Anda di halaman 1dari 14
Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol.11, No.2, Agustus 2011 pp. 174-186 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP DAYA INOVASI MASYARAKAT INDONESIA Sobarsa* Abstract The purpose of this paper is to report the result of a study aimed at the factors effect on innovation in Indonesia. Indonesia has many resources occupied by more than 300 etnics dispersed in 17,508 islands. It consists of a mixed population of Muslims, Hindus, Buddhist, Christians, and animists, which has created many kinds of cultural. These may have effect to their innovation. Data were collected from electronical and automotive industries situated in Jabotabek. These cities is a centre of activities of manufacturing industries that may reflect the industries throughout Indonesia. These industries is also deemed as full of innovation which might be effected by indonesian cultural. Factor analysis were used to determine the factors effect to the innovation. 150 quesionnaires were dispersed to managers of the firms and 127 of them were returned. The result of the study reveals that religion’s values, cultural values, and education effect to the innovation. But, these factors indicate weak effect to Indonesian innovation. This is because of relaxed working, by pass, lack of leader figure, less national identity, perfunctorily, poor competitive power, and education manner are the factors efect to the innovation weaknesses. The study based on the data collected within automotive and electronical industries might be less representative to reveal the factors of Indonesian innovation. Additionally, the data collected might be small in number to make a general conclusion, while heteroginity of Indonesian cultural may also be handicap to the research conducted. This study has contributed to the efforts of revealing the ability of Indonesian innovation and its developement. Keywords : Innovation, Religion, Cultural, Education, Factor analysis *Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat 11440. (E-mail : sobarsa@yahoo.com). 174 Kinerja Dosen Pada Program Studi Terakreditasi_ 173 Rivai. (2006). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Robins, S.P. (1994) Essential Organizational Behavior, Prentice - Hall International. New Jerse Ruijter, K, Tjipto, U. (1985). Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Penerbit Gramedia. Jakarta. Said, S. (2002). Faktor-Faktor Strategis yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan dan Kinerja_ Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia. Disertasi, Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Sikula,A.F. (1981). Personnel Administration and Human Resources Management. New York: A Wiley Trans Edition, By John Wiley and Sons Inc. Snell, Scott A., Mark A. Youndt. (1995). Human Resource Management and Firm Performance : Testing a Contingency Model of Executive Controls. Journal of Management. 21 (4): 711-737. Steers, Richard M. (1985). Organizational Effectivity : Behavior Review, Cetakan Kedua. Terjemahan, Erlangga, Jakarta. Steven, Mellor, Jenet, Matheu. (2001). Employees Non-work Obligation and Leadership at Work. The McGraw-Hill Companies Inc. Stogdill, R.M. (1992). Hand Book Leadership: A Survey of Theory and Research. 3" Edition, New York: Free Press. Volume 11, Nomor 2, Agustus 201 1, hal.140-173 Faktor-Faktor'yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 175 Latar Belakang Terbentuknya Perdagangan Bebas Asean AFTA (Asean Free Trade Association) tahun 2003 menandai era baru perekonomian Indonesia, bahwa sejak saat itu Indonesia memasuki era globalisasi. Globalisasi ini kemudian diikuti dengan terbentuknya perdagangan bebas ACFTA (Asean China Free Trade Agreement) tahun 2010, disusul dengan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) tahun 2020. Dalam era ini setiap produk bangsa Indonesia harus bersaing dengan produk-produk luar negeri, kapanpun dan dimanapun. Pasar, yang asalnya terbagi kedalam pasar local, nasional, dan internasional, telah melebur manjadi pasar global (Lummus ef al., 2005). Banyak yang menghawatirkan kemampuan bersaing produk Indonesia dibanding dengan produk dari negara- negara lain. Dilihat dari alamnya, Indonesia memiliki sumberdaya yang melimpah, masyarakatnya religius, dan budayanya yang unik (Sobarsa, 2007). Kandungan alamnya mulai dari gas, yang berbentuk cair seperti minyak bumi, hingga benda yang paling keras seperti intan, semuanya tersedia. Permukaan alamnya terdiri dari pulau-pulau (17.058 pulau) dan dua pertiganya lautan. Memiliki flora dan fauna yang langka, pantai-pantai yang indah dan taman-taman lautnya yang memukau. Penduduknya yang terdiri dari 350 etnik lebih memiliki budaya yang berbeda. Semuanya merupakan sumberdaya yang bisa diolah menjadi produk yang bisa dijual untuk kemakmuran bangsa Indonesia. Bertolak belakang dengan alamnya yang makmur, Indonesia sedang menghadapi persoalan pelik berkaitan dengan perbedaan sosial yang menyolok antara yang kaya dan yang miskin. Banyak yang berpendapat bahwa kondisi ini akibat kebijakan pemerintah masa lalu (Orde Baru) yang memberikan kesempatan yang berbeda terhadap anggota masyarakat dalam pengembangan ekonominya. Pendapat lain mengemukakan bahwa kondisi ini timbul karena lemahnya entrepreneur yang dimiliki bangsa Indonesia sehingga sumberdaya alamnya tidak diolah_maksimal. Entrepreneur berkaitan dengan inovasi yang merupakan pundamen untuk membangun daya saing tersebut (Hoang ef al., 2006). Argumen utamanya adalah perubahan lingkungan harus secara direspon sesegera mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup usaha, dan itu akan sangat tergantung pada kadar inovasinya (Lawless & Anderson, 1996). Perumusan Masalah Ada yang berpendapat bahwa budaya akan menentukan_kreativitas (Kuntjaraningrat, 1974). Pendapat itu di dasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan budaya seperti tari-tarian, olah raga, upacara adat dan kegiatan budaya lainnya pada hakikatnya merupakan hasil inovasi. Tapi agama pun memegang peranan penting dalam menumbuhkan kreativitas, seperti kurban dalam agama Islam Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174 - 186 176 Media Riset Bisnis & Manajemen misalnya, telah mendorong masyarakat untuk membuat berbagai usaha seperti beternak, membuat usaha pemotongan, atau usaha dalam bidang transportasi. Demikian juga dalam upacara agama Hindu yang telah mendorong masyarakat Bali menjadi tertampil dalam membuat kerajinan tangan dan ukir-ukiran. Indonesia yang masyarakatnya agamis dan budayanya yang bermacam- macam banyak yang menganggap kurang inovatif dalam menghadapi persaingan global. Jadi masalah dalam penelitian ini adalah : “Faktor-faktor apakah yang mendorong inovasi masyarakat Indonesia” ?. Tinjauan Pustaka Inovasi adalah sesuatu yang baru baik itu produk, metode, atau kedua- duanya (Collins English Dictionary, 2001). Itu merupakan upaya perubahan kearah perbaikan (Tidd; Bessant, & Pavitt, 2001). Sejauh mana seseorang mengadopsi (adopt = to choose a method or idea) gagasan-gagasan baru (Roger 1985, Hill & Jones, 2001) dan mengubahnya menjadi suatu produk (Roberts, 1999) yang bermanfaat bagi lingkungan (White & Bruton, 2006, Prayogo ef al., 2008 ). Dengan kata lain, inovasi bukan hanya membuahkan ide, penciptaan dan pengembangan produk saja tetapi meliputi seluruh upaya untuk menggali, mengembangkan dan menerapkan ide dalam mengolah bahan, mendesain, memproses, serta menyesuaikannya dengan harapan-harapan masyarakat. Alasan utamanya adalah mempertahankan kelangsungan hidup (Bruton & White, 2006). Kegiatan perusahaan untuk melakukan pengembangan dan penelitian telah mendorong timbulnya inovasi (Porter, 1985). Namun bukan hanya kegiatan dalam perusahaan saja, kegiatan di lingkungan luar perusahaan pun berpengaruh terhadap inovasi. Olah raga (sepak bola) misalnya telah menimbulkan inovasi dalam pembuatan sepatu dan pakaian olah raga, atau atribut olah raga lainnya. Dalam kegiatan budaya telah menimbulkan banyak inovasi dalam penciptaan pakaian, bangunan-bangunan, atau kegiatan lainnya (Koentjaraningrat, 1974), demikian juga halnya dengan kegiatan keagamaan. Agama dan budaya telah memberikan dan menentukan pendidikan, baik formal maupun tidak formal seperti oleh para pemimpin masyarakat. Semuanya akan menentukan keterampilan seseorang dan dalam menciptakan ide-ide. Rerangka Konseptual Penelitian ini mencoba mengungkap apakah daya inovasi masyarakat Indonesia termotivasi oleh nilai-nilai agamanya, budayanya, atau pendidikannya. Kalau memang ada, maka diharapkan akan mampu merespon perubahan lingkangan dan mampu mengembangkan produk. Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174-186 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 177 BUDAYA. PENDIDIKAN AGAMA {2 Gambar 1 Rerangka Konseptual INOVASI Hipotesis Agama Agama merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya. Diartikan sebagai sesuatu sistema kredo (tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Multak diluar manusia (Esa, 1983). Agama sama dengan religi sehingga setiap orang yang perilaku dan ucap-ucapannya selalu mengacu kepada norma agama, dikatakan bahwa orang tersebut bersifat religious. Apabila sikap dan perilaku yang mengacu pada nilai-nilai agama tersebut dianut, dipegang teguh, dan dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten oleh sebagian besar warga masyarakat, maka nilai- nilai agama tersebut menjadi nilai-nilai budaya (Koentjaraningrat, 1974). Banyak sekali nilai-nilai agama yang pendorong untuk meningkatkan etos kerja. Misalnya “Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang (kaum) apabila orang (kaum itu) tidak merubahnya sendiri” (konsep inovasi); “Tuhan tidak senang berlebih-lebihan” (konsep efisiensi), “Manusia memiliki sifat Tuhan sebagai Pencipta” (konsep produktivitas); “Tuhan Maha Sempurna dan menyenangi kesempumaan perbuatan” (konsep kualitas); “Bekerja keras sebagai pengabdian kepada Tuhan” (konsep loyalitastas); “Tuhan lebih dekat dari pada urat leher dan di kiri kanan manusia ada malaikat pencatat kelakuannya” (konsep pengawasan). Bukan hanya agama Islam saja, agama Kristen, atau agama lain juga mengajarkan manusia untuk memperbaiki dan memelihara lingkungan. Nilai-nilai agara telah terbukti berhasil dipraktekan dan telah menjadi budaya. Misalnya di Jepang (agama Shinto) saat restorasi Meiji tahun 1867, atau di Eropa (agama Kristen) pada abad ke 18 (Koentjaraningrat, 1974), demikian juga Agama Islam pada awal ijriyah (Quraish Shihab,1996). Hal-hal diatas menjadi dasar hipotesis di bawah ini. Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174 - 186 178 Media Riset Bisnis & Manajemen lai agama terhadap budaya masyarakat. lai agama terhadap pendidikan. lai agama terhadap kegiatan inovasi. Budaya Budaya berasal dari kata buddhi (sangsekerta) yaitu akal atau hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia (Esa, 1974). Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya dari hasil budhi manusia (Koentjaraningrat, 1974) yang terbentuk dalam wujud adat, kelakuan, dan wujud fisik. Didalamnya terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, hukum-hukum, dan aturan-aturan, cara berkomunikasi, dan sebagainya. Budaya sama seperti agama, tapi agama tidak sama dengan budaya. Agama terdiri dari nilai-nilai yang lebih bersifat universal sedangkan budaya terdiri dari nil i yang lebih bersifat spesifik. Nilai-nilai agama menjadi nilai-nilai budaya apabila ajarannya dilaksanakan secara konsisten dan menjadi kebiasaan sehari-hari oleh sebagian besar masyarakatnya. Misalnya menyembelih kambing, atau sapi, atau ternal lainnya pada hari raya ledul Adha atau pada saat kelahiran anak (dalam agama Islam) sudah menjadi budaya masyarakat muslimin. Pembuatan patung di depan rumah sudah menjadi budaya masyarakat Hindu, atau musik klasik sudah menjadi budaya masyarakat Kristen. Ajaran agama tentang Sang Maha Pencipta telah menimbulkan kekagumana atas alam ciptaannya, baik yang nyata maupun yang ghoib, sehingga menimbulkan pula tentang legenda-legenda, tari-tarian, atau hasil karya lainnya sehingga budaya yang sifatnya spesifik. Nilai-nilai budaya dan telah menciptakan kasil karya bermutu tinggi ini pada gilirannya menimbulkan rasa bangga pada masyarakat tersebut yang membuatnya dan menjadi nilai-nilai budaya yang terus diwariskan ke generasi berikutnya (Koetjaraningrat, 1974) memlalui pendidikan, b aik formal maupun tidak formal. Banyak sekali produk-produk dunia yang berasal dari kebudayaan dan dijadikan sebagai input dalam menentukan berbagai kebijakan dalam pendidikan. Kebudayaan ini selanjutnya mempengaruhi pendidikan dalam menentukan kurikulumnya, atau sarana prasarananya. Hg: Ada pengaruh nilai-nilai budaya terhadap kegiatan pendidikan. Hs: Ada pengaruh nilai-nilai budaya terhadap daya inovasi masyarakat. Pendidikan Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan (Walker, 1992). Pendidikan berarti how fo know, how to learn, dan how to do. how to create, tegasnya pendidikan adalah upaya manusia agar dirinya menjadi cerdas dan bijak dalam menghadapi berbagai persoalah kehidupan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174-186 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 179 (UU no. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional). Dalam era globalisasi ini pendidikan menjadi pusat kegiatan yang sangat strategis dalam memperkokoh nasionalisme (Perwitya, 2007). Kemajuan atau kemunduran pendidikan merupakan cermin sejauh mana suatu Negara siap dalam menhadapi kompetisi globalisasi (Cahyono, 2006). Keberhasilan pendidikan akan mengantarkan anggota masyarakat dari kehidupan masyarakat industri menjadi masyarakat post industrial (Heizer & Render, 2006) yaitu suatu masyarakat teknologi yang memperoleh pelatihan (training), pendidikan (education), dan ilmu (knowledge) sehingga akan dikenal menjadi masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Knowledge society adalah dimana terdapat banyak tenaga kerja (/abor force) yang sudah berpindah dari kerja manual ke tugas-tugasnya yang bersifat pengolahan informasi dan teknologinya. Dengan demikian diyakini bahwa pendidikan dapat digunakan secara effective untuk mentransfer ilmu pengetahuan untuk memecahkan persoalah kehidupan, dan meningkatkan kreativitas masyarakat. He: Ada pengaruh pendidikan terhadap daya inovasi (produkivitas) masyarakat. Metodologi Variabel-variabel_ dalam penelitian ini diukur dengan meggunakan sejumlah item pernyataan sebagai berikut ; (1) Variabel Inovasi. Sikap atau perilaku seseorang terhadap objek atau lingkungannya dipengaruhi oleh: (a) Nilai- nilai agama yang dianutnya, (b) Nilai-nilai budaya, dan (c) Pendidikannya. (2) Variabel Agama. Nilai-nilai agama pendorong produktivitas dan merubah nasib : (a) Tuntunan untuk bekerja keras, (b) menghargai mutu, mencintai lingkungan, kasih sayang terhadap mahluk Tuhan, berdisiplin, dan tidak boros, (c) Kerja keras sebagai kegiatan ibadah, (d) Tuntunan untuk berinovasi, (e) Tuntunan agar berani bersaing, (f) Tuntunan agar bertanggung jawab, (g) Pendidikan agama yang keliru, (h) Kegiatan ibadah yang belum membudaya. (3) Variabel Budaya. Nilai-nilai budaya untuk bekerja keras, berhemat (tidak boros), menghargai kualitas, bertanggung jawab, meliputi: (a) Menghargai mutu, bertanggung jawab, berdisiplin, tidak berorientasi pada nasib, (b) Memandang materi sebagai lambang kebahagiaan, (c) Pembentukan Kepribadian nasional, (d) Tuntunan tokoh untuk bekerja keras dan mencintai hasil karya sendiri, (e) Ketidak adaan tokoh untuk pengabdian sebuah karya, (f) Nilai agama yang belum membudaya, dan (g) Pengabdian kepada Sang Maha Pencipta belum menjadi budaya. (4) Variabel Pendidikan, Nilai-nilai pendidikan yang berorientasi kepada inovasi (system pendidikan nasional) meliputi : (a) Sarana prasarana, (b) Kurikulum pendidikan, (c) Kualitas tenaga penagajar, dan (d) Metode belajar mengajar. Metode analisis data yang digunakan adalah factor Analysis. Dalam analisis faktor, 25 instrumen yang telah diuji dengan KMO (Kaiser Mayer Olkin) dan MSA (Measure of Sampling Adequacy). Proses ekstraksi dilakukan dengan Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174 - 186 180 Media Riset Bisnis & Manajemen analisis komponen utama (Principal Componen Anlysis) kemudian dilakukan rotasi (rotation) untuk memperkuat variable-variabel yang layak dikelompokan. Proses pemutaran (rotasi) dilakukan dengan metode Varimax yang umum digunakan. Variabel-variabel yang bernilai < 0,50 dikeluarkan dari pertimbangan karena tidak mampu menjelaskan factor-faktor yang terbentuk. Hasil dan Pembahasan Hasil pengukuran Varian dengan Communalities adalah sebagai berikut : Tabel 1 Pengukuran varian dengan Communalities Keterangan : Initial Extraction Usaha menemukan gagasan (ide) 1,000 s747 Mengikuti perubahan 1,000 1799 Kerja sebagai ibadah 1,000 723 Kerja keras sebagai budaya 1,000 1569 Mencari ide kegiatan yang menarik 1,000 661 Bekerja keras sebagai tuntunan agama 1,000 821 Bersaing sebagai tuntunan agama 1,000 912 Kepemimpinan sebagai ajaran agama 1,000 661 Budaya kerja keras mendorong inovasi 1,000 679 Budaya menerabas menghambat inovasi 1,000 {773 Kepribadian Nasional mendorong inovasi 1,000 {734 inutan_mendorong kerja keras 1,000 606 i agama belum membudaya 1,000 1736 Kerja asal-asalan 1,000 696 ‘Sumber : Hasil pengolahan data - Extraction Method: Principal Component Analysis. Factor 1 (Pengaruh Budaya) terdiri dari variabel (1) Semangat kerja keras, (2) Perilaku menerabas, (3) Kepribadian nasional, (4) Tokoh panutan, (5) Nilai agama yang membudaya, dan (5) Kerja yang asal-asalan. Variabel-variabel itu mengindikasikan bahwa pembentukan jiwa innovator hanya akan ditentukan oleh nilai-nilai budaya kerja keras, bertanggung jawab, meningkatkan mutu, menghargai karya sendiri, dan berdisiplin. Nilai-nilai budaya seperti ini sangat minim ditemui di Indonesia, yang menonjol adalah penghargaan kekuasaan, kedudukan, kemewahan yang bersifat materi. Variabel ini dianggap sebagai lambang kebahagiaan yang harus diperolehi walaupun dengan cara menerabas. Minimnya tokoh panutan dalam bekerja keras dan menganggap bahwa kerja bukan sebagai ibadah merupakan hambatan dalam pembentukan jiwa inovator. Karena Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174-186 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 181 nilai-nilai