Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular
0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari
penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun
yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering
dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai
muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit.
Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun
tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah
menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan
mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau
lebih gelap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Dermatitis ?
2. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan Dermatitis ?
3. Bagaimana patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dermatitis
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.
C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
D. WOC
bahan kimia
Mikroorganisme
(bakteri, jamur)
dermatitis atopik
Masuk kedalam
dan hiperpigmentasi
kulit
hipersensitifitas
Dermatitis
Iritan primer
Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
Inflamasi pada kulit
fungsio lesa
integritas kulit
tubuh
MK. Nyeri
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
2. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
3. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata
dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis
dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan
dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
9
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit
lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,
berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi
terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat
anti alergi) selama 3 7 hari, tergantung jenis obatnya.
Umur yang di anjurkan 4 50 tahun.
12
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat
juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan
tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes
provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien
dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes
provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.
8. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistaminantiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
13
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering
(sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,
krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan
tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan
bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
14
5. Dermatitis statis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
16
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
17
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua
bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal
warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang
normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada
lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop
tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
18
c)
7) Persyarafan
Tingkat kesadaran: composmentis
GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
19
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
20
B. Tindakan Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Intervensi
keperawatan
hasil
Nyeri
b.d Tujuan :
adanya
kulit
lesi Setelah
tindakan
selama
1. kaji
Rasional
jenis
dan
1. Dapat
dilakukan
tingkat
nyeri
keperawatan
pasien.
tentukan
kriteria nyeri
apakah
nyerinya
pasien
2x60
menit,
diharapkan
nyeri
berkurang
atau
itu,
kaji
teradaptasi
Kriteria hasil :
mengurangi atau
1. Pasien
memperberat;
melaporkan
nyeri berkurang
2. Nyeri
dapat
diadaptasi
3. Dapat
mengetahui
lokasi,
durasi,
intensitas
dan
karakteristik
nyeri; dan tanda-
mengidentifikasi
aktifitas
yang
meningkatkan
atau
menurunkan nyeri
4. Pasien tidak gelisah
dan skala nyeri 0-1
atau teradaptasi
bahwa
penanganan dapat
memenuhi
kebutuhan pasien
dalam
21
2. Untuk
memfasilitasi
pengkajian
yang
akurat
tentang
tingkat nyeri
pasien
mengurangi nyeri.
3. Berikan obat yang
dianjurkan untuk
mengurangi nyeri,
bergantung pada
gambaran
nyeri
pasien.
pantau
adanya
reaksi
yang
3. Untuk
menentukan
keefektifan
obat
tidak
diinginkan
terhadap
obat.
Sekitar 30 sampai
40 menit setelah
pemberian
obat,
minta
pasien
untuk
menilai
kembali nyerinya
dengan skala 1
sampai 10
4. Atur
periode
istirahat
tanpa
4. Tindakan
terganggu
ini
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan,
dan
peningkatan
tingkat
energy, yang
penting untuk
22
5. Bantu
pasien
untuk
mendapat
pengurangan
nyeri
posisi
yang
nyaman,
dan
gunakan
bantal
5. Untuk
menurunkan
ketegangan
untuk membebat
atau
atau menyokong
mendistribusi
bila perlu.
kan
Kolaborasi:
1. Gunakan
topical
spasme
kembali
tekanan pada
terapi
seperti
yang
dipreskripsikan.
2. Anjurkan pasien
bagian tubuh
Kolaborasi:
1. Tindakan
ini
membantu
meredakan
untuk menghindari
pemakaian
gejala.
salep 2. Masalah
pasien
dapat
disebabkan
dokter.
oleh
iritasi
atau sensitisasi
3. Jaga
agar
kuku
selalu terpangkas.
karena
pengobatan
sendiri.
3. Pemotongan
kuku
akan
mengurangi
kerusakan
kulit
2.
Kerusakan
Tujuan :
inflamasi tindakan
dermatitis,
selama
1. Inspeksi
dilakukan
keperawatan
2x60
menit
23
kulit
karena
garukan.
