Anda di halaman 1dari 47

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan penting untuk menunjang pembangunan bangsa karena melalui
proses pendidikan, manusia dididik, dibina, dan dikembangkan potensinya
sehingga terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk menunjang
pembangunan negara Indonesia di masa depan. Sebagaimana yang tertuang dalam
undang-undang no 20 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional
Indonesia, yaitu:
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 telah tertuang tentang kualitas
yang diharapkan yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia, contohnya
berilmu. Dengan memiliki ilmu, manusia dapat mengikuti perkembangan zaman
dan tetap eksis dalam persaingan global. Sebaliknya, manusia yang tidak berilmu
akan tertinggal dari perkembangan limu dan teknologi. Oleh karena itu, negara
Indonesia harus giat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
bertujuan untuk menunjang kemajuan negara Indonesia.
Salah satu peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
pendidikan yaitu peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru sangat
penting karena guru mempunyai peranan penting atas terselenggaranya proses
pembelajaran di kelas. Demi tercapainya tujuan pembelajaran, maka guru harus
memahami pendekatan, strategi, model, ataupun metode pembelajaran.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika diberikan di semua jenjang
pendidikan, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.
Matematika berperan penting sebagai alat untuk mengembangkan cara berpikir
logis, analitis, sistematis, kristis, kreatif serta kemampuan kerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
memanfaatkan informasi untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
merasa tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas matematika dari guru. Ini
dikarenakan adanya persepsi negatif bahwa matematika adalah mata pelajaran
yang sulit dan rumit. Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap
mata pelajaran yang sulit, salah satu diantaranya

adalah karakteristik mata

pelajaran matematika bersifat abstrak, logis, sistematis dan rumus yang


membingungkan siswa. Oleh karena itu, guru harus menciptakan dan
mengembangkan pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan
menarik agar matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang tidak disenangi
siswa.
Menurut undang-undang no 20 tahun 2003 bab III tentang prinsip
penyelenggaraan pendidikan menyatakan, Pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik harus mampu memberikan keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Kenyataan di lapangan menyatakan bahwa guru hanya menyampaikan
materi, menilai hasil akhir dan siswa menerima materi apa adanya sesuai dengan
perintah guru. Guru aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan
siswa menjadi pasif karena hanya sebagai pendengar dan mencatat apa yang

dijelaskan oleh guru dalam pembelajaran. Sebagai akibatnya, siswa mengalami


kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Oleh karena
itu, guru harus mengembangkan dan menciptakan suatu pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran.
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran harus dipersiapkan oleh guru
sebelum pembelajaran dimulai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.

Dengan

demikian,

guru

harus

mampu

membuat

perangkat

pembelajaran yang baik dan benar karena baik atau tidaknya perangkat
pembelajaran akan mempengaruhi penampilan guru pada pembelajaran dan
berpengaruh juga terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang baik dan benar memuat pendekatan
pembelajaran, metode dan model pembelajaran yang tepat digunakan dalam
proses pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa,
Lembar Kerja Siswa, dan Tes Hasil Belajar (THB) yang berorientasi pendekatan
Open-Ended.
Salah

satu

bentuk

pembelajaran

yang

memotivasi

siswa

dan

menyenangkan yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi


berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan
mengelaborasi permasalahan. Hal ini bertujuan agar kemampuan berpikir siswa
dapat berkembang secara maksimal dan merangsang kreativitas siswa, karena
siswa diberikan permasalahan kemudian diberi keleluasaan dalam memberikan
jawaban (Hobri, 2009:82). Pembelajaran yang demikian disebut dengan OpenEnded atau pembelajaran soal terbuka.
Dalam pendekatan Open-Ended guru bertugas memberikan masalah
terbuka bagi siswa. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dibawa untuk menjawab

permasalahan dengan banyak cara dan juga mempunyai banyak jawaban yang
benar. Dengan demikian, nalar siswa dan pengalaman siswa dalam proses
menemukan sesuatu yang baru akan lebih berkembang sehingga siswa menjadi
kreatif dan dapat berpikir logis dan kritis.
Pendekatan Open-Ended lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam
mengembangkan cara atau metode yang berbeda dalam menjawab permasalahan
yang diberikan oleh guru dan bukan berorientasi pada jawaban akhir, tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Kusmiyati

(2007:4)

menyebutkan

bahwa

pembelajaran

dengan

pendekatan Open-Ended berpengaruh dalam menumbuhkan kemauan dan


kemampuan

dalam

memecahkan

dan

menyelesaikan

masalah

tentang

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


Pendekatan Open-Ended sangat tepat digunakan dalam pembelajaran
volume kubus dan balok karena materi ini sangat erat hubungannya dalam
kehidupan sehari-sehari sehingga dibutuhkan konsep dasar yang kuat untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dengan banyak cara. Selain itu, materi ini
memungkinkan siswa untuk melatih tingkat bernalar dan berpikir kreatif untuk
menyelesaikan masalah dengan banyak cara. Semua rencana dan desain
pembelajaran tersebut tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP),
sedangkan semua kegiatan selama proses pembelajaran tertuang dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan Buku Siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam
pembelajaran dan tes hasil belajar sebagai alat evaluasi dan refleksi dari suatu
pembelajaran.
Berdasarkan

pernyataan

tersebut,

diajukan

penelitian

berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan Open-Ended


Sub Pokok Bahasan Volume Kubus dan Balok Siswa Kelas V SD.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan

latar

belakang

permasalahan

yang

telah

dijabarkan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.


1) Bagaimanakah proses pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi
pendekatan Open-Ended sub pokok bahasan volume kubus dan balok untuk
kelas V SD?
2) Bagaimanakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi
pendekatan Open-Ended sub pokok bahasan volume kubus dan balok untuk
kelas V SD?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran
berorientasi pendekatan Open-Ended sub pokok bahasan volume kubus dan
balok untuk kelas V SD.
2) Untuk mendeskripsikan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
berorientasi pendekatan Open-Ended sub pokok bahasan volume kubus dan
balok untuk kelas V SD.
1.4 Spesifikasi Perangkat Pembelajaran
Adapun spesifikasi perangkat pembelajaran dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk materi volume kubus dan balok kelas V yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan Open-Ended. Pada RPP yang
dikembangkan akan dimuat yaitu langkah-langkah pembelajaran berorientasi
pendekatan Open-Ended dan kelengkapan RPP yang terdiri atas, lembar
pengamatan berkarakter dan keterampilan sosial siswa serta lembar
pengamatan psikomotor.

2) Buku siswa merupakan buku panduan atau pegangan siswa yang memuat
materi pembelajaran Volume kubus dan balok, latihan soal, dan uji
kompetensi yang dikembangkan berdasarkan pendekatan Open-Ended. Buku
siswa dan LKS saling terkait karena terdapat penyajian permasalahanpermasalahan yang Open-Ended.
3) Lembar kerja siswa merupakan lembar kerja siswa yang berisi pedoman
aktivitas siswa dan latihan soal-soal mengenai materi volume kubus dan
balok yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan Open-Ended dan digunakan sebagai media
penunjang proses pembelajaran. Dalam LKS memuat dan menyajikan
permasalahan-permasalahan yang Open-Ended dengan siswa dibimbing
untuk menemukan jawaban.
4) Tes hasil belajar (THB) merupakan alat evaluasi hasil belajar siswa mengenai
materi Volume kubus dan balok yang berupa tes essai yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan Open-Ended. Tes digunakan sebagai tes akhir setelah
siswa selesai mempelajari seluruh materi volume kubus dan balok.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1) bagi siswa, dapat meningkatkan berpikir kreatif dan menambah pengalaman
serta pengetahuan dalam menyelesaikan masalah terbuka;
2) bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya mata pelajaran matematika;
3) bagi peneliti, dapat digunakan sebagai referensi dalam penilitian selanjutnya;
4) bagi lembaga terkait, dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
perbaikan dan peningkatan kualitas mutu pendidikan khususnya mata
pelajaran matematika sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matematika Sekolah Dasar


