Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan
baik.Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu bagian dari kegiatan
Matakuliah TBT Hortikultura. Adapun judul dari makalah yang kami susun adalah
Teknik Budidaya Tanaman Kentang.
Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak
lepas dari kekurangan. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang
mendukung dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan dan penyajian pada
masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Amin.

Reuleut, 19 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KataPengantar .

Daftar Isi

ii

BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .

1.2 Tujuan Penulisan ..

1.3 Manfaat

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Komoditi Kentang (Solanum tuberosum. L) .

2.2 Kedudukan Komoditas Kentang

BAB III . PEMBAHASAN


3.1 Budidaya Tanaman Kentang ..

3.2 Organisme Pengganggu Tanaman Kentang .......................................

BAB IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan

10

4.2 Saran ..

10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat
setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang dunia,
terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar.
Tanaman kentang ini dapat hidup di dataran tinggi dengan ketinggian
sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Sentra produksi kentang di
Indonesia tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kentang merupakan salah satu
jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak dan
lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang
baik untuk mendukung program diversifikasi dalam pangan dalam rangka
mewujudkan

ketahanan

pangan

berkelanjutan.Melihat

sedemikian

besar

manfaatnya maka kentang dapat berpotensi menghasilkan devisa negara melalui


ekspor. Sungguh disayangkan jika pemanfaatan tanaman kentang tidak maksimal.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui komoditi kentang
2. Mengetahui kedudukan komoditi kentang
3. Mengetahui cara budidaya komoditi kentang
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui komoditi kentang
2. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan komoditi kentang
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya komoditi kentang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditi Kentang (Solanum tuberosum. L)
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat tanaman semusim.
Termasuk famili Solanaceae dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan.
Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman
kentang berbentuk semak atau herba. Batangnya berada diatas permukaan tanah,
ada yang berwarna hijau,kemerah-merahan atau ungu tua. Warna batang ini
dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan.
Pada kesuburan tanah yang baik atau lebih kering, biasanya warna batang
tanaman lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu
sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan
mudah patah. Kentang memiliki daun berbentuk menyirip majemuk dan lembar
daun bertungkai dan berfungsi sebagai tempat melakukan proses fotosintesis yang
kemudian hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif,
generatif, respirasi dan sebagian disimpan dan ditimbun pada bagian tanaman
sehingga membentuk umbi (Rismawati 2010).
Menurut Williams et al.(1993) kentang merupakan tanaman daerah yang
memiliki iklim sedang (subtropis) dandataran tinggi (1000-3000 m), yang secara
taksonomi tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi

: Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae
Family

: Solanaceae

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum tuberosum L

Samadi (2007) menyatakan bahwa kentang yang menjadi salah satu


komoditas hortikultura ini merupakan sayuran umbi yang kaya akan vitamin C,

karbohidrat dan protein. Samadi (2007) juga menyatakan bahwa dalam 100 gram
kentang mengandung kalori 347 kal, protein 0.2 gram, lemak 0.1 gram,
karbohidrat 85.6 gram, Ca 20 mg, P 30 mg, Fe 0.5 mg, vitamin B 0.04 mg.
Selain mengandung zat gizi umbi tanaman kentang juga mengandung
solanin yakni zat racun dan sangat berbahaya. Racun solanin ini sangat sulit
hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari
2.2 Kedudukan Komoditas Kentang
Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat
setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang dunia,
terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar.
Negara-negara di bagian asia merupakan penghasil kentang yang paling besar di
dunia dan Indonesia merupakan penghasil kentang terbesar di kawasan asia
tenggara.
Kentang sendiri merupakan salah satu tanaman yang paling efisien dalam
mengkonversikan sumberdaya alam, tenaga kerja dan modal menjadi bahan
pangan berkualitas tinggi.Tanaman ini bahkan dapat menghasilkan bahan pangan
yang lebih bergizi, secara lebih cepat pada lahan yang lebih sempit serta kondisi
iklim lebih keras, dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya (Horton,
1987).

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Kentang
3.1.1 Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah
karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi
anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap
tanam dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi
penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan,
pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau
pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian
diistirahatkan selama 12 minggu. Bedengan dibuat membujur searah Timur
Barat, agar penyebaran cahayamatahari dapat merata mengenai seluruh tanaman.
Bedengan berukuran lebar 70100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang
merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm).
Selanjutnya di sekeliling petakpetak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan
air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.
Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan
sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kirakira satu
minggu sebelum tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai
pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan
pemberian pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai
2030 ton perhektar

3.1.2 Persiapan Bibit

Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan bibit


sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk
membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang
sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi
serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut Rukmana (1997), bibit
kentang bermutu harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Bibit bebas hama dan penyakit
b) Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
c) Ukuran umbi 3045 gram berdiameter 3545 mm (bibit kelas 1) dan 45
60 gram berdiameter 4555 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah dengan
berat minimal 30 gram
d) Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui istirahat atau
masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm.
penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau belum
bertunaspertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah.
3.1.3 Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Waktu tanam yang paling baik didaerah dataran tinggi adalah pada
kondisi cerah. Khusus didataran menengah waktu tanam yang paling baik adalah
musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam
hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada
pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan
sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati
(Samadi, 1997).
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung
varietasnya. Varietas Granola yang dibubidayakan di BBTPH Tawangmangu
ditanam dengan jarak tanam 30x70 cm dengan kedalaman lubang tanam antara 8
10 cm. Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi
bibit diletakkan dalam alur tepat ditengahtengah dengan posisi tunas menghadap
keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 2530 cm. Khusus didataran

menengah, jarak tanam diatur 5030 cm untuk sistem bedengan atau 6070 cmx
30 cm untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).
3.1.4 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca dan
keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari saat
udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu
terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb (digenangi) hingga air basah,
kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana,1997).
b.Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam
dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari
setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan mengambil bibit yang mati,
kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang
lebih 7,5 cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
c.Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput
dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan
pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1
bulan. Penyiangan dilakukan secara berhatihati agar tidak merusak perakaran
tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kirakira 15 cm
disekitar tanaman (Rukmana, 1997).
d.Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu
pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah tanam atau 10
hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).

Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan umbi


berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang
yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek
umbi (Phithorimaea opercuella).
Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan
tanah sehingga terbentuk guludanguludan (Rukmana, 1997). Ketebalan
pembumbunan pertama kira kira 10 cm, pembumbunan kedua juga kira-kira 10
cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kirakira 20 cm.
e.Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu menggunakan kombinasi
Urea, TSP, KCl, ata ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk
seperti pada tabel berikut :
Tabel jadwal Pemberian Pupuk Anorganik dan PPC pada Tanaman Kentang Per
Hektar :
No
1.
2.

3.

Perlakuan
Pupuk Kandang
Pupuk Anorganik
a. Urea/ZA
b. TSP
c. KCL
PPC (Supermes)

0
15-20 ton

Waktu Pemberian (HST)


21

45

165/350 kg

165/365 kg

100 kg

100 kg

400 kg
7-10 hari
sekali

Sumber : Samadi (1997)


Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu
disekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar
1020 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman kurang lebih
2025cm kemudian segera menimbunnya dengan tanah sambil membumbun.
3.1.5 Panen
a. Ciri dan Umur Panen.

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung
varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari;
varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah
berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang
tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang
siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat
mengelupas bila digosok dengan jari.
b. Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi
hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai
berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati
dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang
teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
3.2 Organisme Pengganggu Tanaman Kentang
a.Hama
1. Kutu Daun (Aphididae)
Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran kecil
(1 2mm) dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun.
Salah satu jenis kutu daun yang dikenal secara umum adalah kutu aphis (Aphis
gossypii), kutu daun persik atau tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng,
wereng (Thrips).Daun yang diserang akan berkeriput berkerut-kerut karena
cairannya dihisap. Tanaman tumbuh kerdil, warna daunnya kekuning-kuningan,
daun menggulung, kemudian layu,dan akhirnya tanaman tidak hanya terhambat
pertumbuhannya melainkan bisa juga mati.
2. Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera.Serangga dewasa tidak
menjadi hama, yang menjadi hama adalah Larvanya, larva berbentuk ulat.
Serangan ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau

menjadi merah tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya
berisi ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi
larva. Menggulungnya daun karena permukaan daun sebelah atas rusak.
B. Penyakit
1. Penyakit Hawar Daun
Menurut Sato (1979) infeksi umbi di lapang terjadi pada tanah yang
bersuhu 18 C atau lebih rendah.

Di dalam tanah , sporangium tidak dapat

bertahan lama. Pada 20 C sporangium masih tetap hidup selama 5 minggu,


sedang pada suhu 30 C hanya 7 hari (Suhardi, 1982).
Pada umumnya penyakit busuk daun kentang dijumpai setelah tanaman
berumur 5 6 minggu. Mula-mula serangan penyakit ini hanya dijumpai ada
daun-daun bawah, kemudian merambat ke atas, ke daun-daun yang lebih muda.
2. Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh streptomycetes scabies (Thaxt) Waks &
Henrici, yaitu merupakan termasuk ke dalam kelas Thallobacteria. Streptomyces
spp. merupakan genus paling besar dari ordo Actinomycetales yang termasuk
gram positif.
3. Layu Bakteri
Penyakit ini masuk ke dalam tanaman melalui akar yang terluka. Bagian
yang terserang adalah umbinya. Kulit umbi berbecak cokelat. Gejala itu menjalar
hingga batang. Kalau bagian batangnya dipotong dan kemudian ditekan, dari
bekas potongan akan mengeluarkan cairan yang warnanya seperti susu. Akibat
selanjutnya terjadi kelayuan pada seluruh daun tanaman, yang dimulai dari bagian
pucuk.. Kemudian berwarna cokelat, dan biasanya hanya dalam tempo beberapa
hari, tanaman akan mati.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Teknik budidaya tanaman kentang yang baik terdiri dari pembibitan,


pengolahan media tanam, teknik penanaman,dan pemeliharaan tanaman.
Kuantitas dan kualitas tanaman kentang akan semakin baik dengan teknik
pembudidayaan yang benar dengan tetap menjaga kelestarian alam.
4.2 Saran
Pembudidayaan Kentang saat ini memiliki peluang yang sangat besar
dalam dunia agribisnis. Oleh karena itu kami harap teman-teman kami ,mahasiswa
yang cinta akan petanian indonesia di harapkan dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam pembudidayaan tanaman kentang ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Ramburambu Benih Bermutu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan BPSB II Jawa Tengah.
Yogyakarta.

Horton, D. 1980. Potato marketing in developing countries. Social Science


Department TrainingDocument. International Potato Center, Lima, Peru.
Horton, D. 1987. Potatoes: Production, marketing, and programs for deve-loping
countries. WestviewPress, Boulder, USA.
Rismawati, 2010. Penanganan Pasca Panen Kentang (Solanum Tuberosum L.) di
Hikmah Farm,Pengalengan,Bandung,Jawa Barat.Bogor :Department
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Rukmana, R. 1997. Kentang budidaya dan pasca panen. Kanisius Yogyakarta.
Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius: Yogyakarta.
Samadi .2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius
Sato, N. 1979. Effect of soil temperature on field infection of potato tubers by
Phytophthora infestans. Phytopathology 69: 989-993.
Setiadi dan F.N. Surya, 1997. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya:Jakarta.
Suhardi. 1982. Beberapa Aspek Ekobiologi Phytophthora infestans (Mont.) de
Bary dan Respons Tanaman Kentang Terhadapnya. Tesis, Fakultas
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sunarjono, H. 1975. Budidaya kentang. N.V. Soeroengan,Jakarta.
Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H Peregrine. 1993. Vegetable production in the
tropics. Longman group UK limited, London.

Anda mungkin juga menyukai