Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Antihipertensi
Hipertensi adalah tingginya tekanan darah arteri secara persisten;
penyebabnya mungkin tidak diketahui atau mungkin disebabkan oleh penyakit
lain (Dorland, 2012).
Obat antihipertensi dikelompokkan dalam lima obat lini pertama yang
lazim untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu : i. Diuretik, ii. Simpatolitik,
iii. Angiotensin-reseptor blocker (ARB), iv. Angiotensin-converting enzyme
inhibitor (ACEI), v. Calcium channel blocker (CCB).
a. Diuretic
Diuretik merupakan obat hipertensi yang paling umum, terbagi dalam 5
golongan, yaitu golongan tiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium,
carbonic anhidrase inhibitor, dan diuretik osmotik. Tetapi secara umum
hanya 3 golongan yang digunakan untuk obat antihipertensi, antara lain
golongan tiazid, diuretik kuat, dan diuretik hemat kalium (Nafrialdi,
2007).
1) Tiazid
Tiazid bekerja pada tubulus distal ginjal dengan menghambat
transport NaCl sehingga meningkatkan ekskresi Na dan Cl sehingga
curah jantung dan volume darah berkurang dan terjadi resistensi
pembuluh darah perifer. Pemberian tiazid merupakan terapi utama
untuk penyakit hipertensi. Selain itu dapat juga diberikan pada gagal
jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik (Ilyas,
2010).
Tiazid diabsorpsi melalui saluran cerna. Umunya efek obat
setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat
melewati sawar uri. Tiazid diekskresikan oleh sistem asam organik dan
bersaing dengan ekskresi asam urat sehingga jika kadar tiazid dalam
darah tinggi, maka kadar asam urat juga tinggi. Dengan proses aktif
Menurut Ilyas (2010), besar dosis dan sediaan obat untuk diuretik kuat
antara lain:
a) Asam Etakrinat
Sediaan
: Tablet 25 dan 50 mg
Dosis
: 50-200 mg/hari
Pemberian
: 2-3 x sehari
b) Furosemid
Sediaan
Dosis
: 20-80 mg/hari
Pemberian
: 2-3 x sehari
c) Bumetamid
Sediaan
Dosis
Pemberian
: 2-3 x sehari
d) Torsemid
Sediaan
Dosis
Pemberian
: 1-2 x sehari
toksik
paling
berbahaya
dari
obat
ini
adalah
: Tablet 5 mg
Dosis
: 5-10 mg
Pemberian
: 2 x sehari
b. Triamteren
Sediaan
Dosis
: 25-300 mg
Pemberian
: 1 x sehari
b . Simpatolitik
1) Beta-blocker (-blocker)
Beta-blocker
bekerja
dengan
cara
memblok
reseptor
beta-
perifer, dan otot lurik. Stimulasi reseptor beta-1 pada miokardiak akan
menyebabkan pelepasan rennin yang akan meningkatkan cardiac output,
tahanan perifer, dan lainnya. Beta-blocker akan menimbulkan efek,
yaitu:
a) Penurunan frekuensi pada denyut jantung dan kontraktilitas miokard
sehingga cardiac output menurun.
b) Menghambat sekresi renin yang akan menurunkan produksi
angiotensin II.
c) Menekan aktivitas saraf simpatis.
Beta-blocker diekskresikan lewat hati atau ginjal tergantung sifat
kelarutan obat dalam air atau lipid. Obat-obat yang diekskresikan
melalui hati biasanya harus diberikan beberapa kali sehari. Sedangan
yang diekskresikan melalui ginjal memiliki waktu paruh yang lebih
lama sehingga dapat diberikan sekali dalam sehari (Gomer, 2007).
Beta-blocker digunakan pada pasien hipertensi dengan penyakit
jantung koroner, aritmia supreventrikular, dan angin pectoris. Betablocker dapat mengakibatkan bronkospasme, bradikardia, gangguan
kontraktil miokard, dan beta-blocker juga menyebabkan peningkatan
kadar trigliserida serum dan penurunan HDL. Pada pasien DM, dapat
memberi peringatan hipoglikemia. Beta-blocker dapat menyebabkan
efek sentral seperti mimpi buruk, depresi, dan halusinasi.
Beta-blocker tidak disarankan diberikan pada pasien asma, PPOK,
bradikardi, gagal jantung yang belom stabil, dan sick sinus syndrome,
serta diabetes (Gomer, 2007)
2) Alfa-blocker (-blocker)
Alfa-blocker bekerja dengan cara menghambat
reseptor 1 di
hipertrofi prostat. Efek samping yang muncul pada penggunaan Alfablocker di antaraya adalah hipotensi ortostatik pada pemberian dosis
awal atau saat dilakukan penambahan dosis. Efek lebih besar ialah
kehilangan kesadaran sesaat, sakit kepala (pemberian dosis pertama
terlalu besar). Selain itu efek yang terjadi edamaa perifer, hidung
tersumbat, palpitasi, dan mual. Dosis dan sediaan Alfa-bloker, yaitu
(Nafrialdi, 2007).
c. Penghambat Angiotensin
1) ACE-I (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)
Obat golongan ini memberikan efek antihipertensi dengan cara
menghambat pembentukan angiotensin II. Bisa menyebabkan hipotensi
berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi renovaskular,
misalnya pada stenosis arteri renalis. Efek samping yang ditimbulkan
adalah batuk kering dan angioedema. Contoh obatnya adalah (Gomer,
2007):
a) Kaptopril
Sediaan
Dosis
Pemberian
: 2-3 x sehari
b) Lisinopril
Sediaan
Dosis
Pemberian
: 1 x sehari
c) Enalapril
Sediaan
mg
Dosis
Pemberian
: 1-2 x sehari
II,
senyawa-senyawa
ini
CCB
dianjurkan
pada
pasien
angina,
hipertensi,
Selain melalui pengobatan secara farmako, bisa juga melalui jalur bedah
seperti (AHA, 2015) :
a) Operasi bypass atau angioplasty. Operasi ini dilakukan untuk
mengatasi gagal jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung
koroner, yaitu kondisi saat sejumlah pembuluh darah jantung
tersumbat. Melalui operasi bypass, darah dapat mengalir kembali
melalui jantung secara lancar sehingga mencegah serangan jantung,
serta menyembuhkan angina. Pada beberapa kasus, operasi bypass
dapat memperbaiki fungsi otot jantung.
b) Operasi katup jantung. Jika gagal jantung disebabkan oleh kerusakan
pada katup jantung, maka operasi ini dapat dilakukan. Ada dua jenis
operasi katup jantung, yaitu operasi untuk memperbaiki katup dan
operasi untuk mengganti katup.
c) Operasi transplantasi jantung. Operasi ini dilakukan jika penanganan
gagal jantung dengan obat-obatan serta operasi lainnya tidak menemui
hasil. Melalui operasi transplantasi, jantung pasien yang sudah rusak
diganti dengan jantung yang didapat dari donor. Namun prosedur ini
tidaklah mudah, mengingat sulitnya mendapatkan donor jantung serta
kecocokan dengan diri pasien.
frekuensi jantung. Pada umumnya obat-obatn ini sedikit banyak juga mengurangi daya
kontraksinya. Perlu pula diperhatikan bahwa obat-obatan ini juga dapat memeperparah
atau justru menimbulkan aritmia (Tjay, 2007). Obat antiaritmia mempertahankan irama
sinus pada gagal jantung memberikan keuntungan simtomatik, dan amiodaron merupakan
obat yang paling efektif dalam mencegah AF dan memperbaiki kesempatan keberhasilan
kardioversi bila AF tetap ada (Sukandar, 2008).
Obat obat antiaritmia dibagi menjadi 4 kelas (Fauci,2008)
Obat antiaritmia Kelas I
Mekanisme kerja : obat obat antiaritmia kelas 1 bekerja dengan menghambat
kanal natrium yang sensitif voltase oleh mekanisme yang sama dengan kerja anestesi
lokal. Penurunan kecepatan masuknya natrium memperlambat kecepatan kenaikan fase
nol dari potensi yang aksi (catatan : pada dosis terapeutik, obat obat ini mempunyai efek
yang kecil terhadap membran dalam keadaan istirahat dan membran terpolarisasi
penuh). Karena itu, obat obat antiaritmia kelas 1 umumnya menyebabkan penurunan
aksi eksitabilitas dan kecepatan konduksi. Klasifikasi obat antiaritmia kelas 1:
Klasifikasi obat
Mekanisme kerja
Tanggapan
IA
Memperlambamem
depolarisasi fase 0
IB
Memperpendek
repolarisasi
fase 3
IC
Memperlambat
depolarisasi
Mekanisme kerja : penyekat kanal kalsium. Obat ini mengurangi arus masukyang
dibawa kalsium. Menybabkan penurunan kecepatan depolarisasi spontan fase 4 dan
memperlambat konduksi yang terdapat dalam jaringan yang bergantung pada arus
kalsium seperti nodus AV. Meskipun kanal kalsium yang sensitif k terdapat di berbagai
jaringan, efek utama penyekat kanal kalsium adalah pada otot polos vaskular dan
jantung. Contoh : verapamil dan diltiazem.
D. Obat Antiangina
Contoh Obat Antiangina
1. Gol Nitrat
-Cara kerja
Mengurangi
kebutuhan
oksigen,
suplai
oksigen miokard/jantung
-Indikasi
-Efek samping
-Contoh
2007)
2. Beta bloker
-Cara kerja:
Mengurangi konsumsi oksigen miokardPenggurangan kontraktilitas miokard
Pengurangan
denyut
jantung
(laju
sinus)
Pengurangan
konduksi