Matematika

merupakan

ilmu

yang

universal

yang

mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai


disiplin dan memajukan daya pikir manusia (dalam KTSP, 2006:147). Selain itu,
menurut Jackson (dalam Lapono, 2009:104), secara umum matematika adalah
penting bagi kehidupan masyarakat. Soedjadi (2000:53) menyatakan bahwa
matematika untuk semua orang sekurang-kurangnya harus merupakan materi
pokok dalam kurikulum Pendidikan Dasar (SD dan SLTP). Berdasarkan ketiga
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika mempunyai peran
penting bagi kehidupan masyarakat sehingga harus diberikan untuk semua orang
sekurang-kurangnya dari jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP).
Soedjadi (2000:3) menyatakan bahwa matematika sekolah atau school
mathematics adalah unsur atau bagian dari matematika yang dipilih dan
berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.
Suherman (dalam Indriyani, 2013:7) menyatakan matematika sekolah merupakan
bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa secara formal pada
jenjang SD, SMP, dan SLTA. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih dan
disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa serta khusus diajarkan di
sekolah.
Tujuan mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar yaitu, untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama (dalam KTSP, 2006:147). Adapun tujuan khusus


pembelajaran matematika di SD tercantum dalam Standar Isi SD kurikulum KTSP
(2006:148), yaitu mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Piaget (dalam Kurnia, dkk, 2008:3-7), peserta didik usia SD/MI
berada pada tahap konkret operasional. Untuk mengembangkan kemampuan
koginitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, ruang lingkup materi matematika di sekolah dasar
lebih masih sederhana karena disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
siswa SD. Adapun ruang lingkup tersebut tercantum dalam standar isi SD/MI
kurikulum KTSP (2006:148), yang meliputi aspek bilangan, aspek geometri dan
pengukuran serta aspek pengolahan data.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mendukung dan menjawab tujuan dari
pelajaran

matematika

serta

mempermudah

siswa

memahami

pelajaran

berdasarkan ruang lingkup yang telah disesuaikan dengan perkembangan kognitif

siswa sekolah dasar maka diperlukan pembelajaran yang menyenangkan dan


menarik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.2 Pendekatan Open-Ended
Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut Joni (dalam Abimanyu
dkk, 2008:2-4) diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan
atau obyek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata
dengan warna tertentu didalam memandang alam. Kacamata berwarna hijau akan
menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat akan
membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan, dan seterusnya. Ruseffendi (dalam
Indriyani, 2013:9) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu
cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian
tujuan pembelajaran dilihat dari sudut pandang proses pembelajaran dikelola
secara umum atau khusus. Soedjana (dalam Indriyani, 2013:9), pendekatan belajar
mengajar adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas
suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang tujuan mata
pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar yaitu, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Maka
dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat menjawab tujuan dari mata pelajaran
matematika dan salah satu diantaranya adalah pendekatan open-ended.
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan
memberikan masalah atau problem terbuka bagi siswa. Kegiatan pembelajaran
harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan
juga mempunyai banyak jawaban yang benar (dalam Hobri, 2009:82). Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan open-ended dapat membangkitkan
nalar siswa sehingga siswa kreatif dan dapat berpikir logis dan kritis.

2.2.1

Identifikasi Pendekatan Open-Ended

10

Berenson (dalam Hobri, 2009:81) menyatakan masalah open-ended


sebagai jenis masalah yang mempunyai banyak selesaian dan banyak cara
penyelesaian. Becker dan Shimada (dalam Hobri, 2009:81), pendekatan openended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan
yang memiliki penyelesaian atau jawaban akhir yang benar lebih dari satu.
Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman menemukan, mengenali, dan menyelesaikan
masalah dengan beberapa teknik. Selain itu, kebenaran penyelesaian masalah
open-ended tidak hanya bergantung pada hasil akhir tetapi juga bergantung pada
proses yang dilakukan dalam penemuan penyelesain tersebut.
Namun pada kenyataannya, menurut Soedjadi (dalam Trianto, 2009:18),
kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran eksak (matematika,
fisika, kimia) dan dalam pengajarannya terpatri kebiasaan dengan urutan sajian
pembelajarannya sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/definisi; (2)
diberikan contoh-contoh; dan (3) diberikan latihan-latihan soal-soal. Pembelajaran
tersebut biasa dikenal dengan pembelajaran konvensional, dengan konsep guru
aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya menghafal rumus tanpa
mengetahui dari mana rumus tersebut diperoleh. Selain itu, konsep matematika
kurang tertanam kuat dalam memori siswa. Oleh karena itu, pendekatan openended dapat membantu guru dalam mengembangkan potensi intelektual dan
pengalaman siswa untuk menemukan konsep dan membangun pemahaman
terhadap konsep tersebut.

2.2.2

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Open-Ended


Khabibah (dalam Hobri, 2009:85) mengusulkan sintaksis pembelajaran

menggunakan soal terbuka sebagai berikut.


a. Orientasi
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan,
pemberian motivasi kepada siswa berupa masalah yang berkaitan dengan

11

kehidupan sehari-sehari siswa. Pemberian masalah tersebut bisa dilakukan


dengan cara lisan atau tertulis. Agar pembelajaran tidak terkesan putus dengan
pembelajaran sebelumnya, maka pada fase ini juga diingatkan kembali materi
sebelumnya.
b. Pembekalan dan/atau penyajian masalah terbuka
Guru memberikan penjelasan umum tentang materi yang akan dipelajari
siswa. Apabila materi itu bukan materi baru, artinya siswa sudah mempunyai
konsep-konsep dasar sebelumnya, pembekalan bisa berupa permainan untuk
membekali menyelesaikan masalah open-ended yang akan diberikan. Setelah
itu, guru memberikan permasalahan-permasalahan yang bersifat terbuka dan
mengarah pada penemuan atau pengkontruksian ide, konsep, atau prinsip.
c. Pengerjaan masalah terbuka secara individu
Siswa diminta mengerjakan soal atau menyelesaikan masalah secara
individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan tingkat kreativitas
siswa secara individu akibat pembekalan yang diberikan kepada siswa. Pada
saat

siswa

menyelesaikan

masalahnya

secara

individu,

siswa

tidak

diperkenankan untuk meminta bantuan kepada teman lain sehingga siswa akan
benar-benar terpacu kreativitasnya untuk dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri. Setelah selesai mengerjakan soal atau masalah, siswa diminta untuk
mengumpulkan lembar penyelesaian masalah.
d. Diskusi kelompok tentang masalah terbuka
Siswa

diminta

bekerja

secara

kelompok

untuk

mendiskusikan

penyelesaian dari masalah open-ended yang telah dikerjakan secara indvidu.


Dengan demikian, diharapkan diskusi kelompok akan dapat memunculkan ide
pada tiap siswa sehingga nantinya kreativitas siswa akan meningkat. Pada saat
diskusi, siswa dituntut untuk saling memberi dan saling berbagi ide antar
anggota kelompok. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi diharapkan untuk
membantu siswa dalam kelompok yang masih lemah. Adapaun kelompok yang
dimaksud adalah kelompok dengan anggota yang mempunyai tingkat

12

kreativitas bervariasi. Di akhir diskusi tiap kelompok mengumpulkan lembar


hasil diskusi kelompok.
e. Presentasi hasil diskusi kelompok
Beberapa atau semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
mereka. Melalui diskusi kelas, ketika siswa melihat temuan yang diperoleh
atau cara yang digunakan siswa dalam kelompok lain, siswa tersebut akan
membandingkan, menguji, dan memodifikasi, sehingga ide mereka yang sudah
ada akan berkembang. Tujuan lain dari fase ini adalah untuk melatih siswa
menyampaikan ide atau gagasan di muka umum.
f. Penutup
Siswa bersama guru menyimpulkan atau membuat ringkasan singkat
tentang konsep atau ide-ide yang terdapat dalam permasalahan yang diajukan.
Karena cara penyelesaian atau jawaban dari masalah yang diajukan bervariasi,
hal itu akan menyebabkan siswa yang mempunyai kemampuan lebih merasa
tidak yakin akan hasil yang dicapai, lebih-lebih bagi siswa yang
berkemampuan kurang. Untuk itu, diperlukan bimbingan guru untuk
menyimpulkan konsep atau ide-ide yang terdapat dalam masalah yang
diajukan.

