Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO

BISIKAN GAIB
Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan
kaca jendela. Alasannya ada bisikan bisikan gaib didekat telinganya yang
memerintahkannya melakukan tindakan tersebut. Sudah dua pekan ini pasien
mengalami insomnia dan menarik diri, kadang bicara sendiri yang bila ditegur marah
(irritable). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini satu tahun yang lalu, setelah
dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang, tapi tak mau berobat jalan dan
jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatri: kesadaran compos mentis, kontak psikik
tidak wajar, sikap kurang kooperatif; afek tumpul tidak serasi: fungsi kognitif seperti
atensi, konsentrasi, orientasi, dan memori tidak terganggu; terdapat waham kejar dan
halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit
dopamin pada urine. Dokter menduga pasien menderita Gangguan Skizofrenia
sebagai bentuk gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriorasi).
Akhirnya dokter memberikan injeksi neuroleptika yang akan dilanjutkan dengan
program psikoterapi, sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai
muslim pasien masih bisa melaksanakan ibadah mahdhoh.

Kata sulit
Atensi: memusatkan perhatian.
Afek tumpul : Penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang
tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh
yang sangat kosong.
Halusinasi auditorik : merasa mendengar suara-suara tertentu.
Waham kejar : suatu delusi yang menandai seseorang yang mengira
bahwa dirinya adalah korban dari usaha melukai atau mendorong agar dia
gagal dalam tindakannya.
Neuroleptika : obat-obat yang menurunkan fungsi psikis.
Skizofrenia : gangguan jiwa yang diderita seseorang akibat cacat otak
sehingga tidak membedakan realita dan tanggapan emosi yang lemah.

Pertanyaan
1. Apa penyebab pasien mengalami skizofrenia ?
2. Apa saja pemeriksaan untuk pasien skizofrenia ?
3. Apa hubungan pemberian dopamin, urine dengan kondisi pasien ?
4. Apakah sebagai muslim pasien masih bisa melakukan ibadah mahdah?
5. Apakah fungsi pemberian injeksi neuroleptika?
6. Mengapa pasien mengalami halusinasi auditorik ?
7. Apakah hubungan riwayat penyakit tahun lalu ?
8. Apa saja jenis waham selain waham kejar ?
9. Apakah penyakit pasien bisa disembuhkan ?
Jawaban
1. Penyebab pasien mengalami skizofrenia : faktor genetik, kerusakan otak,
stress psikososial.
2. Anamnesis psikiatri, pemeriksaan urin untuk mencari dopamin.
3. Ketidak terpakainya dopamin oleh tubuh
4. Sudah tidak wajib karena syarat ibadah mahdah adalah berakal
5. Untuk memperbaiki fungsi transmisi dari neurotransmiter.
6. Karena yang terganggu adalah sistem limbiknya.
7. Karena pasien malas untuk menjalankan pengobatan.
8. Waham somatik,waham kejar, waham kebesaran, paranoid, hebifrenik.
9. Bisa apabila pengobatan terkontrol.

Hipotesis
Skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor genetik, psikososial dan kerusakan otak.
Dengan manifestasi insomnia, halusinasi auditorik dan waham kejar, untuk dapat
menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan anamnesis dengan melihat
riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang, pemeriksaan fisik berupa
afek tumpul, kognitif dan mengetahui ada tidaknya gangguan waham atau
halusinasi, pada pemeriksaan penunjang ditemukannya peningkatan dopamin.
Sehingga dapat diobati melalui injeksi neuroliptik, program psikoterapi dan fungsi
sosial terapi. Pada pasien skizofrenia tidak diwajibkan menjalankan ibadah mahdah
karena tidak memenuhi syarat wajib ibadah mahdah yaitu berakal.

