Anda di halaman 1dari 7

1.

Gempa vulkanik
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik
atau gempa gunung berapi merupakan
peristiwa gempa bumi yang terjadi karena
letusan gunung berapi. Gempa ini dapat
terjadi sebelum dan sesaat adanya erupsi
atau letusan gunung berapi dan
getarannya sangat dirasakan oleh
manusia dan hewan sekitar gunung berapi
itu berada. Menurut penelitian, gempa
vulkanik terjadi hanya 7% dari seluruh
gempa bumi yang pernah terjadi di muka
bumi.Contohnya antara lain adalah gempa
Gunung Merapi* di Jawa Tengah, gempa
Gunung Una-Una di Tomini Sulawesi
Tengah dan gempa Gunung Pericutin.

2.

Gempa Tektonik
Seperti diketahui bahwa kulit bumi
terdiri dari lapisan-lapisan batuan.
Tiap-tiap lapisan memiliki kekerasan
dan masa jenis yang berbeda satu
sama lain. Lapisan kulit bumi yang
yang terdiri lempeng lempeng
tektonik mengalami pergeseran satu
sama lain akibat arus konveksi yang
terjadi dalam bumi.
Pergeseran ini kian hari menimbulkan pengumpulan energi stress yang sewaktuwaktu akan lepas.Pergeseran lempeng terdiri dari tiga tipe, pergeseran mendatar
yang mengakibatkan terjadinya patahan mendatar, pergeseran menunjam yaitu salah
satu lempeng menyusup ke lempeng lainnya (subduksi), sehingga menciptakan
lembah atau cekungan bumi dan pergeseran tumbukan antar lempeng yang akan
menciptakan gunung atau bukit baru. Peristiwa pelepasan energi pada pergeseran
lempengan inilah yang disebut gempa tektonik.

3.

Gempa reruntuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa
bumi yang terjadi karena adanya runtuhan
tanah atau batuan. Lereng gunung yang terjadi
dan memiliki energi potensial yang besar ketika
jatuh atau runtuh akan membuat bergetarnya
permukaan bumi. Inilah yang disebut gempa
runtuhan.

4.

Gempa Jatuhan

Seperti kita ketahui bumi merupakan salah satu


planet bumi yang ada dalam susunan tata surya.
Setiap hari bumi menerima hantaman meteor atau
benda langit lain. Namun ketika menerima meteor
atau benda langit lain yang besar bumi akan
bergetar. Bergetar permukaan bumi disebabkan
jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa
bumi jatuhan

Dari keempat jenis gempa itu, jenis Gempa Bumi Jatuhan jarang sekali terjadi di muka
bumi, sehingga para ahli kerap mengabaikan untuk memasukkan jenis gempa bumi jatuhan
dalam pembahasan gempa bumi. Sebaliknya, gempa bumi tetonik merupakan gempa bumi
yang paling sering terjadi dan paling berbahaya menimbulkan korban fisik dan manusia
Gempa bumi tektonik memiliki getaran paling dahsyat. Getarannya mengakibatkan
patahnya lapisan permukaan bumi. Akibatnya permukaan tanah menjadi terbelah, jalan
raya, rumah, jembatan serta bangunan fisik lain menjadi rusak dan hancur, bahkan
menimbulkan korban jiwa manusia yang tidak sedikit
Gempa tektonik kebanyakan terjadi di daerah subduksi yaitu daerah dimana terjadi
pergeseran lempeng tektonik yang menyusup atau menunjam ke lempeng tektonik lainya
Di daerah subduksi ini dapat terjadi gempa gempa dangkal , sedang dan dalam..
Pusat gempa yang berada di bawah permukaan bumi disebut dengan hiposentrum.
Sedangkan lokasi di permukaan bumi yang terletak tegak lurus dari hiposentrum dikenali
sebagai 'epicenter' atau epicentrum. Semakin dangkal hiposentrum gempa bumi semakin
besar potensi kerusakan. Gempa bumi merambat dengan cepat ke segala arah dan
menimbulkan kerusakan namun pada episentrum inilah kerusakan paling parah terjadi.
Gempa bumi dapat dibedakan menurut kedalam hiposentrum yaitu gempa bumi dangkal,
gempa bumi sedang dan gempa bumi dalam.
Gempa dangkal adalah gempa bumi yang terjadi pada kedalaman hiposentrum
a.
kurang dari 33 km dari permukaan bumi. Gempa inilah yang paling berbahaya dan
potensi menimbulkan kerusakan.
Gempa sedang atau disebut pula dengan gempa menengah, yaitu gempa bumi yang
b.
memiliki hiposentrum antara 33 300 km dari permukaan bumi. Sekitar 12% gempa
bumi terjadi pada golongan ini
Gempa dalam adalah gempa yang terjadi pada hiposentrum 300 700 km di bawah
c.
permukaan bumi. Gempa ini jarang sekali terjadi hanya 3% gempa bumi dari
keseluruhan gempa bumi yang terjadi.
Menurut lokasinya, gempa bumi dibedakan menjadi dua: gempa bumi daratan dan gempa
bumi lautan.
Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan
a.
b.

Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada

gempa lautan inilah yang kerap menimbulkan tsunami karena mengakibatkan


bergeraknya air laut sehingga menimbulkan potensi ketinggian gelombang laut yang
pada akhirnya menerjang pantai atau pelabuhan terdekat.
Ketika terjadi gempa bumi, getaran yang diakibatkannya merambat dari titik
hiposentrumnya. Oleh karena itu gelombang getaran gempa dapat dibedakan menjadi tiga
jenis: gelombang primer, gelombang sekunder dan gelombang permukaan
Gelombang primer
a.
Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan
gelombang getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari
hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan 4 7 km/s.
Gelombang sekunder
b.
Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah
gelombang getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan
kecepatan 2 5 km/s.
Gelombang panjang
c.
Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran
yang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah.
Gelombang ini lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran
lebih terasa di lapisan permukaan bumi.
Getaran gempa bumi dapat merambat keatas (vertical) dan mendatar (horizontal). Getaran
gempa komponen vertikal dapat merontokkan genting dan jendela bangunan sedangkan
getaran gempa komponen horizontal dapat mengakibatkan robohnya bangunan secara
keseluruhan.
Bagaimana mengukur gempa bumi dan daya rambatnya? Untuk mengetahui kekuatan
getaran gempa bumi digunakan alat seismometer. Seismometer yang dirangkai dengan alat
yang mencatat parameter gempa disebut seismograf. Sedangkan hasil rekaman pada
piasnya disebut seismogram. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical
dan masing- dan gempa komponen horizontal.
Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena
kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang
memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang permukaan
datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat
semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram.
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Skala Mercalli,
Omori, Cancani, dan skala Richter* merupakan skala yang digunakan, namun skala Richter
adalah yang paling popular untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang disebut dengan
magnitude (M). Berdasarkan skala-skala ini orang dapat mengenali kekuatan gempa yang
pada akhirnya berguna untuk mengantisipasinya seperti desain konstruksi bangunan dan
jalan raya
Menurut skala Richter kekuatan gempa bumi dapat dilihat sebagai berikut:
Skala Richter (M *) Pengaruh Gempa Bumi
> 3,5
Umumnya tidak terasa, tetapi terekam
3,5-5,4
Seringkali terasa, tetapi jarang mengakibatkan kerusakan

< 6,0
6.1-6.9
7.0-7.9
>8

Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan yang kurang kuat


dan meliputi daerah yang kecil.
Dapat menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan korban jiwa
manusia pada radius sampai 100 kilometer
Pada skala ini termasuk gempa bumi besar. Dapat menyebabkan
kerusakan serius pada daerah yang lebih luas.
Gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada daerah
yang meliputi beberapa ratus kilometer

Sebagai contoh, gempa bumi di Aceh mencapai kekuatan 9,0 skala Richter yang
mengakibatkan kerusakan fisik yang amat besar dan menimbulkan korban yang banyak.

Proses Terjadinya Gempa Bumi Tektonik


April 1, 2012
By Santai Sejenak
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran
gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Seperti diketahui bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng lempeng tektonik yang terdiri dari
lapisan lapisan batuan. Tiap tiap lapisan memiliki kekerasan dan massa jenis yang berbeda satu
sama lain. Lapisan kulit bumi tersebut mengalami pergeseran akibat arus konveksi yang terjadi
di dalam bumi.
Lempeng Tektonik (Tectonic Plate)
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis
dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul
sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa
geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths mantle). Kerak benua dan
kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada
kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemenelemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan
tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir
seperti cairan (fluid).

Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan
lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik :
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction)
dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah
lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu
bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling
menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Sedangkan batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, 2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Konvergen lempeng benuasamudra (OceanicContinental)
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke
lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di
atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar laut
tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Konvergen lempeng samudrasamudra (OceanicOceanic)
Salah satu lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan
terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit tersebut,
juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke permukaan,
membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain).
Konvergen lempeng benuabenua (ContinentalContinental)

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduanya adalah
lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk tenggelam masuk ke
astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras dan menebal,
membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain range).
Lempeng Tektonik
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik
besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer
yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling
berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempattempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung
berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra
(Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling
atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih
panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan
tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal
sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu
lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi
(spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling
mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan
lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung
terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Jalur Gempabumi Dunia
Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng
tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia,
sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan
kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan
tsunami.
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan daerah
lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak
sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun
masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami.

Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang
waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai
salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami
Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).
Akibat Gempabumi

Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)

Likuifaksi ( liquifaction)

Longsoran Tanah

Tsunami

Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempabumi

Kekuatan gempabumi

Kedalaman gempabumi

Jarak hiposentrum gempabumi

Lama getaran gempabumi

Kondisi tanah setempat

Kondisi bangunan

Anda mungkin juga menyukai