2.2.3

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open-Ended


Menurut Sawada (dalam Hobri, 2009:83), keunggulan pendekatan open-

ended adalah sebagai berikut.


Keunggulan pendekatan open- ended
1) Siswa

berpartisipasi

lebih

aktif

dalam

pembelajaran

dan

sering

mengekspresikan pendapatnya.
2) Siswa mendapat kesempatan lebih untuk secara komprehensip menggunakan
pengetahuan dan keterampilan.

13

3) Siswa berkemampuan rendah dapat menjawab permasalahan dengan caranya


sendiri.
4) Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.
Selain itu, Khabibah (dalam Hobri, 2009:83) menyatakan bahwa
pembelajaran open-ended dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa
kreatif dan dapat berpikir logis dan kritis.
Kelemahan pendekatan open-ended
Menurut Sawada (dalam Hobri, 2009:84) kelemahan pendekatan openended adalah sebagai berikut.
1) Sukar untuk membuat masalah yang bermakna
2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon
permasalahan yang diberikan
3) Siswa dengan kemampuan tinggi mungkin merasa ragu atau mengalami
kecemasan tentang jawaban yang ia berikan
4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
Meskipun demikian, kelemahan yang dimiliki pendekatan open-ended
masih dapat diminimalkan. Guru berusaha untuk mencari strategi untuk
mengatasinya. Selain itu, dari segi kuantitas keunggulannya lebih banyak dari
pada kelemahannya. Untuk membuat masalah open-ended yang bermakna,
dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui kedalaman materi dan kemudahan
membuat daftar respon yang diharapkan yang sesuai dengan materi.
Setelah daftar respon yang diinginkan terbentuk, maka dirumuskan suatu
masalah. Kecemasan siswa kelompok tinggi dapat dikurangi atau diatasi dengan
cara menginformasikan terlebih dahulu bahwa soal yang diberikan mempunyai
banyak jawaban benar dan mempunyai banyak cara untuk menyelesaikannya.

14

Dengan demikian, siswa tidak perlu cemas mengenai banyaknya jawaban yang
mungkin muncul. Kecemasan siswa ini sering diakibatkan karena masalah yang
diajukan selama ini selalu mempunyai jawaban tunggal (dalam Hobri, 2009:84).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
2.3.1

Aktivitas Siswa
Menurut Hobri (2010:29), aktivitas siswa merupakan faktor yang sangat

penting dalam proses belajar mengajar matematika, terutama di bawah naungan


faham konstruktivisme. Oleh karena itu, selama proses belajar mengajar
berlangsung diharapkan siswa terlibat aktif dan sungguh-sungguh dalam semua
kegiatan untuk menemukan sendiri suatu prosedur atau konsep.
2.3.2

Aktivitas Guru
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa

untuk dapat belajar dengan baik (Trianto, 2009:17). Oleh karena itu, Hudojo
(dalam Hobri, 2010:30) mengemukakan bahwa penguasaan materi dan cara
penyampaiaannya merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. seorang guru yang
tidak menguasai materi matematika dengan baik, tidak mungkin ia dapat mengajar
matematika dengan baik. Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai
berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam memahami
matematika.

2.3.3

Respon dan Minat Siswa terhadap Pembelajaran


Suherman

(dalam

Hobri,

2010:31)

menyatakan

bahwa

minat

mempengaruhi proses hasil belajar siswa, jika siswa tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik
dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika siswa belajar sesuai dengan
minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Siswa diberi
kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas matematisasi. Menurut Diamond

15

(dalam Hobri, 2010:31), efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan melihat


minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

2.3.4

Perangkat Pembelajaran
Ibrahim (dalam Trianto, 2009:201) menyatakan bahwa perangkat yang

digunakan dalam proses pembelajaran disebut dengan perangkat pembelajaran.


Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB),
media pembelajaran, serta buku ajar siswa. Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran sebagai alat yang
digunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Menurut Hobri (2010:32), perangkat pembelajaran matematika yang sesuai
sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Selain itu, perangkat pembelajaran dapat memberikan kemudahan bagi siswa
untuk belajar. Menurut Slavin (dalam Hobri, 2010:32), pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik, siswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan atau
petunjuk yang direncanakan untuk dikerjakan. Setelah perangkat pembelajaran
selesai didesain, selanjutnya dilakukan validasi naskah perangkat pembelajaran
oleh para ahli (validator). Validasi perangkat pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran yang telah dibuat, apakah
perangkat pembelajaran tersebut sudah layak digunakan atau tidak.
Validasi perangkat pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan pada
indikator kualitas perangkat pembelajaran yang dikemukakan oleh OMeara.
OMeara (dalam Noviliya, 2009:32) mengemukakan komponen-komponen
indikator validasi perangkat pembelajaran terdiri atas indikator format, indikator
bahasa, indikator ilustrasi, dan indikator isi.
1) Indikator format meliputi komponen-komponen:
a. kejelasan pembagian materi,

16

b. sistem penomoran jelas dan menarik,


c. kesesuaian jenis dan ukuran huruf.
2) Indikator bahasa meliputi komponen-komponen:
a. kebenaran tata bahasa,
b. kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa
c. arahan untuk membaca sumber lain,
d. kejelasan definisi setiap terminology,
e. kesederhanaan struktur kalimat,
f. kejelasan petunjuk dan arahan.
3) Indikator ilustrasi meliputi komponen-komponen:
a. dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep,
b. berkaitan langsung dengan konsep yang dibahas,
c. kejelasan,
d. kemudahan untuk dipahami, dan
e. penggunaan konteks.
4) Indikator isi meliputi komponen-komponen:
a. bagian-bagiannya tersusun secara logis,
b. kesesuaian dengan matematika,
c. hubungan dengan materi sebelumnya,
d. kesesuaian dengan pola pikir siswa, dan
e. memuat latihan yang berhubungan dengan konsep yang
ditemukan.
Dalam memvalidasi perangkat pembelajaran, keempat indikator tersebut
tidak selalu digunakan pada setiap perangkat pembelajaran. Hal ini dikarenakan,
indikator-indikator tersebut disesuaikan dengan jenis perangkat pembelajaran
yang dikembangkan.
Dalam penelitian ini silabus tidak dikembangkan karena silabus
merupakan rencana pembelajaran secara garis besar dan formatnya sudah
ditetapkan dalam KTSP yaitu mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran secara garis besar, indikator,
penilaian dan sumber belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa,
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan tes hasil belajar yang berorientasi pendekatan
open-ended. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
2.3.4.1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

