Anda di halaman 1dari 9

KEBUDAYAAN MALUKU

A. Letak Geografis dan Demografi


Propinsi Maluku dengan ibukota Ambon, terletak di antara 03 derajat Lintang Utara
8.30 derajat Lintang Selatan, dan 125 derajat -135 derajat Bujur Timur.
Sebelah Utara

: Lautan Pasifik

Sebelah Timur

: Propinsi Papua

Sebelah Selatan

: Negara Timor Leste dan Australia

Sebelah Barat

: Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah

Sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan
ibu kota di Sofifi.
B. Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih
berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan
Samudra Pasifik. Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar
dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia,
dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan
berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Kedatangan bangsa arab dan eropa
menghasilkan keturunan baru yang disebut sebagai Meztizo.
C. Sistem Budaya
Sistem budaya masyarakat Maluku diberi wadah sebagai berikut:
1. PELA
Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku, berupa
suatu perjanjian hubungan antara satu negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan
negeri lainnya, yang biasanya berada di pulau lain dan kadang juga menganut agama lain
di Maluku (Bahasa Ambon: Tapele Tanjong).
Pela adalah mata rantai penghubung yang terkuat antara masyarakat Muslim dan
masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga tradisional yang mengharuskan adanya
kontak teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti persaudaraan
diuji secara berkala. Hubungan pela ini dibentuk oleh para datuk atau leluhur dalam
ikatan yang begitu kuat. Anggota pela tidak dibatasi oleh agama.
a. Jenis-jenis Pela
1. Pela Karas adalah sumpah yang diikrarkan antara dua Negri (kampung)
atau lebih karena terjadinya suatu peristiwa yang sangat penting dan

biasanya berhubungan dengan peperangan antara lain seperti pengorbanan,


akhir perang yang tidak menentu (tak ada yang menang atau kalah
perang), atau adanya bantuan-bantuan khusus dari satu Negri kepada
Negri lain.
2. Pela Gandong atau Bongso didasarkan pada ikatan darah atau keturunan
untuk menjaga hubungan antara kerabat keluarga yang berada di Negri
atau pulau yang berbeda.
Pela Karas dan Pela Gandong ditetapkan oleh sumpah yang sangat
mengikat dan biasanya disertai dengan kutukan untuk Pelanggaran
terhadap perjanjian Pela ini. Sumpah dilakukan dengan mencampur tuak
dengan darah yang diambil dari tubuh pemimpin kedua pihak kemudian
diminum oleh kedua pihak tersebut setelah senjata-sejata dan alat-alat
perang lain dicelupkan kedalamnya. Alat-alat tersebut nantinya digunakan
untuk melawan dan membunuh siapapun yang melanggar perjanjian.
Penukaran darah memeteraikan persaudaraan itu.
3. Pela Tampa Siri diadakan setelah suatu peristiwa yang tidak begitu
penting berlangsung, seperti memulihkan kondisi social masyarakat
setelah inseden terjadi. Jenis Pela ini juga biasanya ditetapkan untuk
memperlancar hubungan perdagangan. Pela Tampa Siri dilakukan tanpa
sumpah dengan menukar dan mengunyah Sirih bersama. Pela Tampa Siri
merupakan suatu perjanjian persahabatan sehingga perkawinan antar pihak
yang terkait diperbolehkan dan tolong menolong lebih bersifat sukarela
tanpa ada ancaman hukuman nenek moyang.
b. Panas Pela
Panas pela adalah sebuah acara yang digunakan untuk memperbaharui
perjanjian dalam Pela. Acara ini diisi dengan pesta, nyanyian dan tarian, serta
ikrar pela.
2. Patasiwa dan Patalima
Organisasi Patasiwa dan Patalima merupakan suatu organisasi untuk menghimpun
kekuatan politik dan dulu merupakan suatu organisasi kemiliteran. Istilah patasiwa
berarti sembilan bagian (pata = bagian, siwa = sembilan) dan patalima berarti lima
bagian. Asal mula organisasi masyarakat ini memiliki banyak sekali versi. Hingga saat
ini belum diketahui manakah yang paling benar.
D. Sistem Sosial
1. Organiasi masyarakat Maluku terdiri atas:
a. Jojaro: organisasi kemasyarakatan yang terdiri dari pemuda-pemudi
dewasa yang belum kawin.
b. Ngurare: organisasi pemuda-pemuda yang belum kawin, Ngungare
membantu jojaro dan mengawasi pembayaran tuntutan mereka.

c. Muhabet: organisasi yang mengurusi kegiatan yang berkaitan dengan


Kematian. Anggotanya ialah kerabat dan warga satu desa.
2. Gotong royong
Gotong royong merupakan bentuk kerjasama, misalnya membuat gereja, masjid,
balieu, atau tempat tinggal. Gotong royong dilakukan oleh para penduduk suku
asal dengan para pendatang.

