Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien seorang anak laki-laki berusia 9 tahun dengan berat badan 26 kg dan tinggi badan
140 cm didiagnosis mengalami glomerulonefritis akut ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien datang dengan rujukan mengeluh demam
terjadi sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam timbul secara tiba-tiba yang terjadi
sepanjang hari naik turun. Sempat diberikan obat penurun panas, demam sempat turun tetapi
tidak pernah mencapai suhu normal. Demam tanpa disertai mimisan, perdarahan gusi, maupun
bintik-bintik merah pada kulit. Demam juga tidak sertai dengan penurunan kesadaran, kejang,
dan mencret. Selanjutnya pasien mengatakan bengkak pada kelopak mata serta tungkainya dan
buang air kecilnya berwarna merah disertai nyeri perut dibagian ulu hati dan nyeri pada pinggang
kanannya.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak
sakit sedang, tekanan darah 130/90 mmHg. Pada pemeriksaan fisis status generalis kepala dalam
batas normal, ditemukan bengkak pada kedua kelopak matanya, THT dalam batas normal, pulmo
dan cor dalam batas normal, selanjutnya pemeriksaan abdomen ditemukan asites dengan shifting
dullness positif, dan bengkak pada kedua tungkainya dengan pitting edema.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan anemia, leukositosis, peningkatan kadar ureum
dan kreatinin. Ditemukan juga kadar ASTO meningkat, peningkatan profil lipid yaitu trigliserida,
penurunan kadar albumin darah, peningkatan enzim hati dan asam urat, serta pada urinalisis
ditemukan proteinuria dan eritrosituria.
Untuk diagnosis banding sindrom nefrotik dapat disingkirkan karena biasanya pada
sindrom nefrotik sering terjadi pada anak antara 2-3 tahun, fungsi ginjal masih normal, tidak ada
hematuria makroskopik, tidak ada gejala dan tanda penyakt sistemik seperti demam, ruam kulit,
dan nyeri sendi, serta kadar komplemen serum normal, dan juga biasanya ditemukan edema
anasarka.
Untuk diagnosis banding nefritis henoch schonlein dapat disingkirkan karena pada pasien
ini tidak ditemukan adanya tanda ruam berwarna keunguan di tubuh, nyeri sendi, dan gangguan
saluran pencernaan seperti buang air besar berdarah. Dari hasil pemeriksaan fisik biasanya
Page 23

ditemukan ruam berupa purpura tersebar simetris pada permukaan ekstensor tungkai bawah,
lengan, dan bokong, arthritis, atau artralgia sendi besar.
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus sesuai
dengan gejala dan pemeriksaan yang ditemukan. Pada anamnesis dikatakan terdapat bengkak
pada kelopak mata serta tungkai, buang air kecil berwarna merah, serta nyeri pinggang kanan.
Selain itu pasien pasca infeksi saluran napas atas kira-kira satu bulan yang lalu yang biasanya
menjadi penyebab adalah kuman streptokokus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
meningkat, bengkak pada kelopak dan kedua tungkai, ditemukan juga asites dengan shifting
dullness positif. Dan pada pemeriksaan penunjang ditemukan anemia akibat dilusi dan retensi
cairan, peningkatan kadar ASTO yang merupakan tanda pasca infeksi streptokokus, proteinuria
dan eritrosituria akibat endapan antigen antibody sehingga menyebabkan reaksi imunitas yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus sehingga protein dan
eritrosit dapat melewati glomerulus dan ditemukan proteinuria dan eritrosituria pada urinalisis,
dan ditemukan juga keadaan hipoalbumin karena banyak protein yang keluar melalui urin.
Untuk Penatalaksanaanya pasien diberikan :
Non medikamentosa:
Total Tirah baring : Dianjurkan istirahat mutlak selama 1-2 hari untuk memberi
kesempatan pada kondisi badan yang lemah untuk membaik.
Diet rendah protein dan rendah garam untuk mengurangi edema
Diet 1500 kalori
Medikamentosa :
IFVD KaEN 1B 500 ml/24 jam : mengandung Na 38,5 mEq, Cl 38,5 mEq, dan glucose
37,5 gram. Untuk menggantikan cairan dan elektrolit pada kondisi seperti dehidrasi pada
pasien yang kekurangan karbohidrat. Dengan dosis anak > 3 tahun atau BB > 15 Kg 50
-100 ml/jam
Ceftriaxone 1x2 gr IV : ceftriakson merupakan antimikroba golongan sefalosporin
generasi III. Sefalosporin merupakan golongan Betalaktam, mekanisme kerja antibiotic
ini ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dosis = 50 100
mg/kgBB/hari
Furosemid 3x20 mg PO : merupakan diuretik kuat dengan tempat kerja pada ansa henle
dengan cara kerja penghambatan kotranspor natrium dan kalium. Dosis 2x1 10-40 mg.

Page 24

Nifedipin 2x5 mg PO: suatu antagonis kanal kalsium bloker mengahmbat influks kalsium
pada sel otot polos pembuluh darah.
Captopril 2x6,25 mg PO : suatu obat antihipertensi golongan ACE inhibitors dengan
dosis 25 100 mg 2-3 kali pemberian
Allupurinol 3x100 mg PO : suatu obat untuk menurunkan kadar asam urat darah. Dosis
untuk 6-10 tahun 300 mg/hari
Ibuprofen 3x200 mg PO : suatu NSAID derivat asam propionat sebagai antiinflamasi dan

antipiretik.

Page 25

Anda mungkin juga menyukai