PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kawasan agropolitan
tidak
ditentukan
oleh
batasan
administrasi
pemerintah, tetapi lebih ditentukan oleh economic of scale dan economic of scope.
Untuk itu penetapan kawasan agropolitan dirancang secara lokal dengan
memperhatikan realitas perkembangan agrobisnis yang ada di setiap daerah. Pada
akhirnya tujuan utama yang ingin diraih dari kebijakan pengembangan kawasan
agropolitan yaitu
yang
mampu
mendorong
perekonomian
daerah,
menciptakan
sinergitas
kawasan
sesuai dengan disiplin ilmunya dalam bentuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL).
Melalui pertimbangan di atas, maka kami berharap agar perusahaan atau
instansi ini bersedia bekerjasama dengan kami, sebagai sarana menambah
wawasan ilmu pengetahuaan yang kami memiliki yang berkaitan dengan
kewilayahan, instrumen yang dipergunakan, atau pengetahuan lain yang
melibatkan analisis keruangan. Dengan keterlibatan kami dalam proses evaluasi
program perencanaan wilayah agroolitan yang telah dibuat, maka penting bagi
kami untuk melakukan praktik kerja lapangan di perusahaan atau instansi ini.
1.2 Tujuan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan pemahaman mengenai
perencanaan wilayah agropolitan beserta analisisnya di BAPPEDA
Kota Batu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dan realisasi dokumen
perencanaan wilayah agropolitan dari BAPPEDA Kota Batu.
3. Mahasiswa dapat melakukan dan membantu pekerjaan yang berkaitan
perencanaan wilayah agropolitan dalam bidang perencanaan, dan
berbagai tugas atau bidang lain yang ditangani BAPPEDA Kota Batu.
1.3 Manfaat
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat untuk berbagai
pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai sarana menambah wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki
berkaitan dengan pembangunan wilayah agropolitan, instrumen yang
dipergunakan,
atau
pengetahuan
lain
yang
berkaitan
dengan
BAPPEDA Kota
2.4 Tujuan dan Fungsi Instansi yang terkait dengan Bidang Kajian
Tujuan serta fungsi BAPPEDA terbatas pada penyususnan programprogram beserta kegiatan-kegiatan dalam urusan perencanaan pembangunan
dilaksanakan untuk menggarap khususnya agenda Penanggulangan kemiskinan,
pengangguran, perbaikan iklim ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat;
guna mendukung pencapaian misi Mewujudkan dan melaksanakan otonomi
daerah yang dilandasi oleh pembangunan Kota Batu dengan memperhatikan
potensi dan sumberdaya alam, serta aparatur pemerintahan yang bersih dan
bertanggungjawab (clean government dan good governance), misi Mewujudkan
pengelolaan potensi dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dan
daerah, dan misi Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan hasilhasil pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan ditandai oleh
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan tercukupinya kebutuhan dasar
masyarakat terutama lapisan bawah. Beberapa program prioritas dan pendukung
dalam urusan perencanaan pembangunan tersebut
Badan
lingkup
Data,
Monitoring,
dan
Evalusi.
Dalam
Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi dokumentasi dokumen perecanaan
3.5 Pembahasan
Berdasarkan analisis pencetakan lahan pertanian baru
di kawasan
menanam sayuran, karena dengan lahan yang kecil dapat memanen minimal
empat kali dalam setahun. Selain itu juga komoditas bunga potong yang juga
menjanjikan hasil yang lebih baik. Kepemilikan lahan menjadi salah satu
indikator,
karena
berpengaruh
menjanjikan, karena Kota Batu dikenal sebagi produsen tanaman hias yang
bagus dan dikenal sebagai Kota penghasil bunga.
Ada ciri khas yang semakin lama hilang dari pemukiman masyarakat
Kota Batu, di tahun 1980-an masih sering dijumpai tanaman apel yang ditanam
di pekarangan rumah namun sekarang sudah sedikit sekali bahkan jarang kita
jumpai. Lahan pekarangan sudah mulai beralih menjadi bangunan-bangunan
tanpa tanaman peneduh. Pertambahan jumlah anggota keluarga mendesak
masyarakat untuk membangun huniannya menjadi sesuai dan nyaman untuk
ditinggali walaupun harus mengorbankan pohon pohon peneduh.
Disisi lain kurangnya pembangunan sarana penunjang dalam kegiatan
pertanian seperti saluran irigasi dan jalan untuk usaha tani, menyebabkan
keinginan masyarakat untuk bertani juga semakin rendah. Hal ini ditunjukan
dengan masih banyaknya perbaikan perbaikan untuk rehabilitasi jaringan irigasi
desa dan jaringan irigasi tingkat usaha tani. Pada daerah daerah dengan
ketinggian diatas sumber air, seperti di sebagian wilayah Kecamatan Bumiaji,
dilakukan pipanisasi.
Jalan usaha tani di Kota Batu sedikit kurang memadai, banyak sekali
dijumpai jalan jalan yang masih berupa jalan tanah. Pada kawasan pertanian
apel seperti di Dusun Kungkuk Desa Punten Kecamatan Bumiaji, jalan usaha tani
sudah bagus, berdasarkan keterangan warga jalan tersebut diusahakan secara
swadaya oleh petani, jauh sebelum Batu berstatus Kotamadya, yaitu saat masih
menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Malang dan berstatus sebagai kota
administratif. Jalan usaha tani di Desa Tulungrejo yang juga berlokasi di areal
pertanaman apel sudah tidak begitu layak lagi karena batu-batu untuk pengerasan
jalan sudah banyak yang hilang karena jalan ini juga digunakan untuk wisata
offroad.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertambahan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan cenderung
meningkat dan makin menyulitkan kearah perbaikan. Tercermin pada luasan
lahan yang dimiliki petani, dengan sempitnya rata rata penguasaan lahan oleh
petani. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembangunan di kota Batu semakin
pesat. Disisi lain kegiatan pembangunan menjadi factor utama yang menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian di kecamatan Bumiaji. Hal ini dapat dilihat dari
pengembangan kecamatan Bumiaji menjadi daerah wisata berbasis agrowisata
sehingga lebih banyak dijumpai alih fungsi lahan pertanian menjadi sarana atau
infrastruktur pendukung kegiatan wisata. Dampaknya pencetakan
lahan
karena pencetakan
merubah karakteristik
yang
petani
terhadap
informasi
DAFTAR RUJUKAN
Bappeda. 2010. Buku Rencana Tata Ruang Kota Batu (RTRW 2010). PDF.
Bappeda. Kota Batu.
Bappeda. 2010. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan
(LKPJ 2010). PDF. Bappeda. Kota Batu
Bappeda Provinsi Jawa Timur, 2011. Pedoman Umum Pengembangan
Kawasan Agropolitan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. 43p.
Bappeda Pemerintah Kota Batu, 2010. Penyusunan Master Plan dan Action
Plan Agropolitan Kota Batu. Bappeda Pemerintah Kota Batu.
BAPPEDA. 2010. Masterplan dan Action Plan Agropolitan Kota Batu tahun
2010. Bappeda. Kota batu.
Mazdalifa, Ayudya Fitria. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan
Agropolitan Di Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Jurusan
Ilmu
Abstrak
Pertambahan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan cenderung
meningkat dan makin menyulitkan kearah perbaikan. Tercermin pada luasan
lahan yang dimiliki petani, dengan sempitnya rata rata penguasaan lahan oleh
petani. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembangunan di kota Batu semakin
pesat. Disisi lain kegiatan pembangunan menjadi factor utama yang menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian di kecamatan Bumiaji. Hal ini dapat dilihat dari
lahan
karena pencetakan