yaitu klausa yaitu kalimat yang terdiri atas hanya satu verba atau masa verbal yang disertai
satu atau lebih konstituen secara sintaktis dan berhubungan dengan verba. Konstituen diartikan
sebagai segmen yang merupakan satuan gramatikal. Contoh klausa adalah; Kami akan
membangun rumah yang besar, bagian-bagiannya adalah: kami, yaitu Subjek, akan
membangun, yaitu Predikat, dan rumah yang besar adalah Objek. Karena pembagian ini
merupakan sintaktis, maka ini termasuk sintaksis kalimat.
Jenis kalimat yang kedua adalah kalimat majemuk, yang terdiri dari atas dua klausa
atau lebih dan tersusun sedemikian rupa sehingga klausa-klausa itu memiliki satu satuan intonasi
saja dan bergabung satu dengan yang lainna secara sintaktis. Contoh dari kalimat majemuk yang
dimaksud adalah; Meskipun belum ada dana yang mencukupi, kami akan membangun rumah
yang besar, atau Kami akan mencari dana dan kami akan membangun rumah yang besar.
Sedangkan, frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan
yang lebih panjang (Verhaar, 2001: 291). Misalnya dalam contoh berikut;
{Secara {lebih mendalam}} kita akan {membahas } {kemampuan {menilai{{prestasi
belajar} siswa}}{untuk {kepentingan{pengajaran{yang lebih baik}}}.
(Frasa-frasa diapit antara kurung kurawal, dan ada juga frasa terkandung, artinya frasa
di dalam frasa.) Bagian secara lebih mendalam adalah frasa adverbial, dengan frasa ajektifal
lebih mendalam sebagai bagian daripadanya, frasa terkandung; akan membahas adalah frasa
verbal; selanjutnya kemampuan menilai prestasi belajar siswa adalah frasa nominal, dengan
frasa verbal terkandung di dalamnya, yaitu menilai prestasi belajar siswa, dan di dalam frasa
verbal terakhir ini ada frasa nominal yang terkandung lagi, yaitu prestasi belajar siswa, dan di
dalamnya prestasi belajar; akhirnya, untuk kepentingan pengajaran yang lebih baik adalah frasa
preposisional, dan di dalamnya ada frasa nominal kepentingan pengajaran yang lebih baik,
sedangkan di dalam frasa nominal terakhir ini ada frasa ajektifal yang lebih baik.
Di atas, disebutkan bahwa frasa adalah bagian fungsional. Kualifikasi fungsional
menyatakan bahwa bagian ini berfungsi sebagai konstituen di dalam konstituen yang lebih
panjang. Misalnya saja, dalam contoh kemampuan menilai prestasi belajar siswa berfungsi
sebagai objek pada verba
konstituen keterangan yang memodifikasi verba membahas. Sebaliknya, dalam urutan kata
mendalam kita, atau pengajaran yang, tidak merupakan frasa karena bagian fungsional di dalam
konstituen yang lebih panjang.
3. Konstituen Inti Dan Konstituen Luar Inti
Nomina atau frasa nominal dibedakan menjadi dua jenis yaitu konstituen inti atau
nuklir, dan konstituen luar inti atau periferal. Konstituen inti pada dasarnya ialah konstituen
yang hadir karena sifat-sifat khas dari verba yang menjadi induk seluruh konstruksi. Misalnya,
contoh dalam klausa-klausa Inggris sebagai berikut;
1. They will object to this plan.
2. They will go to the post office.
Dalam They will object to this plan, preposisi to erat hubungannya dengan verba (to
object to merupakan satu keseluruhan), namun dalam kalimat They will go to the post office
tidak. Hal itu menjadi jelas, bila dilihat dari kemungkinan pemasifan klausa pertama (They will
objected to (by them)), sedangkan klausa kedua tidak dapat dipasifkan (*the post office will be
gone to (by them)). Hanya konstituen-konstituen inti yang dapat disebut sebagai Peserta atau
Argumen. Tetapi, konstituen periferal, bahkan nominapun tidak berstatus Argumen, dan
tidak berstatus Fungsi (Verhaar, 2001:165).
Diantara konstituen periferal ada erat hubungannya dengan Predikat, meskipun memang
tidak berstatus Argumen, sehingga perlu istilah khusus. Misalnya, dalam klausa Saya tinggal di
Jakarta, frasa di Jakarta agak erat hubungannya dengan saya tinggal (karena saya tinggal tanpa
periferal seperti di Jakarta agak tidak lengkap). Konstituen periferal yang perlu demi keutuhan
klausa disebut Komplemen.
4. Fungsi Sintaktis
Fungsi sintaksis berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa. Fungsi kajian
sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya meliputi subjek (S), objek (O), predikat
(P), dan keterangan (K). Berikut ini penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut.
Fungsi induk dalam klausa memang predikat. Predikat itu biasanya berupa verbal,
artinya secara kategorial predikat itu berupa verba. Verba itu mengungkapkan suatu keadaan,
2
kejadian atau kegiatan yang biasanya melibatkan orang atau benda, satu atau lebih. Orang atau
benda tersebut dapat dijuluki Peserta-peserta dalam keadaan atau kejadian yang diungkapkan
oleh verba di tempat predikat, dan peserta itu berupa nominal. Jumlah peserta tergantung dari
jenis verba di tempat predikat. (Verhaar, 2001). Perhatikan contoh di bawah ini;
1. Ibu pergi.
2. Adik saya membangun rumah
3. Ayah membelikan saya beras ketan.
4. Saya dibelikan beras ketan oleh Ayah.
Dari contoh di atas, verba pergi disertai satu Peserta saja, verba membangun ber-Peserta
dua, dan membelikan ber-Peserta tiga. Verba dapat digolongkan menurut kemungkinan adanya
satu, dua, atau tiga Peserta nominal itu, dengan istilah valensi. Dari contoh di atas, pergi
bervalensi satu, membangun bervalensi dua, dan membelikan bervalensi tiga.
Peserta-peserta juga disebut Argumen. Argumen secara fungsional ada dua jenis,
diantaranya Subjek dan Objek. Akan dibahas lebih awal yaitu tentang Subjek (S). Subjek
adalah apa yang berada dalam keadaan yang diartikan oleh verba di tempat Predikat, atau apa
yang mengalami kejadian yang diartikan oleh verba (bervalensi satu, atau bervalensi lebih dari
satu tetapi bentuk pasif), atau apa yang melakukan hal-hal yang diartikan oleh verba (Verhaar,
2001:166). Dari contoh keempat di atas yang menjadi subjek adalah ibu, adik, ayah dan saya.
Objek adalah pihak yang mengalami tindakan yang diartikan oleh verba bervalensi dua
misalnya adalah rumah, dalam contoh adik saya membangun rumah, dan baik saya maupun
beras ketan dalam contoh ayah membelikan beras ketan dan saya dibelikan beras ketan oleh
ayah menunjukkan adanya dua objek (Verhaar, 2001:166).
Sementara itu, fungsi keterangan dalam sintaksis yaitu berfungsi sebagai memberikan
penjelasan tamabahn bagi unsure inti. Karena itu dalam struktur klausa, keterangan termasuk
unsur periferal atau tambahan demi lengkapnya informasi dalam klausa. Contohnya adalah
kelengkapan informasi seperti apa yang menetukan waktu (kemarin, nanti, besok) atau tempat
(di sini, di Jakarta ), atau modus (barangkali, tidak, pasti) dan lain sebagainya (Verhaar,
2001:166).
5. Peran Sintaksis
Peran sintaksis adalah segi semantis dari peserta-peserta verba (Verhaar, 2001: 169).
Peran sintaksis adalah arti dari argumen pada verba yang sedemikian rupa sehingga arti itu
berakar pada verba. Berikut ini contoh yang dalam bahasa Indonesia.
1. Si Dul memukul perampok dengan tongkat.
2. Si Dul memukulkan tongkat pada tembok.
3. Kami memberikan nasi kepada mereka.
3
tempat-tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempattempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Misalnya, seperti contoh berikut.
Irwan melirik Dinda tadi pagi
Tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata Irwan yang berkategori nomina, tempat
kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba, tempat kosong
yang bernama objek diisi oleh kata Dinda yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang
bernama keterangan diisi oleh prasa tadi pagi yang berkategori nomina.
Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa kategori sintaksis mempunyai peran-peran
sintaksis. Kata Irwan pada contoh di atas, memiliki peran pelaku atau agentif, melirik
memiliki peran aktif, Dinda memiliki peran sasaran, dan tadi pagi memiliki peran waktu.
8. Fungsi, Peran, Dan Kategori Dipandang Secara Antar Bahasa
Struktur fungsi, peran, kategori dalam sintaksis klausa dijumpai dalam semua bahasa di
dunia yang mengetahui bahwa memang semua bahasa memiliki kelas-kelas kata atau kategori
tertentu. Karena dalam semua bahasa, perlu dasar untuk mengungkapkan adanya orang atau
benda yang menjadi Pelaku, Pasien, dan seterusnya (Verhaar, 2001:175).
