Leptospirosis merupakan salah satu penyakit menular yang terjadi akibat bakteri leptospira yang
penularannya melalui hewan tapi juga bisa melalui manusia sendiri(5).leptospirosis biasa nya
menyerang daerah yang memiliki udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis. Seperti di
Negara New Zealand. Di Indonesia pun angka penderita leptospirosis di bilang tinggi. Penyebab
leptospirosi
adalah
kontok
langsung dengan
selaput
hewan
lendir
seperti
tikus, sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing. Dan ada juga penyebab lainnya adalah pola
hidup tak sehat seperti Jika anda memelihara hewan kesayangan anda tak membersihkan diri
dengan antiseptiksetelah kontak dengan hewan kesayangan. Cara penularan leptospirosi dari
manusia ke manusia adalah karena hubungan seksual dan transplacentally dari ibu ke janin dan
melalui ASI pada anak. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga pola hidup
sehat, selalu mencuci tangan setelah menyentuh hewan, selalu menggunakan sarung tangan jika
berkebun dan jangan makan sambil bermain dengan hewan dan banyak lainnya. Leptospirosis
dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin serta penisillin G,
ampisillin, amoksisillin dan eritromisin
BAB I
PENDAHULUAN
Data Kasus Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan
oleh
berbentuk
spiral
dan
bergerak
aktif.
Leptospirosis
merupakan zoonosis yang paling tersebar luas di dunia. Penyakit ini pertama kali dilaporkan
pada tahun 1886 o1eh Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta
pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887)
disebut sebagai "Weil's Disease". Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's
Disease" disebabkan oleh bakteri Leptospiraicterohemorrhagiae.(1)
Di negara subtropik, infeksi leptospira jarang ditemukan, iklim yang sesuai untuk
perkembangan leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis. Keadaan
yang demikian dapat dijumpai di Negara tropik sepanjang tahun. Di negara beriklim tropik,
kejadian leptospirosis lebih banyak 1000 kali dibandingkan dengan negara subtropik dengan
risiko penyakit lebih berat. Angka insiden leptospirosis di negara tropik basah 5- 20/100.000
penduduk per tahun. Leptospirosis tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Angka insidensi
leptospirosis di New Zealand antara tahun 1990 sampai 1998 sebesar 44 per 100.000 penduduk.
Angka insiden tertinggi terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan daging (163/100.000
penduduk), peternak (91,7/100.000 penduduk) dan pekerja yang berhubungan dengan hutan
sebesar 24,1 per 100.000 penduduk. (1)
Di Indonesia dilaporkan di dalam risalah Partoatmodjo (1964) bahwa sejak 1936 telah
diisolasi berbagai serovar leptospira, baik dari hewan liar maupun hewan peliharaan. Di
Indonesia leptospirosis tersebar antara lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Angka kematian leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45%. Pada usia
lebih dari 50 tahun kematian mencapai 56%. Penderita Leptospirosis yang disertai selaput mata
berwarna kuning (kerusakanjaringan hati), risiko kematian akan lebih tinggi. Di beberapa
publikasi angka kematian di laporkan antara 3 % - 54 % tergantung system organ yang terinfeksi .
(1)
Pada awal 2011 Di desa bantul Sebanyak 12 warga terserang Leptospirosis, satu orang di
antaranya meninggal dunia. Namun angka penderita di desa Bantul dibilang sedikit jika
dibandingkan pada tahun 2010, yang terdapat 110 penderita dan 12 meninggal dunia. Sementara
tahun 2009, hanya 10 penderita, dan satu orang diantaranya meninggal dunia.(2)
BAB II
ISI
A. Triad Epidemiologi
1.
Host
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan
oleh
berbentuk
spiral
dan
bergerak
aktif.
Leptospirosis
merupakan zoonosisyang paling tersebar luas di dunia.(1) Leptospirosis dapat terjadi sepanjang
tahun. Leptospirosiskadang-kadang dapat masuk tubuh manusia melalui inhalasi tetesan urin
atau melalui air minum. Setelah infeksi, leptospira muncul dalam darah dan menyerang hampir
semua jaringan dan organ. kemudian dibersihkan dari tubuh oleh respon kekebalan tubuh
terhadap infeksi.Namun, mereka dapat menetap di tubulus berbelit-belit dari ginjal dan
ditumpahkan dalam urin selama beberapa minggu sampai beberapa bulan dan kadang-kadang
bahkan lebih lama. Mereka kemudian dibersihkan dari ginjal dan organ lainnya, tetapi dapat
bertahan di mata jauh lebih lama. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat
dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host)
yang baru.(3)
Penyakit
http://www.google.co.id/imgres?q=bakteri+leptospirosis&um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org
2.
