Anda di halaman 1dari 5

Fungsi linier merupakan fungsi yang paling sederhana karena hanya

memiliki satu variabel bebas dan pangkat tertinggi dari variabelnya adalah
satu. Oleh karena itu, fungsi ini sering disebut sebagai fungsi berderajat
satu.
A. Bentuk umum
Apabila kita menyatakan bahwa y merupakan suatu fungsi linier dari x,
maka grafik dari fungsi tersebut merupakan suatu garis lurus, sehingga
kita dapat gunakan bentuk slope-intercept dari persamaan garis untuk
menuliskan fungsi umumnya, yaitu:

dimana m adalah slope dan b adalah intercept.


Seringkali fungsi linier diberikan dalam bentuk implisitnya, yaitu Ax + By +
C = 0.
B. Slope dan Intercept
Kemiringan pada setiap titik yang terletak pada garis lurus tersebut adalah
sama. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien m pada persamaan y = mx + b.
Slope didefinisikan sebagai perubahan nilai variabel terikat y sebagai
akibat dari perubahan variabel bebas x. Sedangkan b adalah penggal garis
pada sumbu vertikal (sumbu y). Besarnya b mencerminkan nilai y pada
kedudukan x = 0.

Sebagai contoh, persamaan y = 16 3x, kemiringannya adalah 3. Hal


tersebut berarti bahwa untuk setiap kenaikkan satu unit variabel x akan
menurunkan 3 unit variabel y.
Tanda Slope
Perhatikan gambar di bawah ini:

Tanda pada slope mempunyai suatu arti, yaitu:

1. Suatu garis L yang semakin naik saat bergerak ke kanan, seperti


gambar 1-a, mempunyai nilai y2 > y1 dan x2 > x1, oleh karena itu
nilai m > 0. Slope dari garis L adalah positif.

2. Suatu garis L bergerak turun saat ke arah kanan, seperti gambar 1-

b, mempunyai nilai y2 < y1 dan x2 < x1, oleh karena itu nilai m <
0. Slope dari garis L adalah negatif.

3. Apabila garis L horizontal, seperti gambar 1-c, maka y1 = y2


sehingga y1 y2 = 0. Sebagai tambahan x2 x1 0. Dengan
demikian m = 0. Nilai slope dari garis L adalah nol.

4. Apabila garis L vertikal, sebagaimana gambar 1-d, terlihat bahwa


y2 y1 > 0 dan x2 x1 = 0, maka nilai m tidak terdefinisikan. Nilai
slope dari garis L adalah infinite.

C. Menentukan Persamaan Linier


Sebuah persamaan linier dapat ditentukan melalui beberapa macam
metode berdasarkan data yang tersedia, yaitu:
1. Metode Dua Titik
Apabila diketahui dua titik A dan B dengan koordinat masing-masing (x1,
y1) dan (x2, y2), maka rumus persamaan liniernya adalah:

misal diketahui titik A (4,6) dan titik B (6,8), maka persamaan liniernya
adalah:

2. Metode Satu Titik dan Satu Kemiringan


Apabila diketahui sebuah titik A dengan koordinat (x1, y1) dan nilai
kemiringannya (m) maka dapat dibentuk sebuah persamaan linier dengan
rumus sebagai berikut:

Misal diketahui titik A (4,6) dan kemiringan m=1 maka persamaan


liniernya adalah:
y y1 = m(x x1)
y 6 = 1 (x 4)
y=x+2
3. Metode Satu Penggal Garis dan Satu Kemiringan
Apabila diketahui nilai penggal garis pada sumbu y (b) dan kemiringannya
(m), maka persamaan liniernya dapat dicari sebagai berikut:

Misal diketahui nilai slope dan intercep dari suatu garis y = f(x) adalah 1
dan 2, maka persamaan liniernya adalah y = x + 2.
4. Metode Dua Penggal Garis
Sebuah persamaan linier dapat pula dibentuk apabila diketahui penggal
garis pada masing-masing sumbu, yaitu penggal pada sumbu vertikal
(ketika x = 0) dan penggal pada sumbu horisontal ( ketika y = 0), maka
persamaan liniernya adalah :

b : penggal garis vertikal (sumbu y)


c : penggal garis horizontal (sumbu x)
Misal penggal garis pada sumbu vertikal dan sumbu horizontal adalah 2
dan -2, maka persamaan liniernya adalah:

D. Hubungan Dua Garis Lurus

Dua buah garis lurus mempunyai empat macam kemungkinan bentuk


hubungan, yaitu berimpit, sejajar, berpotongan dan tegak lurus.
Perhatikan gambar di bawah ini:

Keterangan:
1. Berimpit, dua buah garis akan berimpit apabila persamaan garis
yang satu merupakan kelipatan dari (proporsional terhadap)
persamaan garis yang lain. y1 = mx1+ b1 akan berimpit dengan y2
= mx2+ b2 , jika y1 = ny2 ; a1 = na2 ; b1 = nb2.
2. Sejajar, dua buah garis akan sejajar apabila kemiringan garis yang
satu sama dengan kemiringan garis yang lain (m1 = m2).
3. Berpotongan, dua buah garis akan berpotongan apabila kemiringan
garis yang satu tidak sama dengan kemiringan garis yang lain (m1
m2).
4. Tegak lurus, dua garis akan saling tegak lurus apabila kemiringan
garis yang satu merupakan kebalikan dari kemiringan garis yang
lain dengan tanda yang berlawanan (m1 = 1/m2). Atau nilai
perkalian kemiringannya menghasilkan nilai 1 (m1 x m2 = -1).
Referensi:
Ayres, F. and Mendelson, E., Schaums Outline of Theory and Problems of
Differential and Integral Calculus, 3rd ed., The McGraw-Hill Companies
Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai