Anda di halaman 1dari 17

1.

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kawasan agropolitan

tidak

ditentukan

oleh

batasan

administrasi

pemerintah, tetapi lebih ditentukan oleh economic of scale dan economic of scope.
Untuk itu penetapan kawasan agropolitan dirancang secara lokal dengan
memperhatikan realitas perkembangan agrobisnis yang ada di setiap daerah. Pada
akhirnya tujuan utama yang ingin diraih dari kebijakan pengembangan kawasan
agropolitan yaitu
yang

mampu

sebagai salah satu alternatif konsep pembangunan kawasan

mendorong

perekonomian

daerah,

menciptakan

sinergitas

pembangunan antar wilayah yang lebih berimbang, mampu mengatasi


permasalahan pembangunan wilayah perdesaan serta meningkatkan pengelolaan
pertanian berkelanjutan (Bappeda Provinsi Jatim, 2011).
Untuk menjawab berbagai aspek dalam pembangunan

kawasan

agropolitan tersebut diperlukan kajian ilmu pengembangan wilayah. Para geograf


dalam mempelajari suatu wilayah membutuhkan berbagai ilmu bantu, karena
berbagai seluk-beluk tentang suatu wilayah banyak dikaji dalam rangka analisis
lahan dan pemetaan lahan untuk berbagai perencanaan sebagai dasar dalam
menentukan arah pembangunan. Untuk kepentingan analisis kewilayahan, dalam
prakteknya geografi dapat meminjam konsep, teori dan aplikasi ilmu perencanaan,
sehingga kajian kewilayahan menjadi lebih sistematis dan konkrit karena
menerapkan berbagai aspek diantaranya aspek fisik, social, dan kebudayaan suatu
wilayah untuk kepentingan analisis secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam rangka mewujudkan tujuan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat diharapkan
dapat mendidik dan mencetak sarjana yang mampu menguasai ilmu pengetahuan
secara praktis dan teoritis serta mampu berperan dalam kehidupan masyarakat,
maka diharapkan pada mahasiswa dalam menekuni bidang ilmunya masingmasing dapat mendalam dan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
perkembangan teknologi dan permasalahan yang ada. Selain itu diharapkan dapat
menambah pengetahuaan dan memperluas pandangan tentang cakrawala ilmu dan
teknologi terutama yang berhubungan profesionalisme akademik yang ditekuni
dan melihat secara langsung penerapan ilmunya. Atas pertimbangan tersebut,
maka dilakukan penerjunan mahasiswa secara langsung ke dalam lingkungan

sesuai dengan disiplin ilmunya dalam bentuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL).
Melalui pertimbangan di atas, maka kami berharap agar perusahaan atau
instansi ini bersedia bekerjasama dengan kami, sebagai sarana menambah
wawasan ilmu pengetahuaan yang kami memiliki yang berkaitan dengan
kewilayahan, instrumen yang dipergunakan, atau pengetahuan lain yang
melibatkan analisis keruangan. Dengan keterlibatan kami dalam proses evaluasi
program perencanaan wilayah agroolitan yang telah dibuat, maka penting bagi
kami untuk melakukan praktik kerja lapangan di perusahaan atau instansi ini.
1.2 Tujuan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan pemahaman mengenai
perencanaan wilayah agropolitan beserta analisisnya di BAPPEDA
Kota Batu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dan realisasi dokumen
perencanaan wilayah agropolitan dari BAPPEDA Kota Batu.
3. Mahasiswa dapat melakukan dan membantu pekerjaan yang berkaitan
perencanaan wilayah agropolitan dalam bidang perencanaan, dan
berbagai tugas atau bidang lain yang ditangani BAPPEDA Kota Batu.
1.3 Manfaat
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat untuk berbagai
pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai sarana menambah wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki
berkaitan dengan pembangunan wilayah agropolitan, instrumen yang
dipergunakan,

atau

pengetahuan

lain

yang

berkaitan

dengan

perencanaan wilayah agropolitan itu sendiri.


2. Dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman serta dapat
mengaplikasikan ilmu dan pemahaman yang telah diperoleh mengenai
dokumen perencanaan wilayah yang berasal dari

BAPPEDA Kota

Batu ke dunia kerja.


3. Dapat memperdalam dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki di
bidang geografi khususnya di bidang perencaan wilayah.

4. Sebagai sarana untuk menempatkan hubungan kerjasama antara


perusahaan atau instansi dan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang di masa yang akan
5. Sebagai sarana mencetak tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam
menjalankan tugas.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan telah dilaksanakan di kantor BAPPEDA Kota
Batu Jl. Bukit Berbuka No.13 Kota Batu selama 1 bulan terhitung mulai tanggal
10 Agustus-10 September 2015.
1.5 Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan serta alokasi waktu per hari dapat dilihat dalam
tabel berikut

II. TINJAUAN UMUM OBJEK PKL


2.1 Sejarah Instansi Tempat PKL

Tanggal 28 Mei 2001 proses peningkatan status Kota Administratif Batu


menjadi pemerintah kota mulai dilaksanakan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
daerah. Tanggal 30 Juni 2001 UU No.11 tentang peningkatan status kota
Administratif Batu disahkan, setelah beberapa bulan kemudian yaitu pada tanggal
17 Oktober 2002 secara resmi Kotatif Batu ditingkatkan statusnya menjadi
pemerintah kota. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 2002 Gubernur Jawa Timur
atas nama Menteri Otonomi Daerah melantik Drs. Imam Kabul sebagai Walikota
Batu.
Setelah Batu ditingkatkan statusnya dengan pejabat Walikota Drs. Imam
Kabul, Batu ingin meningkatkan lagi pembangunannya, baik pembangunan fisik
maupun non fisik dengan membentuk perangkat Satuan Kerja dan Badan Kerja
diantaranya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau BAPPEDA Kota Batu.
Sejak statusnya meningkat BAPPEDA, pemerintah kota Batu bersama masyarakat
mulai menyiapkan diri bagaimana agar pamor dan citra kota dingin ini tetap ada
dan tetap dikenang banyak orang baik domestik maupun luar negeri.
2.2 Kegiatan Instansi Tempat PKL
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Batu,
merupakan unsur pendukung tugas Walikota, yang di pimpin oleh seorang kepala
badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Batu
melalui Sekretaris Daerah. Bappeda mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan kota.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Bappeda kota Batu
mempunyai fungsi:
1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan
2) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan
kota.
4) Melaksanakan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Bappeda Kota Batu memiliki fungsi pokok
yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi Koordinasi perencanaan kota


2) Penyediaan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan kota

2.3 Struktur Instansi Tempat PKL


Struktur Instansi BAPPEDA Kota Batu dibagi sebagai berikut :
1) Kepala Badan
2) Sekretariat, membawahi :
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Penyusunan
3) Bidang Ekonomi, membawahi :
1) Sub Bidang Industri Perdagangan dan Pertanian
2) Sub Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
4) Bidang Sosial Budaya, membawahi :
1) Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan
2) Sub Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
5) Bidang Fisik dan Tata Ruang, membawahi :
1) Sub Bidang Prasarana Kota
2) Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
6) Bidang Data Penelitian dan Pengembangan , membawahi :
1) Sub Bidang Data dan Informasi
2) Sub Bidang Data, Penelitian dan Evaluasi

2.4 Tujuan dan Fungsi Instansi yang terkait dengan Bidang Kajian
Tujuan serta fungsi BAPPEDA terbatas pada penyususnan programprogram beserta kegiatan-kegiatan dalam urusan perencanaan pembangunan
dilaksanakan untuk menggarap khususnya agenda Penanggulangan kemiskinan,
pengangguran, perbaikan iklim ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat;
guna mendukung pencapaian misi Mewujudkan dan melaksanakan otonomi
daerah yang dilandasi oleh pembangunan Kota Batu dengan memperhatikan
potensi dan sumberdaya alam, serta aparatur pemerintahan yang bersih dan
bertanggungjawab (clean government dan good governance), misi Mewujudkan
pengelolaan potensi dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat dan
daerah, dan misi Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan hasilhasil pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan ditandai oleh
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan tercukupinya kebutuhan dasar
masyarakat terutama lapisan bawah. Beberapa program prioritas dan pendukung
dalam urusan perencanaan pembangunan tersebut

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah, penataan lembaga yang seharusnya dapat dilakukan
berdasarkan standar kompetensi sumberdaya aparatur yang tersedia sehingga
berpengaruh positif terhadap kinerja tata laksana pemerintah, namun masih
adanya kekosongan jabatan dalam organisasi karena kekurangan aparat
pemerintahan untuk memenuhi jabatan yang ada di Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah , sehingga dalam pelaksanaan tugas masih terjadinya
rangkap tugas, dengan demikian konsekuensi beban kerja sangat besar.

2.5 Sistem Kerja


Bidang Data Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh Kepala Sub
Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
Bidang Data Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan
sebagiantugas

Badan

lingkup

Data,

Monitoring,

dan

Evalusi.

Dalam

melaksanakan tugas pokok, Bidang Data Penelian dan Pengembangan


menyelenggarakan Fungsinya :
1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Data Penelitian dan
Pengembangan
2) Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan kota lingkup
data, Penelian dan Pengembangan
3) Pelaksanaan pengumpulan data dan informasi
4) Penyusunan data mengenai pelaksanaan program pembangunan
5) Pelaksanaan publikasi data dan informasi sesuai kebutuhan
6) Pengembangan pusat data dan perencanaan daerah
7) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang data,
Penelitian dan Pengembangan
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya

III. HASIL PELAKSANAAN PKL


3.1 Lingkup pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan ini mengenai studi Realisasi Masterplan dan
Actionplan Agropolitan Kota Batu, yang khususnya membahas tentang rencana,
tindakan dan hasil dari pencapaian yang di dapat dalam bidang pertanian. Adapun
ruang lingkup pekerjaan penulis meliputi analisis realisasi program Masterplan
dan Actionplan Agropolitan Kota Batu dilihat dari ketersediaan lahan pertanian
pada kawasan agropolitan.
3.2 Bahan dan Alat
a. Adapun bahan yang di gunakan adalah:
Data Kecamatan Bumiaji dalam Angka Tahun 2010-2015
Data Masterplan Dan Actionplan Agropolitan kota Batu
Citra Satelit
Peta Batas Administrasi Kota Batu.
b. Adapun alat yang di gunakan adalah:
Alat Tulis
Kamera
Alat Trasportasi
PC/Laptop
3.3 Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus terdapat langkah-langkah pekerjaan
yang sistematis dan tersusun dengan rapi, dengan harapan dapat di laksanakan
dengan terarah, Adapun langkah dan tahapan yang kami dilakukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini yaitu:
a)

Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi dokumentasi dokumen perecanaan

daerah. dalam hal ini dokumen yang dimaksud berpedoman pada


masterplan dan Action Plan kawasan Agropolitan serta dokumen Kota
Batu dalam Angka dan Kecamatan Bumiaji dalam angka.
b)
Pengelompokan Data
Dalam proses, data diperoleh dari Kecamatan Bumiaji dalam angka,
data yang di gunakan adalah data pertanian yang telah dikumpulkan dan