17

Trianto (2009:214) menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran,


yaitu paduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Menurut Supinah (2008:32)
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Oleh karena itu,
seorang guru profesional perlu merencanakan pembelajaran dengan matang agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Indikator validasi perancangan RPP didasarkan pada indikator validasi
RPP yang dikemukakan oleh OMeara yang disesuaikan dengan pendekatan
open-ended sehingga hanya digunakan tiga dari empat indikator yang
dikemukakan OMeara. Indikator yang tidak digunakan adalah indikator ilustrasi
karena dalam mengembangkan RPP disesuaikan dengan aturan penyusunan RPP
yang telah ditentukan dalam KTSP dan dalam penyusunannya tidak memerlukan
ilustrasi. Adapun ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut.
a) Indikator format meliputi:
1) penulisan konsep yang disajikan sistematis;
2) kejelasan penomoran;
3) kesesuaian jenis dan ukuran huruf.
b) Indikator isi meliputi:
1) kebenaran indikator pencapaian kompetensi yang dirumuskan;
2) kesesuaian indikator pencapaian komptensi yang dirumuskan
dengan kompetensi dasar;
3) kebenaran tujuan pembelajaran;
4) kesesuaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan
indikator pencapaian kompetensi;
5) kebenaran konsep matematika yang disajikan;
6) kesesuaian materi yang disajikan dalam setiap RPP dengan
tujuan pembelajaran;
7) dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis;

18

8) kesesuaian kegiatan pembelajaran yang digunakan berorientasi


pendekatan open-ended;
dalam RPP memuat kegiatan pembelajaran yang berorientasi dengan
pendekatan open-ended yaitu orientasi, pembekalan dan/atau penyajian
masalah terbuka, pengerjaan masalah terbuka secara individu, diskusi
kelompok tentang masalah terbuka, presentasi hasil diskusi kelompok
dan penutup
9) kesesuaian alokasi waktu yang digunakan pada setiap langkahlangkah kegiatan pembelajaran dengan waktu tersedia.
c) Indikator bahasa meliputi:
1) kebenaran tata bahasa
bahasa yang digunakan dalam RPP sesuai dengan tata bahasa Indonesia
yang benar;
2) kesederhanaan

struktur

kalimat

dalam

bahasa

yang

dipergunakan;
3) kejelasan petunjuk atau arahan;
4) sifat komunikatif bahasa yang digunakan.
Indikator validasi mengenai metode sajian yang digunakan dalam
pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu RPP mengacu pada langkahlangkah open-ended, meliputi:
a. orientasi
b. pembekalan dan/atau penyajian masalah terbuka
c. pengerjaan soal terbuka secara individu
d. diskusi kelompok tentang masalah terbuka
e. presentasi hasil diskusi kelompok
f. penutup
Rincian tersebut harus diperhatikan dalam penyusunan RPP agar
dihasilkan RPP yang valid dan dapat berfungsi dengan baik. RPP disusun untuk
memberi kemudahan kepada guru mengenai cara mengajar dan cara siswa belajar
dengan pendekatan open-ended.

19

2.3.4.2 Buku Siswa


Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri yang memuat materi

yang

berisikan garis besar bab, kata-kata sains yang dapat dibaca pada uraian materi
pelajaran, tujuan yang memuat tujuan yang hendak dicapai setelah mempelajari
materi ajar, materi pelajaran berisi uraian materi yang harus dipelajari, bagan atau
gambar yang mendukung ilustrasi pada uraian materi, kegiatan percobaan
menggunakan alat dan bahan sederhana dengan teknologi sederhana yang dapat
dikerjakan siswa, uji diri setiap submateri pokok, dan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang perlu didiskusikan (Trianto, 2009:227).
Validasi buku siswa pada penelitian ini berdasar pada indikator kualitas
OMeara yang disesuaikan dengan pendekatan open-ended, adalah sebagai
berikut.
a) Indikator format meliputi:
1) penulisan konsep yang disajikan sistematis;
2) kejelasan sistem penomoran;
3) memiliki daya tarik secara visual;
4) keseimbangan antara teks dan ilustrasi;
5) pengaturan ruang/tata letak;
6) kesesuaian jenis dan ukuran huruf;
7) kesesuaian ukuran fisik buku dengan siswa.
b) Indikator isi meliputi:
1) kesesuaian isi buku dengan tuntutan RPP;
2) konsep matematika didefiniskan dengan benar;
3) kebenaran istilah matematika yang didefinisikan;
4) merupakan materi yang esensial;
5) dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis;
6) kesesuaian dengan kurikulum KTSP;

20

7) kesesuaian dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan openended, yaitu dapat membuat pembelajaran efektif, efisien, dan
menyenangkan, serta melatih kemampuan berpikir siswa untuk
melakukan penalaran dan kreativitas. Dalam buku siswa memuat
kegiatan pembelajaran yang berorientasi dengan pendekatan open-ended
yaitu orientasi, pembekalan dan/atau penyajian masalah terbuka,
pengerjaan masalah terbuka secara individu, diskusi kelompok tentang
masalah terbuka, presentasi hasil diskusi kelompok dan penutup
8) keterkaitan dengan materi terdahulu;
9) kelayakan kelengkapan belajar.
c) Indikator bahasa meliputi:
1) kebenaran tata bahasa;
2) kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa;
3) mendorong minat baca;
4) sifat komunikatif bahasa yang digunakan;
5) kesederhanaan struktur kalimat dalam bahasa yang dipergunakan;
6) kejelasan petunjuk atau arahan.
d) Indikator ilustrasi meliputi:
1) dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep;
2) memberi rangsangan secara visual;
3) memiliki tampilan yang jelas;
4) mudah dipahami;
5) menggunakan konteks lokal.
Penyusunan buku siswa harus memperhatikan indikator validasi agar
dihasilkan buku siswa yang valid dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Selain itu, sajian permasalahan dalam buku siswa juga harus sesuai
dengan tingkat berpikir siswa.

2.3.4.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

21

Menurut Trianto (2009:222), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan


siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran
dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Menurut Sungkono dkk. (2008:4.6) menyatakan bahwa lembar kerja siswa
dikemas dengan hanya menekankan pada latihan, tugas, atau soal-soal saja.
Walaupun hanya menekankan pada hal tersebut, LKS tetap menyajikan uraian
materi namun disajikan secara singkat. Soal-soal yang disajikan dalam LKS harus
benar-benar

dikembangkan

berdasarkan

pada

analisis

tujuan

pembelajaran/kompetensi yang telah dijabarkan ke dalam indikator pencapaian.


Agar tetap mampu membelajarkan secara baik, LKS tidak hanya memuat
serangkaian soal dan tugas tetapi juga menyediakan rambu-rambu pengerjaannya
sehingga siswa benar-benar dapat mempelajari bahan pembelajaran melalui soalsoal dan tugas. Selain itu kesimpulan disetiap akhir pokok bahasan juga tetap
harus disampaikan sebagai perulangan dan penguatan materi untuk siswa.
Perancangan LKS pada penelitian ini berdasarkan indikator kualitas
OMeara yang disesuaikan dengan pendekatan open-ended. Adapun indikator
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Indikator format meliputi:
1) penulisan konsep yang disajikan sistematis;
2) kejelasan sistem penomoran;
3) memiliki daya tarik secara visual;
4) keseimbangan antara teks dan ilustrasi;
5) pengaturan ruang/ tata letak;
6) kesesuaian jenis dan ukuran huruf;
7) kesesuaian ukuran fisik lks dengan siswa.
b) Indikator isi meliputi:
1) kejelasan petunjuk LKS;
2) permasalahan di lks sesuai dengan tuntutan RPP;
3) dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis;
4) masalah/soal berorientasi pendekatan open-ended;
masalah/soal yang mempunyai banyak selesaian dan banyak cara
penyelesaian.

