Anda di halaman 1dari 10

ACARA VII

TITRASI PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS PENENTUAN


KESADAHAN AIR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2.
b. Menentukan kesadahan total dalam sampel air.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 4 November 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Reaksi pembentukan sebuah kompleks disebut sebagai reaksi asam basa
Lewis. Ingatlah bahwa asam lewis adalah penerima elektron, dan basa lewis adalah
penyumbang elektron. Beberapa kompleks mengalami penggantian secara cepat sekali,
dan kompleksnya disebut labil. Hanya sedikit ion logam seperti tembaga, kobalt, nikel,
kadmium dan air raksa (II) yang membentuk kopleks kompleks yang stabil dengan
ligan nitrogen seperti amonia dan trien. Asam poliminokarboksilat seperti EDTA, dan
berbagai senyawa relevan yang membentuk kompleks kompleks yang stabil, larut
dalam air membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam dan oleh sebab itu dapat
dipergunakan sebagai titran untuk logam logam. Titrasi yang melibatkannya disebut
titrasi komplekdometrik (Underwood, 2002: 193).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkanpembentukan persnyewaan
kompleks ( ion kompleks yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi reaksi
pembentukan kompeks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak. Tidak hanya dalam titrasi, karena itu perlu pengertian yang
cukup luas tentang kompleks (Khopkar, 2008 : 131).
Asam diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan sutu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat
gugus karboksilnya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom

koordinasi

permolekul

misalnya

1,2-diaminoetanatetraasetat
71

(asametildiaminatetrasasetat ; EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang


dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rivai, 2006 : 79).
Pengukuran kadar kesadahan dilakukan dengan menggunakan metode EDTA.
Dalam penelitian ini menggunakan media filter zeolit dan arang aktif karena sifat dari
masingmassing media dapat menurunkan kadar kesadahan air. Zeolit mempunyai sifat
sebagai ion exchange, dengan mengalirkan air sampel pada filter zeeolit akan
melepaskan natrium dan digantikan dengan mengikat Ca dan Mg. Arang aktif
mempunyai kemampuan menyerap ion Ca dan Mg yang menyebabkan kesadahan pada
air (Ristiana, 2009).
Air sumur artetis banyak yang yang bersifat sadah, salah satu cara untuk
menurunkan adalah filtrasi dengan karbon aktif. Penelitian ini akan menganalisis
penurunan kesadahan CaCO3. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama
kontak karbon aktif dalam menurunkan kesadahan CaCO3 air sumur artetis. Jenis
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan
rancangan Randomized pretes-postes control group design. Penurunan kesadahan
tertinggi terjadi pada lama kontak 40 menit yaitu rata-rata sebesar 91% (Nurulita, 2010).
Penentuan kesadahan total dilakukan terhadap larutan perendaman mortar (air
laut dan akuades) menggunakan metoda kompleksometri dengan larutan standar EDTA.
Pertama dipipet 25 mL larutan uji (larutan rendaman mortar) uji secara duplo, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan akuades sampai
volume 100 mL. Dilakukan titrasi dengan larutan standar EDTA 0,02 M secara perlahan
sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru (Refnita, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Buret 25 ml
b. Corong kaca
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas arloji
e. Gelas kimia 100 ml
f. Gelas kimia 250 ml
g. Gelas kimia 600 ml
h. Gelas ukur 50 ml
i. Gelas ukur 100 ml
j. Klem
k. Krus
l. Labu takar 500 ml
m. Pipet tetes
n. Pipet volume 1 ml
o. Pipet volume 5 ml
72

p.
q.
r.
s.

Rubber bulb
Spatula
Statif
Timbangan analitik

2. Bahan-bahan Prak0tikum
a. Air kran (H2O(aq))
b. Aquades (H2O(l))
c. Bubuk Na-EDTA
d. Larutan buffer (NH4OH- NH4Cl)
e. Larutan HCl : H2O (1:1)
f. Larutan indikator EBT
g. Padatan CaCO3
h. Padatan MgCl2.6H2O
D. SKEMA KERJA
1. Standarisasi Larutan Na-EDTA
2 gr Na-EDTA
+ 0,5 gr MgCl2.6H2O
Dilarutkan dalam air
Diencerkan hingga 500 mL dalam labu takar
Larutan Na-EDTA
0,4 gr CaCO3 (yang telah dikeringkan dalam oven (110C)
Dimasukkan dalam gelas kimia
+ larutan aquades:HCl (1:1) hingga jenuh
Diencerkan hingga 500 mL
Larutan CaCl2

