Anda di halaman 1dari 5

Korosi Galvanik

2.1.
Definisi
korosi
Korosi merupakan proses kerusakan suatu material karena pengaruh lingkungan yang korosif.
Lingkungan yang korosif merupakan bagian dari alam. Korosi tidak bisa dicegah keberadaannya,
akan tetapi korosi dapat dikendalikan keberadaannya sehingga kita dapat menunda datangnya
korosi yang membuat material jadi tahan lebih lama terhadap korosi (1).
Material secara umum digunakan dalam berbagai keperluan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan upaya meningkatkan taraf hidupnya. Hal ini merupakan suatu keadaan
yang tidak bisa dibantah, dan oleh karena itu teknologi material telah berkembang pesat di dunia
ini dan Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang harus turut serta dalam
penggunaan teknologi material ini secara optimal dan juga mengembangkan teknologi material
secara aktif. Tanpa mengusai teknologi material, maka kelangsungan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan akan peralatan akan sia-sia saja, dan Indonesia bila tidak cepat tanggap
akan selalu tertinggal dari negara-negara lain yang telah mengembangkan industrinya
berbasiskan
pada
pengetahuan
mengenai
material
yang
telah
dimilikinya.
Korosi merupakan suatu perusakan atau degradasi material yang terjadi secara alamiah. Material
diambil dari bumi dan akan kembali secara alamiah pula dengan proses korosi (1). Dalam
perjalanan penggunaan material khususnya logam berbagai masalah akan dapat timbul yang
disebabkan
antara
lain
oleh
:
1.
Pemilihan
material
yang
salah
2. Kondisi operasi yang tidak sesuai dengan desain kondisi operasinya
3.
Perawatan
yang
kurang
baik
4.
Proses
manufaktur
yang
kurang
baik
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah,
korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan
korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective
leaching,
dan
korosi
erosi.
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh
karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang
relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan
material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam
bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain
berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam
lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam
yang
memiliki
potensial
lebih
tinggi
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya
lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif
dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga
terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah
sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya

sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme
terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah,
sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam
celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam
yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah
menjadi
anoda
sehingga
terbentuk
celah
yang
terkorosi.
Korosi retak tegang, korosi retak fatik dan korosi akibat pengaruh hidogen adalah bentuk korosi
dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti :
baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan
amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang
dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya
difusi
hidrogen
kedalam
kisi
paduan.
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya
reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat
austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 815 oC karbida krom (Cr23C6)
akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan
tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu
unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme
terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur.
Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan
tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi menyebabkan terjadinya
korosi erosi, seperti yang terjadi pada pipa baja yang digunakan untuk mengalirkan uap yang
mengandung
air.
2.2
Korosi
galvanik
Korosi galvanik disebut juga sebagai korosi logam tak sejenis atau korosi dwilogam. Korosi ini
terjadi jika 2 buah logam atau logam paduan yang berbeda dalam suatu lingkungan yang sama
dan saling berhubungan. Hal ini terjadi karena dihasilkan suatu beda potensial diantara logam
tesebut.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat elektroda (katoda dan
anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda adalah logam yang
sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada
anoda akan terjadi reaksi oksidasi atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi logam atau tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik.
Deret galvanik adalah suatu daftar harga-harga potensial korosi untuk berbagai logam paduan
yang berguna dalam kehidupan. Selain itu deret galvanik juga mencantumkan harga-harga
potensial
korosi
untuk
logam-logam
murni.
Suatu ringkasan dari deret galvanik untuk lingkungan air laut dapat dilihat pada Tabel 1 Untuk

meminimumkan terjadinya korosi galvanik salah satunya adalah dengan pemilihan pasangan
logam dengan perbedaan potensial yang sangat kecil. Deret galvanik hanya memberikan
informasi tentang kecenderungan terjadinya korosi galvanik pada pasangan dua logam atau
logam
paduan.
Jenis korosi ini dapat diketahui dengan baik karena adanya dua logam yang kontak secara
elektrik dan tercelup dalam larutan air membentuk sel elektrokimia. Dimana salah satu logam
yang relatip kurang mulia akan mengalami korosi dan logam yang lebih mulia tidak akan terjadi
korosi. Dasar timbulnya mekanisme reaksi korosi jenis ini karena adanya perbedaan potensial
sistem logam dimedia larutan berair yang lebih dikenal dengan deret tegangan logam Sebagai
contoh atap seng gelombang yang mengalami korosi pada lapisan sengnya terlebih dahulu,
logam baja tidak akan terkorosi selama masih ada lapisan seng dan secara elektrik masih
terinteraksi.
2
.3
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Korosi
Galvanik
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap korosi galvanik yaitu diantaranya:
1.
Lingkungan
2.
Jarak
3.
Luas
Penampang
2.3.1
Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari lingkungannya. Pada umumnya
logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai
anoda. Biasanya baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan
maka
Zn
akan
terkorosi
sedangkan
baja
akan
terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan temperature 180 oF, terjadi
hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini
produk korosi pada Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut
Haney, Zn menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion
penghalang
seperti
nitrat,
bikarbonat
atau
karbonat
dalam
air.
Berdasarkan tabel diatas dan menurut penelitian dibeberapa macam kondisi lingkungan, dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
:
1.
Zn
bersifat
anodik
terhadap
baja
pada
semua
kondisi
2.
Al
sifatnya
bervariasi
3.
Sn
selalu
bersifat
sebagai
katodik
4.
Ni
selalu
bersifat
sebagai
katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada elektrolit
yang
memindahkan
arus
dintara
anoda
dan
katoda.
Tabel 3 Perubahan
lingkungan
Uncoupled
Environment