22

5) peranan LKS mendorong siswa memahami dan mengingat materi yang


diberikan.
c) Indikator bahasa meliputi:
1) kebenaran tata bahasa;
2) kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa;
3) mendorong minat baca;
4) sifat komunikatif bahasa yang digunakan;
5) kesederhanaan struktur kalimat dalam bahasa yang dipergunakan;
6) kejelasan petunjuk atau arahan.
d) Indikator ilustrasi meliputi:
1) dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep;
2) memberi rangsangan secara visual;
3) memiliki tampilan yang jelas;
4) mudah dipahami;
5) menggunakan konteks lokal.
Penyusunan LKS harus harus memperhatikan indikator validasi agar
dihasilkan LKS yang valid dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Selain itu, LKS juga harus sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
Pengembangan LKS pada penelitian ini berisikan permasalahanpermasalahan yang open-ended disertai tampilan yang menarik. Selain itu, LKS
yang akan dikembangkan terdiri dari dua macam, yaitu lembar kegiatan individu
dan lembar kegiatan kelompok yang masing-masing disajikan permasalahn yang
sama. Namun dalam pengerjaannya dilakukan secara individu dan kelompok. Hal
tersebut karena disesuaikan dengan kebutuhan belajar berdasarkan pendekatan
open-ended.
2.3.4.4 Tes Hasil Belajar (THB)
Trianto (2009:235-236) menyatakan bahwa, tes hasil belajar merupakan
butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Menurut Sudjana (2012:35), tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran. Tes hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui

23

keberhasilan dan keefektifan proses pembelajaran dengan pendekatan openended.


Indikator validasi tes hasil belajar, mencakup:
1) Validasi isi, meliputi:
a. Kesesuaian soal dengan Kompetensi dasar;
b. Maksud soal dirumuskan dengan singkat dan jelas.
2) Alokasi waktu mencukupi.
3) Bahasa soal, meliputi:
a. Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan kaidah bahasa
indonesia yang baik dan benar;
b. Kalimat soal tidak mengandung arti ganda;
c. Kalimat soal komunikatif, menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami siswa (Indriyani, 2013:21).
Dalam penelitian ini, tes hasil belajar merupakan tes tulis yang berupa tes
essai yang dirancang berdasarkan pendekatan open-ended yaitu tes dengan soal
terbuka yang mempunyai banyak cara penyelesaiannya dan banyak jawaban. Tes
diberikan di akhir pembelajaran sebanyak satu kali.

2.4 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan


Open Ended
Menurut Seels & Richey (dalam Hobri, 2010:1) menyatakan bahwa,
penelitian

pengembangan

(developmental

research)

berorientasi

pada

pengembangan produk dimana proses pengembangannya dideskripsikan seteliti


mungkin dan produk akhirnya dievaluasi. Produk yang dikembangkan berupa
model pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan instrumen-instrumen yang
diperlukan. Proses pengembangan berkaitan dengan kegiatan pada setiap tahaptahap pengembangan. Produk akhir hasil pengembangan dievaluasi berdasarkan
aspek kualitas produk yang ditetapkan. Pada penelitian ini produk yang
dikembangkan berupa perangkat pembelajaran yang terdiri atas Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Siswa dan
Tes Hasil Belajar.

24

Menurut Sudjana (dalam Trianto, 2009:177), untuk melaksanakan


pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model pengembangan
yang sesuai dengan sistem pendidikan. Menurut Hobri (2010:1), ada beberapa
model pengembangan sistem pembelajaran, yaitu: (1) Model IDI; (2) Model PPSI;
(3) Model Dick and Carey; (4) Model Kemp; (5) Model Thiagarajan, Semmel &
Semmel; dan (6) Model Plomp. Dari keenam model pengembangan tersebut,
maka akan dipilih model pengembangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini yaitu model Thiagarajan, Semmel & Semmel yang dikenal dengan model 4-D
(four D Model). Keempat tahap tersebut adalah tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran
(disseminate). Uraian keempat tahap beserta komponen-komponen model 4-D
Thiagarajan sebagai berikut.
1) Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan kebutuhankebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Tahap
pendefinisian terdiri atas lima langkah pokok yaitu, analisis awal-akhir, analisis
siswa, analisis konsep, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
2) Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran, sehingga
diperoleh prototipe (contoh perangkat pembelajaran). Tahap ini dimulai setelah
ditetapkan tujuan pembelajaran khusus. Tahap perancangan terdiri atas empat
langkah pokok yaitu penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan
perancangan awal (desain awal).
3) Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan draft perangkat
pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data
diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian para ahli dan
uji coba lapangan.
4) Tahap Desiminasi (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya di kelas lain, sekolah lain,
oleh guru lain.

25

Model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D menurut Thiagarajan,


Semmel, dan Semmel,1974 dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.5 Materi Volume Kubus dan Balok


Gambar
2.1.merupakan
Skema aliranbangun
tahap model
Semmel
danenam
Semmel
(dalam
Kubus
ruangThiagarajan,
yang dibatasi
oleh
buah
persegi
Hobri, 2010)

yang kongruen (Swaji, 2008:6). Volum atau isi bangun ruang dinyatakan sebagai

banyaknya satuan isi yang dapat mengisi bangun ruang tersebut. Volum diukur
dalam satuan kubik, seperti centimeter kubik (cm3), inchi kubik (in3) atau meter
kubik (m3). Satu cm3 menyatakan volume kubus dengan rusuk 1 cm. Satuan lain
untuk volum diantaranya adalah liter (1000cc), gallon, barel, dan sebagainya
(Swaji, 2008:9). Balok mirip dengan kubus, memiliki 8 titik sudut dan 12 rusuk

26

balok dibatasi oleh tiga pasang persegi panjang yang kongruen dan masingmasing pasang yang kongruen ini terletak sejajar (Swaji, 2008:6-7).
a. Volume Kubus
Volume = rusuk rusuk
rusuk
b

=b b

Gambar 2.2 Gambar kubus


b. Volume Balok
Perhatikan gambar berikut

Gambar 2.3 Gambar balok

Volume balok dirumuskan sebagai berikut:


Volume balok = panjang lebar tinggi
=p l t
Keterangan:
p = panjang
l = lebar
t = tinggi

27

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Menurut Seels &
Richey (dalam Hobri, 2010:1) menyatakan bahwa, penelitian pengembangan
(developmental research) berorientasi pada pengembangan produk dimana proses

28

pengembangannya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk akhirnya


dievaluasi. Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan adalah perangkat
pembelajaran matematika, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Siswa, dan alat evaluasi (Tes Hasil Belajar).

3.2 Tempat dan Subjek Uji Coba


Pelaksanaan uji coba hasil pengembangan perangkat pembelajaran
matematika berorientasi pada pendekatan open-ended sub pokok bilangan volume
kubus dan balok bertempat di SDN 2 Klatakan yang terletak di desa Klatakan,
kecamatan Kendit, kabupaten Situbondo. SD ini dipilih karena perangkat
pembelajaran materi volume balok dan kubus di sekolah tersebut masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Uji coba ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas V yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 perempuan dan 14 laki-laki.

3.3 Definisi Operasional


Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran, maka perlu adanya
penegasan mengenai beberapa istilah berikut.
a. Proses pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan open-ended terdiri atas pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), buku siswa dan tes hasil
belajar yang berorientasi pendekatan open-ended dalam pembelajaran sub
pokok bahasan volume kubus dan balok dengan menggunakan model Four- D
atau 4-D. Tahap-tahap dalam 4-D meliputi: (1) pendefinisian, terdiri atas
analisis awal dan akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan
spesifikasi tujuan pembelajaran; (2) perancangan terdiri atas, penyusunan tes,
pemilihan media, pemilihan format, dan perancangan awal; (3) pengembangan,
terdiri atas penilaian para ahli dan uji coba lapangan RPP, LKS, buku siswa,
dan alat evaluasi berorientasi pendekatan open-ended merupakan perangkat

29

pembelajaran yang memuat materi yang berisi tentang permasalahan dengan


banyak cara penyelesaiannya dan juga mempunyai banyak jawaban benar.
b. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan open-ended berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa (LKS), buku siswa dan tes hasil belajar yang berorientasi
pada pendekatan open-ended yang valid, praktis dan efektif sehingga proses
pembelajaran menjadi interaktif, menyenangkan, menantang dan memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif.