Diambil 50 mL
Dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL
+ 5 mL buffer (NH4OH- NH4Cl)
+ 1 mL indikator Enrichrome Black T (EBT)
Dititrasi dengan larutan Na-EDTA hingga warnanya menjadi
biru

Hasil
2. Penentuan Kesadahan Total Air
50 ml air sampel
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
+ 5 mL buffer (NH4OH- NH4Cl)
+ 1 mL indikator EBT
73

Hasil
Dititrasi dengan larutan Na-EDTA
Diulangi sampai tiga kali, hingga warna menjadi biru
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Perubahan Fisik yang Terjadi
Perlakuan

Hasil Pengamatan
- Larutan berwarna putih keruh

1. Standarisasi Larutan Na-EDTA


- 2 gram Na-EDTA + 0,5 gram
MgCl2.6H2O dilarutkan,
-

diencerkan hingga 500 ml


0,4 gram CaCO3 kering
ditambahakan aquades : HCl

(1:1) diencerkan hingga 500ml


50 ml larutan CaCl2 ditambah 5
ml buffer NH4Cl.NH4OH

+ 1 ml indikator EBT
Dititrasi dengan larutan NaEDTA

- Larutan berwarna putih keruh + letupan


dan buih

- Warna awal larutan buffer = bening,


setelah dicampurkaan larutan CaCl2
menjadi bening keruh.
- Larutan menjadi berwarna ungu
- Setelah dititrasi, larutan menjadi
berwarna biru.

2. Penentuan Kesadahan Total Air


- 50 mL sampel air kran + 5 mL
-

buffer NH4Cl-NH4OH
+ 1 ml indikator EBT

Dititrasi dengan Na-EDTA

- Larutan menjadi berwarna bening


- Warna awal indikator EBT = merah,
setelah ditambahkan pada larutan,
larutan berwarna ungu bening.
- Setelah dititrasi, larutan berwarna biru.

2. Tabel Volume Titrasi


No.
1.

Percobaan
Standarisasi larutan Na-EDTA

Hasil Pengamatan
V = 13,9 ml
74

2.

Penentuan Kesadahan Total Air

V = 4,7 ml
V = 5,2 ml
V = 5,2 ml

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. Reaksi pembuatan CaCl2
CaCO3(s) + 2HCl(aq)

CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

b. Standarisasi larutan Na-EDTA


Ca2+ + EBT Ca2+-EBT (merah anggur)
Ca2+-EBT + EDTA Ca2+-EDTA + EBT (biru)
CaIn- (merah anggur) + H2Y2- CaY2- (tak berwarna) + HIn2- (biru) + H+
Mg2+ + H2Y2Ca2+ + H2Y2-

MgY2- + 2H+
CaY2- + 2H+

MgIn- + H2Y2-

MgY2- + HIn2- (biru) + H+

2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan Na-EDTA
Diketahui : gr CaCO3
= 4 gr
= 4 x 103 mg
Mr CaCO3
= 100 gr/mol
Mr CaCl2
= 111 gr/mol
Valensi CaCO3
=2
Volume EDTA
= 13,9 ml
Ditanya : N Na-EDTA = ...?
Penyelesaian:
ek CaCO3

= ek CaCl2
=

75

gram CaCl2

= 0,008 x 55,5
= 0,444 gram

ek EDTA

ek CaCl2

N EDTA x V EDTA =

N EDTA x V EDTA =

N EDTA

=
N EDTA

= 0,00057 N
= 5,7

10-4 N

b. Penentuan Kesadahan Total Air


Diketahui: V EDTA1 = 4,7 mL
= 4,7
V EDTA2

= 5,2 mL
= 5,2

V EDTA3

Ditanya :
Kadar CaCO3

10-3 L

= 50 mL
= 50

N EDTA

10-3 L

= 5,2 mL
= 5,2

V sampel

10-3 L

10-3 L

= 0,00057 N

Penyelesaian:

76

Vtotal

=
=
=
10-3 L

= 5,03
Kadar CaCO3

=
=
=

= 129

10-4 gram/L

G. PEMBAHASAN
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam
bikarbonat dan sulfat. Metode paling sedrhana untuk menentukan kesadahan air adalah
dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air
sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara
yang lebih kompleks dengan titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm
berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri juga
dikenal sebagai reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan. Selain titrasi kompleks, dikenal pula
77

kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti menyangkut


penggunaan EDTA. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan (Khopkar,
2002).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam
larutan agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bilas beberapa ion
logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan
jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk standarisasi larutan Na-EDTA dengan
CaCl2 dan menentukan kesadahan total dalam sampel air. Terdapat dua percobaan yang
dilakukan pada praktikum ini.
Percobaan pertama, standarisasi larutan Na-EDTA. Pertama padatan Na-EDTA
ditambahkan MgCl2.6H2O, dilarutkan dan diencerkan. Ion Mg dapat memberikan warna
merah ke biru yang berasal dari pengikatan Mg oleh EDTA pada larutan. Selanjutnya,
padatan CaCO3 yang telah dikeringkan ditambahkan larutan aquades : HCl (1 : 1) dan
diencerkan, didapatkan larutan CaCl2 berwarna putih keruh. Proses pengeringan padatan
CaCO3 bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang ada dalam padatan CaCO 3
sehingga didapatkan padatan yang lebih murni. Kemudian, larutan CaCl 2 ditambahkan
dengan larutan buffer NH4OH-NH4Cl, didapatkan warna larutan menjadi bening keruh.
Penambahan larutan buffer bertujuan untuk menjaga kondisi pH larutan agar tetap
konstan, karena larutan Na2EDTA dalam air memberikan reaksi asam. Selanjutnya
larutan ditambahkan dengan indikator EBT yang membuat warna larutan menjadi ungu.
Penambahan indikator EBT dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion loga.
Indikator EBT sangat peka terhadap perubahan kadar pH dan logam dalam larutan.
Indikator EBT dapat memberikan perubahan warna yang kontras sehingga mudah
diamati dan dapat mengetahui titik akhir dari titrasi. Kemudian, larutan dititrasi dengan
larutan Na-EDTA. Setelah dititrasi larutan menjadi berwarna biru. Perubahan warna
terjadi disebabkan : EDTA mengompleks dengan ion kalsium membentuk senyawa
kompleks ungu. Kemudian EDTA + kompleks dengan kalsium + indikator menjadi
lepas dan ditandai dengan perubahan warna menjadi biru. Volume titrasi yang
digunakan sebesar 13,9 ml. Dari hasil tersebut didapat massa CaCl 2 sebesar 0,444 gram
dan N EDTA sebesar 5,7 x 10-4 N.
Percobaan kedua, penetapan kesadahan total air. Digunakan air kran sebagai
sampel. Selanjutnya larutan ditambahkan larutan buffer NH4OH-NH4Cl, didapatkan
78

warna larutan menjadi bening. Sama seperti pada percobaan pertama, penambahan
larutan buffer ditujukan agar pH larutan tetap konstan. Kemudian larutan ditambahkan
dengan larutan indikator EBT, larutan berubah menjadi ungu bening. Penambahan
indikator EBT ini berguna untuk mengidentifikasi adanya logam dalam larutan sampel.
Kemudian, larutan dititrasi dengan larutan Na-EDTA. Setelah dititrasi larutan menjadi
biru. Pada larutan sampel mengandung ion Ca2+ yang akan bereaksi terlebih dahulu dan
diikuti dengan ion Mg2+, sehingga pada titik akhir titrasi larutan berubah menjadi biru.
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali dan didapat volume titrasi berturut-turut 4,7
ml ; 5,2 ml ; 5,2 ml. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar CaCO 3 sebanyak
129 x 10-4 gram/L.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Larutan Na-EDTA dapat distandarisasi dengan larutan CaCl2 dengan volume
2.

titrasi sebesar 13,9 ml dan didapat N EDTA sebanyak 5,7 x 10-4.


Dalam menentukan kesadahan total sampel air dilakukan dengan titrasi
pembentukan senyawa kompleks. Kadar CaCO3 yang didapat dalam larutan
sebesar 129 x 10-4 gram/L.

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Nurullita, Ulfa, dkk. 2010. Pengaruh Lama Kontak Karbon Aktif sebagai Media Filter
terhadap Presentase Penurunan Kesadahan CaCO3 Air Sumur Artetis.
Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.
Refnita, Gifyul, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) terhadap
Kuat Tekan Mortar Semen tipe PCC serta Analisis Air Laut yang digunakan
untuk Perendaman. Sumatra Barat : Universitas Andalas.
79

Ristiana, Nana, dkk. 2009. Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit dengan Arang Aktif
dalam menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rivai, Harizal. 2006. Asas Pemeriksaan Kuantitatif. Jakarta : UI Press.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

80

Anda mungkin juga menyukai