INDO 3020
Response Paper
Salah satu jenis makanan khas Indonesia yang sekarang semakin populer di
negara-negara barat, bahkan di seluruh dunia, adalah tempe. Katanya makanan itu
berasal dari pulau Jawa, khususnya Surakarta dan Yogyakarta. Seperti tahu, yang
makanan khas Indonesian pula, bahkan dari Jawa, tempe dibuat dari kedelai. Jelasnya,
di Amerika Serikat makanan yang dibuat dari kedelai sudah lebih umum dan populer.
Kelihatannya setiap hari di pasar muncul produk-produk baru yang pakai kedelai (atau,
“soy bean” dalam bahasa Inggris). Yang paling umum adalah tahu. Menurut saya,
kenyataan ini sebab rasa tahu lebih sederhana dibandingkan dengan tempe, yang
punya rasa lebih khusus sebab proses tempe dibuat, yaitu fermentasi. Akibatnya, tahu
lebih cocok sebagai pengganti daging karena rasanya bisa dibuat mirip apa saja.
Begitu demikian, tempe juga semakin populer di negara-negar barat. Tidak hanya
Pada tahun limapuluhan dipikirkan yang paling sehat makan banyak daging dan
produk dibuat dari susu sapi. Namun, sekarang pendapatan umum sudah diubah.
Berdasarkan hasil riset ilmiah yang menunjukkan maslah kesehatan yang terkait
dengan makan banyak daging dan susu, orang mencari penggantian ambil gizi dari
makanan itu. Lebih lagi karena binatang yang digunakan dalam industri daging dan
susu itu dianggap menderita. Ternyata, tempe adalah sebuah makanan yang kaya
akan protein dan gizi seperti kalsium, vitamin B, dan zat besi. Selain itu, dalam proses
buat tempe binatang-binatang tidak menderita atau dimati sama sekali. Oleh karena
itu, sejumlah kelompok orang vegetarian di negara-negara barat yang terus naik,
mereka semakin pakai makanan yang dibuat dari kedelai, termasuk tempe.
Bagaimana proses buat tempe? Pertama, kedelai itu dicampur dan direndam
dalam air dan minyak. Biarkan kedelai itu tetap direndam sebentar. Nanti, setelah
cukup waktu sudah dihabiskan, kedelai itu dipisahkan dari kulitnya. Kulitnya akan
mengampung ke permukaan air. Pakai alat menyaring kulitnya dibuang. Lalu, kedelai
yang sudah dipisahkan dari kulitnya harus dicuci dengan air hangat. Kemudian, kedelai
yang sudah dibersih tadi direbus sampai matang, kurang-lebih selama satu atau satu
setengah jam. Lalu, harus dibiarkan habis airnya samapi kering. Setelah teriskan,
kedelai dicampur dengan ragi dan campur rata. Kemudian kedelai dijatah dalam
beberapa “kotak” yang dibuat dari kawat ayam, lalu ditutupi dengan lapisan plastik.
tumbuh. Setelah siap, bungkus-bungkus kedelai itu ditaruh dalam ruangan yang hangat
selama dua atau tiga hari. Setelah selesai tempe itu mirip segumpal roti dan bisa
sendiri sebagai makanan ringan. Di Indonesia anak muda suka makan tempe seperti
itu.
Proses yang tersebut berasal dari video yang ada di Youtube. Di sana, seorang
laki-laki Indoensia mempertujukkan prosesnya unutk buat tempe dalam rumah kita
sendiri. Meskipun bahan buat tempe tidak banyak, kelihatannya prosesnya agak sulit.
Atau mungkin tidak terlalu sulit tapi menghabiskan banyak waktu, khususnya untuk
orang di negara-negara barat yang suka semua cepat. Oleh karena itu, sebuah
pengusaha buat tempe yang bernama Zaeni (terletak di kawasan Buaran, Jawa Timur,
Menurutnya, ada beberapa alasan perusahaan ekspor tempe dia berhasil di luar negeri.
Pertama, dia hanya menggunakan kedelai yang “lebih kualitas dan melalui proses
seleksi yang ketat. Hany kedelai yang berwarna putih bersih yang [dia] gunakan.
Karena itu, tempe[nya] mampu bertahan selama setahun, sedangkan yang untuk pasar
lokal hanya bertahan 2 sampai 3 hari” (Rahmat Saepulloh, 2008). Jadi, tempe Zaeni
lebih enak dan bertahan agak lama. Selain itu, menurut Zaeni, ongkos memulai dan
mengawasi sebuah perusahaan tempe tidak mahal, jadi orang seperti dia, yaitu yang
tidak kaya, masih mampu menjadi pengusaha yang berhasil. Lebih lagi, sebab maslah-
maslah kesehatan dan penyakit-penyakit yang terkait dengan daging, seperti flu burung,
Artikle itu diterbitkan pada tahun 2008. Waktu itu Zaeni mengekspor
tempenya ke negara Australia dan Jepang cuma. Tapi dia berpendapat pasar tempe
masih terbuka luas, dan mudah-mudahan nanti dia akan masuk pasar di negara-
negara yang lain, Amerika Serikat misalnya. Pertanyaan adalah: apakah ini hanya
iseng saja? Mungkin tahu dan tempe semakin populer di Amerika Serikat akhir-
akhir ini, tapi apakah kecenderungan ini akan tetap ke arah itu atau tiba-tiba
kehilangan? Di Indonesia, tempe sangat populer dan orang Jawa sudah terbiasa
makan tempe sering. Namun, di Amerika Serikat, tempe masih dianggap sebagai
makanan asing. Oleh karena itu, pasti ada banyak warga negara di sini yang tidak
bersedia makan itu sama sekali. Tentu saja, di kota-kota di mana pendudukan
bisa berhasil. Meskipun, yang jelas, orang Amerika masih suka makan daging dan
belum terbiasa makan yang dibuat dari kacang kedelai. Tetapi, menurut saya kalau
kita sudah terbiasa makan ikan mentah kenapa tidak kedelai difermentasi?