golongkan ke dalam Dua bidang. Yang pertama yaitu data pertanian


meliputi data luas lahan pertanian beserta produktivitasnya yang
mencangkup desa di kecamatan Bumiaji.Dan yang kedua data sektor
peternakan yang merupakan bagian dari kegiatan pertanian itu sendiri
c)
Identifikasi potensi desa di Kecamatan Bumiaji
Identifikasi potensi desa ini dilakukan di Kecamtan Bumiaji yang
merupakan wilayah yang direncakan sebagai kawasan agropolitan, yang
berdasarkan Buku Masterplan dan Action plan Agropolitan Kota Batu
tahun 2010 yang. Adapun proses identifikasi yang dilakukan berdasarkan
data dalam angka terkait sektor pertanianyang menjadi potensi unggulan di
wilayah kecamatan Bumiaji Kota Batu selama pelaksanaan masterplan
tersebut
d)
Analisis data
Analisis data yang dilakukan yaitu dengan membandingkan data data
yang telah diperoleh. Dari data yang diperoleh tersebut dibandingkan
apakah ada kenaikan ataupun penurunan terkait dengan hasil dari
komoditas unggulan desa desa di Kecamatan Bumiaji. Sehingga dari
proses analisis data ini diperoleh gambaran mengenai keberlanjutan
pengembangan kawasan Agropolitan
e)
Penarikan kesimpulan
Dari proses analisis data yang dilakukan ini akan diperoleh
gambaran mengenai keberlanjutan pengembangan kawasan Agropolitan.
Sehingga dapat disimpulkan bagaimana keberlanjutan pengembangan
kawasan Agropolitan di kecamatan Bumiaji serta realisasi dari masterplan
dan action plan Agropolitan yang telah dibuat tersebut.

3.4 Hasil Pelaksanaan


Adapun hasil pelaksanaan pekerjaan Analisis Ketersediaan Lahan
Pertanian Dalam Realisasi Masterplan dan Actionplan Agropolitan Kecamatan
Bumiaji ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

Data ketersediaan lahan sebelum dan setelah adanya program Masterplan

dan Actionplan Agropolitan Kota Batu tahun 2009-2013


Peta Rencana Kawasan Agropolitan Kota Batu 2010
Peta Existing Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Kota Batu 2015

3.5 Pembahasan
Berdasarkan analisis pencetakan lahan pertanian baru

di kawasan

agropolitan tepatnya di kecamatan Bumiaji menjadi salah satu atribut yang


berpengaruh terhadap nilai keberlajutan program pertanian yang ada dalam
Masterplan dan Actionplan Agropolitan Kota Batu. Berdasarkan analisis tidak
ada pencetakan lahan pertanian baru di Kecamatan Bumiaji karena pencetakan
lahan pertanian di Kota Batu khususnya di kecamatan Bumiaji hampir tidak
mungkin dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan kecamatan Bumiaji
menjadi daerah wisata berbasis agrowisata sehingga lebih banyak dijumpai alih
fungsi lahan pertanian menjadi sarana atau infrastruktur pendukung kegiatan
wisata.

Berdasarkan pengamatan di lapangan luasan lahan pertanian yang dimiliki


masyarakat adalah yang diusahakan selama ini dalam kegiatan pertanian.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penambahan luasan areal tanam
dilakukan secara intensifikasi lahan seperti yang terlihat pada gambar tersebut,
yaitu dengan melakukan penanaman komoditas buah, sayur dan bunga di
polybag ataupun di areal pekarangan rumah. Beberapa komoditas yang
diusahan petani dalam polybag seperti jenis tanaman stoberi, wortel dan
andewi. Untuk melindungi lahan pertanian yang sudah ada diperlukan suatu
upaya perlindungan terhadap ancaman terjadinya alih fungsi lahan produktif
menjadi kawasan pemukiman.
Berdasarkan kepemilikan lahanya, lahan pertanian di Kecamatan Bumiaji,
hampir sebagian besar dimiliki dan diusahakan oleh petani sendiri. Lahan
pertanian tersebut umumnya diwariskan secara turun temurun, dan biasanya
dibagi berdasarkan jumlah anak yang dimiliki. Namun seiring dengan
pertambahan penduduk semakin banyak ditemui alih fungsi lahan di kecamatan

Bumiaji yang merupakan kawasan Agropolitan di kota Batu ini.