Learning Objectives
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi dan Simtomatologi
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia
2.1 Etiologi
2.2 Klasifikasi Skizofrenia
2.3 Patofisiologi
2.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.5 Prognosis
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Skizofrenia
3.1 Medikamentosa dan Non Medikamentosa
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Psikopatologi dan Simtopatologi


Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala.
Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala gejala
gangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit),
mempelajari gejala gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau
mengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah
untuk mengidentifikasi sebab sebab dari gangguan tersebut (etiologi).
Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk
menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu
gejala hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk
menemukan sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan
mempelajari gejala gejalanya. Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan,
sedang sebab adanya dibalik atau di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan
mudah dikenali melalui gejala-gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab
sebabnya harus dilakukan melalui studi yang mendalam tentang gejala gejalanya.
Dalam pandangan psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai
arti yang dapat menjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si penderita.
Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara
keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang
terganggu hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi
sebenarnya gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian. Hanya
yang lebih dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek pikirannya.
Disamping itu, gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misal takut yang
irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita
katatonik).
Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil
interaksi antar unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala
selalu menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses
penyembuhan yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau
dokter tersebut memberikan treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan
adalah melakukan pemeriksaan.
Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan
jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal hal berikut ini :
1. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai
dasar pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya
(indikasi pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran
prognosisnya (ramalan hasil atau akibat suatu penyakit yang diderita
seseorang).
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan
riwwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar
dalam pengobatan yang cocok baginya.
Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam
bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti
luas. Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu
sendiri, seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi, dan
5

jalan pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya


persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguan kejiwaan juga
mencakup tentang gangguan gangguan dalam aspek tersebut.
Untuk memperoleh data tentang gejala gejala dalam banyak hal tersebut, caranya
dapat dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes tes
psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui
wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi
umum dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan
diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujud tulisan, dan
sebagainya). Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak
kooperatif atau tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab
tidak kooperatif atau tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang
penting dalam pemeriksaan. Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan
penderita gangguan jiwa adalah untuk menemukan gejala gejala yang ada pada
penderita tersebut, pembuatan diagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang
dialami, pilihan pengobatan dan sebagainya.

Gejala gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,
yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan
makna dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang ulang atau pada
saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan
sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi
tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa
gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan
kemudian, dan sebagainya.

Beberapa contoh simptomatologi pada beberapa gangguan jiwa:


1) Gangguan Kesadaran/conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
a. Gangguan kesadaran kuantitatif
Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap
sekelilingnya, apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.
Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,
orientasi, dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya
sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata
sebentar kemudian tidur lagi.
Apati, kesadarannyabaik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi
memerlukan intensitas yang tinggi.
Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadap
rangsang dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi
terhadap rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna
kelihatan lebih jelas atau terang.
b. Gangguan kesadaran kualitatif
Stupor, kesadaran yang menyempit.
Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan
halusinasi lihat dan dengar.
6

Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya gangguangangguan asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan ketidaktahuan
apa yang harus diperbuat, tercengang dan penuh pertanyaan.
Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti
disorientasi diri, tempat, waktu, dan situasi.
Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan
halusinasi, sering disertai dengan cemas dan takut.
Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya, diikuti
dengan amnesia sebagian.
Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun, tidak
meninggi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan
terhadap dunia luardan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf
tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Gangguan Perhatian
Jenis-jenis gangguan perhatian:
a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya,
perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti.
Biasanya ditemukan pada pasien ADHD.
b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun dalam
waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang
pentingnya situasi itu.
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan sulit
mengenali.
d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan,
sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien
paranoid dan cemas.
3) Gangguan Emosi
Jenis-jenis gangguan emosi:
a. Afek
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya
perbedaan antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang
minumbulkannya.
- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum, afek/emosinya
datar, tumpul, atau dingin.
- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.
- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
b. Mood
- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.
- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.
- Elevated
- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan sedang,
mudah melambung.
- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham
kebesaran.
- Euthymia, yaitu perasaan wajar.
- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.

Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh
kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru
kembali.
- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak timbul
senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
4) Gangguan Psikomotor
Jenis-jenis gangguan psikomotor:
a. Katatonia
- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu,
sekalipun hendak diubah orang lain.
- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan
aktivitas menjadi sangat lambat.
- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.
- Posturing
- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota badan
tetapi masih ada hambatan.
- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.
- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.
- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.
- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak
- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-gerak).
- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia, trikotilomania
(suka mencabuti rambut sendiri).
c. Negativisme
- Aktif, respon berlebihan.
- Pasif, diam saja.
d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.
5) Gangguan Proses pikir
Jenis-jenis gangguan proses pikir:
a. Bentuk pikir:
- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara
kenyataan dengan fantasi.
- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan
pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akan cemerlang
tetapi tidak mungkin realistis.
- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Isi pikir:
- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang
isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Macamnya ada
waham sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre, nihilistik, kebesaran,
magic-mystic, dosa, pengaruh, somatik, hubungan.
- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang,
biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin
terjadi.
8

Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia sendiri menyadari
bahwa itu tidak rasional adanya.
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan atau diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
c. Progesi/jalan pikir:
- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada
hubungannya antara ide satu dengan yang lain.
- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.
- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputarputar tidak sampai isi.
- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide
bercampur dengan ide yang lain.
- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.
- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh
umum.
- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.
- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa
berhenti.
6) Gangguan Pembicaraan
Jenis-jenis gangguan pembicaraan:
a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.
b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhentiberhenti.
c. Miskin isi pembicaraan.
d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,
e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.
f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.
g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
pertanyaan pemeriksa.
7) Gangguan Persepsi
Jenis-jenis gangguan persepsi:
a. Halusinasi:
- Auditorik
- Olfaktori
- Gustatorik
- Taktil
- Hipnagogik
- Hipnopompik
- Visual
b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.
c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut
kenyataan.
d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
dirinya sudah tidak seperti dulu lagi.
8) Gangguan Memori
Jenis-jenis gangguan memori:
a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau
seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.
9

b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi


pemanggilan kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu, fausse
reconnaissance.
c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.
d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru
e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang dapat
menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.
9) Gangguan Insight/tilikan diri
Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.

Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah


penting sebagai berikut :
a. Sindrom
Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita
atau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c).
Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi
sifatnya khas dan menunjukkan suatu penyjakit tertentu.
b. Sign
Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya
bersifat objektif (mengenai fisik).
c. Simptom
Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh
orang lain, tetapi mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi
sifatnya subjektif, karena itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.
d. Gejala primer primer & sekunder
Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala
primer adalah gejala pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala
sekunder gejala yang muncul kemudian. Misalnya seorang penderita insomnia
(sulit tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini berarti insomnia adalah
gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.
e. Gejala dasar dan gejala tambahan
Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama
setelah gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari
suatu gangguan tertentu. Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis.
Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala yang belum tentu ada pada setiap
gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala dasarnya adalah
kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi, dan
sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya.
f. Gejala organogenik dan gejala psikogenik
Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik
adalah gejala-gejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi
organik. Sedangkan gejala psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan
berasal dari adanya gangguan-gangguan dalam fungsi psikologis, yang terutama
berakar pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang yang pusing karena banyak
pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing karena
keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang
ditampakkan bersifat kejiwaan.
g. Gejala prodomal dan residual
10

Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal
sakit, atau selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang
ditunjukkan sesudah fase sakit.
h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role,
and patient role)
Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya
sebagai orang sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya
bahwa ia sakit (orang yang sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit
kepala). Perilaku sakit ini misalnya ; meraung-raung, teriak-teriak, dan
sebagainya.
Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran
penderita yang diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran
sekeliling. Seperti dilayani, disuruh tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan
perilaku mencari kesehatan (heakth seeking behavior). Bagamana peran seseorang
yang sakit sangat ditentukan oleh masyarakatnya.
Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit,
karena merupakan salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada
penderita yang sudah berstatus sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada
otoritas dokter, minum obat teratur, dan banyak istirahat. Peran pasien sangat
ditentukan oleh pihak medis.