Agent
Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39
tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah
faktor resiko tinggi tertular penyakit ini.(4). Laki-laki memiliki risiko terkena
leptospirosis sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan. (1)
sumber bakteri leptospira
http://www.google.co.id/imgres?q=bakteri+leptospirosis&um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org
Bakteri Leptospira
http://www.google.co.id/imgres?q=bakteri+leptospirosis&um=1&hl=id&client=firefoxa&rls=org
3.
Environmental.
Risiko infeksi tergantung pada paparan. Bahkan, beberapa manusia memiliki risiko tinggi
terpajan karena pekerjaan mereka, lingkungan tempat tinggal mereka dan gaya hidup mereka.
Kelompok-kelompok kerja utama pada risiko termasuk pekerja peternakan dan pertanian,
pekerja toko hewan peliharaan, dokter hewan, selokan, pekerja hewan potong, penangan daging,
dan militer.(5)
Di beberapa negara, praktis seluruh penduduk beresiko untuk menderita penyakit ini
terkontaminasi dalam kegiatan sehari-hari, misalnya padi dan perkebunan tebu. . Kelembaban
merupakan faktor penting dari kelangsungan hidup leptospira di lingkungan. . Hujan deras akan
membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjirGerakan bakteri memang tidak
memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung proses invasi
dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir Keadaan
banjir menyebabkan adanya perubahanlingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan
menjadi becek,berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya
bakteri Leptospira berkembang biak .Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh
manusia melalui permukaankulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.. Sejauh ini tikus
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai
inang
alami
dan
memiliki
daya reproduksitinggi.
Beberapa
hewan
lain
seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi,anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi
menularkan ke manusia tidak sebesar tikus .
Penyebaran penyakit
B.
Transmisi Leptospirosis
Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke penderita dan
tidak langsung melalui suatu media. Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput
lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin kontak seksual dan
cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dari manusia ke manusia melalui hubungan
seksual, transplacentally dari ibu ke janin dan melalui ASI pada anak. Urin dari pasien yang
menderita leptospirosis harus dianggap menular. Seperti leptospira dapat dibiakkan dari darah,
ini harus dipandang sebagai menular untuk Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melaluiair (water borne disease) Urin (air kencing) dari individu yang terserang
penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. (5)
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan barangbarang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah, makanan,
minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada
pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira. Umumnya
penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap
lingkungan asam.
Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, maka
bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan. Selanjutnya
akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam darah sehingga bakteri
akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan hati
Mekanisme transmission
http://bezhare.blogspot.com/2011/04/bezhare-what-is-leptospirosis.html
Fase Septisemik
Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri dapat
diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini,
penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam, kedinginan,
dan kelemahan otot Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah,
nyeri kepala, takutcahaya,
gangguan
mental,
radang
serta
pembesaran limpa dan hati (8). Selain itu ada juga gejala lain seperti Malaise , Rasa nyeri otot
betis dan punggung , Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada
mata) (7)
Fase Imun
Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi dapat
dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari darah
atau cairan serebrospinalis Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh
terhadap infeksi.(8) Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata
atau ginjal dan Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita .Gejala yang timbul lebih bervariasi
dibandingkan dengan stadium pertama . Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul
kemungkinan
akan
terjadi
meningitis.
Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat. (7)
Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit
kepala. pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda
koagulopati.
batuk,
peradarahan
dan
batuk
darah,
pembesaran
dan
sulit
limpa
bernapas.
(splenomegali).
Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis. Meningitis aseptik merupakan
manifestasi klinis paling penting pada fase imun. (8)
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul jaundis Pada 30
persen pasien terjadi diare atau kesulitan buang air besar (konstipasi), muntah, lemah, dan
kadang-kadang penurunan nafsu makan Kadang-kadang terjadi perdarahan di bawah kelopak
matadan gangguan ginjal pada 50 persen pasien, dan gangguan paru-paru pada 20-70 persen
pasien.(8)
Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi . Sebanyak 83 %penderita infeksi L.
icterohaemorrhagiae mengalami
grippotyphosa umumnya
ikterus,
menyebabkan
dan
gangguan
30
%
sistem
pada L.
pomona Infeksi L.
pencernaan.
Sedangkam L.