E. Unsur Kebudayaan
1. Bahasa dan Aksara
Pada umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Melayu, yang berasal dari
Indonesia bagian Barat, dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di
seluruh Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh
dari bahasa Melayu Makasar. Ketika Portugis menjajah Maluku, cukup banyak
kosa kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir
bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga cukup banyak kata serapan dari
bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata bahasa dalam bahasa Melayu
Ambon.
Setelah Bahasa Indonesia Baku diajarkan di sekolah-sekolah di Maluku, ia mulai
mempengaruhi Bahasa Melayu Ambon sehingga sejumlah kata diserap dari
bahasa Indonesia Baku ke dalam Bahasa Melayu setempat, tentu saja disesuikan
dengan logat setempat. Pada awalnya misionaris Belanda menerjemahkan Injil
dalam bahasa Melayu, dan dibawa ke Ambon.
Pada awalnya Bahasa Melayu ini hanya dalam bentuk bahasa pasar yang
kemudian menjadi bahasa tutur anak-anak generasi selanjutnya, menjadi bahasa
ibu bagi masyarakat Kristen Ambon dan sebagian kecil Muslim Ambon.
Sedangkan kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa
daerah sendiri yang disebut Bahasa Tana.
Sampai sekarang tidak kurang dari 117 Bahasa Tana yang terdapat di seluruh
maluku ini, dan ada beberapa yang mengalami kepunahan, kebanyakan
bahasa-Bahasa Tana yang mengalami kepunahan adalah Bahasa Tana yang
dipergunakan oleh desa-desa kristen baik di pulau ambon maupun di sebagian
kecil pulau seram.
2. Organisai social masyarakat
a. System kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal, yang
diiringi dengan pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan yang lebih
besar dari keluarga batih(inti) adalah matarumah atau fam.
Matarumah merupakan kesatuan laki-laki dan wanita yang belum kawin dan
para isteri dari laki-laki yang telah kawin. Dengan kata lain matarumah

merupakan satu klen-kecil patrilineal. Matarumah penting dalam mengatur


perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur penggunaan
tanah-tanah dati yaitu tanah milik kerabat patrilineal.
Di samping kesatuan kekerabatan yang bersifat unilineal itu ada kesatuan lain
yang bersifat bilateral, yaitu family atau kindred. Family merupakan kesatuan
kekerabatan di sekeliling individu, yang terdiri dari warga yang masih hidup
dari matarumah asli, ialah semua keturunan dari keempat nenek moyang.
Terkait dengan pengaturan tanah, dalam sistem adat masyarakat Ambon
dikenal tiga jenis tipe kepemilikan tanah yaitu:
1) Tanah yang dimiliki oleh negeri yaitu tanah negeri
2) Tanah yang dimiliki oleh klen dan sub-klen atau matarumah yaitu
tanah dati
3) Tanah yang dimiliki secara individu oleh pewaris dalam keluarga yaitu
tanah pusaka
b. Perkawinan
Perkawinan di sini bersifat exogami, yaitu seseorang harus kawin dengan
orang di luar klennya. Mereka mengenal tiga macam cara perkawinan yaitu
Kawin Minta, Kawin Lari, dan Kawin Masuk.
1. Kawin Minta
Kawin minta terjadi bila seorang pemuda telah menemukan seorang
gadis yang akan dijadikan isterinya, maka ia akan memberitahukan hal
itu kepada orangtuanya. kemudian dari pihak keluarga pria akan
meminta/melamar gadis yang dimaksud melalui pengiriman delegasi
ke pihak keluarga gadis.
2. Kawin Lari
Kawin Lari atau Lari Bini adalah sistem perkawinan yang paling
lazim. Hal ini terutama disebabkan orang Ambon umumnya lebih suka
menempuh jalan pendek, untuk meghindari prosedur perundingan dan
upacara. Kawin Lari sebenarnya dianggap kurang baik dan kurang
diinginkan oleh pihak kerabat wanita.
Pada adat Kawin Lari, pada hari yang telah ditentukan, kira-kira satu
minggu setelah dilarikan, keluarga pemuda akan membawa keluar si
gadis dari persembunyiannya dan membawa ke rumah keluarga
pemuda. Pada waktu memasuki rumah diadakan upacara tertentu yang
kemudian diikuti dengan pesta. Si gadis harus mengedarkan nampan
berisi rokok, minuman dan lain-lain untuk memperlihatkan bahwa ia
telah berperan resmi sebagai nyonya rumah. Teman-teman dan
tetangganya diundang dalam pesta ini agar mengetahui bahwa ia telah
menjadi isteri si pemuda. Kemudian ia akan tinggal bersama keluarga
si pemuda.
3. Kawin Masuk

Pada perkawinan ini pengantin laki-laki tinggal di rumah keluarga


wanita. Ada tiga penyebab perkawinan ini: alasan pertama keluarga si
pemuda tidak dapat membayar mas kawin secara adat, maka ia harus
bekerja di tanah kerabat isterinya. Alasan kedua keluarga si gadis
hanya beranak tunggal, sehingga si gadis harus memasukkan suaminya
dalam klen ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen. Alasan ketiga
adalah karena ayah si pemuda tidak mau menerima menantu
perempuannya disebabkan oleh perbedaan status atau alasan lainnya.
Secara umum poligami diizinkan, kecuali yang beragama Nasrani,
akan tetapi jarang yang melakukan.
Tahap demi tahap pernikahan adat ambon adalah sebagai berikut:
1. Menerima surat bertamu
Pihak pria akan mengirimkan surat untuk bertamu, bila disetujui
pihak gadis akan mengundang pihak pria untuk membicarakan
pernikahan.
2. Antar Pakaian
Setelah ada persetejuan kedua belah pihak akan mengadakan rapat
keluarga masing masing. Pada hari yang ditentukan, bertamulah
keluarga laki-laki dirumah keluarga perempuan untuk
menyampaikan maksud utama kedatangan yaitu meminang anak
perempuan dengan membawa pakaian untuk pernikahan.
3. Basumpah Kawin
Basumpah kawin atau dalam bahasa Indonesia disebut akad nikah
adalah prosesi inti dalam pernikahan dalam adat Maluku.
4. Piring Balapis
Disebut piring balapis, karena di atas meja makan telah disusun
lima buah piring makan (disusun berlapis) berwarna putih. Angka
lima menandakan masyarakat Negeri Nusaniwe termasuk
kelompok Uli Lima (persekutuan lima) dan warna putih
mengartikan isi hati dari keluarga laki-laki yang bersih, putih dan
tulus, yang telah menerima anak perempuan sebagai bagian dari
anggota keluarga.
5. Acara Dendang Badendang
Selesai menikmati Makan Piring Balapis, puncak atau akhir dari
seluruh upacara Kawin Masuk Minta ialah Acara Dendang
Badendang yaitu acara bernyanyi bersama diselingi dengan baku
balas pantun.
c. Desa

Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa
dengan desa yang lain saling berdekatan. Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut Soa. Rumah asli Ambon dibangun dengan tiang kayu
yang tinggi. Beberapa Soa yang letaknya berdekatan satu dengan yang lain
dalam sebuah kampung yang disebut dengan Aman.
Kumpulan dari beberapa Aman disebut dengan Desa yang juga disebut
dengan Negari dan dipimpin oleh seorang Raja yang diangkat dari klenklen tertentu yang memerintah secara turun-temurun. Pusat dari sebuah Negari
dapat dilihat dengan adanya Balieu(balai pertemuan), rumah raja, gereja,
masjid, rumah alim ulama, toko, dll.
- Bentuk rumah umumnya segi empat dengan serambi muka yang kecil dan
terbuka (dego-dego).
- Atapnya curam dengan lubang-lubang di sudut-sudut untuk mengeluarkan
asap. Atapnya terbuat dari anyaman daun sagu.
- Rangka rumah dibuat dari potongan batang pohon atau balok-balok,
sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai daun sagu (dinding gabagaba).
Negeri-negeri ini mengelompok dalam komunitas agama tertentu, sehingga
timbul dua kelompok masyarakat yang berbasis agama, yang kemudian
dikenal dengan sebutan Ambon Sarani dan Ambon Salam.
Raja, walaupun sekarang harus dipilih, tetapi dalam kenyataannya masih
banyak juga yang mendapat jabatannya karena keturunan, atau karena
kewargaannya dalam klen yang secara adat berhak memegang pimpinan.
Demikian raja memang masih merupakan jabatan adat saja, sedangkan
pemerintahan desa yang sungguh-sungguh dilakukan oleh kepala-kepala soa
secara bergilir, biasanya dua bersama-sama untuk dua sampai enam bulan.
Selama itu kedua kepala soa yang sedang bertugas disebut kepala soa
jagabulan atau biasanya disebut bapak jou.
Salah satu lembaga adat penting lainnya yang kehilangan perannya adalah
Saniri. Saniri Negeri adalah lembaga adat yang berperan mengayomi adat
istiadat dan hukum adat. Saniri berperan membantu Raja atau Kepala Desa
dalam menyelesaikan setiap perselisihan di lingkup negeri atau dusun.
a) Saniri Rajaputih: terdiri dari raja kepala-kepala soa, dan yang
merupakan pelaksana administrasi desa dan instruksi-instruksi dari
pemerintah pusat.
b) Saniri Negeri Lengkap: terdiri dari raja, kepala-kepala soa, ditambah
dengan pejabat-pejabat adat lainnya tersebut di atas dan yang
merupakan dewan pembuat aturan-aturan adat atau dewan legislatif.
c) Saniri Negeri Besar, yang terdiri dari semua pejabat pemerintahan
desa ditambah dengan semua warga laki-laki yang sudah dewasa.
Dewan terakhir ini merupakan suatu dewan perwakilan rakyat kecil,

tetapi dalam praktek jarang sekali berkumpul, kecuali misalnya pada


pemilihan raja, upacara pengesahan jabatan raja baru, dan yang
semacam itu.
Berikut ini adalah beberapa saniri atau pejabat tradisional dalam kehidupan
sosial masyarakat suku Ambon:
Tuan tanah
: seorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan
kependudukan
Kapitan
: seorang yang ahli dalam peperangan
Kewang
: seorang yang bertugas menjaga hutan
Marinyo
: seorang yang bertugas menyampaikan berita dan
pengumuman.
3. System ekonomi
Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan tradisional dan petani
lahan kering (54%). Perahu mereka dibuat dari satu batang kayu, yang dilengkapi
dengan cadik; perahu ini dinamakan perahu Semah. Perahu-perahu besar untuk
berdagang disebut Jungku atau Orambi. Ada juga perahu yang dibuat dari papan
oleh orang Ternate, dinamakan Pakatora. Cara menangkap ikan dapat dengan
kail, dengan harpun untuk ikan-ikan yang besar, dan dengan jarring.
4. Sistem pengetahuan
Sejak abad ke-15, Ambon terkenal sebagai pusat perdagangan rempah, meskipun
penghasil rempah umumnya diperoleh dari daerah Maluku dan sekitarnya.
Kekayaan alam ini telah menarik perhatian bangsa lain. Salah satunya adalah
George Everhard Rumphius yang kemudian mengunjungi Ambon, dan selanjutnya
menulis buku "Herbarium Amboinense" pada abad ke-17. Buku ini memuat
berbagai berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah Ambon dan Maluku,
termasuk tumbuhan rempah, obat, dan sebagainya.
Selain memiliki pengetahuan di bidang pengobatan, masyrakat Maluku juga
memiliki pengetahuan mengenai astronomi yang cukup maju. Wilayah yang
berbentuk kepulauan ini mengharuskan suku Ambon yang tinggal di Maluku untuk
menguasai sistem pelayaran, dan juga sistem pembacaan arah melalui letak gugus
bintang tertentu. Bahkan kemampuan suku ambon dalam hal astronomi telah
menarik perhatian peneliti dari Jepang.
5. System teknologi
Karena masyarakat Maluku adalah nelayan dan pelaut, mereka juga menguasai
pertukangan terutama untuk perkapalan, di samping pembuatan rumah. Perahu
khas Banda adalah kora-kora. Selain untuk menangkap ikan, pada acara-acara
peringatan kora-kora juga dipertandingkan. Pada Sail Banda bulan Agustus 2010,

pada saat itu dilakukan juga perlombaan perahu kora-kora, baik dari masyarakat
desa adat setempat atau umum.
6. Kesenian
a. Rumah Adat
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.
Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Baileo berfungsi
sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat,
sekaligus sebagai balai warga. Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya
besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumahrumah lain di sekitarnya.
b. Seni tari
1. Tari Gaba-gaba
Tari gaba-gaba ini diambil dari permainan tradisional masyarakat Maluku.
Gaba-gaba merupakan bambu yang berjumlah 4 buah yang dipukul
sebagai alunan musik dalam tari ini, mulai dari tempo yang lambat sampai
cepat dengan penuh keriangan dalam memainkannya. Tarian Gaba-gaba
ini dibuka dengan rangkaian tari poco-poco.
2. Tari cakalele bulu ayam
3. Tari tifa
Tari Tifa adalah tari garapan baru dengan mempergunakan Tifa.
4. Tari bambu gila
Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang dukun
bambu ini diberi mantera.
5. Tari poco poco
Lagu pengiring tarian ini berasal dari Maluku yang juga berjudul Pocopoco. Lagu ini diciptakan oleh pencipta laguasal Ambon yang bernama
Arie Sapulette dan dinyanyikan oleh penyanyi terkenal, Yopie Latul.
c. Alat Musik
Tifa adalah alat music berupa kendang kecil khas Maluku
Totobuang merupakan serangkaian gong-gong kecil.
d. Senjata
Senjata tradisional yang terkenal adalah parang salawaku. Panjang parang
adalah 90-100 cm, sedangkan salawaku (perisainya) dihiasi dengan motifmotif yang melambangkan keberanian.
e. Busana tradisional
Celana kes atau hansop, yakni celana anak-anak yang dibuat dari beraneka
macam kain.
Kebaya manampal, yaitu kebaya cita berlengan hingga siku-siku yang dijahit
dengan cara menambal beberapa potong kain yang telah diatur dan disusun
sedemikian rupa hingga terlihat manis.

Kaum wanita pendatang dari kepulauan Lease dan telah menetap di Ambon,
mereka biasa menggunakan baju cele yakni sejenis kebaya berlengan pendek,
bagian leher ke arah dada terbelah sepanjang 15 cm tanpa kancing. Untuk di
kebun, baju cele tersebut dijahit dengan panjang lengan hingga siku,
masyarakat menyebutnya baju cele lengan sepanggal. Sementara itu para pria
Ambon mengenakan busana yang terdiri atas baju kurung lengan pendek dan
tidak berkancing.
F. Konflik Maluku
Kronologi konflik di Maluku dapat dibagi menjadi beberapa tahapan.
a. Tahapan pertama mulai tanggal 19 Januari 1999
Pada tanggal 19 Januari 1999 terjadi suatu pertikaian antara seorang supir angkot
dengan seorang preman di terminal bis Batumerah. Kerusuhan tersebut segera
cepat meluas menjadi konflik antar orang Islam dan orang Kristen yang ada di
wilayah Batumerah dan Galunggung.
b. Tahap kedua sejak 24 Juli 1999
Konflik kedua ini bermula dari kerusuhan yang terjadi di daerah Poka Kotamadya
Ambon yang selanjutnya menjalar ke kota Ambon. Pada hari pertama terjadi
pembakaran diseluruh pusat ekonomi milik Cina sehingga mereka mengungsi dari
Ambon. Pada tahapan kedua ini mereka sudah menggunakan senjata api rakitan.
Kekalahan Golkar maupun partai Islam lainnya yang pada umumnya didukung
oleh komunitas Islam telah memunculkan kembali bibit-bibit konflik di
Maluku. Ironisnya justru konflik Maluku yang semula hanya bentrokan dua
negeri kini telah memperlihatkan keterlibatan aparat keamanan sebagai aktor lain
dalam kerusuhan agama tersebut. TNI yang dekat Golkar sebagai partai
pemerintah dianggap lebih memihak Islam, sementara polisi dekat dengan Kristen
dengan keadaan seperti ini sudah pasti aparat keamanan tidak bisa melaksanakan
tugasnya dengan baik
c. Tahapan ketiga sejak 26 Desember 1999
Konflik ketiga ini berawal ketika terjadi pembakaran rumah-rumah ibadah baik
kaum Kristen maupun Islam yaitu gereja Silo dan Masjid An-Nur. Peristiwa ini
memicu konflik di luar kota Ambon yaitu di Masohi, Seram.

Anda mungkin juga menyukai