yang mendorong inovasi yang belum membudaya, tidak heran kalau perilaku kerjanya juga bersifat asal-asalan. Tabel 2 Rotated Component Matrix Keterangan : Components 1 2 3 Usaha menemukan gagasan (ide) 7156 3820 225 Mengikuti perubahan 1173 851 210 Kerja sebagai ibadah 1156 3820 225 Kerja keras sebagai budaya 1173 851 210 Mencari gagasan kegiatan yang menarik 2170 815 210 Bekerja keras sebagai tuntunan agama 266 813 1182 Kepemimpinan sebagai ajaran agama 293 630 036 Budaya kerja keras mendorong inovasi 2165 5736 3182, Budaya menerabas menghambat inovasi 3143 219 3864 Kepribadian Nasional mendorong inovasi 275 1129 935 Tokoh panutan mendorong kerja keras 615 462 1295 Nilai-nilai agama belum membudaya 848 224 3070 Kerja asal-asalan 3840 2156 065 Sumber : Hasil Pengolahan Data - Extraction Method: Principal Component Analysis Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Faktor 2 (Pengaruh Pendidikan) terdiri dari variabel (1) Usaha menemukan gagasan (ide) (2) Mengikuti perubahan, (3) Kerja sebagai ibadah, (4) Kebiasaan Kerja keras, (5) Mencari gagasan kegiatan yg menarik. Faktor ini menunjukan bahwa pendidikan menjadi penting untuk mendorong seseorang untuk terbiasa mengikuti perubahan lingkungan dan akibat-akibat dari perubahan tersebut. Upaya-upaya perbaikan atau penyesuaian terhadap perubahan lingkungan tersebut akan mendorong timbulnya gagasan. Apabila kegiatan ini sudah merupakan kebiasaan, pencarian gagasan merupakan kegiatan yang menarik. Untuk membiasakan bekerja keras sebagai ibadah juga harus dilakukan melalui pendidikan. Faktor 3 (Pengaruh Agama) terdiri dari variabel (1) Bekerja keras sebagai tuntunan agama, (2) Bersaing sebagai tuntunan agama, (3) Kepemimpinan sebagai ajaran agama. Faktor ini mengindikasikan bahwa kebiasaan bekerja keras, menghargai mutu, bertanggung jawab, berdisiplin, tidak boros, harus dituntun oleh agamanya. Walaupun dalam kuesioner mengacu pada agama Islam, tetapi dalam agama lain pun memiliki kesamaan ajaran. Misalnya tuntunan untuk “Berlomba- lobalah dalam kebaikan; Barang siapa bersungguh-sungguh ia akan menuai hasilnya”, semuanya akan tersirat dalam setiap agama. Demikian juga ajaran bahwa “‘setiap orang adalah pemimpin dan akan ditanya _ tentang ‘Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174 - 186 182 Media Riset Bisnis & Manajemen kepemimpinannya”, mendorong seseorang untuk bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Tabel 3 Component Transformation Matrix “Component 1 Dar ee I 647 626 436 2 -762 502 410 3 038 —-,597___—801 Sumber : Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization Component Plot in Rotated Space Gambar 2 Component Plot in Rotated Space Hasil pengolahan analisis factor yang telah terbentuk dicoba dianalisis dengan mengunakan pengujian Component Transformation Matrix. Pengujian ini diperlukan untuk melihat apakah factor yang terbentuk sudah tepat atau belum. Hasil dari pengujian ini terlihat pada tabel di bawah bahwa komponen! dengan 1, component 2 denan 2, demikian juga komponen 3 dengan 3 memperlihatkan angka diatas 0,5. Komponen 1 dengan | bernilai 0,647, Komponen 2 dengan 2 bernilai 0,502, dan komponen 3 dengan 3 bernilai 0,801. Ini menunjukan bahwa_hasil analisis ketiga factor tersebut sudah tepat. Ketepat analisis ini ditunjukan secara visual dengan Component Plot in Rotated space dimana letak ke 13 variabel ditampilkan dalam ke tiga factor tersebut. Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal. 174-186 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 183 Simpulan, Implikasi Manajerial, Keterbatasan Penelitian, dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Sebanyak 77,7% responden menyatakan bahwa inovasi bangsa Indonesia sangat rendah (nilai rata-rata 32,8). Kalau ini benar menunjukan rendahnya daya saing bangsa Indonesia. Ini paralel dengan rendahnya penghargaan atas hasi! karya sendiri dengan nilai rata-rata 24,4 (75,6% responden), dan penggunaan hasil karya sendiri yang hanya 35,6 (89 % responden). Sikap kurang menghargai karya sendiri mengakar ke tingkat bawah yang selalu merasa kurang percaya diri kalau menggunakan produksi dalam negeri sehingga banyak produk yang menggunakan merek asing atau berbau asing seperti ayam bangkok atau jambu bangkok atau nama lainnya agar masyarakat mau menggunakannya. Sikap tidak percaya diri ini tertanam juga pada sebagian diri anak mudanya yang senang memakai baju merek asing (walaupun bekas) hanya Karena dirinya ingin disebut sebagai masyarakat maju (tidak kampungan). Sikap ini berbeda dengan perilaku masyarakat negeri maju seperti orang Jepang, Korea, Inggris, dan terutama sekali orang Yahudi yang lebih senang menggunakan produknya sendiri. Mereka akan memandang rendah kepada orang sebangsanya kalau menggunakan produksi buatan asing. Selain minimnya tokoh panutan dalam bekerja keras, masyarakat Indonesia memandang bentuk-bentuk lahiriah (hal-hal yang bersifat materi) sebagai lambang kebahagiaan. Sebagai lambang kebahagiaan, materi ini harus diperoleh dengan cara apapun (77,2% responden). Temuan ini mendukung _ penelitian Koentjaraningrat (1974) yang menyimpulkan bahwa budaya bangsa Indonesia bersifat menerabas. Kalau ditarik ke kondisi yang lebih luas, maraknya praktek korupsi dimungkinkan oleh sifat menerabas ini (selain faktor lemahnya pengawasan). Korupsi merupakan godaan yang sangat besar karena dengan usaha sedikit saja yang bersangkutan akan memperoleh materi (uang) yang sangat besar. Kalau peluang untuk korupsi ini tidak dihilangkan, kemampuan inovasi bangsa Indonesia akan tetap lemah dan perbedaan sosial antara yang kaya dan yang miskin akan sulit dihilangkan. Perilaku korupsi selalu berpikir jangka pendek dan hanya kepentingan sendiri, sedangkan kegiatan inovasi untuk kepentingan jangka panjang dan masyarakat luas. Lemahnya inovasi nampaknya ada kaitannya juga dengan kurangnya memperhatikan nilai-nilai. Kerja bukan untuk mengabdi kepada sesuatu yang lebih tinggi (ibadah), ini terungkap pada kerja asal-asalan (nilai rata-rata 82,4). Namun responden juga setuju bahwa banyak nilai agama yang mendorong produktivitas kerja, tapi masih berupa wacana dan belum membudaya dalam kehidupan sehari- hari. Sering terjadinya perdebatan dalam agama juga gakibatkan terbelenggunya umat dalam kebodohan dan kemiskinan (71%), tapi ini bermuara pada pendidikan. Walaupun responden setuju bahwa pendidikan adalah kegiatan yang sangat ideal untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan (94,8%) Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174 = 186 184 Media Riset Bisnis & Manajemen untuk membuat manusia menjadi cerdas (100%), tapi responden setuju bahwa pendidikan di Indonesia tidak dikembangkan untuk menghasilkan manusi manusia yang berdaya saing (73,2%), dan kurang menghargai produksi sendiri (85,8%). Daftar Pustaka Ahuja, G., Katila, R. (2001). Technological acquisition and innovation performance of acquiring firms: a longitudinial study. Strategic Management Journal. Anshari, Endang Saifudin. (1983). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam dan Ummatnya. Perpustakaan Salman ITB. Ahmed, P.K. (1998). Culture and Climate for innovation, Europan Journal of Innovation Managemenent. | (1) : 30-43. Atuahene-Gima, K. (1996). Market orientation and innovation. Journal of Business Research. 35 (2) : 93-103. Aldas-Manzano., Joaquin, Vila, Natalia. Kuster, Ines. (2005). Market Orientation and Innovation: an inter-relationship analysi. European Journal of Innovation Management. 8 (4) : 437-452. Bruton, Garry, D., White, Margareth, A. (2006). The Management of Technology ‘and Innovation: A strategic Approach. Thomson. Drazin, R., Schoonhoven, C.B. (1996). Community, population, and organozation effect on inovation: a multilevel perspective. Academy of Management Journal. 39 (5) : 1065-1083. Davis, Keith; Werther, William B. (1996). Human Resources and Personnel Management. Fith Edition, McGraw-Hill Book Company. Drejer, Anders. (2002). Situations for innovation management : towards a contingency model. European Journal of Innovation Management. Drejer, A., Riis, J. (2001). Situation for innovation management : towards a contingency model. European Journal of Innovation Management. Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011. hal.174-186, Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Daya Inovasi Masyarakat 185 Flynn, B.B. (2004). The Relationship between Quality Management Practicies, Infrastructure and Fast Product Innovation. Benchmarking for Quality Management and Technology. | (1) : 64-84. Hoang, Dinh, Thai., Igel, Barbara., Laosirihongthong, Tritos. (2006). The impact of Total Quality Management on Innovation: Finding from a Developing Country. international Journal of Quality and Reliability Management. 23 (9) : 1092-1117. Karen Kueh; Boo, Ho, Voon. (2007). Culure and service quaity expectation. Journal of Managing Quality Service. 17 ( 6) : 666-680. Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. P.T. Gramedia. Kodama, M. (2001). Innovation through creation of strategic communities in traditional big business : a case study of digital telecommunication services in Japan, European Journal of Innovation Management. Larsen. T.J., Me Guire. (1998). Information system innovation and diffusion:isues and directions. \dea group publishers. Hearsey PA. Monk, Josehp G. (2000). Operation Management: Theory and Problems. Mc Graw-Hiull Book Company Prayogo, D.l., Sohal, A.S. (2001). TQM and Innovation: A Literature Review and Research Framework. The International Journal of Technological Innovation and Interpreneurship. 21 (9) : 539-558. Prayogo, D.1., Dermott, Mark, Goh. (2008). Impact of Value Chain Activities on Quality and Innovation. The International Journal of Operation & Production Management, 28 (1) : 615-635. Qodri, Azizy. (2005). Cara Kaya dan Menuai Surga. enaisan. Shihab, M. Quraish, (1996). Wawasan Al Quran: Tasir Maudhu’l atas Pelbagai persoalan Umat. Penerbit Mizan. Schroeder, Roger, G. (2000). Operation Management: Decision Making in the Operation Function. Mc Graw-Hiull Book Company. Volume 11, Nomor 2. Agustus 2011, hal.174 - 186 186 Media Riset Bisnis & Manajemen Sheehan, P. (2000). New Prameworks for Innovation and Growth: Theory and Policy. Conference Proceedings of innovation summit, Melbourne, Australia. Sarantakos, Sotirios. (1998). Social Research. Second Edition, Macmillan Education, Australia. Sing, Prakash J., Smith, Alan, F.R. (2004). Relationship between TQM and innovation: an Empirical Study. Journal of manufacturing Technology Management. 15 (5) : 394-401. Sheehan, P. (2000). New Prameworks for Innovation and Growth: Theory and Policy. Conference Proceedings of innovation summit, Melbourne, Australia. Tidd, Bessant, Pavitt. (2001). Managing Innovation: Integrating Technological, Market and Organizing Change. John Willey &Sons. Walker, James, W. (1992). Human Resource Strategy. McGraw-Hill International Edition. Volume 11, Nomor 2, Agustus 2011, hal.174-186

Anda mungkin juga menyukai