Pertambahan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan cenderung
meningkat dan makin menyulitkan kearah perbaikan. Tercermin pada luasan
lahan yang dimiliki petani, dengan sempitnya rata rata penguasaan lahan oleh
petani alternatif teknologi yang diterapkan dapat memacu meningkatkan
produktivitas menjadi semakin terbatas karena penguasaan lahan oleh petani
tidak kondusif untuk pengembangan teknologi yang menghendaki skala usaha
tertentu (Jamal et al, 2002).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang petani di kecamatan
Bumiaji, ditemukan bahwa luas kepemilikan lahan bervariasi, rata rata
kepemilikan lahan di Kecamatan Bumiaji adalah 0,3 Ha. Bagi petani dengan
luasan lahan yang tidak begitu besar

memanfaatkan lahannya untuk

menanam sayuran, karena dengan lahan yang kecil dapat memanen minimal
empat kali dalam setahun. Selain itu juga komoditas bunga potong yang juga
menjanjikan hasil yang lebih baik. Kepemilikan lahan menjadi salah satu
indikator,

karena

berpengaruh

terhadap keputusan masyarakat dalam

menggunakan atau mengusahakan lahannya untuk kegiatan pertanian.


Jika ditinjau dari sistem pengolahan tanah yang dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan Bumiaji dilakukan pada saat dimulainya musim tanam, pada
komoditas sayuran penanaman dilakukan sebanyak 3 4 kali dalam
setahun. Usaha budidaya tanaman sayuran banyak dilakukan di daerah dengan
kemiringan yanag cukup curam seperti di Desa Sumberbrantas yang mayoritas
ditanami sayuran semusim, karena unsur hara yang tinggi. Jenis sayuran yang
menjadi komoditas unggulan Desa Sumberbrantas adalah tanaman kentang
dan wortel yang membutuhkan tanah gembur dan tanpa naungan. Pengolahan
lahan dengan cara membalikkan tanah setelah proses panen dilakukan. Sistem
pengolahan tanah secara intensif menimbulkan dampak negatif karena merusak
struktur tanah, mempercepat dekomposisi bahan bahan organik dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi. Untuk mengurangi terjadinya
kehilangan unsur hara akibat kemungkinan terjadinya erosi, masyarakat Desa
Sumberbrantas mulai menanami rumput vetiver di teras lahan.
Sistem pengolahan yang disarankan Sutanto (2002), dalam pertanian

berkelanjutan adalah mengurangi kegiatan pengolahan tanah dalam bentuk olah


tanah minimum dan tanpa olah tanah, dengan sistem ini kegiatan
makrofauna tanah dapat dipertahankan. Misalkan lorong yang dibentuk oleh
kegiatan cacing tanah menyebabkan infiltrasi air lebih cepat, mempertahankan
tanaman penutup tanah lebih banyak dan mempertahankan hara tanaman di
permukaan tanah. Sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya kehilangan
hara dan erosi akibat limpasan air pada saat musim penghujan.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa prmbangunan di bidang


non pertanian di wilayah kecamatan Bumiaji lebih meningkat pesat selama
periode berjalannya masterplan dan actionplan agropolitan di kota Batu. Salah
satu contohnya adalah pembangunan sarana pendukung wisata yang secara
langsung berpengaruh pada ketersediaan lahan untuk pertanian yang semakin
menurun tiap tahunnya sehingga muncul fenomena pemanfaatan pekarangan
menjadi lahan pertanian penduduk di kecamata Bumiaji.
Ketersediaan lahan untuk pertanian di kecamatan Bumiaji kota Batu
dipengaruhi oleh factor pembangunan Infrastruktur. Pembangunan yang paling
nampak diantaranya pemukiman. Permukiman penduduk di Kecamatan Bumiaji
relatif mengumpul, dimana lokasi perumahan dan lokasi kegiatan pertanian
terpisah. Ladang ladang tersebar disekeliling desa, jarak antara lokasi
ladang/usaha peternakan > 100 meter. Tetapi ada juga masyarakat yang
memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya untuk ditanami jenis tanaman hias
maupun sayuran. Tanaman hias dapat sebagai usaha sampingan yang

