Pokok Bahasan
Proses Refleksi
Isu Strategis
Hasil Monitoring
Kesimpulan
PROSES REFLEKSI
Experience
Apply
What will you do
differently next
time?
Reflect
What did you see,
hear, touch, feel?
Generalise
What did you
learn?
ISU STRATEGIS
BELUM BERFUNGSINYA PELAYANAN KEFARMASIAN
YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Rendahnya dukungan penentu kebijakan
(manajemen RS/PKM)
Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia
kefarmasian di RS/PKM.
Rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung
Rendahnya kompetensi SDM IFRS/PKM
(pemahaman ttg pelayanan kefarmasian dan
tingkat konfidensi apoteker)
Sosialisasi
tugas,
kewenangan
peran &
tanggung
jawab
apoteker
kurang
Belum
diterimanya
paradigma
bahwa
apoteker
merupakan
bagian dari
team work
tenaga
kesehatan
yang jg
memiliki
kewenangan,
kompetensi,
serta
tanggung
jawab kpd px
Jumlah sdm
yang
terbatas
dibandingkan
dg jumlah
resep dan
tuntutan
kuantitas
serta kualitas
pelayanan
kefarmasian
Sarana &
prasarana
yang kurang
a.l ruangan
apotek yang
kurang
luas,wastafel
tidak ada,
tidak ada
lemari
khusus
psikotropika,
ruang
konseling tdk
ada dll.
Belum
adanya data
yang bisa
menunjukkan
manfaat
peran
apoteker dari
sisi klinis hal
ini memicu
rendahnya
penerimaan
profesi nakes
lain terhadap
profesi
apoteker
Masih
skeptisnya
masyarakat
thd adanya
KIE, krn
keterbatasan
waktu
(rajal),
ketidaktahua
n (ranap, bkn
dokter, bkn
mantri, bkn
bidan tp koq
tny2
1. Seleksi (Selection)
2. Pengadaan
(Procurement)
10. Pendokumentasian
(Documentation)
9. Pemberian
(Administration)
8. Penyerahan
(Dispensing)
7. Penyiapan dan peracikan
(Preparing and Compounding)
3. Penyimpanan
(Storage)
RS/
PKM
4. Pendistribusian
(Distribution)
5. Peresepan
(Prescribing)
6. Penyalinan
(Transcribing)
Kesalahan Medikasi
Kesalahan Medikasi
dpt
dicegah
KOTD
Potensial
KOTD
ROTD
Mekanisme Terjadinya
Kejadian yg tdk diharapkan
(Adverse Event)
UU No 36 Tahun 2009
tentang
Kesehatan
Pasal 108
1) Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
PP 51 Tahun 2009
Pasal 21
(2) Penyerahan dan pelayanan obat
berdasarkan resep dokter
dilaksanakan
Apoteker.
UU No 36 Tahun 2009
tentang
Kesehatan
Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki
keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 108 dipidana dengan
pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Pelayanan Kefarmasian
HEALTHCARE
Medical Care
(Pelayanan Medis)
Nursing Care
(Asuhan Keperawatan)
Pharmaceutical Care
(Pelayanan Kefarmasian)
Definisi
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (PP 51 Tahun 2009 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 butir 4).
Intervention
Monitoring
Communication
Documentation
Patient
Assessment
Outcomes
Assessment
PIO
Bhn berkhasiat + Bhn Pembantu
teknologi
Sediaan farmasi
(dosage form)
INFORMASI
OBAT
PENGERTIAN
Pelayanan informasi obat (PIO) didefinisikan sebagai
kegiatan:
penyediaan dan pemberian informasi obat,
rekomendasi/saran /masukan tentang obat dan penggunaannya
yang bersifat:
independen,
akurat,
komprehensif,
terkini
pasien,
masyarakat,
tenaga kesehatan maupun
pihak yang memerlukan
Tujuan PIO :
1. Menyediakan dan memberikan informasi serta
rekomendasi ttg obat dan penggunaannya
kepada pasien/keluarga, masyarakat, tenaga
kesehatan, dan pihak lain yang memerlukan
2. Menyediakan informasi serta
rekomendasi/saran/masukan untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan obat.
3. Memastikan praktek penggunaan obat secara
rasional sehingga meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian dan kualitas hidup
pasien.
