Anda di halaman 1dari 8

Ideopolitor-Stratak sebagai Alat Perjuangan Guna

Mewujudkan Pemimpin Transformatif

Disusun oleh
Saban A Noreng

HmI CABANG SEMARANG

IDEOLPOLITOR STRATAK
A.

Pengertian ideopolitor-stratak
1.

Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan

dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan
logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah
sekumpulan

ide,

gagasan,

keyakinan

dan

kepercayaan

yang

menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah


pedoman normatif yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai
dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Pada
wilayah ideologi, tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya
(sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara
umum

tentang

Sehingga

Tauhid

dengan

menjadi

pengetahuan

dasar
yang

dari

epistemologinya.

bersumber

dari

Tauhid

tersebut akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektif.


Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut
yang nantinya sebagai perangkat ideologi. Jika lebih disederhanakan
lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab
ideologi sebagai landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan.

2.

Politik
Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu

media untuk mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan


pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan politik maksud
serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui
perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik.
Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak
pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.

Ilmu

tanpa

amal

adalah

dosa,

demikian

pula

amal

tanpa

ilmu. Pernyataan tersebut adalah yang disampaikan oleh Nabi


Muhammad saw, jika kita kaitkan dengan perjuangan politik, maka
politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai dengan
ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi
dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar
ideologi dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.

3.

Strategi dan taktik


Mengambil istilah sebuah peperangan, strategi adalah

memanfaatkan
Sedangkan

pertempuran

taktik

adalah

untuk

mengakhiri

penggunaan

peperangan.

kekuatan

untuk

memenangkan suatu pertempuran. Dalam pandangan HMI, seperti


yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo sebagai tokoh pendidik
politik di HMI bahwa strategi adalah Bagaimana menggunakan
peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman
menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi
peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.

B.

Hubungan Taktik dengan Strategi


Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini,
taktik harus tunduk kepada strategi yang ada.
Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil
dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang
lain gagal, maka stratgi gagal.

Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik,


namun kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis,
dengan kata lain taktik ini adalah taktik utama/ prioritas.

C.

Dasar-dasar Menyusun Strategi


Dalam menyusun suatu strategi untuk mencapai tujuan
tertentu ada bebrapa hal mendasar yang perlu diperhatikan,
diantaranya:
a. Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan
kemampuan oranisasi.
b. Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang
(jangka pendek) dan jangka waktu beberapa tahun ke depan
(jangka panjang).
c. Harus terdapat rencana atau strategi alternatif.
d. Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi
e. Harus mampu membentuk opini publik (subyektifitas menjadi
objektifitas)

D.

Dasar-dasar Membentuk Taktik


Taktik

merupakan

bagian

dari

strategi,

berikut

adalah

beberapa dasar dalam membentuk sebuah taktik:


1.

Fleksibilitas
Yaitu sikap dan langkah yang dapat berubah sesuai dengan

kondisi yang terjadi.


2.

Orientatif, evaluative dan estimatif.


Perjuangan

politik

tidak

mampu

melihat

hasil

atau

keberhasilan yang dicapai nanti, sebab hal tersebut belum terjadi.


Namun

dengan

menentukan

langkah,

mengira-ngira

(mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan

yang akan terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal


maka kita akan dapat melihat bayangan aka nada dan tidaknya
kesempatan untuk berhasil.
3.

Kerahasian
Strategi harus

dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa

langkah perjuangan yang akan kita lalui.


4.

Gerak tipu/mengelabuhi.

5.

Lima S; (Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat).

6.

Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi Objektif, kondisi

subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga sebaliknya.


Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi.

E.

Hukum-hukum Stratak
1.

Kuantitas.
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil.

Pihak yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh yang


berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak
yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah
besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi
sedikit dan secara terus menerus.
2.

Perpaduan antara kualitas dan kuantitas.


Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan

dalam kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan


kelebihan kuantitas.
3.

Posisi.
Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak

baik memerlukan dua kali kekuatan.

4.

Cadangan.
Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur

dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan
mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuh
maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
5.

Kawan, Sekutu dan Lawan.


Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara

strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak lawan


harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan terbesar yang
ideologinya membahayakan kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan
musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu
adalah musuh. Antara sekutu dan musuh terdapat golongangolongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini
pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain menjadi
sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi sekutu
dan musuh.
6.

Divide et impera. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu

yang besar.
7.

Menyerang
Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik.Yang menang

ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak


menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan
beraksi

terus

terhadap

isu-isu

yang

kita

lontarkan.

Tujuan

membenarkan setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan


kekuatan ideology serta tidak membawa

akibat yang dapat

merugikan sendiri.

F.

Peran stratak sebagai alat perjuangan organisasi


Stratak adalah cara digunakan oranisasi untuk mencapai
sasaran perjuangan. Garis dari setiap stratak harus disesuaikan

dengan kondisi organisasi. Kesuksesan stratak akan semakin


memperkuat organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin berkurang
kekuatan

organisasi,

semakin

tidak

mampu

organisasi

itu

melaksankan stratak yang besar, semakin kecil stratak yang dapat


dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi tersebut dari
tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri sendiri,
melainkan dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideologi, yaitu
untuk mempertahankan dan menambah kekuatan serta posisi
sendiri, di samping itu juga untuk menghancurkan dan mengurangi
kekuatan serta posisi lawan.

II.

PEMIMPIN TRANSFORMATIF

A. Pengertian Pemimpin Transformatif


Pemimpin transformatif adalah pemimpin menggunakan karisma
mereka

untuk

melakukan

transformasi

dan

merevitalisasi

organisasinya. Dan ia lebih mementingkan revitalisasi para pengikut


dan

organisasinya

secara

menyeluruh

ketimbang

memberikan

instruksi-instruksi yang bersifat top-down. Pemimpin yang transformatif


lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor yang bersedia
menampung aspirasi para bawahannya.
B. Ciri-ciri Pemimpin Transformatif
Pertama, pemimpin transformatif

memiliki karisma yang

dapat menghadirkan sebuah visi yang kuat dan memiliki kepekaan


terhadap

misi

aktivitasnya

kelembagaannya.Ini

senantiasa

disesuaikan

berarti

setiap

dengan

visi

gerak

dan

dan

misi

organisasinya. Inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk tetap


konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.
Kedua,

senantiasa

menghadirkan

stimulasi

intelektual.

Artinya, mereka selalu membantu dan mendorong para pengikutnya

untuk

mengenali

memecahkannya.

ragam
Para

persoalan

pengikutnya

dan

diberi

cara-cara

untuk

kesempatan

untuk

berpartisipasi mengidentifikasi persoalan dan secara bersamasama mencari cara penyelesaian yang terbaik. Dalam karakteristik
ini, pemimpin transformatif lebih banyak mendengar ketimbang
memberikan instruksi.
Ketiga, pemimpin yang transformatif memiliki perhatian dan
kepedulian

terhadap

setiap

individu

pengikutnya.

Mereka

memberikan dorongan, perhatian, dukungan kepada pengikutnya


untuk melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan
komunitasnya.
Keempat, pemimpin transformatif senantiasa memberikan
motivasi yang memberikan inspirasi bagi pengikutnya dengan cara
melakukan komunikasi secara efektif dengan menggunakan simbolsimbol, tidak hanya menggunakan bahasa verbal.
Kelima, berupaya meningkatkan kapasitas para pengikutnya
agar

bisa

mandiri,

tidak

selamanya

tergantung

pada

sang

pemimpin. Ini berarti pemimpin transformatif menyadari pentingnya


proses kaderisasi dalam transformasi kepemimpinan berikutnya. Ini
berbeda

dengan

model

kepemimpinan

karismatik

yang

memosisikan para pengikutnya tetap lemah dan tergantung pada


dirinya

tanpa

memikirkan

peningkatan

kapasitas

dari

para

pengikutnya.
Keenam,

para

pemimpin

transformatif

lebih

banyak

memberikan contoh ketimbang banyak berbicara. Artinya, ada sisi


keteladanan yang dihadirkan kepada para pengikutnya dengan lebih
banyak bekerja ketimbang banyak berpidato yang berapi-api tanpa
disertai tindakan yang konkret.

Anda mungkin juga menyukai