Sindrom Weil
Sindrom Weil adalah bentuk Leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal,
nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan Kondisi ini terjadi pada akhir fase
awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap waktu Kriteria penyakit Weil
tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi paru meliputi batuk, kesulitan bernapas, nyeri
dada, batuk darah, dan gagal napas Disfungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari
setelah gejala awal Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal, perdarahan
dan kolap kardiovaskular. Kasus berat dengan gangguan hati dan ginjal mengakibatkan kematian
sebesar 20-40 persen yang akan meningkat pada lanjut usia. (8)
Untuk mendiagnosa Leptospirosis, maka hal yang perlu diperhatikan adalah riwayat
penyakit, gejala klinis dan diagnosapenunjang Sebagai diagnosa penunjang, antara lain dapat
dilakukan pemeriksaan urin dan darah. Pemeriksaan urin sangat bermanfaat untuk mendiagnosa
Leptospirosis karena bakteri Leptospira terdapat dalam urin sejak awal penyakit dan akan
menetap hingga minggu ketiga.Cairan tubuh lainnya yang mengandung Leptospira adalah darah,
serebrospinal tetapi rentang peluang untuk isolasi bakteri sangat pendek. Selain itu dapat
dilakukan isolasi bakteri Leptospira dari jaringan lunak atau cairan tubuh penderita, misalnya
jaringan hati, otot, kulit dan mata. Namun, isolasi Leptospira termasuk sulit dan membutuhkan
waktu beberapa bulan
Untuk
mengukuhkan
diagnosa
Leptospirosis
biasanya
dilakukan
pemeriksaan
serologis. Antibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke-5-7 sesudah adanya gejala
klinis. Kultur atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar gelap umumnya
tidak sensitif. Tes serologis untuk mengkonfirmasi infeksi Leptospirosis yaituMicroscopic
agglutination
test (MAT).
Tes
ini
mengukur
kemampuanserum
darah pasien
untuk
mengagglutinasi bakteri Leptospira yang hidup. Namun, MAT tidak dapat digunakan secara
spesifik pada kasus yang akut, yakni kasus yang terjadi secara cepat dengan gejala klinis yang
parah. Selain itu, diagnosa juga dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada
spesimen organ yang terinfeksi menggunakan imunofloresen.
Penderita leptospirosis secara klinis dibedakan menjadi leptospirosis ringan ( anikterik )
dan leptospirosis berat ( ikterik ). Gejala dini leptospirosis umumnya adalah demam, sakit
kepala, nyeri otot, gerah, muntah dan mata merah.Leptospirosis ringan paling banyak ditemukan
di masyarakat, hampir 90 % dari seluruh kasus leptospirosis. Bahkan ada penderita yang tidak
mengalami gejala. Akan tetapi aneka gejala tersebut kadang menyerupai gejala penyakit lain
sehingga menyulitkan penegakan diagnosis
Gejala leptospirosis berat, selain beberapa gejala diatas , disertai dengan gagal ginjal,
kuning dan bahkan pada penderita yang parah dapat mengakibatkan kematian. (4)
2. Masa laten dan Periode infeksi
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10 hari.
Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klinis bifasik :
1.
akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot gastronemius, paha pinggang,) dandiikuti
heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada,
hemoptisis, penurunan kesadaran, dan injeksi konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam
berbentuk makular/makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan, splenomegali, dan
hepatomegali.
2.
normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC. Gejala lain yang muncul adalah
iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta neuripati perifer.
3.
Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di
dalam maupun digugurkan atau dagingnya.
Cara lain :
Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni
binatang.
Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum
bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air
kencing binatang.
Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati oleh
sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.(6)
Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami penyakit ini.. Selain
itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari sumber air.
Feses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber khusus sehingga tidak mencemari
lingkungan terutama sumber air.
E. Pengobatan
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau
amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin,
amoksisillin dan eritromisin. Dan sebaiknya waspada terlebih dahulu sebelum terserang penyakit
ini.. (10)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebab kan oleh bakteri leptospira. Penyakit
ini terjadi pada negara yang memiliki iklim tropis seperti New Zealand dan Indonesia.Penularan
Leptospirosis bisa melalui kontak langsung dengan lendir hewan dan melalui manusia seperti
hubungan seksual dan transplacentally dari ibu ke janin melalui ASI. . Cara pencegahan adalah
menjaga pola hidup sehat dan menggunkan pelindung jika ingin kontak langsung dengan hewan
seperti sarung tangan
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi saya sendiri sebagai
penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini masyarakat sadar akan
betapa penting nya hidup sehat sehingga penderita leptospirosis dapat berkurang.