Bab Iii
Bab Iii
PENDAHULUAN
Morbili atau campak adalah penyakit virus akut dan menular, ditandai dengan demam,
coryza, konjungtivitis, batuk dan suatu lesi spesifik yang disebut bercak Koplik, kemudian
diikuti oleh erupsi makulopapular di seluruh tubuh yang biasanya muncul pada hari keempat
sakit. Gejala penyakit mencapai klimaks sekitar hari keenam diikuti dengan perbaikan
beberapa hari kemudian dan pada sebagian besar kasus akan sembuh sempurna 6. Penyakit ini
disebabkan oleh RNA virus dari genus Morbilivirus dan termasuk famili Paramyxovirus.
Morbili biasanya timbul pada masa anakanak dan menyebabkan imunitas seumur hidup 14,9.
Pada balita, penularannya banyak terjadi akibat kontak langsung dengan penderita morbili.
Periode penularan penyakit ini ialah pada stadium kataral yaitu periode sebelum timbulnya
eksantema (erupsi pada kulit) sampai hari ke-5 setelah munculnya eksantema dengan periode
tertinggi pada stadium kataral4,2,3.
Campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak di
dunia yang meningkat sepanjang tahun. Campak merupakan penyakit menular yang sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pada saat ini campak masih dalam taraf
reduksi berdasarkan kesepakatan global sidang WHO. Lebih dari 95% kematian campak
terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO,
2008). Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2008,
insiden campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah
kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000
di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal
dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang
kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak
di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008).13
Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling
efektif adalah dengan cara vaksinasi.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Morbili
Morbili (campak) adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Morbili (campak) memiliki 3 stadium,
yaitu : stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, stadium prodromal, dan
stadium akhir.11
2.2 Epidemiologi10
Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak- anak di
seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000
kematian di dunia akibat penyakit Campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada
anak - anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena
campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya. Menurut laporan World Health
Organization (WHO) tahun 2008 kematian Campak yang meliputi seluruh dunia pada
tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana
177.000 kematian terjadi pada anak- anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95%
kematian Campak terjadi di negara - negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur
kesehatan lemah.
Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus campaknya cukup
tinggi.Pada tahun 2008, angka absolut Campak di Indonesia adalah 15.369 kasus. Data
dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate (IR)
penyakit Campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk, sedangkan Case
Fatality Rate (CFR) pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.
Kasus penyakit Campak tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa Incidens Rate penyakit Campak di
Sumatera Barat tahun 2010 adalah 8,7 per 10.000 penduduk. Sementara itu, pada tahun
2011 terjadi peningkatan menjadi 10,77 per 10.000 penduduk.
2.3 Etiologi11
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili
virus dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam
2
virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat
hemaglutinin.
Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal
4 minggu disimpan dalam temperature 35 0C, dan beberapa hari pada suhu 00C. virus
tidak aktif pada pH rendah.
2.4 Patogenesis11
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui
udara terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus
sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik
lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari
tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel
mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari
Whartin, sedangkan Limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan
terhadap infeksi, aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis
dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva
yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak
tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.
3
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun,
sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam
pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus
infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di
epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens
dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit
diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan
herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.
Gambar 1.
Patogenesis
Campak
2.5
Klinis
Gejala
Masa
inkubasi
10-20
hari dan
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem
bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit
yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral
tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota
bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit
terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai
dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan
gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.
4) Demam skarlatina
Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan
muntah. Gejala prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta
tonsilitis eksudatif atau membranosa.
2.8 Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:12,11
1) Bronkopneumonia11
Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus
campak maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus
dan hemophilus influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan
adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai
beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala
saluran napas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena
bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus.
Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya leukositosis dapat mempertegas
diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah,
penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi
antibiotik.
2) Laringitis akut11
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress
pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik
dan gejala akan menghilang.
3)
4)
Kejang demam11
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
Konjungtivitis11
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadangkadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat
memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan
kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.
8) Sistem kardiovaskuler11
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T,
kontraksi premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut
bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
2.9 Pengobatan11
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup
cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak
dirawat di bangsal isolasi system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum
dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU
per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit
yang timbul, yaitu :
9
Bronkopneumonia
-
Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak
sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya
negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed
hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.
Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan
antibiotik kotrimoksazol (4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
Ensefalopati/ensefalitis
-
2.10 Pencegahan
10
11
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama
: An.D
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 5 th
Alamat
: Saok laweh
MR
: 068621
Tgl masuk
: 11`maret 2016
3.2 ANAMNESA/ALLOANAMNESA
Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari sebelum masuk RS. Demam tinggi, demam terus
menerus, demam tidak menggigil dan tidak berkeringat. Demam tidak disertai
kejang.
Batuk (+) sejak 3 hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih. Batuk
tidak disertai darah.
Pilek (+) sejak 3 hari yang lalu.
Mata bengkak, merah dan berair sejak 1 hari yang lalu.
Ruam merah pada muka, tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Tidak gatal.
Berak encer sejak 1 hari yang lalu. Frekuensi 4x sehari. Banyak nya
BAK biasa.
Riwayat imunisasi
Sumber Air
: sumur
Toilet
: didalam rumah
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Berat Badan
: 20 g/kg
Tanda vital
Tekanan darah
= -
Nadi
= 104 x/menit
Respirasi
= 22 x/menit
Suhu badan
= 39,20C
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Toraks
Jantung
13
Paru-paru
Abdomen
: Bentuk datar, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal
Hb
: 12,3 g/dL
Hematokrit
: 36,5 %
Leukosit
: 3.510 mm3
Trombosit
: 250.000 mm3
IVFD RL 20 tts/i
Zink 1x20 mg
3.8 FOLLOW UP
Sabtu , 12 maret 2016
S
: demam (+), batuk (+), Pilek(+), mata merah (+), Berak encer (+)
:
KU
: sakit sedang
Nadi : 97x/menit
Nfs
: 21x/menit
: 38 0C
Kulit: ruam merah pada muka, leher, badan, kedua tangan dan kaki
Mata : bengkak, merah dan berair
Mulut : bercak koplik (+) di mukosa pipi bagian dalam
A
: Morbili
IVFD RL 20 tts/i
Zink 1x20 mg
: demam (-), batuk (), Pilek(), mata merah (), Berak encer (-)
:
KU
: sakit sedang
: 20x/menit
: 36,5 0C
: Morbili
Zink 1x20 mg
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam
: bonam
: bonam
: bonam
15
ANALISA KASUS
Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
berdasarkan oleh criteria dari World Health Organization (WHO) Tahun 2009 14 dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20047
1. Berdasarkan WHO Tahun 200914 :
Gejala awal adalah demam tinggi yang dimulai 10-12 hari setelah
bercak Koplik
Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang
III.
Pada kasus ini dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa:
16
o
o
o
o
o
o
Kesimpulan dari gejala klinis pada kasus ini di diagnose Morbilli sesuai dengan criteria WHO
Tahun 2009 dan IDAI Tahun 2004.
Hasil laboratorium untuk Morbilli berdasarkan sumber Nelson Ilmu Kesehatan Anak tahun
2000 :
Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
Pemeriksaan darah lengkap: leucopenia, limfositosis relative dan kadar glukosa
normal
Pada kasus ini, didapatkan hasil laboratorium dengan leukosit turun Leucopenia
Penatalaksanaan berdasarkan referensi buku ajar infeksi dan pediatri tropis 201011:
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan
dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,
antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat dibangsal isolasi
sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU peroral diberikan satu kali, apabila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Penatalaksanaan pada pasien ini:
IVFD RL 20 tts/i
Zink 1x20 mg
17
BAB IV
KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan
isolasi penderita.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf.
2. Behrman RE, Kliegman RI fenson HB, Nelson WE. Nelson Textbook of Pediatrics. WB
Company, Philadelphia, 2000 : 946 9.
3. Committee an Infectious Disease American Academy of Pediatrics. Red Bokk. 23rd
edition. Elk Grove Village, 1994.
4. Feigin, RD, Cherry, JD. Text Book of Pediatric Infectious Disease 2 nd edition volume II.
W. B. Saunders Company, 1987.
5. I.G.N Ranuh; S, Hariyono, S.H, Sri Rezeki, K, Cissy. Ed. Buku Imunisasi Di Indonesia,
Ed.1, Satgas Imunisasi IDAI, Jakarta, 2001.
6. Krugman S, Kats SL. Infectious diseases of children 7 th edition. St. Louis TorontoLondon Mosby company, 1981.
7. Pudjiadi H, Campak, Pedoman Pelayanan Medis IDAI via www.IDAI.or.id diakses pada
tanggal 28 Februari 2016 pukul 12.15 WIB
8. Rampengan,TH; Laurentz,IR: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed. Kedua, Jakarta :
EGC ;2005
9. Regina, 2009. Korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit
campak
di
Indonesia
tahun
2004-2008.
Diunduh
dari
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina
%20/offset/0/limit/15.
10.
Ronaldo romi.2014. Dalam skripsi : Analisis spasial faktor resiko kejadian penyakit
campak pada anak di kabupaten pesisir selatan tahun 2014. Diakses tanggal 22 maret
2016
11. S. Sumarmo; Soedarmo, P. Gama H; S.H,Sri Rezeki . 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi Dan Penyakit Tropis, Ed. Kedua. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
12. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah IKA, Jilid 2 edisi IX, Jakarta : Bagian IKA FKUI,
2000. 624 8.
19
13. Tutik Inayah S, 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak dan Indikator Kinerja
Surveilans Campak Rutin Di Indonesia Tahun 2005-2008. Diunduh dari http://
www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667.
14.
World
Health
Organization
(WHO)-Measles.
Available
at:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/.
20