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan rumusan langkah-langkah yang sistematis
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian (Rahman,
dalam Indriyani, 2013:25). Dalam penelitian ini, prosedur yang digunakan adalah
berdasarkan pada model pengembangan yaitu model Thiagarajan, Semmel &
Semmel yang dikenal dengan model 4-D (four D Model). Keempat tahap tersebut
adalah tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (desseminate) (dalam Hobri,
2010:1). Berikut penjelasan secara rinci tahap-tahap dari model 4-D.
3.4.1

Tahap Pendefinisian (Define)


Tujuan tahap pendefinisian adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan

kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan


materi. Tahap pendefinisian terdiri atas lima langkah pokok, antara lain sebagai
berikut.
1) Analisis awal-akhir (front-end analysis)
Analisis awal akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang
diperlukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Berdasarkan
masalah ini disusunlah alternatif perangkat pembelajaran yang relevan. Pada
tahap ini, dilakukan telaah kurikulum Matematika SD, yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemahaman siswa terhadap konsep, dan

30

teori belajar sehingga diperoleh deskripsi pola pembelajaran yang sesuai.


Dalam hal ini yang dianalisis adalah tingkat pemahaman siswa terhadap suatu
materi dengan perangkat pembelajaran yang lama atau perangkat yang belum
dikembangkan. Jika hasil yang diperoleh menyatakan bahwa pola
pembelajaran yang diterapkan kurang efisien atau efektif, maka diperlukan
pengembangan untuk suatu pembelajaran. Hasil dari analisis awal-akhir ini
berupa pemaparan mengenai KTSP SD dan pemahaman siswa

terhadap

pembelajaran dengan materi pelajaran volume kubus dan balok dengan


perangkat pembelajaran lama yang belum dikembangkan.
2) Analisis siswa (learner analysis)
Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa yang meliputi
kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan tingkat perkembangan kognitif
siswa. Dari hasil analisis ini nantinya akan dijadikan kerangka acuan dalam
penyusunan materi pembelajaran (Trianto, 2009:197).
Menurut teori perkembangan Piaget, setiap individu pada saat tumbuh
mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa
mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Siswa kelas V SD
mengalami tahap perkembangan kognitif operasional konkret yang perkiraan
usianya adalah 7 sampai 11 tahun. Pada tahap perkembangan kognitif ini
siswa

cenderung

senang

dengan

benda-benda

yang

nyata

dalam

pembelajaran.
3) Analisis konsep (concept analysis)
Kegiatan analisis konsep adalah mengidentifikasi, merinci, dan
menyusun secara sistematis konsep-konsep volume kubus dan balok yang
akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis konsep merupakan
satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun
konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi dasar dan standar kompetensi. Hasil dari analisis ini berupa peta
konsep pembelajaran volume kubus dan balok.

31

4) Analisis tugas (task analysis)


Kegiatan dalam analisis tugas ialah untuk mengidentifikasi keterampilan
dasar berupa kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk memahami
suatu konsep pembelajaran. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga
dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran. Analisis tugas ini berisi
ulasan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran
volume kubus dan balok berdasarkan pendekatan open-ended.
5) Spesifikasi tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives)
Spesifikasi tujuan pembelajaran merupakan konversi tujuan dari analisis
tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang
dinyatakan dengan tingkah laku. Rincian tujuan pembelajaran khusus
merupakan dasar dalam penyusunan tes hasil belajar dan diintegrasikan dalam
perangkat pembelajaran.

3.4.2

Tahap Perancangan (Design)


Tahap perancangan merupakan kelanjutan dari tahap pendefinisian. Tujuan

dari tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran, sehingga diperoleh


prototipe (contoh perangkat pembelajaran). Tahap ini dimulai setelah ditetapkan
tujuan pembelajaran khusus, maka tahap perancangan dapat dimulai dengan
uraian kegiatan sebagai berikut.
1) Penyusunan tes (citerion test construction)
Spesifikasi tujuan pembelajaran terdiri atas indikator-indikator yang
merupakan penjabaran dari analisis tugas dan analisis konsep yang menjadi
kunci pokok dalam penyusunan tes. Dalam penelitian ini, yang dimaksud
adalah tes hasil belajar sub pokok bahasan volume kubus dan balok dengan
pendekatan open-ended.
2) Pemilihan media (media selection)

32

Pemilihan media yang tepat sangat penting dalam menunjang


keberhasilan pembelajaran. Media yang dipilh harus sesuai dengan materi
yang diajarkan dan disesuaikan dengan hasil analisis tugas dan konsep serta
karakterisitik siswa. Dalam hal ini, karakteristik siswa yang dimaksud ialah
karakteristik siswa SD yang merupakan pada tahap operasional konkret.
Dalam usia tersebut, mereka senang bermain-bermain dengan hal-hal yang
nyata dan biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media yang
berkaitan dengan pembelajaran volume kubus dan balok, seperti kubus satuan
yang terbuat dari kayu, pasir, air, kerangka kubus dan balok.
3) Pemilihan format (format selection)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang
dimaksud adalah pemilihan baik strategi, model, maupun pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu,
format dalam pengembangan perangkat pembelajaran volume kubus dan
balok adalah pendekatan open-ended.
4) Perancangan awal (initial design)
Rancangan awal merupakan seluruh kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pelaksanaan uji coba. Rancangan awal dalam penelitian ini
merupakan penjabaran dari aktivitas guru dan siswa yang tercakup dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), buku
siswa, tes hasil belajar, lembar validasi, lembar observasi guru dan siswa,
pengelolaan pembelajaran dan angket respon siswa terhadap pembelajaran.
Selain itu, pada tahap ini dibuat kisi-kisi dari setiap perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai acuan membuat perangkat pembelajaran berorientasi
pendekatan Open-Ended.

3.4.3

Tahap Pengembangan (develop)

33

Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan draft


perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan
data diperoleh dari uji coba. Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian para ahli
dan uji coba lapangan. Berikut penjelasannya.
1) Penilaian para ahli (expert appraisal)
Penilaian para ahli meliputi validasi isi semua perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada tahap perancangan. Dalam penelitian ini,
validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh tiga validator diantaranya,
satu orang ahli matematika (dosen matematika), satu orang guru SD dan satu
teman sejawat. Selanjutnya, hasil validasi dari para ahli digunakan sebagai
dasar melakukan revisi serta dalam penyempurnaan perangkat pembelajaran.
Secara umum, validasi mencakup:
a) isi perangkat pembelajaran yang telah sesuai dengan materi pelajaran dan
tujuan yang akan diukur atau tidak;
b) menggunakan bahasa yang indonesia yang baik dan benar;
c) kalimat yang digunakan dalam perangkat pembelajaran menimbulkan
penafsiaran ganda atau tidak.
2) Uji coba lapangan (developmental testing)
Tujuan dari uji coba lapangan adalah untuk memperoleh masukan
langsung terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Dalam uji
coba harus dicatat semua respon, reaksi, komentar dari guru, siswa dan para
pengamat kemudian dianalisis sebagai masukan untuk melakukan revisi
perangkat pembelajaran.
Dalam penelitian ini, uji coba ini dilaksanakan di SDN 2 Klatakan
Situbondo pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 29 siswa.
Adapun skema

rancangan penelitian model Thiagarajan, Semmel dan

Semmel yang telah dimodifikasi menurut Hobri dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Tahap Perancangan

3.4.4

34

Tahap Penyebaran (Disseminate)


Tahap penyebaran merupakan Tahap ini merupakan tahap terakhir yang

bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran dalam


kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini dilakukan penyebaran perangkat
pembelajaran dengan cara mengupload file perangkat pembelajaran ke internet
dan menyebar perangkat pembelajaran di perpustakaan.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun dan dikembangkan untuk mengukur
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan suatu perangkat pembelajaran. Dalam
penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tahap Pengembangan

3.5.1

Lembar Validasi

Menurut Hobri (2010:35) menyatakan bahwa, seluruh lembar validasi


digunakan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran dari segi isi dan
konstruksinya berpatokan pada rasional teoritik yang kuat, dan konsistensi secara
internal antar komponen-komponen. Perangkat pembelajaran yang akan divalidasi
meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),
Buku Siswa, Tes Hasil Belajar (THB). Dalam penelitian ini, validasi perangkat
pembelajaran dilakukan oleh tiga validator diantaranya, satu orang dosen, dua
Tahap Pendefnisian

orang guru SD. Validator diminta untuk memberikan penilaian terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan cara menuliskan penilaian atas aspek
yang ada dengan memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai.

