Pengarahan Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Pada Acara Rapat Koordinasi Pelaksanaan Pengelolaan Dan Pengembangan Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (PPKE-BM) - 14-16 Mar 2013
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan10 halaman
Pengarahan Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Pada Acara Rapat Koordinasi Pelaksanaan Pengelolaan Dan Pengembangan Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (PPKE-BM) - 14-16 Mar 2013
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PENGARAHAN
DIREKTUR JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH
PADA ACARA
RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA
BERBASIS MASYARAKAT (PPKE-BM)
Jakarta, 14-16 Maret 2013
—
Yth. Sadr. Direktur Otonomi Daerah, BAPPENAS;
Yth. Sdr. Direktur Pengembangan Minat Khusus,
Konvensi, Insentif dan Even, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Yth. Para Peserta Rakor yang berbahagia;Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga pada hari ini kita dapat bertemu
pada Rapat Koordinasi Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pengembangan Kawasan Ekowisata_Berbasis
Masyarakat (PPKE-BM) Tahun 2013 ini dalam keadaan
sehat wal'afiat
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan
selamat datang serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada Saudara-Saudara para peserta daerah,
atas kesediaannya hadir memenuhi undangan kami
untuk bersama-sama memberikan perhatian terhadap
pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan ekowisata
di daerah:
Saudara-Saudara Sekalian yang saya hormati,
Kebijakan Otonomi Daerah sebagai pilihan politis
Pemerintah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, mengandung makna bahwa Pemerintah
Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
2‘setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat, potensi dan kekhasan daerah. Dalam hal ini
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan nasional berupa,
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang semakin baik, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi,
keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Melalui desentralisasi dan otonomi daerah,
diharapkan koordinasi kebijakan pembangunan secara
horizontal maupun vertikal dapat berjalan lebih baik.
Untuk itu, penetapan kewenangan urusan dan tugas
yang rinci, dapat memberikan kemudahan koordinasi
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah,
khususnya di dalam perencanan dan pendanaan.
Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah adalah urusan wajib yang terkait dengan
pelayanan dasar masyarakat dan merupakan tuntutanstandar pelayanan minimal. Sedangkan urusan pilihan
terkait dengan upaya penciptaan daya saing daerah
dalam pengembangan potensi unggulan untuk
meningkatkan perekonomian daerah.
Salah satu urusan pilihan yang perlu mendapat
pethatian dan dukungan pemerintah serta dapat menjadi
daya ungkit dalam peningkatan perekonomian daerah
adalah penanganan ekowisata. Dukungan yang
diberikan pemerintah sifatnya stimulan, sehingga
prakarsa pengembangan potensi ekowisata tetap
menjadi urusan pemerintah daerah sesuai dengan
dokumen perencanaan pembangunan daerah yang
dijabarkan lebih lanjut ke dalam Renstra SKPD dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah.
Ekowisata merupakan suatu konsep wisata yang
mencerminkan wawasan lingkungan, mengikuti kaidah-
kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan, serta
merupakan bagian integral dari pariwisata dan tata ruang
yang mengutamakan upaya konservasi sumber daya
alam, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat. Sebagai bagian integral dariPengembangan Pariwisata, maka pengembangan
ekowisata juga harus mengacu pada dokumen Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA).
Sedangkan untuk memberikan arahan dan kepastian
terhadap peruntukan pemanfaatan ruangnya, perlu di
dukung dan diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten
Saudara-Saudara Sekalian yang saya hormati,
Meskipun ekowisata sebagai urusan__pilihan
daerah, namun dari aspek konservasi lingkungan, bisa
menjadi bagian dari bentuk implementasi urusan wajib
khususnya pengendalian lingkungan hidup daerah. Hal
ini sejalan dengan amanah Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang mengamanatkan bahwa
pemerintah berkewajiban mengembangkan dan
menerapkan perangkat, preventif, dan proaktif dalam
upaya pencegahan terhadap penurunan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Sehingga Ekowisata dapat dipandang
5sebagai salah satu bentuk dari perangkat preventif dan
proaktif dalam upaya pencegahan terhadap penurunan
daya dukung lingkungan tersebut.