1. Untuk
pasien
setiap
menentukan
pergantian
tugas
keefektifan
regimen
respon
diharapkan
menggaruk
integritas
kerusakan
kulit
dapat
membaik
perawatan
kulit
laporkan
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan
tidak
adanya
kerusakan kulit
2. Pasien menunjukkan
turgor
dokumentasikan
kulit
perubahan
2. Bantu
pasien
dalam melakukan
tindakan hygiene
dan kenyamanan
yang
normal
program
dan
pantau
keefektifannya
2. Untuk
meningkatkan
kenyamanan
dan
kesejahteraan
3. Pengurangan
nyeri
diperlukan
untuk
mempertahan
kan kesehatan
4. Untuk
4. Pertahankan
lingkungan
yang
rasa sejahtera
nyaman
5. Peringatkan
tidak
meningkatkan
agar
menyentuh
pasien
5. Untuk
mencegah
kerusakan
kulit
dan
mencegah
kemungkinan
6. Atur posisi pasien
supaya
nyaman
meminimalkan
pada
penonjolan tulang.
24
tersebut
mengurangi
dan
tekanan
infeksi
6. Tindakan
tekanan,
meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
minimal setiap 2
kerusakan
jam.
kulit
Pantau
frekuensi
pengubahan posisi
pasien dan kondisi
kulitnya
7. Berikan
7. Tindakan
kesempatan pasien
untuk
perasaan
tentang
masalah kulitnya
8. Berikan
pengarahan
pada
pasien
3.
Gangguan
dan
keluarga
atau
pasangan
dalam
program
perawatan kulit
1. Terima persepsi
Tujuan :
membantu
mengurangi
mengungkapkan
anggota
ini
ansietas
dan
meningkatkan
ketrampilan
koping
8. Untuk
mendorong
kepatuhan
1. Untuk
memvalidasi
penampakan
berikan jaminan
perasaannya
kulit
tidak baik
pasien
menerima
bahwa ia dapat
Kriteria hasil :
mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi
dalam
berbagai
tentang
perawatan
2. Pasien menyatakan
25
ini
2. Ketika
2. Untuk
membantu pasien
yang
sedang
melakukan
perawatan
mendapat
nilai
dasar
pada
diri,
pengukuran
perasaan
positif
terhadap
dirinya
sendiri
3. Pasien berpartisipasi
dalam
program
rehabilitasi
psikologisnya
pasien
melakukan
3. Untuk
perawatan diri
dan
konseling
4. Berikan
kemandiriann
kepada
ya
pasien
untuk
tubuhnya
dan hospitalisasi
5. Bimbing
dan
memperbaiki
pasien
pada
an
5. Untuk
dari
mendukung
penampilannya
adaptasi
dan
kemajuan
upayanya
dan
dalam
yang
menyesuaikan
berkelanjutan
perubahan
dengan
citra
tubuhnya
1. Minimalkan resiko1.
selama
dan
kesalahpaham
diri
kulit
keluhannya
focus
positif
tindakan
an
kuatkan
aspek-aspek
perlindungan
pasien
mengungkapk
perasaan tentang
citra
4. Agar
dapat
menyatakan
meningkatkan
rasa
kesempatan
5.
kemajuan
melakukan
keperawatan
1x60
menit,
infeksi
pasien
dengan :
a. Mencuci
a. Mencuci
tangan sebelum
dan
26
setelah
tangan
adalah
Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda
vital
memberikan
satu-satunya
perawatan
cara
terbaik
untuk
mencegah
tanda infeksi
b. Menggunakan
sarung
tangan
untuk
penularan
pathogen
b. Sarung tangan
mempertahanka
dapat
n asepsis pada
melindungi
saat
tangan
memberikan
saat memegang
perawatan
luka
yang
langsung
dibalut
atau
pada
melakukan
2. Pantau suhu dan
berbagai
tindakan
2. Suhu
grafik.
Laporkan
evaluasi segera
yang
terus
meningkat
setelah
pembedahan
dapat
merupakan
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi
luka
atau dehisens,
infeksi
saluran kemih
3.
Bantu
pasien
atau
tromboflebitis
27
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
makan
3. Mencuci
tangan
mencegah
penyebaran
kamar mandi
pathogen
terhadap
objek
4. Beri
pendidikan
kepada
pasien
mengenai :
a. Teknik mencuci
tangan
yang
baik
b. Factor-faktor
yang
meningkatkan
resiko infeksi,
tanda-tanda dan
gejala infeksi
dan
makanan lain
4. Tindakan
tersebut
memungkinka
n
pasien
untuk
berpartisipasi
dalam
perawatan
dan
membantu
pasien
memodifikasi
gaya
hidup
untuk
mempertahan
kan
tingkat
kesehatan
yang
optimum
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi
polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). Penyebab dermatitis
dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli,
semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari
dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu
penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca. Dengan adanya
makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa yang sudah
dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan
dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang
banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.
29
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.
Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis
[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses
tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]
Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
30