RUANG LINGKUP
Berdasarkan jenis aktivitasnya kegiatan PIO meliputi:
1. Memberikan informasi obat dan rekomendasi bagi
pasien/keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan, dan
pihak lain yang memerlukan.
2. Menyediakan informasi dan rekomendasi untuk
membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat
dengan mempertimbangkan efektifitas, keamanan,
ketersediaan, kondisi pasien dan biaya.
3. Mengembangkan strategi dan berpartisipasi dalam
upaya pencegahan kesalahan penggunaan obat,
termasuk pengembangan program analisis dan
pelaporan kejadian efek obat yang tidak diinginkan serta
kesalahan pengobatan
RUANG LINGKUP
4. Mengembangkan metode untuk mengubah
perilaku pasien/keluarga, masyarakat, dan tenaga
kesehatan dalam mendukung penggunaan obat
yang optimal.
5. Membuat dan mempublikasikan dg
memanfaatkan berbagai media informasi obat
seperti buletin, brosur, leaflet, booklet, poster,
spanduk, banner, media audio serta audiovisual
untuk mendidik pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan dalam penggunaan obat yg rasional.
6. Mendidik dan melatih tenaga kesehatan tentang
kebijakan dan prosedur terkait obat.
RUANG LINGKUP
7. Mengkoordinasikan program untuk
mendukung praktek pengobatan berbasis
populasi (misalnya, mengembangkan
kriteria evaluasi penggunaan obat dan
pedoman farmakoterapi).
8. Menkoordinasikan penggunaan obat
untuk uji klinis. (RS Pendidikan)
9. Menyelenggarakan pendidikan
berkelanjutan (continuing professional
development) bagi tenaga kesehatan.
RUANG LINGKUP
10.Mendidik mahasiswa farmasi dan
peserta program tenaga kesehatan
spesialis.
11.Menerapkan analisis outcome dan
Farmakoekonomi, contoh :
memberikan rekomendasi pemilihan
obat yang efektif dan terjangkau. (RS)
12.Mengembangkan program penelitian
secara aktif.
Pelayanan :
Menjawab pertanyaan
Pemberian informasi obat
Membantu unit lain dalam
mendapatkan informasi obat
Menyiapkan materi dan menerbitkan
brosur, leaflet, poster, spanduk,
banner tentang informasi obat
Konseling
Hasil Monitoring
Joint Training
1. Persepsi bidan, dokter dan nakes terhadap apoteker (N=4)
Aspek
Trustworthiness (q1-6)
Role specification (q7-11)
Relationship initiation
(q12-14)
Skor bidan
(N=4)
6.3
5.6
5.3
Skor dokter
(N=9)
6.0
5.2
5.6
Skor nakes
(N=18)
5.9
5.1
5.5
Skor apoteker
terhadap dokter
4.5
3.0
4.3
Catatan:
Aspek dihitung dari data dg skala Liekert, 1-7
Hasil Monitoring
Joint Training
3. Uji perbedaan persepsi apoteker dan dokter
Trustworthiness (q1-6)
Persepsi
Apoteker
32
28
30
30
40
30
24
41
35
36
41
42
38
41
31
38
39
32
31
34
31
32
34.4
Persepsi
Dokter
36
36
36
32
42
24
42
41
37
36.2
26
32
35
30
29
19
24
18
25
5
8
29
20
24.5 26.5
Relationship initiation
(q12-14)
Persepsi
Persepsi
Apoteker
Dokter
13
17
14
18
15
17
13
18
20
19
15
12
13
21
21
15
17
13
16
19
21
20
18
13
18
17
16
16
18
16
14
16.5 16.7
Hasil Monitoring
Joint Training
Skor
apoteker
(N=22)
4.6
Skor dokter
(N=9)
Skor nakes
(N=20)
4.4
4.5
3.2
3.4
3.3
2.8
2.6
2.5
KESIMPULAN
Dukungan kebijakan, sosialisasi dan
implementasinya akan sangat menentukan
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang
berpengaruh pada peningkatan mutu kualitas
hidup pasien dalam pencapaian target MDGs
dan sasaran program pembangunan kesehatan.
Kualitas kerjasama tim pelayan kesehatan
sangat menentukan kualitas pelayanan
kesehatan dan pada akhirnya akan sangat
mempengaruhi kualitas hidup pasien yang
dilayani pada setiap fasyankes.
Terima kasih
Selamat Bekerja