11

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia


LO 2.1 Etiologi
Karema belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia, maka sampai saat ini
etiologi skizofrenia masih belum jelas dan masih dalam penelitian. Kemungkinan
besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada
gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya.
Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari
lingkungan akan timbul gejala skizofrenia .
Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :
1) Teori Somatogenetik
Teori yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia karena faktor kelainan
organik atau badaniyah .
2) Teori Psikogenik
Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional.
Dan penyebab utamanya adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar
manusia yang mengecewakan
Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia. antara lain
teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa
gen penyebab skizofrenia. Dan ada pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan inborn error of metabolissm
A. Hipotesis dopamin
Formulasi paling sederhana dari hipotesis dopamin skizofrenia menyatakan
skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan. Teori dasar
ini tidak mengelaborasi apakah hiperaktivitas dopaminergik itu sehubungan
dengan terlalu banyak pelepasan dopamin, terlalu banyak reseptor dopamin,
hipersensitivitas reseptor dopamin terhadap dopamin atau kombinasi dari
mekanisme-mekanisme ini.
B. Hipotesis serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan sebagai penyebab gejala
positif dan negatif pada skizofrenia
C. Hipotesis gamma-aminobutiryc acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-aminobutiryc acid (GABA)
dikaitkan dengan patofisiologi skizofrenia didasarkan pada penemuan bahwa
beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan neuron-neuron GABA-ergic
di hipokampus. GABA memiliki efek regulatory pada aktivitas dopamin, dan
kehilangan neuron inhibitory GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron-neuron dopaminergic.
D. Hipotesis glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu antagonis
glutamat menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa dengan skizofrenia.
E. Hipotesis degeneratif saraf (neurodegenerative hypothesis)
Sejumlah proses degeneratif saraf dihipotesiskan, berkisar dari apoptosis
abnormal yang diprogram secara genetik, degenerasi dari neuron-neuron yang
kritis, pemaparan prenatal terhadap anoksia, toksin- toksin, infeksi atau malnutrisi,
proses kehilangan neuronal yang dikenal sebagai excitotoxicity akibat aksi
berlebihan dari neurotransmiter glutamat. Jika neuron- neuron tereksitasi ketika
memperantarai gejala-gejala positif, kemudian mati akibat proses toksik yang
disebabkan neurotransmisi excitatory yang berlebihan, ini membawa ke stadium
residual burn out dan gejala-gejala negative.
12

F. Hipotesis perkembangan saraf (neurodevelopmental hypothesis)


Banyak teori-teori tentang skizofrenia menyatakan gangguan ini berasal dari
abnormalitas dalam perkembangan otak. Sebagian menyatakan bahwa problem
didapatkan dari lingkungan otak janin. Skizofrenia dapat berawal dengan proses
degeneratif yang didapat yang berpengaruh dengan perkembangan saraf. Sebagai
contoh skizofrenia meningkat pada orang-orang dengan riwayat semasa janin
mengalami komplikasi obstetrik saat dalam kehamilan ibu, berkisar dari infeksi
virus, kelaparan, proses autoimun dan masalah-masalah lain yang menyebabkan
gangguan pada otak di awal perkembangan janin, dapat berkontribusi terhadap
penyebab skizofrenia. Faktor-faktor ini juga akhirnya dapat mengurangi faktorfaktor pertumbuhan saraf dan merangsang proses-proses tetentu yang membunuh
neuron-neuron yang kritis, seperti sitokin, infeksi virus, hipoksia, trauma,
kelaparan atau stress
G. Elektrofisiologi
Studi-studi elektrofisiologi menunjukkan bahwa banyak pasien skizofrenia
mempunyai rekaman elektrofisiologik abnormal, peningkatan sensitivitas terhadap
prosedur aktivasi (aktivitas spike yang sering setelah kurangnya tidur, penurunan
aktivitas alfa, peningkatan aktivitas theta dan delta).
H. Psikoneuroimunologi
Sejumlah abnormalitas berkaitan dengan skizofrenia, mencakup penurunan
produksi T-cell interleukin-2, pengurangan jumlah dan respons limfosit perifer,
reaktivitas humoral dan seluler abnormal terhadap neuron, adanya antibodi braindirected (antibrain) (Stahl, 2008).
I. Psikoneuroendokrinologi
Banyak laporan menggambarkan perbedaan neuroendokrin pada pasien
skizofrenia dan kelompok kontrol. Contohnya: abnormalitas dexamethason
suppression test, penurunan luteinizing hormone dan follicle-stimulating hormone.
Menurut Maramis (1994), faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya Skizofrenia
adalah sebagai berikut :
a. Keturunan
Faktor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, dibuktikan dengan penelitian
tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar
satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 1,8%, bagi saudara
kandung 7 15%, bagi anak dengan salah satu anggota keluarga yang menderita
Skizofrenia 7 16%, bila kedua orang tua menderita Skizofrenia 40 68%, bagi
kembar dua telur (heterozigot) 2 15%, bagi kembar satu telur (monozigot) 61
86%.
b. Endokrin
Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini
dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau peuerperium dan waktu klimakterium.
c. Metabolisme
Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan
metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
d. Susunan saraf pusat
Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf
pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak.

