Anda di halaman 1dari 5

BAB 5

Nyeri adalah suatu rasa yang tidak menyenangkan yang melibatkan emosional dan
berhubungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri akut dapat merupakan bagian dari
kerusakan jaringan atau inflamasi yang dapat disebabkan oleh operasi, luka bakar
ataupun trauma. Pada beberapa penelitian menyatakan nyeri post operasi 4-54%
bahkan ada yang menyatakan sampai dengan 80%. Penanganan nyeri paska bedah
yang efektif sangatlah penting. Penanganan nyeri yang efektif dengan sedikit efek
samping akan mempercepat pemulihan dan kepulangan pasien dari rumah sakit.
Pemberian analgesi post operasi yang adekwat menjadi prioritas.
Terdapat beberapa golongan obat yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri
post operasi seperti golongan non opioid (parasetamol), NSAID, opioid lemah (kodein,
tramadol), opioid kuat (morphine), dan adjuvant (ketamin dan klonidine). Analgesi
setelah pembedahan dapat dicapai dengan menggunakan beragam opioid dengan
rentang sifat farmakodinamik dan farmakokinetik yang luas. Efektifitas pemakain
opioid sebagai analgesi paska bedah sudah diakui namun memiliki efek samping.
Morfin sering dipergunakan untuk mengontrol nyeri pascaoperasi pada nyeri sedang
sampai berat. Pemberian morfin secara intravena (iv) memungkinkan penanganan
nyeri yang cepat dan membatasi risiko overdosis.
Walaupun morfin sering menimbulkan efek mual dan muntah, tetapi morfin
tetap menjadi pilihan utama dalam mengatasi nyeri hebat.
1.

Efek euforia : rasa puas yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh stimulasi
tegmentum ventral

2.

Efek pernafasan : penurunan sensitivitas neuron pusat pernafasan terhadap


karbon dioksida dapat menyebabkan depresi nafas. Hal ini sangat berbahaya
bagi pasien karena depresi nafas merupakan penyebab kematian yang paling
sering

3.

Efek penekanan refleks batuk : morfin memiliki efek antitusif

4.

Efek analgesi (menghilangkan rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran) : dapat


meningkatkan ambang rangsang nyeri, dapat mempengaruhi emosi dan dapat
memudahkan tidur pada waktu ambang rangsang nyeri meningkat.
Efek samping kontak morfin dengan kulit orang yang sensitif

dapat menyebabkan eritema, urtikaria, gatal-gatal dan dermatitis.


Kerentanan efek terapi dan toksisitas bervariasi terhadap orang yang
berbeda, anak-anak yang lebih rentan daripada orang dewasa,
seperti juga orang yang menderita myxedema dan hipotiroidisme
Morfin

bekerja

menghilangkan

langsung
sakit.

pada

Morphin

sistem

dan

saraf

pusat

kongenernya

untuk

menunjukkan

toleransi-silang tidak hanya menganai kerja analgesic tapi juga pada


efek euphoria, sedasi, dan respirasi. Toleransi juga berkembang kea
rah analgesic dengan efek reseptor campuran tapi perkembangan
lebih kecil, dibandingkan dengan agonis. Efek-efek nya seperti
halusinasi, sedasi, hipotermi dan depresi napas
Morfin dapat memberikan resiko efek samping yang cukup
beragam, antara lain efek terhadap sistema pernafasan, saluran
pencernaan. Studi yang dilakukan (Hengki Irawan dkk, 2014)
menyebutkan hal yang terjadi pada efek samping morphin berupa
gatal yang mengganggu pada pasca operasi pada jam ke 4, 8 da 24
yang terekam dalam history mesin PCA dan mengalami mual
muntah. Apalagi terjadi yang serius dapat terjadi overdosis depresi
napas.

Karena

Efek

pada

sistem

pernafasan

berupa

depresi

pernafasan, yang sering fatal dan menyebabkan kematian. Efek ini


meningkat pada penderita asma, karena morfin juga menyebabakan
terjadinya penyempitan saluran pernafasan. Efek pada sistema
saluran pencernaan umumnya berupa konstipasi, yang terjadi karena
morfin mampu meningkatkan tonus otot saluran pencernaan dan
menurunkan motilitas usus.
Pada studi yang dilakukan oleh (Irawan Setiawan dkk, 2014)
terdapat 2 kelompok yaitu

yaitu kelompok K berupada mual

sebanyak 1 pasien sedangkan kelompok M terjadi sebanyak 3 orang.

Penelitian

yang

dilakukan

berupa

satu

jenis

operasi

yaitu

histerektomi dengan asumsi manipulasi usus yang sama dan lama


operasi yang sama.
Penanganan nyeri akut post operasi dapat mencegah terjadinya nyeri kronik
post operasi dan mempercepat pemulihan kesehatan pasien sehingga kualitas hidup
pasien pasca operasi lebih baik dan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari lebih
dini. Penanganan nyeri yang disarankan adalah dengan pendekatan multi modal
analgesia, baik dengan anelgesia lokal atau anelgesia sistemik, menggunakan beberapa
obat yang masing- masing bekerja dari jalur nyeri yang berbeda.
Penanganan

efek

samping

morphin

bisa

diberikan

dipenhidramin 10 mg/iv pada efek gatal-gatal dan bisa diberikan


metokloperamid 10 mg/iv pada penelitian Hengki Irawan dkk, 2014. Selain itu
penanganan nyeri pasca bedah akan lebih efektif bila mengkombinasikan antara obatobat perifer dan sentral, dengan mengkombinasikan anestesi lokal dan opioid, atau
mengkombinasikan antara klonidin dengan opioid atau anestesi lokal.
Morfin tidak diberikan secara bebas kepada setiap pasien pasca operasi.
Adapun kontraindikasi morfin, antara lain :
1.

Ibu hamil dan menyusui

2.

Riwayat penyakit hati dan ginjal

3.

Penyakit jantung

4.

Penyakit pada saluran pernafasan seperti Penyakit Paru Obstruksi Kronik


(PPOK)

5.

Tekanan darah rendah

6.

Penyakit epilepsi

7.

Kelemahan otot

8.

Cedera kepala berat

9.

Obat-obatan dan alkohol

DAFTAR PUSTAKA
Uwe Rinner and Tomas Hudlicky, 2011. Synthesis of Morphine
Alkaloids and
Hengki

Irawan,dkk.,

Meningkatkan
Anestesi

Derivatives
2014.

Pemberian

Magnesium

Sulfat

Intravena

Efek Analgesia Pascaoperasi pada Bedah Mayor Menggunakan


Umum

Irvan Setiawan, dkk., 2014. Perbandingan Pemulihan Bising Usus pada Pasien
Pascaoperasi Histerektomi per Laparotomi Menggunakan Analgetik Kombinasi
Ketamin-Morfin dengan Morfin Intravena
Alfiani Sofia Qudsi, 2014. Prevalensi Kejadian Ponv Pada pemberian Morfin Sebagai
Analgetik Pasca Operasi Penderita Tumor Payudara Dengan Anastesi Umum
RSUP Dr. Kariadi Semarang

Anda mungkin juga menyukai