Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Kata Pengantar
Ulkus adalah suatu lesi dimana terjadi perubahan pada lapisan epithelium sampai
lamina basalis, yang berbatas jelas dan berbentuk cekungan (Greenberg, 2003 & Regezi,
2008). Ulkus traumatikus pada gambaran histologi tampak epitel terkelupas dengan
korium di bawahnya yang terbuka dan permukaan yang ditutupi dengan selapis fibrin dan
polimononuklear limfosit. Infiltrasi sel radang kronis yang luas terlihat pada dasar ulkus.
Gambaran klinis berupa lesi yang soliter, ukurannya bervariasi, bulat, dan berbentuk
bulan sabit. Dasar lesi bewarna kekuningan, tepi berwarna merah, dan tidak ada indurasi
(Lee, 1989).
Setelah penyebabnya dihilangkan ulkus traumatikus sembuh dalam beberapa hari
(Birnbaum & Dunne, 2008). Trauma dapat menjadi salah satu penyebab dari ulkus pada
mulut baik fisik maupun kimia. Kerusakan yang berasal dari trauma fisik pada mukosa
dapat disebabkan antara lain oleh komponen pada gigi tiruan, pelat ortodonsia, dan
restorasi gigi (Regezi, 2008). Gejala seperti ini dapat menyebabkan seorang penderita
mengalami gangguan bicara, mengunyah, menelan, bahkan kelainan ini dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi tubuh bila terjadi dalam waktu yang lama dengan
frekuensi terjadi yang sering. Upaya mencegah dan mengobatinya tidak terlepas dari
perubahan perilaku pasien disamping kesehatan gigi dan mulut secara umum dan
penanggulangannya secara khusus (Setiani, 2005).
Radang atau Inflamasi merupakan suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh
tubuh untuk melawan agen asing yang masuk ke tubuh. Selain itu, inflamasi juga bisa
disebabkan oleh cedera jaringan, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya
(Guyton and Hall, 2007). Oleh sebab itu, dalam menghadapi serangan benda asing yang
dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem
pertahanan untuk melindungi dirinya, salah satunya dengan keluarnya sejumlah sel-sel
radang (Lawler, 1992) misalnya sel leukosit yang menempel ke sel endotel pembuluh
darah di daerah inflamasi kemudian bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke
rongga jaringan yang disebut extravasasi. Leukosit atau sel darah putih terdiri dari

beberapa jenis sel seperti neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit yang berinteraksi
satu sama lain dalam proses inflamasi (Effendi, 2003). Makrofag merupakan salah satu
sel radang yang berfungsi menelan dan menghancurkan semua benda atau agen infeksi
seperti menghancurkan bakteri dan sel-sel yang telah rusak (Guyton and hall, 1997).
Makrofag berasal dari sel-sel monosit (salah satu jenis sel leukosit) yang mempunyai
masa beredar yang singkat didalam darah kemudian mengembara melalui membranmembran kapiler untuk masuk ke dalam jaringan. Pada proses peradangan terdapat salah
satu gejala yang akan terjadi yaitu peningkatan sel darah putih, hal ini berarti juga terjadi
peningkatan makrofag sebagai pertahanan tubuh. Tetapi jika jumlah makrofag ini terlalu
tinggi maka akan menyebabkan kerusakan pada jaringan sehat disekitar keradangan,
sedangkan apabila terlalu rendah, maka tubuh tidak mampu melawan sumber infeksi.
Salah satu cara untuk menekan proses radang yaitu dengan menghambat kerja asam
arakhidonat melalui jalur lipooksigenase (Robbinson, 1995). Kerja asam arakhidonat
dapat dihambat oleh flavonoid sehingga sintesis prostaglandin E2, leukotrien dan
tromboksan terhambat (Sabir, 2007). Terhambatnya jalur tersebut juga menyebabkan
berkurangnya jumlah histamin, bradikinin, prostaglandin, prostasiklin, endoperoxidase
tromboksan dan asam hidroperoxida leukotrien (Sabir, 2003). Histamin yang terdapat
luas dalam jaringan dapat menyebabkan dilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas
venula dan pelebaran celah antar endotel. Peningkatan permeabilitas vaskuler berakibat
penimbunan cairan ekstravaskuler yang kaya protein dan membentuk eksudat serta
neutrofil keluar lewat celah antar endotel tersebut (Robbins dan Kumar, 1995) sehingga
berkurangnya jumlah ekstravasasi sel-sel leukosit radang yang berlebihan ke area yang
mengalami inflamasi.
Perawatan pada ulkus traumatikus yang dilakukan sampai saat ini masih bersifat
simptomatis dengan mengurangi rasa sakit yang ada, mengeliminasi faktor penyebab
terjadinya, dan mempercepat penyembuhan ulkus (Houston, 2009). Ulkus traumatikus
yang parah dapat diberikan perawatan topikal, misalnya topikal kortikosteroid (Regezi,
2008). Antibiotik dapat diberikan untuk menghindari infeksi yang berkelanjutan
(Houston, 2009).
Namun seiringnya, waktu penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan
lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis

berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Dibandingkan


dengan obat modern, memang obat tradisional memiliki beberapa kelebihan, salah
satunya adalah efek sampingnya relatif rendah. Namun hingga saat ini pemanfaatan
tanaman obat sebagai obat tradisional belum optimal (Katno dan Pramono, 2005).
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah rumput teki (Cyperus
Rotundus). Rumput teki (Cyperus Rotundus) tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit
terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir
jalan atau di lahan pertanian. Tanaman ini merupakan tanaman gulma yang susah
diberantas (Lawal dan Oladipupo, 2009). Tumbuhan ini banyak terdapat daerah
kalimantan tengah, dan tumbuh subur di tanah Gambut.
Rumput teki (Cyperus Rotundus) dipercaya memiliki banyak khasiat dan merupakan
tanaman serba guna, banyak digunakan dalam pengobatan tradisional tidak hanya di
indonesia namun sudah banyak digunakan di seluruh dunia. Terkhususnya pada
masyarakat kalimantan tengah yang telah menggunakan rumput teki (Cyperus Rotundus)
ini secara turun temurun untuk berbagai pengobatan termasuk dalam pengobatan sakit
gigi, gusi bengkak dan kelainan-kelainan dirongga mulut, dengan cara mengambil akar
dari tanaman tersebut kemudian merebusnya dan air rebusan tersebut dijadikan sebagai
obat kumur. Hal ini mengingat bahwa ekstrak akar rumput teki (Cyperus Rotundus)
isolated kalimantan tangah kaya akan kandungan Alkaloid, tanin, flavonoid, steroid,
triterpenoid dan saponin,
Penelitian pendahuluan telah dilakukan oleh Tri Nuryana1, dkk (2007) untuk
mengamati efek ekstrak akar rumput teki (Cyperus Rotundus) terhadap proses epitelisasi
dalam penyembuhan luka pada tikus wistar. Dari hasil peneltian tersebut dapat diketahui
bahwa konsentrasi gel ekstrak akar rumput teki begitu efektif dapat mempercepat proses
epitelisasi dalam penyembuhan luka pada tikus wistar, dengan konsentrasi adalah 1%, 2%
dan 4%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengamati pemberian ekstrak akar rumput teki
(Cyperus Rotundus) Isolated Kalimantan Tengah dengan konsentrasi 2%, 4% dan 8%
Sehingga melalui penjelasan tersebut, penulis ingin menguji secara laboratoris untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar rumput teki (Cyperus Rotundus) Isolated
Kalimantan Tengah terhadap peningkatan jumlah makrofag pada penyembuhan ulkus
traumatikus mukosa rongga mulut tikus wistar dengan konsentrasi 2 %, 4% dan 8 %.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah gel ekstrak akar rumput teki (Cyperus Rotundus) Isolated Kalimantan
Tengah dapat berperan terhadap jumlah makrofag pada proses penyembuhan ulkus
traumatikus rongga mulut tikus wistar?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Membuktikan bahwa gel ekstrak akar rumput teki (Cyperus Rotundus) Isolated
Kalimantan Tengah dapat berperan terhadap jumlah makrofag pada proses penyembuhan
ulkus traumatikus mukosa rongga mulut tikus wistar?
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisa jumlah makrofag akibat pemberian gel ekstrak akar rumput teki
(Cyeperus Rotundus) isolated Kalimantan Tengah pada proses penyembuhan luka ulkus
tramatikus rongga mulut tikus wistar.
2. Untuk menganalisa dan membuktikan konsentrasi efektif ekstrak akar rumput teki
(Cyperus Rotundus) terhadap meningkatkan jumlah makrofag pada penyembuhan ulkus
traumatikus rongga mulut wistar ke-4.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan ekstrak akar rumput teki
(Cyperus Rotundus) Isolated kalimantan Tengah di dunia kedokteran gigi khususnya
untuk meningkatkan jumlah makrofag pada penyembuhan ulkus traumatikus dirongga
mulut.
2. Memberikan informasi ilmiah bahwa ekstrak akar rumput teki (Cyperus rotundus)
Isolated Kalimantan Tengah dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif terapi ulser
traumatikus yang efektif, mudah digunakan, aman dan khususnya untuk mempercepat
proses penyembuhan luka pada mukosa rongga mulut

Anda mungkin juga menyukai