13

LO 2.2 Klasifikasi Skizofrenia


a. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia,sebagai tambahan :
-

Halusinasi dan atau waham harus menonjol. Suara-suara halusinasi yang


mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Halusinasi pembauan
atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik


secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya.
Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai
kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga,
kekuatan egoparanoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan
terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari
kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain
pasien skizofrenik. Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga,
berhati-hati, dan tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau
agresif.Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka
secara adekuat didalam situasi social.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh
kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid
menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus
demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang
menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar
bertahan :
-

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

14

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)


serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses
pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya
tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta


sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya
suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat
dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran
pasien.

c. Skizofrenia Katatonik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);

Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal);

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil


mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua


perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan);

Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya


menggerakkan dirinya);

Fleksibilitas cereawaxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh


dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis


terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

dan

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejalagejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia.Gejala katatonik dapat
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan,
serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan
pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang
lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan,
hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

d. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)


15

Seringkali.Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan


kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak
terinci.
e. Depresi Pasca-Skizofrenia
-

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:


Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu,
memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode
depresif.Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus
tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
f. Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi
semua :
Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;

Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya
gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang
cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan emosional, penarikan
social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan
adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika waham atau halusinasi ditemukan
maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.
g. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
Gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dandisertai dengan
perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
16

kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia
lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala
utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang
sekali terdapat.Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.Pada permulaan mungkin
penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan
akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia
mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
h. Skizofrenia lainnya
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang
tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
- Bouffe Delirante (Psikosis Delusional Akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama
gejala yang kurang dari tiga bulan.Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis
gangguan skizofreniform didalam DSM-IV.Klinisi Perancis melaporkan bahwa kirakira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan
akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
-

Skizofrenia Laten

Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat


konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit
mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi
diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat
dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten
sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan
skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau
gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala
psikotik.Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di
masa lalu.
-

Oneiroid

Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien
sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan
tempat.Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang
khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan
keterlibatan didalam dunia nyata.Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhatihati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist
dari gejala tersebut.
-

Parafrenia

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam
pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara
17

progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini
menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.
-

Pseudoneurotik

Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti


kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan
pikiran dan psikosis.Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia,
panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau.Tidak seperti pasien yang
menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas
(free-floating) dan yang sering sulit menghilang.Didalam penjelasan klinis pasien,
mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.
-

Skizofrenia Tipe I

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif
yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya
pembicaraan.Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang
relatif baik terhadap pengobatan.
-

Skizofrenia Tipe II

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative
yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi
pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai
dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap
pengobatan.
LO 2.3 Patofisiologi

Adapun Patofisiologi dari skizofrenia antara lain :


1. Hipotesa dopaminergik; Merupakan hipotesa yang paling dianggap benar. Psikosis
dapat berasal dari hiper- atau hipoaktivitas dari proses dopaminergik pada daerah
otak tertentu.
18

2. Peningkatan ukuran ventrikular, penurunan ukuran otak, dan asimetri otak telah
dilaporkan. Penurunan ukuran hipokampus mungkin berhubungan dengan
penurunan uji neuropsikologi dan respon yang lebih buruk terhadap antipsikotik
generasi pertama (FGAs).
3. Disfungsi glutamatergik; Saluran glutamatergic berinteraksi dengan saluran
dopaminergik. Kekurangan aktivitas glutamatergic menghasilkan gejala-gejala
mirip dengan hiperaktif dopaminergik dan mungkin yang terlihat pada skizofrenia.
4. Abnormalitas Serotonin (5-HT); pasien skizofrenia dengan scan otak yang
abnormal memiliki konsentrasi 5-HT darah yang lebih tinggi.
5. Kelainan primer dapat terjadi dalam satu neurotransmitter dengan perubahan
sekunder dalam neurotransmitter lainnya.
6. Penelitian molekuler yang melibatkan perubahan halus dalam protein-G,
metabolism protein, dan proses subselular lainnya mungkin mengidentifikasi
gangguan biologis dalam skizofrenia.