menjanjikan, karena Kota Batu dikenal sebagi produsen tanaman hias yang
bagus dan dikenal sebagai Kota penghasil bunga.
Ada ciri khas yang semakin lama hilang dari pemukiman masyarakat
Kota Batu, di tahun 1980-an masih sering dijumpai tanaman apel yang ditanam
di pekarangan rumah namun sekarang sudah sedikit sekali bahkan jarang kita
jumpai. Lahan pekarangan sudah mulai beralih menjadi bangunan-bangunan
tanpa tanaman peneduh. Pertambahan jumlah anggota keluarga mendesak
masyarakat untuk membangun huniannya menjadi sesuai dan nyaman untuk
ditinggali walaupun harus mengorbankan pohon pohon peneduh.
Disisi lain kurangnya pembangunan sarana penunjang dalam kegiatan
pertanian seperti saluran irigasi dan jalan untuk usaha tani, menyebabkan
keinginan masyarakat untuk bertani juga semakin rendah. Hal ini ditunjukan
dengan masih banyaknya perbaikan perbaikan untuk rehabilitasi jaringan irigasi
desa dan jaringan irigasi tingkat usaha tani. Pada daerah daerah dengan
ketinggian diatas sumber air, seperti di sebagian wilayah Kecamatan Bumiaji,
dilakukan pipanisasi.
Jalan usaha tani di Kota Batu sedikit kurang memadai, banyak sekali
dijumpai jalan jalan yang masih berupa jalan tanah. Pada kawasan pertanian
apel seperti di Dusun Kungkuk Desa Punten Kecamatan Bumiaji, jalan usaha tani
sudah bagus, berdasarkan keterangan warga jalan tersebut diusahakan secara
swadaya oleh petani, jauh sebelum Batu berstatus Kotamadya, yaitu saat masih
menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Malang dan berstatus sebagai kota
administratif. Jalan usaha tani di Desa Tulungrejo yang juga berlokasi di areal
pertanaman apel sudah tidak begitu layak lagi karena batu-batu untuk pengerasan
jalan sudah banyak yang hilang karena jalan ini juga digunakan untuk wisata
offroad.
Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

kegiatan

pembangunan menjadi factor utama yang menyebabkan berkurangnya lahan


pertanian di kecamatan Bumiaji. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan
kecamatan Bumiaji menjadi daerah wisata berbasis agrowisata sehingga lebih
banyak dijumpai alih fungsi lahan pertanian menjadi sarana atau infrastruktur
pendukung kegiatan wisata.

IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pertambahan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan cenderung
meningkat dan makin menyulitkan kearah perbaikan. Tercermin pada luasan
lahan yang dimiliki petani, dengan sempitnya rata rata penguasaan lahan oleh
petani. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembangunan di kota Batu semakin
pesat. Disisi lain kegiatan pembangunan menjadi factor utama yang menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian di kecamatan Bumiaji. Hal ini dapat dilihat dari
pengembangan kecamatan Bumiaji menjadi daerah wisata berbasis agrowisata

sehingga lebih banyak dijumpai alih fungsi lahan pertanian menjadi sarana atau
infrastruktur pendukung kegiatan wisata. Dampaknya pencetakan

lahan

pertanian baru di kawasan agropolitan tepatnya di kecamatan Bumiaji menjadi


salah satu atribut yang berpengaruh terhadap nilai keberlajutan program
pertanian yang ada dalam Masterplan dan Actionplan Agropolitan Kota Batu.
Sehingga berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan t idak ada
pencetakan lahan pertanian baru di Kecamatan Bumiaji