Lain halnya dengan Fungsi dalam bahasa Aceh berikut ini;
1. Gopnyan geumat
ln
3:T
2. Geu3:T:PK
3. ln
1:T:PM
4. gopnyan
3:T:PK pegang
jak
pergi
1:T:PM
gopnyan
3:T:PK
rht(- ln)
jatuh 1:T:PM
ka
ln
ngieng(- geuh)
3:T:PSN
Dalam bahasa ini baik verba maupun Argumen-argumen dimarkahi menurut dua Peran:
Penindak atau Pengalam atau Pasien (lalu dimarkahi juga untuk persona dan jmlah dari Penindak
dan Pasien itu). Bahasa Aceh ini bahasa dengan verba intransitive yang dibedakan menurut
keaktifan Peserta. Misalnya, verba jak pergi menuntut adanya keaktifan pada orang yang
pergi, dan keaktifan itu berstatus Peran Penindak. Sebaliknya, verba intransitive seperti rht
jatuh yaitu orang yang jatuh tidak berbuat apa-apa, hanya mengalami proses jatuh itu dan
menjadi dasar Peran Pasien.
Dalam bahasa Aceh tersebut, tidak ada dasar dalam bahasa Aceh untuk mengandaikan
adanya Fungsi sintaktis sama sekali. Tak ada Subjek dan tak ada Objek dalam bahasa
5
tersebut. Dalam bahasa ini yang hanya tampak yaitu Peran dan Pengisi kategorial tertentu
untuk Peran-peran tersebut.
Adapun bahasa Crow yaitu rumpun Sioux, yang merupakan bahasa Indian-Amerika,
memiliki struktur Peran seperti bahasa Aceh di atas. Adapun contohnya sebagai berikut;
1. biiapak.
1:T:PM
dingin
aku kedinginan
2. dii2:T:PM
apak.
dingin
engkau kedinginan
3. bah-
kak.
1:T:PK tawa
aku tertawa
4. dh-
kak.
2:T:PK tawa
engkau tertawa
5. dii2:T:PM
waa
lichik.
1:T:PK pukul
1:T:PM
itchiak.
cium
Bahasa inggris tidak membedakan verba intransitif dengan cara demikian (verba bantu
untuk kala perfekta selalu have, tidak pernah be), tetapi bahasa Jerman, bahasa Danmark,
bahasa Prancis, dan bahasa Itali membedakan dua jenis verba intransitif seperti halnya dalam
bahasa Belanda, yakni dengan seleksi verba bantu untuk kala perfekta.
maupun her (tanpa preposisi to) berupa Objek, bila dipandang dari sudut
bervalensi dua: Subjek dan (satu) Objek (saja). Oleh karena itu, konstituen to her dalam (I
explained the method to her) tidak berstatus Argumen. Hal itu karena telah dibuktikan pada
klausa (I explained her the method) adalah tidak gramatikal. Dan yang lebih penting menyangkut
bentuk kategorial Argumen, untuk Bab ini, adalah bentuk kategorial verba di tempat predikat.
4. Predikat Tunggal Dan Predikat Serial
Diantara Predikat verbal, ada yang tunggal dan yang serial. Predikat verbal yang
tunggal adalah Predikat dengan verba utama yang hanya satu. Istilah verba utama
menunjukkan kemungkinan adanya Predikat perifrastis, seperti dalam contoh dalam bahasa
Belanda yaitu;
Er wordt hier vaak gewandeld.
SS VBP:3:T:KPR:IND: di: sini sering jalan:PAP
Orang sering berjalan disini
Maka, dilihat dari contoh di atas, (dengan wordt sebagai verba bantu), tetapi dengan verba
utama yang hanya satu (gewandeld) yaitu, dalam klausa yang sama.
Struktur verba serial adalah struktur predikatif dengan verba utama yang lebih daripada
satu (biasanya: dua), sedemikian rupa sehingga tak ada verba yang tergantung dari verba lainya.
Contoh;
1. Kendaraan keluar masuk.
2. Kendaraan keluar dan masuk.
3. Kendaraan masuk dan keluar.
4. *Kendaraan masuk keluar.
Contoh (1) merupakan klausa yang hanya satu, dan dengan demikian berbeda dari (2),
yang merupakan kalimat majemuk, terdiri dari atas dua klausa, yaitu Kendaraan masuk dan
Kendaraan keluar yang dihubungkan dengan dan. Contoh (2) dan (3) merupakan gramatikal,
sedangkan, (4) tidak merupakan gramatikal, karena hanya satu Predikat, terdiri atas dua verba
yang dirangkaikan secara serial.
DAFTAR PUSTAKA
Verhaar, JWM. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press.
10