mendarah daging. Sekarang ini, sangat sulit mencari birokrat dan
pengusaha kelas kakap yang belum terjangkit korupsi di dalam sejarah
hidupnya. Korupsi di Indonesia sudah sedemikan parahnya, sehingga
tidak dapat menyembuhkan Indonesia tanpa melumpuhkannya. Meskipun
begitu Sebenarnya sejak lama pemerintah sudah berusaha untuk untuk
memberantas korupsi. Bahkan usaha tersebut sudah dilakukan sejak
masa orde lama sampai saat ini.
Meski gerakan pemberantasan korupsi sudah berlangsung sekian
lama, namun nampaknya perlawanan balik yang dilakukan oleh para
koruptor
dan
berbagai
faktor
lain
menyebabkan
usaha
untuk
aturan
dan
perundang-undangan
yang
tumpang
tindih.
bekerja
akan
menjadi
bibit
dan
menumbuh
fenomena
sosialpsikologis
yang
memungkinkan
dapat mengerti
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah dan
ketidaksanggupan
manusia
untuk
mendefinisikan
agama
karena
yang
bertalian
dengan
kepercayaan
manusia.
Syaikh
sehingga
tidak
dapat
dibuktikan
secara
rasional,
aneka
kebudayaan
berbagai
bangsa
sampai
pada
ahli
telah
sasaran-sasaran
masyarakat,
keagamaan
kesakralannya
bersumber
adalah
pada
lambang-lambang
kekuatan
yang
perasaan
dengan
diri
manusia
semata-mata
atas
penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik
dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
b. Fungsi Penyelamat Dimanapun manusia berada,
dia
selalu
terhadap
masalah
masalah
sosial
seperti,
kemaksiatan,
itu
akan
kepribadian.
Dengan
menjadi
demikian,
bahan
dalam
pendidikan
pembinaan
Agama
Islam
dalam
kehidupan
sehari-sehari,
baik
dalam
budi
pekerti,
memperkuat
kepribadian
dan
membangun
dirinya
sendiri
serta
bersamasama
10
membutuhkan
peran
agama.
Kawasan
tersebut
adalah:
serta
aturan-aturan
dalam
masyarakat.
Ketiga,
kelangkaan
sehingga
manusia
merasa
menemukan
11
yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suapmenyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal
tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Corruption (Inggris); Corruptie (Belanda); Corruptio (Latin); yang
berarti suat hal buruk, busuk, rusak, atau memutar balik. Korupsi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan uang Negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain;--waktu penggunaan waktu dinas (bekerja)
untuk urusan pribadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi
berkenaan
dengan
perilaku
menyimpang
dari
nilai
nilai
12
mana
yang
bisa
mendukung
atau
memperkuat
sebenarnya
sah
atau
tidak
sah,
bergantung
pada
wewenang.
kekuasaan.
Contoh:
Dalam
atau
terang-terangan
ia
mengatakan
untuk
yang
dimaksudkan
untuk
maupun
mengejar
tujuan
13
merupakan
Kecanggihan
sebab
tekhnologi,
dari
meningkatnya
kebutuhan
budaya
ekonomi,
dan
korupsi.
minimnya
melakukan
korupsi
dan
yang
membuat
mereka
untuk
aspek-aspek
kesadaran
keagamaan,
rasa
keagamaan,
harus melibatkan seluruh fungsi jiwa dan raga, maka orientasi keagamaan
juga harus mencakup aspek afektif, konatif, kognitif dan motoriknya.
Secara psikologis orientasi beragama menjadi bagian integral dari
kematangan beragama seseorang, sehingga deskripsi tentang orientasi
keagamaan kaitannya dengan tindak kejahatan korupsi tidak dapat lepas
dari kriteria kematangan beragama. Bagi Allport konsep kematangan
beragama harus diberangkatkan dari kerangka teori kematangan
kepribadian, oleh karena itu bagi Allport orientasi beragama yang positif
hanya terdapat pada orang-orang yang memiliki kepribadian yang
matang. Orang dengan keberagamaan matang memiliki ciri-ciri seperti (1)
berpengetahuan luas tetapi rendah hati (well-differentiated and selfcritical), (2) memiliki kekuatan motivatif (motivational force), (3) moral
yang
konsisten
komprehensif,
(moral
berkaitan
consistency),
dengan
(4)
tanggung
pandangan
jawab
hidup
kepada
yang
Tuhan
15
melekat dalam setiap tindakan dan merupakan bagian yang paling hakiki.
Orang intrinsik akan memasukan imannya dalam kehidupan pribadinya
melebihi titik pandangan dunia yang egosentris dan menilai hal
hal
mendukung
eksistensi
diri
di
tengah
pergaulan
sosial
dianutnya
secara
utuh.
Koruptor
memiliki
keyakinan
pada
16
dan motorik semata, seperti mengerjakan sholat pada orang Islam atau
pergi ke Gereja bagi umat Kristiani. Peribadatan apapun tidak akan
memberikan efek apapun tanpa melibatkan tindakan, perasaan dan
pikiran secara utuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik terhadap hal-hal
yang sakral, yakni keyakinan dan praktik yang membentuk suatu moral
komunitas dalam pemeluknya. nilai-nilai agama sudah ada dalam diri
manusia dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusia
sehingga ia memiliki kesadaran bahwa diluar dirinya ada sesuatu yang
lebih tinggi dan lebih suci. agama memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia dan masyarakat karena agama memberikan sebuah
system nilai yang memiliki derivasi pada norma-norma masyarakat untuk
memberikan pengabsahan dan pembenaran, mengatur pola perilaku.
Agama menjadi sebuah pedoman dalam memandang nilai. Menyadari
betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka
internalisasi nilai nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
sebuah keniscayaan yang pasti ditempuh oleh manusia.
B. Saran
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa yang berbudipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan Tuhan-nya maupun
lingkungan masyarakat. Dalam konteks hakiki, agama dapat menuntun
umat-nya bersikap dengan baik dan benar. Keburukan cara ber-sikap dan
penyampaian si pemeluk agama dikarenakan ketidakpahaman tujuan
beragama senantiasa membuat stigma buruk bagi agama itu sendiri.
17
Sehingga penting kiranya, agar setiap pemeluk agama memaknai nilainilai yang terkandung dalam agamanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, S.H. (1987). Korupsi : Sifat, Sebab dan Fungsi. Jakarta : LP3ES
Gie, K.K. (2006). Pikiran yang Terkorupsi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Gunawan, Ilham, 1994. Peran Kejaksaan Dalam Menegakkan Hukum dan.
Stabilitas Politik. Jakarta : Sinar Grafika
Ismail, Roni. (2012). Keberagamaan Koruptor Menurut Psikologi Tinjauan
Orientasi Keagamaan Dan Psikografi Agama. Fusap Uin Sunan Kalijaga.
Rahmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Uyun, Qurotul. 1998. Religiusitas dan Motif Berprestasi Mahasiswa.
Psikologika (jurnal dalam pemikiran dan penelitian psikologi), nomor 6
tahun III 1998, hal 45-54. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Islam Indonesia.
18