karena pencetakan

lahan pertanian di Kota Batu khususnya di kecamatan Bumiaji hampir tidak


mungkin dilakukan.
4.2 Saran
Perlu adanya penyususnan kebijakan ataupun program mengenai
proteksi perubahan penggunaan tanah pertanian untuk keperluan lain
dapat

merubah karakteristik

yang

Kota Batu sebagai kota agropolitan seperti

kawasan permukiman, perhotelan maupun perkantoran, dan juga proteksi


terhadap lahan perkebunan Apel yang merupakan produk unggulan hortikultura
Kota Batu dalam menjaga status keberlanjutan Kota Batu sebagai kaawasan
agropolitan.
Perlu adanya kebijakan atau program untuk meningkatkan sumber daya
manusia diperlukan penyediaan fasilitas pendidikan menengah ke atas di
Kecamatan Bumiaji serta peningkatan akses

petani

terhadap

informasi

informasi pertanian dengan mengaktifkan pusat informasi terpadu seperti balai


penguluhan pertanian maupun swadaya oleh petani

DAFTAR RUJUKAN
Bappeda. 2010. Buku Rencana Tata Ruang Kota Batu (RTRW 2010). PDF.
Bappeda. Kota Batu.
Bappeda. 2010. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan
(LKPJ 2010). PDF. Bappeda. Kota Batu
Bappeda Provinsi Jawa Timur, 2011. Pedoman Umum Pengembangan
Kawasan Agropolitan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. 43p.

Bappeda Pemerintah Kota Batu, 2010. Penyusunan Master Plan dan Action
Plan Agropolitan Kota Batu. Bappeda Pemerintah Kota Batu.
BAPPEDA. 2010. Masterplan dan Action Plan Agropolitan Kota Batu tahun
2010. Bappeda. Kota batu.
Mazdalifa, Ayudya Fitria. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan
Agropolitan Di Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Jurusan

Ilmu

Administrasi UB. Malang.


Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik Menuju

Pertanian Alterrnatif dan

Berkelanjutan. Kanisius. 218p.


Jamal, E., Syahyuti dan Harun, 2002. Reformasi Agraria dan Masa Depan
Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 21(4) : 133-139p
BPS. 2010. Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2010. BPS. Kota Batu.
BPS. 2011. Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2011. BPS. Kota Batu
BPS. 2012. Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2012. BPS. Kota Batu
BPS. 2013. Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2013. BPS. Kota Batu
BPS. 2014. Kecamatan Bumiaji Dalam Angka 2014. BPS. Kota Batu.

Abstrak
Pertambahan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan cenderung
meningkat dan makin menyulitkan kearah perbaikan. Tercermin pada luasan
lahan yang dimiliki petani, dengan sempitnya rata rata penguasaan lahan oleh
petani. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembangunan di kota Batu semakin
pesat. Disisi lain kegiatan pembangunan menjadi factor utama yang menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian di kecamatan Bumiaji. Hal ini dapat dilihat dari

pengembangan kecamatan Bumiaji menjadi daerah wisata berbasis agrowisata


sehingga lebih banyak dijumpai alih fungsi lahan pertanian menjadi sarana atau
infrastruktur pendukung kegiatan wisata. Dampaknya pencetakan

lahan

pertanian baru di kawasan agropolitan tepatnya di kecamatan Bumiaji menjadi


salah satu atribut yang berpengaruh terhadap nilai keberlajutan program
pertanian yang ada dalam Masterplan dan Actionplan Agropolitan Kota Batu.
Sehingga berdasarkan pengamatan dan analisis yang dilakukan t idak ada
pencetakan lahan pertanian baru di Kecamatan Bumiaji

karena pencetakan

lahan pertanian di Kota Batu khususnya di kecamatan Bumiaji hampir tidak


mungkin dilakukan.

Kata Kunci : Ketersediaan Lahan, Masterplan dan Actionplan Agropolitan

Anda mungkin juga menyukai