35

Keterangan:
Urutan kegiatan
Siklus yang mungkin dilakukan
Jenis kegiatan
Hasil kegiatan

36

Pertanyaan
Skema di atas dengan skema pada bab 2 intinya sama, namun pada bab
ini skema diatas hanya menjelaskan mengenai tahap-tahap menghasilkan
perangkat pembelajaran melalui tahap validasi.

3.5.2

Lembar observasi (Pengamatan)


Menurut Sudjana (2012:84), Observasi atau pengamatan sebagai alat

penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun


proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Menurut Hobri (2010:41) lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran digunakan sebagai
pedoman mengamati aktivitas guru dan siswa untuk batas-batas waktu yang telah
ditetapkan selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, lembar
observasi yang akan digunakan terdiri atas lembar pengamatan aktivitas siswa dan
aktivitas guru.
a. Lembar observasi (pengamatan) aktivitas siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui, mengamati, dan
memperoleh data mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengamatan menggunakan lembar observasi ini dilakukan sejak
awal kegiatan pembelajaran dimulai hingga pembelajaran diakhiri.
b. Lembar observasi (pengamatan) aktivitas guru
Sama halnya dengan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
guru digunakan untuk mengetahui dan mengamati sehingga memperoleh data
mengenai aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamat
menuliskan nomor kategori aktivitas guru yang muncul saat kegiatan
pembelajaran berlangsung dan memberi tanda check list () pada kategori skor
pengamatan.

3.5.3

Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran

37

Instrumen ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memperoleh


data mengenai pendapat siswa terhadap perangkat pembelajaran yang meliputi,
lembar kerja siswa (LKS) dan buku siswa serta cara mengajar guru. Selain itu,
melaui instrumen ini dapat diperoleh data mengenai minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran

berdasarkan

hasil

pengembangan

perangkat

pembelajaran

matematika yang berorientasi pendekatan open-ended.


3.5.4

Tes Hasil Belajar


Tujuan digunakan instrumen ini adalah untuk mengukur kompetensi siswa

dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, tes yang
disusun harus sesuai dengan tujuan belajar yang akan dicapai dalam materi
volume kubus dan balok. Data tes hasil belajar akan dianalisis dan hasilnya akan
digunakan untuk menyimpulkan apakah tes ini baik atau tidak digunakan sebagai
evaluasi hasil belajar.
3.5.5

Studi Literatur (Kepustakaan)


Studi literatur merupakan kegiatan membaca dan mengkaji bahan pustaka

yang relevan untuk mengumpulkan data dan mencatat bahan-bahan yang


dibutuhkan dari berbagai sumber yang ada, meliputi buku, informasi dari internet
maupun penelitian-penelitian yang lain relevan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data penelitian.
Untuk mengumpulkan data penelitian, maka digunakan teknik-teknik berikut.
1) Validasi perangkat pembelajaran berorientasi pendekatan open-ended sub
pokok bahasan volume kubus dan balok yang diberikan kepada tiga orang
validator, yaitu satu orang ahli matematika (dosen matematika), dua orang guru
SD. Tujuannya ialah memperoleh data validasi perangkat pembelajaran yang
berorientasi pendekatan open-ended. Validasi perangkat pembelajaran ini

38

menggunakan lembar validasi perangkat pembelajaran dengan memberikan


check list () pada lima kriteria yang disediakan. Hasil validasi digunakan
sebagai bahan untuk merevisi perangkat pembelajaran.
2) Observasi untuk mengamati siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Observer dalam penelitian ini terdiri atas empat orang, yaitu tiga
orang mahasiswa dan satu orang guru mata pelajaran matematika. Pengamatan
ini dilakukan untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran.
3) Angket diberikan kepada siswa dan meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan angket sesuai dengan pendapat mereka sendiri. Angket diberikan
setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran di kelas dan perangkat pembelajaran yang digunakan selama
proses pembelajaran berlangsung. Pemberian angket kepada siswa dilakukan
untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran.
4) Tes hasil belajar setelah pelaksanaan proses pembelajaran untuk memperoleh
data tentang hasil belajar siswa, yaitu pemahaman siswa terhadap pembelajaran
materi volume kubus dan balok dengan menggunakan hasil pengembangan
perangkat pembelajaran yang beorientasi pendekatan open-ended. Tes yang
diberikan adalah tes tulis yang disusun dan telah direvisi berdasarkan validasi
ahli.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1

Analisis data hasil validasi perangkat pembelajaran

Uji validitas perangkat pembelajaran digunakan untuk mengukur


kevalidan RPP, Buku Siswa, LKS dan alat evaluasi (tes). Jika kategori koefisien
menyatakan tinggi, maka langkah pengembangan perangkat dapat dilanjutkan.
Menurut Hobri (2010:52), untuk menghitung validitas perangkat pembelajaran
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

39

Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan perangkat ke dalam tabel


yang meliputi aspek (Ai), indikator (Ii), dan nilai validasi (Vji) dari masing-

masing validator.
Menentukan rata-rata nilai hasil validasi dari semua validator untuk setiap
indiaktor.
n

V ji

I i = j=1
n

Keterangan:
Vij adalah data nilai dari validator ke-j terhadap indikator ke-i
n adalah banyaknya validator
Menentukan rata-rata nilai untuk setiap aspek menggunakan rumus:
n

I ij

A i= i=1
m

Keterangan:
Ai adalah rerata nilai untuk aspek ke-i
Iij adalah rerata untuk aspek ke-i indikator ke-j
m adalah banyaknya indikator dalam aspek ke-i
Menentukan nilai rerata total ( Va ) dari rerata nilai untuk semua aspek.
n

Ai

Va= i=1
p

Keterangan:
Va adalah nilai penentuan tingkat kevalidan model
A i adalah rata-rata untuk semua aspek ke-i
p adalah banyaknya aspek
Menurut Supranata (dalam Indriyani, 2013:36), untuk menentukan hasil
perhitungan kevalidan perangkat pembelajaran berdasarkan rumus di atas, maka
disajikan kategori interpretasi koefisien kevalidan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kategori interpretasi koefisien validitas

40

3.7.2

Besarnya Va

Interpretasi

0,80 < 1,00


0,60 < 0,80
0,40 < 0,60
0,20 < 0,40
0,20

Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Aktivitas siswa

Aktivitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa selama mengikuti


kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan efektif jika persentase
keaktifan siswa menunjukkan kategori baik. Menurut Sukardi (dalam Indriyani,
2013:37) persentase keaktifan siswa dihitung menggunakan rumus berikut.
P s=

As
100
N

Keterangan:
Ps = persentase keaktifan siswa
As = jumlah skor yang diperoleh siswa
N = jumlah skor maksimal
Menurut Sukardi (dalam Indriyani, 2013:37), untuk menentukan hasil
penghitungan persentase keaktifan siswa berdasarkan rumus di atas maka
disajikan kategori aktivitas siswa dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kategori Aktivitas Siswa

Persentase
Ps 95%
80% < < 95%
65% < < 80%
50% < < 65%

Kategori Aktivitas
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik

41
Persentase
Ps 50%

Kategori Aktivitas
Tidak baik

3.7.3 Aktivitas guru


Aktivitas guru adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajara.
Aktivitas guru diamati guna mengetahui apakah aktivitas guru telah sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran matematika berorientasi pendekatan open-ended
materi pelajaran volume kubus dan balok. Menurut Sukardi (dalam Indriyani,
2013:37), persentase aktivitas guru dihitung menggunakan rumus berikut.
Pg =