Anatomi, Neurotransmitter, dan Kelainan Sistem Imun Terlibat Dalam


Patofisiologi Skizofrenia.
A. kelainan anatomi
Studi neuroimaging menunjukkan perbedaan antara otak orang dengan skizofrenia
dan mereka yang tidak gangguan ini. Sebagai contoh, ventrikel yang agak lebih
besar, ada penurunan volume otak di daerah medial temporal, dan perubahan yang
terlihat pada hippocampus. Magnetic resonance imaging (MRI) studi
19

menunjukkan kelainan anatomi dalam jaringan daerah neokorteks dan limbik dan
interkoneksi saluran putih-materi. Sebuah meta-analisis studi menggunakan difusi
tensor imaging (DTI) untuk memeriksa materi putih menemukan bahwa 2 jaringan
traktat putih-materi berkurang dalam skizofrenia. Dan pencitraan otak
menunjukkan penurunan volume seluruh otak dan prefrontal kiri dan kanan dan
volume lobus temporal di 17 dari 146 orang yang berada di risiko genetik tinggi
untuk skizofrenia. Perubahan lobus prefrontal dikaitkan dengan meningkatnya
keparahan gejala psikotik. Dalam meta-analisis dari 27 studi MRI memanjang
membandingkan pasien skizofrenia dengan subjek kontrol, skizofrenia dikaitkan
dengan kelainan otak struktural yang berkembang dari waktu ke waktu. Kelainan
diidentifikasi termasuk hilangnya volume otak secara keseluruhan baik materi
abu-abu dan putih dan peningkatan volume ventrikel lateral.
B. Kelainan sistem neurotransmitter
Kelainan sistem dopaminergik diperkirakan ada pada skizofrenia. Obat
antipsikotik klorpromazin dan reserpin, yang secara struktural berbeda satu sama
lain, tetapi mereka berbagi sifat antidopaminergic. Obat-obatan yang mengurangi
tingkat penembakan dopamin mesolimbic D2 neuron yang antipsikotik, dan obatobatan yang merangsang neuron ini (misalnya, amfetamin) memperburuk gejala
psikotik. Kegiatan Hypodopaminergic dalam sistem mesocortical, menyebabkan
gejala negatif, dan aktivitas hyperdopaminergic dalam sistem mesolimbic,
menyebabkan gejala positif, dapat hidup berdampingan.
Clozapine, mungkin agen antipsikotik yang paling efektif, dan merupakan
antagonis dopamin D2 yang lemah. Dengan demikian, sistem neurotransmitter
lain, seperti norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA), tidak
diragukan lagi terlibat. Banyak penelitian berfokus pada N-metil-D aspartat
(NMDA) subclass dari reseptor glutamat karena NMDA antagonis, seperti
phencyclidine dan ketamin, dapat menyebabkan gejala psikotik pada subyek
sehat. Beberapa peneliti menganggap skizofrenia, dalam jumlah besar bagian,
gangguan hypoglutamatergic.
C. Peradangan dan fungsi kekebalan tubuh
Fungsi kekebalan tubuh terganggu dalam skizofrenia. Aktivasi berlebihan dari
sistem kekebalan tubuh (misalnya, dari infeksi prenatal atau stres setelah
melahirkan) dapat menyebabkan berlebihnya sitokin inflamasi dan perubahan
selanjutnya struktur dan fungsi otak. Sebagai contoh, pasien skizofrenia
mengalami peningkatan kadar sitokin proinflamasi yang mengaktifkan jalur
kynurenine, dimana triptofan dimetabolisme menjadi asam kynurenic dan
quinolinic; asam ini mengatur aktivitas reseptor NMDA dan juga terlibat dalam
regulasi dopamin. Resistensi insulin dan metabolisme gangguan, yang umum pada
populasi skizofrenia, juga telah dikaitkan dengan peradangan.

LO 2.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

20

a.

thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau


bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
b.
Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus


terhadap perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri


(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
c.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a.
halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulanbulan terus menerus;
b.
arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;
c.
perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
d.
gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial;
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)
21

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman diagnosis skizofrenia menurut DSM IV
a.
Gejala dan karakteristik
Dua atau lebih berikut ditemukan selama periode 1 bulan:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (sering menyimpang/inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negative yaitu pendataran afektif, alogia atau tidak ada kamauan
(avolition)

b.
c.
d.

Disfungsi sosial/pekerjaan
Durasi sekurang-kurangnya 6 bulan
Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan
Gangguan skizoafektif dan gangguan alam perasaan dengan ciri psikotik telah
disingkirkan karena :
1. Tidak terdapat episode depresif berat, manik atau campuran yang terjadi
bersama-sama dalam fase aktif, atau
2. Jika episode suasana perasaan terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
lebih singkat dibanding durasi periode aktif dan residual.
e.
Penyingkiran zat/kondisi medis umum
f.
Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk menyingkirkan Diagnosis Banding.Skizofrenia tidak terkait dengan
hasil laboratorium karakteristik. Tes darah berikut ini harus dilakukan pada semua
pasien, baik pada awal penyakit dan berkala sesudahnya:

Tes darah lengkap (CBC)


Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
Elektrolit, glukosa, vitamin B12, asam methylmalonic serum, folat, dan
tingkat kalsium

Tes lain yang perlu dipertimbangkan, jika memberikan riwayat untuk kecurigaan,
adalah sebagai berikut:

HIV
Rapid Plasma Reagin (RPR), jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes
treponemal tertentu dapat membantu
Seruloplasmin,jika kecurigaan yang kuat dari penyakit Wilson, pertimbangkan
biopsi hati (atau biopsi lain)
Antinuclear antibodi (ANA) untuk lupus eritematosus sistemik
Urine untuk kultur dan sensitivitas atau penyalahgunaan obat
AM kortisol untuk gangguan adrenal
24 jam urin koleksi porfirin, tembaga, atau logam berat
Tes Kehamilan, jika pasien adalah wanita usia subur
Penyakit Lyme
22

Pencitraan otak untuk menyingkirkan hematoma subdural, vaskulitis, abses


otak, dan tumor
X-ray thorax untuk penyakit paru atau okultisme keganasan
Dexamethasone Supression tes dan hormon adrenokortikotropik (ACTH)
stimulasi tes untuk hypercortisolism dan hypocortisolism, masing-masing
Electroencephalography (EEG)
Tes neuropsikologis dapat dianggap, penentuan kelemahan dan kekuatan kognitif
pasien dapat membantu dalam perencanaan pengobatan. Temuan umum pada pasien
dengan skizofrenia adalah sebagai berikut:
Eksekutif fungsi yang buruk (yaitu perencanaan yang buruk,
pengorganisasian, atau inisiasi kegiatan)
gangguan memori
Kesulitan dalam abstraksi dan mengenali isyarat-isyarat sosial
mudah kebingungan
Diagnosis Banding
Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis
psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia
disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,
diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,
atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis
nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum
perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan
berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,
bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan
neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita
akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat
membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum
tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif
dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala
yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua,
klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk
riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus
mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada
pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan
gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.
Berpura-pura dan Gangguan buatan
Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang
sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita
skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di
rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya
mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya
memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang
kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis
suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan
23

skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk
mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat
pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif.
Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi)
gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan
psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke
tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika
sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama
skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia
lainnya atau suatu gangguan mood.
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena
tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala
afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala primer.
Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda
diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat
diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;
gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian
dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia,
mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup
pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
LO 2.5 Prognosis
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun
setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kirakira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik. Lebih dari 50%
pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah
sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha
bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang
tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah
dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan
perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu
untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus
mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara
bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
24

2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.


3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Prognosis Baik
Prognosis Buruk
Onset lambat
Onset muda
Faktor pencetus yang jelas
Tidak ada factor pencetus
Onset akut
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual dan
Riwayat
social
dan
pekerjaan
pekerjaan premorbid yang baik
premorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (terutama
Prilaku menarik diri atau autistic
gangguan depresif)
Tidak menikah, bercerai atau janda/
Menikah
duda
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang buruk
Sistem pendukung yang baik
Gejala negatif
Gejala positif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Skizofrenia
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat
mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu:
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar
monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk
menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui
tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

25

Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system
pendukung masyarakat.
Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah menyebabkan
revolusi dalam pengobatan skizofrenia. Tetapi, antipsikotik mengobati gejala
gangguan dan bukan suatu penyembuhan skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung
pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan hubungan sosial.
Perawatan di rumah sakit harus di arahkan untukk mengikat pasien dengan fasilitas
pasca rawat termasuk keluarganya, keluarga angkat, board and care homes, dan half
way house. Pusat perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan rumah
kadang-kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk periode waktu
yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.
Terapi Somatik
Obat psikofarmako yang ideal yaitu memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :
a. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relative singkat
b. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relative kecil
c. Dapat menghilangkan dalam waktu relative singkat, gejala positif maupun
negative skizofrenia.
d. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif
e. Tidak menyebabkan kantuk
f. Memperbaiki pola tidur
g. Tidak menyebabkan habituasi, adisi dan dependensi
h. Tidak menyebabkan lemas otot
i. Pemakaian dosis tunggal
Ada 2 golongan :
1. Generasi pertama (typical)
2. Generasi kedua (atypical)
Obat yang termasuk golongan pertama :
Nama generic
Chlorpromazine
Trifluoperazin
Thioridazine
Haloperidol