berat

baja

Zinc

dan

Zn

dalam

Steel

gram

untuk

Zinc

berbagai

kondisi
1
Coupled
Steel

0,05
0,05
0,05
0,05

M
M
M
M

MgSO4
Na2SO4
NaCl
NaCl

0,00
-

0,17
0,15
0,06

0,04
0,04
0,15
-0,10

0,05
0,48
0,44
0,13

+
+
+
+

0,02
0,01
0,01
0,02

2.3.2
Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua logam. Laju korosi
berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh
jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya
serangan
korosi
lokal
pada
daerah
dekat
pertemuan
logam.
2.3.3
Luas
Penampang
Yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas penampang katodik jauh lebih
besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda mengakibatkan laju korosi
makin cepat pula.. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang anodik dan katodik.
Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan yang besar dipasang
pada bagian utama pabrik yang mengalami program ekspansi. Tangki-tangki yang pertama
digunakan adalah terbuat dari baja karbon dan permukaan dalamnya dilapisi atau dilindungi oleh
cat phenolik. Tangki-tangki ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa tahun. Akan tetapi
lama kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian bawahnya dilengkapi dengan stainless steel yang
melindungi baja karbon (stainless steel-clad carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan
mengurangi biaya perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan diseluruh
permukaan-permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang dilapisi stainless
steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik. Namun setelah
beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di dinding tangki yaitu di atas
penyambung
logam/las-lasnya.
2.4
Cara
Pengendalian
Korosi
Terdapat beberapa cara pengendalian yang umum dilakukan untuk mengendalikan korosi
galvanik.,
yaitu
antara
lain
:
1. Pemilihan material yang tepat. Pemilihan material dengan perbedaan potensial dari kedua
material
agar
sekecil
mungkin
2. Menghindarkan penggunaan 2 jenis logam yang saling berhubungan dalam suatu kontruksi.
3. Melakukan penggunaan lapis lindung. Jika harus menggunakan lapis lindung maka gunakan
lapis
lindung
pada
katoda.
4. Menghindari kombinasi luas penampang material dengan anoda kecil sedangkan luas
penampang
katoda
besar.
5.
Menambahkan
inhibitor
untuk
mengurangi
keagresifan
lingkungan.
6. Merancang dengan baik agar dapat mengganti bagian-bagian anoda yang rusak dengan
menggunakan bahan-bahan yang siap pakai atau buatlah anodik yang lebih tebal agar lebih tahan
lama.

2.5
Kerugian
Akibat
Korosi
Ditinjau dari segi kerugian akibat korosi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu kerugian dari
segi biaya korosi itu sangat tinggi atau mahal, kerugain dari segi pemborosan sumber daya
mineral yang sangat tinggi dan kerugian dari segi keselamatan jiwa manusia juga sangat
membahayakan.
1.
Kerugian
Ekonomi
Akibat
Korosi
Menurut sumber dari biro Klasifikasi indonesia pada tahun 1997 mengatakan bahwa pada
umumnya biaya pengendalian korosi di Indonesia berkisar antara 2 hingga 3,5 % dari GNP
( Growth National Produk ). Biaya pengendalian korosi adalah semua biaya yang timbul untuk
menanggulangi korosi mulai dari desain sampai dengan proses pemeliharaan.
2.
Pemborosan
Sumber
Daya
Alam
Pada dasarnya proses korosi dapat juga didefinisikan sebagai proses kembalinya logam teknis ke
bentuk asalnya di alam. Bentuk asalnya logam di alam adalah senyawa-senyawa mineral yang
abadi di perut bumi. Pada umumnya senyawa-senyawa mineral logam tersebut merupakan ikatan
kimia antara unsur logam dengan unsur logam dengan unsur halogen misalnya oksigen dan
belerang. Dengan adanya proses korosi pada struktur bangunan di tempat-tempat yang tersebar
di seluruh dunia, mengakibatkan sumber daya mineral yang semula berbentuk logam teknis telah
berubah menjadi produk korosi yang tersebar tanpa bisa didaur ulang untuk dijadikan logam
teknis
kembali.
3.
Korosi
Dapat
Membahayakan
Jiwa
Manusia
Korosi dapat menimbulkan kecelakaan yang menelan puluhan korban bahkan ratusan korban
jiwa atau mencederai manusia disebabkan karena kegagalan dari konstruksi bangunan akibat
korosi. Di dunia pelayaran, korban manusia yang meninggal akibat kapal tenggalam jumlahnya
sudah
sangat
banyak.
4.
Estetika
Menurun
Korosi dapat menurunkan nilai estetika suatu material. Hal ini karena korosi dapat merusak
lapisan permukaan material.

Anda mungkin juga menyukai