Sejalan pula dengan amanat Undang-Undang 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah,
bahwa ruang terbuka hijau di perkotaan dipersyaratkan
minimal 30 persen dari luasan perkotaan. Sehingga,
peran pengembangan ekowisata daerah dapat dijadikan
sebagai salah satu bentuk dukungan percepatan
pencapaian terhadap ruang terbuka hijau. Sebagai
contoh, dari hasil kajian Pemerintah Daerah Kota Serang
Provinsi Banten, bahwa ruang terbuka hijau saat ini
mencapai 20,44 persen, termasuk didalamnya kawasan
ekowisata yang diusulkan
Saudara-Saudara sekalian yang berbahagia,
Sesuai dengan Permendagri Nomor 33 Tahun 2009
tentang pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah,
perlu kita cermati bersama bahwa ada beberapa unsur
yang harus diperhatikan dalam —_ pengembangan
ekowisata yaitu: unsur pendidikan, pemahaman dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumber
6daya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat
lokal dengan melibatkan banyak pihak dan tentunya
membutuhkan koordinasi yang baik antar sektor.
Kegiatan ekowisata sangat potensial untuk
mendorong masyarakat mendukung dan
mengembangkan kegiatan konservasi. Pembangunan
ekowisata diharapkan dapat memberikan dampak positif
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asi
setempat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan jati diri
dan rasa bangga antar penduduk setempat yang
dilaksanakan melalui pembangunan daerah dengan pola
pendekatan pelibatan masyarakat, adopsi ke arifan lokal
dan pengembangan potensi wisata alam sesuai dengan
ke khasan daerah.
Pembangunan ekowisata berbasis masyarakat
adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung
dan memungkinkan keterlibatan penuh masyarakat
setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan
yang diperolehnnya. Oleh karena itu, ekowisata berbasis
masyarakat diharapakan bisa bermanfaat bagipenciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat
dan tentunya dalam jangka panjang bisa turut serta
dalam mewujudkan kesejahteraan.
Pendekatan pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan
menjalankan usaha ekowisata sendiri. Akan tetapi
implementasi pengembangan ekowisata perlu dipandang
sebagai bagian dari pembangunan terpadu yang
dilakukan di suatu daerah. Untuk itu pelibatan para pihak
terkait mulai dari masyarakat, pemerintah, dunia usaha
dan organisasi non pemerintah diharapkan mampu
mempercepat upaya pengembangan potensi daerah
khususnya ekowisata. Pengembangan potensi ini perlu
didukung pula dengan peningkatan dan perluasan
jaringan pelaku usaha serta komitmen pemerintah
dearah baik melalui kebijakan dan pendanaan dalam
mendukung pengembangan keunggulan wisata alam
daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Saudara sekalian yang saya hormati
Melalui Rapat Koordinasi ini diharapkan
pemerintah daerah dapat memahami dengan baik
8terhadap kebijakan, acuan, prinsip, metode pelaksanaan
dan pertanggungjawaban kegiatan pengelolaan dana
Dekonsentrasi. dan Tugas Pembantuan Program
Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Ekowisata
Berbasis Masyarakat (PPKE-BM) TA. 2013. Hal ini
dimaksudkan agar, stimulan dana yang diberikan
pemerintah dalam upaya pengembangan ekowisata di
masing-masing daerah, terintegrasi dengan dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), Renstra SKPD terkait, dan RKPD tahunan:
Sehingga keberlanjutan pengembangan ekowisata
sudah teragendakan dan menjadi bagian
program/kegiatan rutin pemerintah daerah dalam upaya
pengembangan unggulan wisata alam daerah.
Sebagai tindak lanjut dari Rakor ini, diharapkan
kepada pemerintah daerah penerima program yaitu 8
(delapan) Provinsi dan 14 (empat belas) Kabupaten/Kota
agar bersama-sama:
1. Melaksanakan program dengan Penuh
Tanggungjawab, Disiplin dan sesuai dengan
Peraturan yang berlaku:+2, Melaporkan perkembangan pelaksanaan_ kegiatan
sesuai Pedoman Umum;
3. Selalu Berupaya Meningkatkan Kompetensi Diri;
4. Mensukseskan program —- Pengelolaan dan
Pengembangan Kawasan Ekowisata _Berbasis
Masyarakat (PPKE-BM)
Demikian beberapa hal yang dapat saya
sampaikan, seraya memohon bimbingan dan Ridho Allah
SWT, dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim,
maka Pertemuan Koordinasi sekaligus “Launching
Program Pengeloaan dan Pengembangan Kawasan
Ekowisata Berbasis Masyarakat (PPKE-BM)” ini dengan
resmi saya nyatakan dibuka
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
DIREKTUR JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH
DR. be MUH MARWAN, M.Si
Pembina Utama (IV/e)
NIP. 19551230.198103.1.001