Nama dagang
Largactil, Promactil
Stelazine
Melleril
Haidol, Govotil

Obat yang termasuk golongan kedua :


Nama genric
Risperidone
Ciozapine
Quetiapine
Olanzapine
Aripiprazole

Nama dagang
Risperdal, Rizodal
Clozaril
Serequel
Zyprexa
Abilify

Golongan typical:
26

Mengatasi gejala positif skizofrenia, pada gejala negative kurang memberikan respon,
tidak memberikan efek yang baik pada pemulihan funsi kognitif penderita. Dan
menimbulkan efek samping gejala ekstrapiramidal.
Golongan atypical :
Mengatasi ejala positif dan negative dapat dihilangkan. Efek samping ekstrapiramidal
sangat minimal/dikatakan tidak ada. Memulihkan fungsi kognitif.
Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat
ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
jumlah fungsi mental yang cukup normal.
b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu
yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa
rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan
sindroma neuroleptik malignan.
Remoxipride adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari
pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini
disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride
disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada
reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d 2 ).
Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor
dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum diketahui
secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D 2 tetapi
merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas
antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek
samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah.
Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia
karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan
perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Prinsip-Prinsip Terapetik
1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat.
27

4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah
jarang diindikasikan.
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.
Pemeriksaan Awal
Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang cukup
singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine, tanpa
melakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada pemeriksaan
biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes
fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan lakilaki yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi
dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan
aktivitas antikolinergik yang bermakna.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya
relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,
dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang
pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium
(eskalith), suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau
suatu benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan,
karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
Obat Lain
- Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien
dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien
yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.
- Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi
dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif dalam
menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri
mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien
skizofrenia.
- Benzodiazepin
Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang
tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang
berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis
dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.
Terapi Somatik Lainnya
28

Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien
yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ).
Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin
berespon.
Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulininduced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).
Terapi Psikososial
- Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal.
Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau
menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Trainning) Sering dinamakan terapi
keterampilan sosial (social skills therapy). Terapi ini dapat secara langsung membantu
dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis.
Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien
permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang
keterampilan yang telah dilakukan.
- Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan
menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika masalah
memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan
masalah secara cepat.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga
adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Di dalam session
keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan intensitas
emosional dari session.
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk
dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung
an antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4
prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari alQuran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah(QS. 4: 64).

29

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara
haji kamu
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,
akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah
tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
Wudhu, Tayammum, Mandi_hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca alQuran, Itikaf, Shiyam(Puasa), Haji, Umrah, Tajhiz al- Janazah
Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) , dan
ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan
Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang).
Shalat semuanya harus menghadap ke arah kabah, itu bukan menyembah Kabah,
dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi
syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai
perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah
sanalah kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak).
Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri,
membungkuk (ruku), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sai,
arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati
hanya satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa).
Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai
mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli
bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian
juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa
al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.
30

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F.2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,edisi 20, Jakarta,EGC
Hawari, Dadang.2006.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa.Jakarta:FKUI
http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview
http://www.hellodoctor.co.id/pengaruh-terapi-kejut-listrik-terhadap-kesehatan/
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/definition/con20021077
http://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/index.shtml
http://zonapositive.wordpress.com/2010/03/12/hubungan-shalat-dan%C2%A0emosi/
Kumala, Poppy dan Nuswantari.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25,
Jakarta, EGC
Maslim, Rusdi.2003.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
III.Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Ringkas

PPDGJ

Sadock, Benjamin J. 1993. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral


Sciences/clinical Psychiatry,10th ed./ Benjamin James sadock,Virgina Alcott Sadock.

31

Anda mungkin juga menyukai