: Lautan Pasifik
Sebelah Timur
: Propinsi Papua
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan
ibu kota di Sofifi.
B. Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih
berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan
Samudra Pasifik. Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar
dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia,
dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan
berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Kedatangan bangsa arab dan eropa
menghasilkan keturunan baru yang disebut sebagai Meztizo.
C. Sistem Budaya
Sistem budaya masyarakat Maluku diberi wadah sebagai berikut:
1. PELA
Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku, berupa
suatu perjanjian hubungan antara satu negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan
negeri lainnya, yang biasanya berada di pulau lain dan kadang juga menganut agama lain
di Maluku (Bahasa Ambon: Tapele Tanjong).
Pela adalah mata rantai penghubung yang terkuat antara masyarakat Muslim dan
masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga tradisional yang mengharuskan adanya
kontak teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti persaudaraan
diuji secara berkala. Hubungan pela ini dibentuk oleh para datuk atau leluhur dalam
ikatan yang begitu kuat. Anggota pela tidak dibatasi oleh agama.
a. Jenis-jenis Pela
1. Pela Karas adalah sumpah yang diikrarkan antara dua Negri (kampung)
atau lebih karena terjadinya suatu peristiwa yang sangat penting dan
E. Unsur Kebudayaan
1. Bahasa dan Aksara
Pada umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Melayu, yang berasal dari
Indonesia bagian Barat, dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di
seluruh Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh
dari bahasa Melayu Makasar. Ketika Portugis menjajah Maluku, cukup banyak
kosa kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir
bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga cukup banyak kata serapan dari
bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata bahasa dalam bahasa Melayu
Ambon.
Setelah Bahasa Indonesia Baku diajarkan di sekolah-sekolah di Maluku, ia mulai
mempengaruhi Bahasa Melayu Ambon sehingga sejumlah kata diserap dari
bahasa Indonesia Baku ke dalam Bahasa Melayu setempat, tentu saja disesuikan
dengan logat setempat. Pada awalnya misionaris Belanda menerjemahkan Injil
dalam bahasa Melayu, dan dibawa ke Ambon.
Pada awalnya Bahasa Melayu ini hanya dalam bentuk bahasa pasar yang
kemudian menjadi bahasa tutur anak-anak generasi selanjutnya, menjadi bahasa
ibu bagi masyarakat Kristen Ambon dan sebagian kecil Muslim Ambon.
Sedangkan kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa
daerah sendiri yang disebut Bahasa Tana.
Sampai sekarang tidak kurang dari 117 Bahasa Tana yang terdapat di seluruh
maluku ini, dan ada beberapa yang mengalami kepunahan, kebanyakan
bahasa-Bahasa Tana yang mengalami kepunahan adalah Bahasa Tana yang
dipergunakan oleh desa-desa kristen baik di pulau ambon maupun di sebagian
kecil pulau seram.
2. Organisai social masyarakat
a. System kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal, yang
diiringi dengan pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan yang lebih
besar dari keluarga batih(inti) adalah matarumah atau fam.
Matarumah merupakan kesatuan laki-laki dan wanita yang belum kawin dan
para isteri dari laki-laki yang telah kawin. Dengan kata lain matarumah
Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa
dengan desa yang lain saling berdekatan. Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut Soa. Rumah asli Ambon dibangun dengan tiang kayu
yang tinggi. Beberapa Soa yang letaknya berdekatan satu dengan yang lain
dalam sebuah kampung yang disebut dengan Aman.
Kumpulan dari beberapa Aman disebut dengan Desa yang juga disebut
dengan Negari dan dipimpin oleh seorang Raja yang diangkat dari klenklen tertentu yang memerintah secara turun-temurun. Pusat dari sebuah Negari
dapat dilihat dengan adanya Balieu(balai pertemuan), rumah raja, gereja,
masjid, rumah alim ulama, toko, dll.
- Bentuk rumah umumnya segi empat dengan serambi muka yang kecil dan
terbuka (dego-dego).
- Atapnya curam dengan lubang-lubang di sudut-sudut untuk mengeluarkan
asap. Atapnya terbuat dari anyaman daun sagu.
- Rangka rumah dibuat dari potongan batang pohon atau balok-balok,
sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai daun sagu (dinding gabagaba).
Negeri-negeri ini mengelompok dalam komunitas agama tertentu, sehingga
timbul dua kelompok masyarakat yang berbasis agama, yang kemudian
dikenal dengan sebutan Ambon Sarani dan Ambon Salam.
Raja, walaupun sekarang harus dipilih, tetapi dalam kenyataannya masih
banyak juga yang mendapat jabatannya karena keturunan, atau karena
kewargaannya dalam klen yang secara adat berhak memegang pimpinan.
Demikian raja memang masih merupakan jabatan adat saja, sedangkan
pemerintahan desa yang sungguh-sungguh dilakukan oleh kepala-kepala soa
secara bergilir, biasanya dua bersama-sama untuk dua sampai enam bulan.
Selama itu kedua kepala soa yang sedang bertugas disebut kepala soa
jagabulan atau biasanya disebut bapak jou.
Salah satu lembaga adat penting lainnya yang kehilangan perannya adalah
Saniri. Saniri Negeri adalah lembaga adat yang berperan mengayomi adat
istiadat dan hukum adat. Saniri berperan membantu Raja atau Kepala Desa
dalam menyelesaikan setiap perselisihan di lingkup negeri atau dusun.
a) Saniri Rajaputih: terdiri dari raja kepala-kepala soa, dan yang
merupakan pelaksana administrasi desa dan instruksi-instruksi dari
pemerintah pusat.
b) Saniri Negeri Lengkap: terdiri dari raja, kepala-kepala soa, ditambah
dengan pejabat-pejabat adat lainnya tersebut di atas dan yang
merupakan dewan pembuat aturan-aturan adat atau dewan legislatif.
c) Saniri Negeri Besar, yang terdiri dari semua pejabat pemerintahan
desa ditambah dengan semua warga laki-laki yang sudah dewasa.
Dewan terakhir ini merupakan suatu dewan perwakilan rakyat kecil,
pada saat itu dilakukan juga perlombaan perahu kora-kora, baik dari masyarakat
desa adat setempat atau umum.
6. Kesenian
a. Rumah Adat
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.
Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Baileo berfungsi
sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat,
sekaligus sebagai balai warga. Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya
besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumahrumah lain di sekitarnya.
b. Seni tari
1. Tari Gaba-gaba
Tari gaba-gaba ini diambil dari permainan tradisional masyarakat Maluku.
Gaba-gaba merupakan bambu yang berjumlah 4 buah yang dipukul
sebagai alunan musik dalam tari ini, mulai dari tempo yang lambat sampai
cepat dengan penuh keriangan dalam memainkannya. Tarian Gaba-gaba
ini dibuka dengan rangkaian tari poco-poco.
2. Tari cakalele bulu ayam
3. Tari tifa
Tari Tifa adalah tari garapan baru dengan mempergunakan Tifa.
4. Tari bambu gila
Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang dukun
bambu ini diberi mantera.
5. Tari poco poco
Lagu pengiring tarian ini berasal dari Maluku yang juga berjudul Pocopoco. Lagu ini diciptakan oleh pencipta laguasal Ambon yang bernama
Arie Sapulette dan dinyanyikan oleh penyanyi terkenal, Yopie Latul.
c. Alat Musik
Tifa adalah alat music berupa kendang kecil khas Maluku
Totobuang merupakan serangkaian gong-gong kecil.
d. Senjata
Senjata tradisional yang terkenal adalah parang salawaku. Panjang parang
adalah 90-100 cm, sedangkan salawaku (perisainya) dihiasi dengan motifmotif yang melambangkan keberanian.
e. Busana tradisional
Celana kes atau hansop, yakni celana anak-anak yang dibuat dari beraneka
macam kain.
Kebaya manampal, yaitu kebaya cita berlengan hingga siku-siku yang dijahit
dengan cara menambal beberapa potong kain yang telah diatur dan disusun
sedemikian rupa hingga terlihat manis.
Kaum wanita pendatang dari kepulauan Lease dan telah menetap di Ambon,
mereka biasa menggunakan baju cele yakni sejenis kebaya berlengan pendek,
bagian leher ke arah dada terbelah sepanjang 15 cm tanpa kancing. Untuk di
kebun, baju cele tersebut dijahit dengan panjang lengan hingga siku,
masyarakat menyebutnya baju cele lengan sepanggal. Sementara itu para pria
Ambon mengenakan busana yang terdiri atas baju kurung lengan pendek dan
tidak berkancing.
F. Konflik Maluku
Kronologi konflik di Maluku dapat dibagi menjadi beberapa tahapan.
a. Tahapan pertama mulai tanggal 19 Januari 1999
Pada tanggal 19 Januari 1999 terjadi suatu pertikaian antara seorang supir angkot
dengan seorang preman di terminal bis Batumerah. Kerusuhan tersebut segera
cepat meluas menjadi konflik antar orang Islam dan orang Kristen yang ada di
wilayah Batumerah dan Galunggung.
b. Tahap kedua sejak 24 Juli 1999
Konflik kedua ini bermula dari kerusuhan yang terjadi di daerah Poka Kotamadya
Ambon yang selanjutnya menjalar ke kota Ambon. Pada hari pertama terjadi
pembakaran diseluruh pusat ekonomi milik Cina sehingga mereka mengungsi dari
Ambon. Pada tahapan kedua ini mereka sudah menggunakan senjata api rakitan.
Kekalahan Golkar maupun partai Islam lainnya yang pada umumnya didukung
oleh komunitas Islam telah memunculkan kembali bibit-bibit konflik di
Maluku. Ironisnya justru konflik Maluku yang semula hanya bentrokan dua
negeri kini telah memperlihatkan keterlibatan aparat keamanan sebagai aktor lain
dalam kerusuhan agama tersebut. TNI yang dekat Golkar sebagai partai
pemerintah dianggap lebih memihak Islam, sementara polisi dekat dengan Kristen
dengan keadaan seperti ini sudah pasti aparat keamanan tidak bisa melaksanakan
tugasnya dengan baik
c. Tahapan ketiga sejak 26 Desember 1999
Konflik ketiga ini berawal ketika terjadi pembakaran rumah-rumah ibadah baik
kaum Kristen maupun Islam yaitu gereja Silo dan Masjid An-Nur. Peristiwa ini
memicu konflik di luar kota Ambon yaitu di Masohi, Seram.