Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan
baik.Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu bagian dari kegiatan
Matakuliah TBT Hortikultura. Adapun judul dari makalah yang kami susun adalah
Teknik Budidaya Tanaman Kentang.
Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak
lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang
mendukung dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan dan penyajian pada
masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KataPengantar .
Daftar Isi
ii
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .
1.3 Manfaat
BAB IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
10
4.2 Saran ..
10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat
setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang dunia,
terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar.
Tanaman kentang ini dapat hidup di dataran tinggi dengan ketinggian
sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Sentra produksi kentang di
Indonesia tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kentang merupakan salah satu
jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak dan
lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang
baik untuk mendukung program diversifikasi dalam pangan dalam rangka
mewujudkan
ketahanan
pangan
berkelanjutan.Melihat
sedemikian
besar
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditi Kentang (Solanum tuberosum. L)
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat tanaman semusim.
Termasuk famili Solanaceae dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan.
Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman
kentang berbentuk semak atau herba. Batangnya berada diatas permukaan tanah,
ada yang berwarna hijau,kemerah-merahan atau ungu tua. Warna batang ini
dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan.
Pada kesuburan tanah yang baik atau lebih kering, biasanya warna batang
tanaman lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu
sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan
mudah patah. Kentang memiliki daun berbentuk menyirip majemuk dan lembar
daun bertungkai dan berfungsi sebagai tempat melakukan proses fotosintesis yang
kemudian hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif,
generatif, respirasi dan sebagian disimpan dan ditimbun pada bagian tanaman
sehingga membentuk umbi (Rismawati 2010).
Menurut Williams et al.(1993) kentang merupakan tanaman daerah yang
memiliki iklim sedang (subtropis) dandataran tinggi (1000-3000 m), yang secara
taksonomi tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Family
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum tuberosum L
karbohidrat dan protein. Samadi (2007) juga menyatakan bahwa dalam 100 gram
kentang mengandung kalori 347 kal, protein 0.2 gram, lemak 0.1 gram,
karbohidrat 85.6 gram, Ca 20 mg, P 30 mg, Fe 0.5 mg, vitamin B 0.04 mg.
Selain mengandung zat gizi umbi tanaman kentang juga mengandung
solanin yakni zat racun dan sangat berbahaya. Racun solanin ini sangat sulit
hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari
2.2 Kedudukan Komoditas Kentang
Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat
setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang dunia,
terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar.
Negara-negara di bagian asia merupakan penghasil kentang yang paling besar di
dunia dan Indonesia merupakan penghasil kentang terbesar di kawasan asia
tenggara.
Kentang sendiri merupakan salah satu tanaman yang paling efisien dalam
mengkonversikan sumberdaya alam, tenaga kerja dan modal menjadi bahan
pangan berkualitas tinggi.Tanaman ini bahkan dapat menghasilkan bahan pangan
yang lebih bergizi, secara lebih cepat pada lahan yang lebih sempit serta kondisi
iklim lebih keras, dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya (Horton,
1987).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Kentang
3.1.1 Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap
tanam dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi
penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan,
pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 12 minggu. Bedengan dibuat membujur searah Timur
Barat, agar penyebaran cahayamatahari dapat merata mengenai seluruh tanaman.
Bedengan berukuran lebar 70100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang
merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm).
Selanjutnya di sekeliling petakpetak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan
air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kirakira satu
minggu sebelum tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai
pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan
pemberian pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai
2030 ton perhektar
menengah, jarak tanam diatur 5030 cm untuk sistem bedengan atau 6070 cmx
30 cm untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).
3.1.4 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat
udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu
terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah,
kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana,1997).
b.Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam
dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari
setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati,
kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang
lebih 7,5 cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
c.Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput
dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan
pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1
bulan. Penyiangan dilakukan secara berhatihati agar tidak merusak perakaran
tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kirakira 15 cm
disekitar tanaman (Rukmana, 1997).
d.Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu
pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam atau 10
hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).
3.
Perlakuan
Pupuk Kandang
Pupuk Anorganik
a. Urea/ZA
b. TSP
c. KCL
PPC (Supermes)
0
15-20 ton
45
165/350 kg
165/365 kg
100 kg
100 kg
400 kg
7-10 hari
sekali
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung
varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari;
varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah
berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang
tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang
siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat
mengelupas bila digosok dengan jari.
b. Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi
hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai
berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati
dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang
teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
3.2 Organisme Pengganggu Tanaman Kentang
a.Hama
1. Kutu Daun (Aphididae)
Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran kecil
(1 2mm) dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun.
Salah satu jenis kutu daun yang dikenal secara umum adalah kutu aphis (Aphis
gossypii), kutu daun persik atau tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng,
wereng (Thrips).Daun yang diserang akan berkeriput berkerut-kerut karena
cairannya dihisap. Tanaman tumbuh kerdil, warna daunnya kekuning-kuningan,
daun menggulung, kemudian layu,dan akhirnya tanaman tidak hanya terhambat
pertumbuhannya melainkan bisa juga mati.
2. Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera.Serangga dewasa tidak
menjadi hama, yang menjadi hama adalah Larvanya, larva berbentuk ulat.
Serangan ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau
menjadi merah tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya
berisi ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi
larva. Menggulungnya daun karena permukaan daun sebelah atas rusak.
B. Penyakit
1. Penyakit Hawar Daun
Menurut Sato (1979) infeksi umbi di lapang terjadi pada tanah yang
bersuhu 18 C atau lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Ramburambu Benih Bermutu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan BPSB II Jawa Tengah.
Yogyakarta.