Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Morbili atau campak adalah penyakit virus akut dan menular, ditandai dengan demam,
coryza, konjungtivitis, batuk dan suatu lesi spesifik yang disebut bercak Koplik, kemudian
diikuti oleh erupsi makulopapular di seluruh tubuh yang biasanya muncul pada hari keempat
sakit. Gejala penyakit mencapai klimaks sekitar hari keenam diikuti dengan perbaikan
beberapa hari kemudian dan pada sebagian besar kasus akan sembuh sempurna 6. Penyakit ini
disebabkan oleh RNA virus dari genus Morbilivirus dan termasuk famili Paramyxovirus.
Morbili biasanya timbul pada masa anakanak dan menyebabkan imunitas seumur hidup 14,9.
Pada balita, penularannya banyak terjadi akibat kontak langsung dengan penderita morbili.
Periode penularan penyakit ini ialah pada stadium kataral yaitu periode sebelum timbulnya
eksantema (erupsi pada kulit) sampai hari ke-5 setelah munculnya eksantema dengan periode
tertinggi pada stadium kataral4,2,3.
Campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak di
dunia yang meningkat sepanjang tahun. Campak merupakan penyakit menular yang sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pada saat ini campak masih dalam taraf
reduksi berdasarkan kesepakatan global sidang WHO. Lebih dari 95% kematian campak
terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO,
2008). Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2008,
insiden campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah
kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000
di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal
dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang
kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak
di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008).13
Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling
efektif adalah dengan cara vaksinasi.8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Morbili
Morbili (campak) adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Morbili (campak) memiliki 3 stadium,
yaitu : stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, stadium prodromal, dan
stadium akhir.11
2.2 Epidemiologi10
Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak- anak di
seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat 345.000
kematian di dunia akibat penyakit Campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada
anak - anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena
campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya. Menurut laporan World Health
Organization (WHO) tahun 2008 kematian Campak yang meliputi seluruh dunia pada
tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana
177.000 kematian terjadi pada anak- anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95%
kematian Campak terjadi di negara - negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur
kesehatan lemah.
Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus campaknya cukup
tinggi.Pada tahun 2008, angka absolut Campak di Indonesia adalah 15.369 kasus. Data
dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate (IR)
penyakit Campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk, sedangkan Case
Fatality Rate (CFR) pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.
Kasus penyakit Campak tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa Incidens Rate penyakit Campak di
Sumatera Barat tahun 2010 adalah 8,7 per 10.000 penduduk. Sementara itu, pada tahun
2011 terjadi peningkatan menjadi 10,77 per 10.000 penduduk.
2.3 Etiologi11
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili
virus dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam
2

virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat
hemaglutinin.
Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal
4 minggu disimpan dalam temperature 35 0C, dan beberapa hari pada suhu 00C. virus
tidak aktif pada pH rendah.
2.4 Patogenesis11
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui
udara terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus
sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik
lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari
tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel
mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari
Whartin, sedangkan Limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan
terhadap infeksi, aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis
dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva
yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak
tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.
3

Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan
pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun,
sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam
pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus
infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di
epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens
dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit
diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan
herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.

Gambar 1.
Patogenesis

Campak

2.5

Klinis

Gejala

Masa
inkubasi

10-20

hari dan

kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:12


1. Stadium kataral (prodromal).
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti
demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul exantem, terdapat bercak koplik berwarna
putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa
bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan
limfositosis.
4

2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem
bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit
yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral
tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota
bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit
terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai
dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri.
Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan
gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.

Gambar 2. Bercak Koplik

Gambar 3. Eritema Makulopapular


2.6 Diagnosis8
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan
serologi, isolasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum,
sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang
khas. Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitive bila diperiksa antara hari
ke-3 sampai hari ke-28 timbulnya rash.8
Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen
fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari setelah
timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 mingggu kemudian. Tes ini cukup
praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
2.7 Diagnosis Banding8
1) Eksantema Subitum
Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.
Perjalanan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat suhu badan
turun. Demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum
timbulnya kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara
drastis menjadi normal.
2) Rubella
Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang
timbul tidak seberat campak.
3) Ruam karena obat-obatan
Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya
tidak disertai panas. Rash kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya timbul
setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.

4) Demam skarlatina
Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan
muntah. Gejala prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta
tonsilitis eksudatif atau membranosa.

Gambar 5. Lidah stroberi

2.8 Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:12,11
1) Bronkopneumonia11
Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus
campak maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus
dan hemophilus influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan
adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai
beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala
saluran napas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena
bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus.
Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya leukositosis dapat mempertegas
diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah,

penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi
antibiotik.
2) Laringitis akut11
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress
pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik
dan gejala akan menghilang.
3)

Encephalitis morbili akut11


Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada
hari ke-4 dan ke-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000
kasus campak, dengan mortalitas 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui
mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.
Gejala ensefalitis dapat berpa kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri
kepala, frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan.
Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleisitosis ringan, dengan predominan
sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas
normal.

4)

Kejang demam11
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

5) SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)


SSPE (dawsons disease) yaitu suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi
motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan
sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan
masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia
2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi
morbili terjadi 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi
morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,29,7 tiap 10.000.000. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus
morbili memegang peranan dalam patogenesisnya.12
8

Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,


antibody terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada
terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara
6-9 bulan.11
6) Otitis media8
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi
bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis
media purulenta.
7)

Konjungtivitis11
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadangkadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat
memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan
kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.

8) Sistem kardiovaskuler11
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T,
kontraksi premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut
bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
2.9 Pengobatan11
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup
cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian
antipiretik, antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada
campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak
dirawat di bangsal isolasi system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum
dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU
per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit
yang timbul, yaitu :
9

Bronkopneumonia
-

Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena


dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
diberikan sampai tiga hari demam reda.

Berikan oksigen 2 liter/menit.

Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.

Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak
sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya
negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed
hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.

Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan
antibiotik kotrimoksazol (4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)

Ensefalopati/ensefalitis
-

Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100mg/kgBB/hari selama 710 hari.

Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5


g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian
lebih dari 5 hari dilakukan tapering off).

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi


edema otak. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

2.10 Pencegahan

10

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di


Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan
ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi
(PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia
12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak
ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna
karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.7
2.11 Prognosis8
Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga
bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.
Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul

Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita

Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

11

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
Nama

: An.D

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 5 th

Alamat

: Saok laweh

MR

: 068621

Tgl masuk

: 11`maret 2016

3.2 ANAMNESA/ALLOANAMNESA
Keluhan Utama

: Demam sejak 3 hari sebelum masuk RS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Demam sejak 4 hari sebelum masuk RS. Demam tinggi, demam terus
menerus, demam tidak menggigil dan tidak berkeringat. Demam tidak disertai
kejang.

Batuk (+) sejak 3 hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih. Batuk
tidak disertai darah.
Pilek (+) sejak 3 hari yang lalu.
Mata bengkak, merah dan berair sejak 1 hari yang lalu.
Ruam merah pada muka, tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Tidak gatal.
Berak encer sejak 1 hari yang lalu. Frekuensi 4x sehari. Banyak nya

gelas. Tidak berampas. Tidak berlendir dan tidak berdarah.


Nafsu makan menurun sejak 3 hari yang lalu.

BAK biasa.

Riwayat penyakit kehamilan dan kelahiran:

Riwayat imunisasi

Tidak diketahui secara pasti


: Tidak diketahui secara pasti
12

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Keadaan Lingkungan Rumah :

Sumber Air

: sumur

Toilet

: didalam rumah

Pembuangan sampah : dibakar

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Berat Badan

: 20 g/kg

Tanda vital
Tekanan darah

= -

Nadi

= 104 x/menit

Respirasi

= 22 x/menit

Suhu badan

= 39,20C

Kulit

: Ruam merah pada muka, tangan dan kaki

Kepala

: Bentuk normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: Mata bengkak, merah dan berair. Konjungtiva tidak anemis, sklera


tidak ikterik

Telinga

: tidak dijumpai kelainan

Hidung

: tidak dijumpai kelainan

Mulut

: Bercak koplik (+) di mukosa pipi bagian dalam.

Leher

: Tidak terdapat pembesaran kelenjar

Toraks

: Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada


retraksi

Jantung

: bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar adanya bising

13

Paru-paru

: Suara pernapasan vesikular, tidak ditemukan adanya ronki maupun


wheezing

Abdomen

: Bentuk datar, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal

3.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb

: 12,3 g/dL

Hematokrit

: 36,5 %

Leukosit

: 3.510 mm3

Trombosit

: 250.000 mm3

3.5 DIAGNOSA KERJA


Morbili
3.6 DIAGNOSA BANDING
Rubella
Eksantema Subitum
3.7 TERAPI

Tirah baring (di ruang isolasi)

Diet makanan lunak

IVFD RL 20 tts/i

Paracetamol syrup 3x2 cth (10-15 mg/kgBB/x)

Ambroxol syrup 3x1 cth (1,2-1,6 mg/kgBB/hari)

Vitamin A 100.000 iu dosis tunggal

Zink 1x20 mg

3.8 FOLLOW UP
Sabtu , 12 maret 2016
S

: demam (+), batuk (+), Pilek(+), mata merah (+), Berak encer (+)

:
KU

: sakit sedang

Kes : compos mentis


14

Nadi : 97x/menit
Nfs

: 21x/menit

: 38 0C

Kulit: ruam merah pada muka, leher, badan, kedua tangan dan kaki
Mata : bengkak, merah dan berair
Mulut : bercak koplik (+) di mukosa pipi bagian dalam
A

: Morbili

IVFD RL 20 tts/i

Paracetamol syrup 3x2 cth

Ambroxol syrup 3x1 cth

Zink 1x20 mg

Senin, 14 maret 2016


S

: demam (-), batuk (), Pilek(), mata merah (), Berak encer (-)

:
KU

: sakit sedang

Kes : compos mentis


Nadi : 88x/menit
Nfs

: 20x/menit

: 36,5 0C

Kulit: ruam merah diseluruh tubuh


Mata : merah dan berair
A

: Morbili

Ambroxol syrup 3x1 cth

Zink 1x20 mg

PROGNOSIS

Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam

: bonam
: bonam
: bonam

15

ANALISA KASUS
Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
berdasarkan oleh criteria dari World Health Organization (WHO) Tahun 2009 14 dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20047
1. Berdasarkan WHO Tahun 200914 :
Gejala awal adalah demam tinggi yang dimulai 10-12 hari setelah

pajanan terhadap virus, dan bertahan selama 4-7 hari


Coryza, batuk dan konjungtivitis, bercak Koplik pada mukosa bucal

pada stadium inisial


Setelah beberapa hari, timbul ruam biasanya pada muka dan leher
Dalam 3 hari, ruam menyebar ke tangan dan kaki
Ruam menetap selama 5 hingga 6 hari dan kemudian menghilang
2. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2004 7, campak, measles
atau rubeola adalah suatu penyakit virus akut yang menular yang disebabkan oleh
virus RNA dari Famili Paramixoviridae, gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 1012 hari, terdiri dari tiga stadium:
I.
Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti batuk
dan pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut
II.

bercak Koplik
Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang

III.

telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstermitas.


Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur
menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu

Pada kasus ini dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa:
16

o
o
o
o
o
o

Demam sejak 4 hari SMRS


Batuk berdahak dan pilek
Kelopak mata bengkak, merah, dan mata berair
Timbul ruam pada muka dan menjalar ke seluruh tubuh
Berak encer
Bercak koplik pada mukosa pipi bagian dalam

Kesimpulan dari gejala klinis pada kasus ini di diagnose Morbilli sesuai dengan criteria WHO
Tahun 2009 dan IDAI Tahun 2004.
Hasil laboratorium untuk Morbilli berdasarkan sumber Nelson Ilmu Kesehatan Anak tahun
2000 :
Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
Pemeriksaan darah lengkap: leucopenia, limfositosis relative dan kadar glukosa
normal
Pada kasus ini, didapatkan hasil laboratorium dengan leukosit turun Leucopenia
Penatalaksanaan berdasarkan referensi buku ajar infeksi dan pediatri tropis 201011:
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan
dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,
antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat dibangsal isolasi
sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU peroral diberikan satu kali, apabila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Penatalaksanaan pada pasien ini:

Tirah baring (di ruang isolasi)

Diet makanan lunak

IVFD RL 20 tts/i

Paracetamol syrup 3x2 cth (10-15 mg/kgBB/x)

Ambroxol syrup 3x1 cth (1,2-1,6 mg/kgBB/hari)

Vitamin A 100.000 iu dosis tunggal

Zink 1x20 mg

17

BAB IV
KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan
isolasi penderita.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf.
2. Behrman RE, Kliegman RI fenson HB, Nelson WE. Nelson Textbook of Pediatrics. WB
Company, Philadelphia, 2000 : 946 9.
3. Committee an Infectious Disease American Academy of Pediatrics. Red Bokk. 23rd
edition. Elk Grove Village, 1994.
4. Feigin, RD, Cherry, JD. Text Book of Pediatric Infectious Disease 2 nd edition volume II.
W. B. Saunders Company, 1987.
5. I.G.N Ranuh; S, Hariyono, S.H, Sri Rezeki, K, Cissy. Ed. Buku Imunisasi Di Indonesia,
Ed.1, Satgas Imunisasi IDAI, Jakarta, 2001.
6. Krugman S, Kats SL. Infectious diseases of children 7 th edition. St. Louis TorontoLondon Mosby company, 1981.
7. Pudjiadi H, Campak, Pedoman Pelayanan Medis IDAI via www.IDAI.or.id diakses pada
tanggal 28 Februari 2016 pukul 12.15 WIB
8. Rampengan,TH; Laurentz,IR: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed. Kedua, Jakarta :
EGC ;2005
9. Regina, 2009. Korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit
campak

di

Indonesia

tahun

2004-2008.

Diunduh

dari

http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina
%20/offset/0/limit/15.
10.

Ronaldo romi.2014. Dalam skripsi : Analisis spasial faktor resiko kejadian penyakit
campak pada anak di kabupaten pesisir selatan tahun 2014. Diakses tanggal 22 maret
2016

11. S. Sumarmo; Soedarmo, P. Gama H; S.H,Sri Rezeki . 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi Dan Penyakit Tropis, Ed. Kedua. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
12. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah IKA, Jilid 2 edisi IX, Jakarta : Bagian IKA FKUI,
2000. 624 8.

19

13. Tutik Inayah S, 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak dan Indikator Kinerja
Surveilans Campak Rutin Di Indonesia Tahun 2005-2008. Diunduh dari http://
www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667.
14.

World

Health

Organization

(WHO)-Measles.

Available

at:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/.

20

Anda mungkin juga menyukai