Ag
100
N

Keterangan:
Pg = persentase keaktifan guru
Ag = jumlah skor yang diperoleh guru
N = jumlah skor maksimal
Menurut Sukardi (dalam Indriyani, 2013:37) untuk menentukan hasil
penghitungan persentase keaktifan guru berdasarkan rumus di atas maka disajikan
kategori aktivitas guru dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kategori Aktivitas Guru

Persentase
Ps 95%
80% < < 95%
65% < < 80%
50% < < 65%
Ps 50%

3.7.4

Kategori Aktivitas
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik

Data angket respon siswa

Data hasil pemberian angket kepada siswa dianalisis dengan menentukan


banyaknya siswa yang memberikan respon positif dan negatif sesuai dengan aspek

42

pertanyaan dalam angket. Respon siswa yang berarti siswa mendukung, senang,
dan berminat dikatakan positif jika persentase yang diperoleh lebih dari atau sama
dengan 80% dari jumlah aspek yang telah diteliti sedangkan respon negatif
bermakna sebaliknya (Hobri, 2010:64).
Menurut Indriyani (2013:38), rumus yang dapat digunakan untuk
menganalisis respon siswa adalah sebagai berikut.
=

n
100
N

Keterangan:

= persentase respon

n = banyak siswa yang memberikan respon positif minimal 75% dalam angket
N = banyak siswa seluruhnya
menurut Suherman (dalam Hobri, 2010:47) disajikan

Interpretasi
dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interpretasi Persentase Respon ( )

Besar
0,80 < 1,00
0,60 < 0,80
0,40 < 0,60
0,20 < 0,40
0,20 < 0,20

3.7.5

Interpretasi
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Analisis data alat evaluasi

Untuk mengetahui kualitas tes dan sebagai masukan untuk merevisi


kembali butir soal, maka perlu diketahui mengenai ketepatannya atau validitasnya
dan reliabilitasnya. Berikut rincian validitas dan reliabilitas butir soal.
a) Validitas butir soal

43

Menurut Sudjana (2012:12), validitas berkenaan dengan ketepatan alat


penilaian terhadap konsep yang dinilai. Suherman (dalam Hobri, 2010:47)
menambahkan bahwa suatu alat dikatakan valid jika alat tersebut mampu
mengukur apa yang diukur. Sudjana (dalam Hobri, 2010:49) menjelaskan bahwa
untuk mengetahui validitas item dapat digunakan rumus korelasi produk momen
sebagai berikut.
n

Xi
i=n

Yi
i=n

n Y 2i ( 2)
i=1
2
i

X ( 2)
n

n
i=1

n X i Y i( Y i )
r=

i=1

i=1

Keterangan:
r

= koefisien validitas tes

X = skor butir (item)


Y = skor total
N = banyaknya responden yang mengikuti tes
Hobri (2010:49) menjelaskan interpretasi dari besarnya koefisien korelasi
di atas digunakan kriteria dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Butir Soal

44
Besar

0,80
1,00
0,60

Interpretasi

r
r

<
Sangat tinggi
<

0,80

0,40 r
0,60
0,20

Tinggi
<
Sedang
<

0,40

0,00 r

Rendah
<

0,20

Sangat rendah

b) Reliabilitas tes
Menurut Sudjana (2012:16), reliabilitas merupakan ketetapan alat tersebut
dalam menilai suatu tes. Ketetapan mengandung arti bahwa kapanpun tes tersebut
digunakan maka akan memberikan hasil sesuatu yang konsisten atau relatif sama.
Hal yang sama dikemukakan oleh Suherman (dalam Hobri, 2010:47) bahwa suatu
alat evaluasi (tes atau non tes) dikatakan reliabel atau relatif tetap jika digunakan
untuk subjek yang sama.
Nur (dalam Hobri, 2010:47) menyatakan koefisien reliabilitas suatu tes
bentuk uraian dapat ditaksir dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.
K

( )
S 2i

K
1 i=1 2
K 1
Si

45

2
K

S 2i =

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes


= banyaknya butir tes

S2i

= jumlah varian butir tes

S 2t

= varians total

i=1

= banyaknya sampel
Kategori koefisien reliabilitas menurut Suherman (dalam Hobri, 2010:47)

disajikan dalam tabel 3.6


Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Butir Soal
Besar

Interpretasi

0,80 <

1,00

0,60 <

Sangat tinggi

0,80

0,40 < 0,60


0,20 <
0,40

Tinggi
Sedang

Rendah

0,20

Sangat rendah

46

Data hasil belajar siswa adalah data skor hasil ujian akhir siswa berupa tes
tulis mengenai materi volume kubus dan balok menggunakan instrumen tes hasil
belajar hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika berorientasi
pendekatan open-ended. Tes penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
matematika dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif
digunakan statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi
matematika siswa setelah dilakukan proses pembelajaran.
c) Tingkat Penguasaan Siswa
Analisis data hasil tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajara
masing-masing siswa. Analisis tes penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
volume kubus dan balok dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis data secara
kuantitatif digunakan statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran volume kubus dan balok setelah
dilakukan pembelajaran.
Menurut Hobri (2010:58) kriteria menyatakan ketuntasan pembelajaran
adalah minimal 80% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu mencapai
tingkat penguasaan materi minimal sedang atau minimal 80% siswa yang
mengikuti pembelajaran mampu mencapai minimal skor 60 (skor maksimal 100).
Data hasil analisis tingkat penguasaan siswa ini digunakan sebagai salah satu
kriteria keefektifan perangkat pembelajaran.
Kemampuan siswa dapat dikelompokkan dalam interval skor penentuan
tingkat penguasaan siswa (Hobri, 2010:58) yaitu.
(a) Skor 90 TPS 100 dikategorikan sangat tinggi
(b) Skor 75 TPS 90 dikategorikan tinggi
(c) Skor 60 TPS 75 dikategorikan sedang
(d) Skor 40 TPS 60 dikategorikan rendah
(e) Skor 0 TPS 40 dikategorikan sangat rendah

47

3.8 Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran


Dalam penelitian pengembangan ini diperlukan suatu kriteria untuk
menentukan kualitas perangkat pembelajaran baik atau tidak. Jika hasil
pengembangan perangkat masih kurang baik, maka perlu dilakukan revisi dan uji
coba kembali hingga memenuhi kriteria baik. Menurut Nieveen (dalam Hobri,
2010:27), perangkat pembelajaran dikatakan berkualitas jika memenuhi aspek
validitas (validity), kepraktisan (practicality), dan keefektifan (effectieness).
Menurut Hobri (2010:53,64) kriteria pengembangan perangkat pembelajaran yang
ditentukan dalam penelitian ini yaitu:
a. validitas kelima komponen perangkat pembelajaran (RPP, buku siswa, LKS
dan THB ) dikatakan baik, jika minimal interpretasi yang dicapai adalah
tingkat valid;
b. perangkat pembelajaran dinilai praktis jika persentase keaktifan guru
menunjukkan kategori minimal baik;
c. efektifitas pembelajaran yang dihasilkan dikatakan baik, jika:
1) persentase aktifitas siswa termasuk kategori baik;
2) respon siswa terhadap pembelajaran baik apabila lebih besar atau sama
dengan 75% jumlah subjek yang diteliti memberi respon positif;
3) rata-rata ketuntasan hasil belajar minimal 80% siswa yang mengikuti
pembelajaran mampu mencapai skor minimal 60;
4) tes hasil belajar layak digunakan apabila koefisien korelasi menunjukkan
interpretasi tinggi dan derajat reliabilitasnya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai