Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TONSILITIS

Topik : Tonsilitis
Pokok Bahasan : Definisi, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganannya
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Kemuning/THT RSUD Ulin Banjarmasin
Tujuan Umum :
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat memahami dengan baik tentang definisi, tanda
dan gejala, pencegahan serta pananganan Tonsilitis.
Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan peserta dapat :
Menyebutkan definisi/pengertian Tonsilitis
Menyebutkan tanda dan gejala Tonsilitis
Menyebutkan pencegahan dan penanganan Tonsilitis
Sasaran : Klien dan keluarga yang dirawat di ruang kemuning/THT
Media : Leflet, flip chart. LCD
Kegiatan Penyuluhan
Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

5 menit

Pembukaan
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan penyuluhan, mengkaji
pengetahuan peserta penyuluhan
tentang Tonsilitis

Menjawab salam,
memperhatikan, mendengarkan,
menjawab pertanyaan.

20 menit

Penyajian
Menjelaskan tentang
pengertian/definisi, tanda dan
gejala, pencegahan serta
penanganan Tonsilitis

Mendengarkan dan
memperhatikan serta
memberikan pertanyaan.

5 menit

Penutup
Membuat kesimpulan, memberikan
pertanyaan dan memberikan pujian
atas jawaban yang telah
diungkapkan.
Mengucapkan salam

Mendengarkan, menjawab
pertanyaan dan memberi
komentar serta menjawab salam

Evaluasi :
Peserta penyuluhan mampu menyebutkan kembali tentang :

Pengertian/definisi Tonsilitis
Tanda dan gejala Tonsilitis
Pencegahan dan penanganan Tonsilitis

KONSEP DASAR TONSILITIS


A. Pengertian
1.

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitarlima hari
dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).

2.

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh
virus (Mansjoer, A. 2000).

3.

Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta
mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil

memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa,
mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
4.

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing,
2004).

5.

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan,
terutama pada anak-anak (Firmansriyono, 2006, 2006).

6.

Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).

B. Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
1.

Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus
piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2.

Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang
mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan
yang tersangkut.

3.

Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

4.

Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)


Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuningkuningan.

5.

Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh
cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

C. Etiologi
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1.

Pneumococcus

2.

Staphilococcus

3.

Haemalphilus influenza

4.

Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.


Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

1.

Streptococcus B hemoliticus grup A

2.

Streptococcus viridens

3.

Streptococcus pyogenes

4.

Staphilococcus

5.

Pneumococcus

6.

Virus

7.

Adenovirus

8.

ECHO

9.

Virus influenza serta herpes


Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

D. Patofisiologi
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan

reaksi.

Terdapat

pembendungan

radang

dengan

infiltrasi

leukosit

poli

morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan
menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
E. Pathway Keperawatan

(Iskandar N, 1993)
F. Manifestasi Kinik
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :

1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan


2. Tenggorokan terasa kering
3. Persarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit saat menelan)
12. Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
1. Rasa gatal / kering di tenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan,
sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada
lekukan tonsil.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Firman S (2006), yaitu :
1.

Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan
demam jengkering.
2.

Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3.

Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur
yang mengandung desinfektan.

H. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
1. Abses pertonsil
2. Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa
hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
3. Otitis media akut
4. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
5. Mastoiditis akut
6. Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
7. Laringitis
8. Sinusitis
9. Rhinitis
I.

Penatalaksanaan / Pengobatan
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :

1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika
mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a.

Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
c.

Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.

d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.


Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a.

Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.

c.

Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 23 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a.

Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan
anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan
kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan
suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan
dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus
diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan
ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a.

Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

b. Memantau tanda-tanda perdarahan


1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

c.

Diet

1) Memberikan cairan bila muntah telah reda


2) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada
kepingan kecil).
3) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
4) Menawarkan makanan
a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.Refined sereal dan telur
b) setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.

c) ndari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.
5) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
6) Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2
minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R, dkk.1985. Pelajaran ringkasan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta: Gramedia
Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai